Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG JALAN HIDUP SIAPA YANG TAHU

Status
Please reply by conversation.
EPISODE 21


AISYAH

Sejoli itu masih berpelukan. Aisyah menyisakan baju tidur yang awut-awutan. Pakaian dalam yang tadi rapi dikenakan sudah hilang entah di mana. Farhan tentu masih berpakaian lengkap. Belum ada keberanian dari istrinya untuk membalas perlakuan tadi. Seharusnya aktivitas ini berlanjut ke tahap berikutnya sebelum kehilangan momen. Farhan ragu, bagaimana Ia akan memulai. Ada perasaan tidak sabar juga. Untuk pertama kalinya, Ia akan merasakan wanita perawan. Seringkali Ia mendengar soal candaan bercinta dengan perawan. Sedikit mengganggu tapi bikin penasaran juga. Kesempatan itu datang. Meski belum tentu, dengan latar belakang yang Ia ketahui, Farhan yakin istrinya belum pernah bersenggama.


Dalam dekapan Farhan dan nafas yang masih belum teratur, Aisyah menerawang. Ia tahu, seharusnya setelah ini mereka melakukan penetrasi. Vaginanya masih basah. Orgasme yang dirasakan tadi begitu luar biasa. Dirinya tidak tahu bagaimana orgasme seharusnya. Tapi Ia yakin itu yang dimaksud. Aisyah memang bukan lagi wanita konservatif polos yang tidak tahu apa-apa. Ia tahu apa yang harus dilakukan dalam kondisi begini. Pengetahuan ini didapatkan dari menonton berbagai film dewasa yang selama ini Ia lakukan.


"Mau dilanjutkan, Sya?"


Gadis itu terlalu malu bahkan untuk sekedar bilang iya. Jadinya hanya senyum yang keluar, lalu menutup wajah dengan kedua tangan. Farhan menangkap jawaban itu, Ia mulai menciumi lagi wanitanya. Aisyah lebih rileks dari pada yang pertama. Ada perlawanan meski masih kaku di sana-sini. Keberanian berusaha dikumpulkan oleh Aisyah. Dengan sedikit gemetar, Ia menarik celana pendek milik Farhan. Sebentar lagi, gadis pendiam yang selalu ingin tahu hal-hal baru itu akan memasuki babak selanjutnya dalam hidup. Ia akan menanggalkan status perawan yang selama ini disandang. Kata orang, seks akan membuatnya menjadi wanita sesungguhnya. Perasaan tidak sabar memenuhi pikiran Aisyah. Perlahan hilang ketakutan akan sakit dan segala cerita-cerita tidak menyenangkan perihal seks pertama.


"Kata orang-orang, mungkin akan sakit waktu pertama."

"Pelan ya, Mas."

"Kamu boleh bilang berhenti kalau tidak nyaman."


Aisyah hanya mengangguk. Penis milik Farhan sudah berada di tempatnya. Vaginanya terasa makin basah. Ia benar-benar terangsang. Suaminya pintar sekali membuatnya menginginkan hal ini.


"Aaaaawwww."


Aisyah menggigit bibir bawahnya. Jari-jarinya mencengkram punggung Farhan. Kaki menegang, ada benda asing memasuki vaginanya.


"Sshhhhh ooouuuuwww."


Aisyah masih meringis. Farhan menghentikan aksi. Penis itu berdiam diri menunggu tugas selanjutnya. Nafas keduanya bagai sedang pacuan kuda. Aisyah mencari bibir Farhan. Begitu dapat, Ia mengerahkan segala kemampuan dalam menciumnya.


"Masssssss aaaaawwww."


Penis itu kian masuk. Pelan sekali. Seperti ada dinding di dalam sana. Semakin masuk, cengkraman Aisyah makin kuat. Kini kakinya menggamit, membuat Farhan makin terdorong.


"AAAAAHHHHH MASSSSSS."


Dinding itu jebol. Aisyah menggigit pundak Farhan. Sekuat tenaga, laki-laki itu menahan sakit. Tapi Ia tahu, ini tidak sebanding dengan apa yang dirasakan Aisyah. Mungkin saja lebih sakit saat penisnya memaksa masuk ke liang surganya.


"Berhenti sebentar ya, Mas."

"Sakit, Sya?"

"Sudah enggak. Tapi, nggak tahu. Rasanya seperti aneh."


Setelah menyesuaikan diri, Aisyah memberi kode untuk lanjut. Tentu saja ini waktunya. Vagina ini sempit sekali. Meskipun seks dengan tiga wanita kemarin membuat Farhan merem melek keenakan, sensasi menyetubuhi perawan untuk pertama kali membuatnya bersemangat. Soal sempit dan menggigit, milik Aisyah masih lebih baik rasanya. Maklum, 3 wanita sebelumnya sudah pada memiliki anak. Meski kelenturan vagina akan membuatnya kembali tapi tentu tetap beda dengan yang belum tersentuh sama sekali.


"Gimana, Sya?"

"Terus, Mas. Ahhhh."


Aisyah mulai menikmati. Gesekan antara penis Farhan dan vaginanya memberikan sensasi luar biasa. Ia belum pernah merasakan ini. Ada kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Dengan sabar, sang suami menjelajahi vagina perawannya.


"Massss aahhhhh."


Desahan demi desahan memenuhi kamar itu. Farhan perlahan meningkatkan tempo. Ia memandang wajah istrinya. Tidak pernah terbayangkan bahwa wajah yang begitu kalem beberapa hari ini berubah menjadi binal. Makin bernafsu, Farhan kembali meningkatkan kecepatan.


"Masss ohhhh. Shhhh."


Farhan sebenarnya ingin ganti posisi. Tapi rasanya belum waktunya. Ia tidak tega menghentikan kenikmatan yang mulai menguasai Aisyah. Melihat wajah penuh birahi itu, Farhan makin semangat. Ia memainkan payudara indah milik Aisyah sambil terus menggenjot. Sedikit lagi, puncak itu akan terengkuh.


"Oooohhh Masss."

"Jangan ditahan, Sya. Keluarkan."

"Aahh aahhh aahhhh."

"Lepaskan, Sya. Lepaskan."

"Mass. Ohhh. Masss."

"Ayo Sya kita sama-sama."

"MASSSSS AAAAAHHHH"

"AISYAAAAAH OOOHHH"


Bibir itu bertemu. Lekat sekali. Keringat membuat kedua tubuh manusia itu makin rapat. Lendir bercampur sperma terlihat mengalir keluar berwarna merah. Gadis itu telah melepas keperawanannya kepada laki-laki yang seminggu lalu belum ada dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, Ia mampu membuatnya membuka diri. Membuka segala sekat-sekat yang selama ini sengaja dibuat. Laki-laki yang dengan sabar mengenalkan diri. Membuatnya tiba-tiba memiliki perasaan simpati, senang, nyaman, dan hal-hal positif lain. Aisyah tersenyum. Ia sudah sah sebagai wanita bersuami. Hari-hari berikut sepertinya akan menyenangkan. Ia optimis.


"Sorry. Jadi kotor semua."

"Terima kasih ya, Mas."

"Saya yang terima kasih. Kamu luar biasa."

"Kamu tidak kecewa?"

"Ini salah satu hari terbaik yang pernah saya lalui."

"Saya mau memberikan pengakuan."

"Apa itu?"

"Saya beberapa kali nonton film dewasa."

"Bagus dong. Jadi minimal sudah tahu berbagai posisi dan tekniknya ya?"

"Mas Farhan nggak marah atau kecewa?"

"Buat apa?"

"Ternyata orang yang kelihatan alim seperti saya melakukan hal begitu."

"Menonton film dewasa bukan aib, Sya. Wajar sekali untuk orang yang sudah dewasa. Saya juga nonton."

"Tapi saya masih belum berani yang aneh-aneh, Mas."

"Kita hanya akan melakukan sesuatu yang membuat kamu nyaman. Saya juga tidak aneh-aneh orangnya."

"Boleh minta cium, nggak?"

"Dengan senang hati."


Manis sekali subuh ini. Farhan sudah bisa membayangkan hari-hari penuh kebahagiaan di depan. Tapi sebelum itu, bagaimana dengan Winda? Ia sampai lupa, semua ini dilakukan demi memuluskan hubungannya dengan istri Dibyo itu. Sudahlah, semua bisa dipikir kemudian. Farhan masih ingin menikmati masa-masa bulan madu. Seperti yang orang-orang lakukan.


***


"Aduh-aduh pengantin baru."

"Sah sudah jadi laki-laki misterius."

"Namanya juga hidup, teman-teman."

"Jadi ceritanya gimana?"

"Sudah dapat info dari Pak Bos kan?"

"Harus dari narasumber langsung dong."

"Tujuan awal cuma perkenalan, eh diminta nikah sekalian. Seperti kena gendam tapi tidak menyesal."

"Jelas spek bidadari ini."

"Padahal waktu bilang iya, saya belum ketemu sama orangnya."

"Terus?"

"Itulah kenapa kita harus percaya kepada Allah SWT."

"Baru kali ini Farhan jadi religius."

"Mau gimana lagi. Dapat mertua ustad ya begini."

"Habis ini minimal jadi takmir masjid lah."

"Tahun depan sudah jadi mubaligh, Pak."


Tidak ada yang berubah hari itu. Semua berlangsung seperti biasa kecuali ketika pertama kali Farhan datang. Setelahnya, semua kembali bekerja. Semua kembali bercanda. Hanya ada Rima yang sedikit gelisah. Padahal Ia sudah membayangkan hari-hari sampai kedatangan suaminya adalah pemenuhan birahi yang tiada habisnya. Semua tinggal harapan. Bisa jadi Farhan akan menghindar. Ah, kesepiannya semakin menjadi-jadi. Kehebatan Farhan di ranjang begitu memabukkan. Rima ingin mengulanginya lagi dan lagi. Membayangkan saja sudah basah vaginanya. Ia tidak sabar menunggu jam pulang. Dildo-dildo itu telah memanggil-manggil.


***


"Saya minta maaf, Bu."

"Buat apa, Han?"

"Entahlah. Saya merasa harus meminta maaf kepada Ibu."

"Tidak seharusnya. Bagaimana kondisi rumah? Menyenangkan?"

"Sampai hari ini begitu."

"Wajahmu kelihatan sekali."

"Ibu menyesal?"

"Tidak. Saya ikut bahagia."

"Bukankah semua ini untuk melancarkan hubungan kita?"

"Siapa yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya?"

"Ibu kecewa?"

"Tidak juga."

"Lalu bagaimana soal kita?"

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Bagaimana caranya kita memulai lagi?"

"Bukankah semua tidak pernah kita rencanakan?"

"Kecuali liburan ke Bali."

"Kamu masih mau sama saya?"

"Tentu. Saya masih normal, Bu."

"Istrimu cantik sekali, Han."

"Apakah itu ukurannya?"

"Setidaknya itu akan bikin kamu nafsu."

"Setiap wanita punya kehebatan dan sensasi masing-masing, kan?"

"Kamu tumbuh jadi laki-laki pada umumnya."

"Soal?"

"Kamu tidak mau saya sebut buaya, kan?"

"Saya tidak pernah berpikir ke sana."

"Tapi kamu memiliki peluang."

"Bapak tidak pernah membahas ini?"

"Pernah, sedikit."

"Lalu?"

"Kita lihat nanti saja. Saya tahu risiko dari ide ini. Bukankah semua dari saya? Kurang lebih begitu."

"Dia belum meminta saya lagi untuk mengurus soal hobinya."

"Katanya, mungkin kamu butuh waktu bulan madu."

"Ibu ada waktu sekarang?"

"Kamu tidak kembali ke kantor?"

"Semua bisa diatur."

"Kita tidak punya tempat."

"Saya tahu."


Tanpa menunggu persetujuan Winda, Farhan mengarahkan mobilnya ke sebuah bangunan tidak terpakai. Tempat itu dulu menjadi kantor perusahaan kayu milik Dibyo sebelum semua operasional dipindahkan ke pabrik yang sekarang. Tentu saja Farhan masih memegang kuncinya. Winda hanya bisa tersenyum. Ia tak mungkin menolak, tubuhnya menginginkan ini. Sudah lebih dari dua minggu tidak bercinta tentu saja membuat nafsunya tidak tertolong. Ia pasrah saja sambil memandang wajah Farhan di balik kemudi. Pemuda itu memiliki pesona yang bisa membuat wanita takluk. Belum lagi permainannya di ranjang. Tidak salah suaminya memilih pemuda ini.


Sampai di tempat, Farhan hanya menutup gerbang lalu kembali ke dalam mobil.


"Di dalam kotor sekali."

"Lalu?"


Bibir mereka akhirnya menyatu lagi. Winda sudah rindu. Farhan juga.


"Di belakang saja."


Mereka tidak punya banyak waktu. Seperti mengulangi persetubuhan pertama, mereka melakukannya di dalam mobil lagi. Ada nostalgia yang membuat Winda makin nafsu. Tubuhnya panas. Dengan cepat, Ia melucuti pakaian Farhan. Seragam coklat milik pemuda itu tanggal seketika. Winda mencari benda favoritnya. Ketemu. Dikejar nafsu, wanita itu mengerjai penis Farhan secepat mungkin. Farhan yang tidak mau kalah segera menelanjangi wanitanya. Vagina itu sudah basah. Ia merindukan vagina pertama yang merasakan penisnya. Persetubuhan itu berlangsung cepat, panas, dan menggairahkan. Winda tak kuasa menahan nafsu. Farhan pun sama. Mereka bergumul bagai tidak ada hari esok. Gairah yang beberapa hari ini tertahan meluap tak terbendung.


"Saya boleh minta sesuatu, Han?"

"Apa itu, Bu?"

"Waktu."

"Untuk?"

"Seperti ini."

"Saya tidak mungkin melewatkan ini."

"Saya tahu, mungkin tidak sebanyak kemarin. Saya akan memaklumi itu. Tapi jangan berhenti. Saya terlanjur tergila-gila sama ini."

"Bagaimana bisa saya tidak memberi waktu untuk orang yang pertama kali mengajarkan kenikmatan seperti ini?"

"Terima kasih."

"Saya harus segera kembali, Bu."
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd