Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG JALAN HIDUP SIAPA YANG TAHU

Status
Please reply by conversation.
EPISODE 12


WINDA

Liburan di Bali berjalan sesuai rencana semua pihak. Dibyo bisa pijat sesuai janji dengan Reynold. Dinan dan Dara bisa belajar surfing. Winda dan Farhan juga bisa saling memuaskan birahi. Tapi sayangnya selama 4 hari, kesempatan itu hanya datang dua kali. Dibyo benar-benar memenuhi janji kepada keluarganya untuk memberikan waktu selama liburan. Mulai dari menemani anaknya berlatih surfing, snorkeling dan menjajal berbagai permainan di pantai, hingga mengunjungi atraksi-atraksi wisata lainnya. Winda dan Farhan kesulitan menemukan waktu untuk terus mengulangi persetubuhan mereka selama di sana. Satu-satunya kesempatan selain malam saat Dibyo pijat itu terjadi dengan penuh adrenalin.


Pada hari ketiga mereka berada di Bali, semua sedang berada di pantai sembari melihat Dinan dan Dara berlatih surfing. Winda sudah kepanasan tidak bisa memenuhi hasratnya sejak malam itu. Apalagi semalam Ia dan Dibyo baru saja selesai bersetubuh. Seperti yang kalian tahu, kepuasan adalah hal langka dalam persetubuhan suami istri itu. Winda hanya memenuhi tugasnya untuk melayani. Meski Ia merasa malam itu tak seperti biasanya. Persetubuhan mereka hangat. Winda seperti melihat sosok Dibyo beberapa tahun lalu. Penuh perhatian, lembut, serta memanjakan dirinya. Ya hanya itu. Kemampuannya tidak lagi sama. Apalagi standar yang dimilikinya sudah ada pada diri Farhan. Muda, bertenaga, prima, dan penuh variasi. Meski berhasil menuntaskan kerinduan akan belaian suaminya, Winda tidak merasa puas. Maka hari ini tubuhnya menuntut pelampiasan. Ia beberapa kali memberikan kode kepada Farhan. Tapi pemuda itu tahu semua tidak mungkin. Hanya penolakan yang bisa diberikan. Dampaknya, Winda tampak makin uring-uringan.


"Pa, Mama balik kamar dulu ya. Perut agak nggak enak."

"Ya sudah biar Papa yang nungguin anak-anak."

"Loh Farhan tadi di mana?"

"Kan pamit keluar. Mau beli pesanan anak-anak kantor katanya."

"Berapa lama lagi sih ini memangnya?"

"Masih satu setengah jam lagi, Ma."

"Kalau sudah nanti Mama balik ke sini lagi."

"Iya, Ma."


Winda buru-buru kembali ke kamar. Dengan pakaian pantai yang dikenakan, Ia berlagak ingin segera menuntaskan hajat buang air besar.


"Kamu di mana, Han?"

"Di lobby, Bu. Kan tadi pamit mau keluar sebentar."

"Balik ke kamar dulu sebentar."

"Bu, jangan aneh-aneh, deh."

"Saya tunggu di depan kamar kamu."


Winda sudah tidak bisa menahan lagi. Segala cara adalah halal baginya. Ia tahu, apapun bisa terjadi. Tapi kepalanya makin pusing. Birahi ini harus segera dituntaskan.


"Ibu benar-benar nekat."

"Sudah ayo cepat buka. Kamu nggak tahu saya dari kemarin pusing."

"Tapi kan kondisinya tidak memungkinkan, Bu."

"Sekarang memungkinkan."


Setelah pintu tertutup, Winda segera menyerbu Farhan. Ia benar-benar seperti kuda betina penuh birahi yang segera ingin kawin. Binal. Farhan cukup terkejut dengan tindakan yang dilakukan Winda. Tapi siapa bisa menahan nafsu dalam keadaan seperti ini? Ia segera menyesuaikan diri. Membalas serangan Winda dengan tak kalah buasnya. Tiga persetubuhan sebelum ini selalu berlangsung lembut. Ada sensasi berbeda kali ini. Badan Winda panas. Farhan jadi ikut panas.


"Kita tidak punya banyak waktu."

"Ibu berani sekali."

"Ini yang bikin saya berani."


Dua manusia itu segera melancarkan jurus masing-masing. Mereka sudah saling meraba dan mencari titik kepuasan di tubuh keduanya. Dengus nafas memburu tak dapat disembunyikan. Ini persetubuhan terliar yang pernah mereka lakukan.


"Ahhh. Bu, pelan dong."


Farhan berusaha mengingatkan Winda. Ritmenya terlalu cepat hingga oral yang dilakukan ke penis Farhan sedikit membuat laki-laki itu meringis.


"Ahhh. Ibu memang jagoan."


Makin dipuji, makin semangat Winda. Ia terus saja memainkan penis Farhan dengan penuh nafsu. Sesekali lidahnya menari-menari membuat Farhan hanya bisa mendesah keenakan.


"Sini deh, Bu."


Kode yang diberikan Farhan ditangkap dengan sempurna. Winda segera menindih tubuh Farhan dengan posisi terbalik. Ya, ini posisi enam sembilan kata orang-orang. Kini mereka saling mengerjai. Winda tak bisa lagi konsentrasi menjelajahi setiap inci penis milik Farhan. Aksi pemuda itu membuatnya lebih sering mendesah keenakan.


"Sudah, Han. Waktu kita semakin sedikit."


Kalian sudah tahu apa yang terjadi berikutnya. Kombinasi antara nafsu, nekat, dan keterbatasan waktu menjadi bumbu yang pas. Farhan dan Winda bergantian saling mendesah. Menikmati setiap gerakan untuk saling memuaskan. Tidak cukup dengan missionary, Winda meminta memegang kendali. Ia sudah menduduki penis Farhan dengan goyangan yang amat menggairahkan. Pemuda itu hanya bisa keenakan sembari memainkan payudara Winda.


"Kamu mau saya kasih bonus nggak?"

"Apa itu?"


Farhan meringis. Matanya memejam. Ia hanya bisa memegang pinggul Winda.


"Ampuuuuuun Bu."


Winda tersenyum penuh kemenangan. Ia mempelajari teknik ini beberapa tahun belakangan setelah aktif mengikuti yoga. Dan pertama kali praktik langsung berhasil.


"Aduuuh. Ada yang bales nih"


Tidak mau kalah, Farhan segera melancarkan serangan balasan. Winda hanya bisa menahan enak sambil menyerahkan payudaranya untuk dikerjai mulut Farhan.


"Sedikit lagi, Han."

"Saya juga, Bu. Ayo."

"FARHAAAAAN."

"BUUUUU. AAAAHHH."


Keduanya berpelukan. Tidak ada yang bergerak. Sensasi itu terlalu luar biasa. Orgasme terbaik yang pernah Winda rasakan. Bagi Farhan juga sepertinya. Setelah aksi hisapan pada penisnya, Farhan makin yakin tidak akan bisa lepas dari Winda. Kenikmatan yang diberikan wanita ini begitu memabukkan. Ia bisa gila lama-lama.


"Halo. Iya, Pa?"

"Mama masih di kamar?"

"Iya ini. Gimana?"

"Anak-anak sudah mau selesai nih."

"Oke Mama ke sana ya sebentar lagi."

"Bawakan Papa baju ganti ya."

"Ikut berenang juga?"

"Seperti biasa, Dara usil."

"Nggak sekalian ganti di kamar saja?"

"Masak basah-basahan kembali ke kamarnya, Ma."

"Ya sudah Mama bawakan. Tunggu ya."


Farhan tersenyum. Untung saja sudah selesai. Mereka harus bergegas. Nampaknya tidak ada waktu untuk membersihkan diri.


"Ibu yakin nggak bersih-bersih dulu?"

"Nggak sempat."

"Tapi, Bu."

"Di kamar saja sekalian ambil baju."

"Terima kasih ya, Bu. Itu tadi luar biasa."

"Tunggu bonus selanjutnya."

"Dengan senang hati."


***


Liburan selesai. Sekitar pukul 15.30, rombongan sudah kembali tiba di rumah Dibyo yang besar itu. Farhan segera membereskan semua barang bawaan dibantu oleh pekerja lain di sana. Meski dilarang, Farhan merasa tidak pantas.


"Saya langsung pulang dulu ya, Pak, setelah ini."

"Iya, Han. Waktunya istirahat."

"Terima kasih ya, Han. Anak-anak senang sekali liburan sama kamu."

"Sama-sama, Bu. Saya yang justru harus berterima kasih sudah diajak."


Farhan terkadang masih tak percaya. Wanita yang berada di hadapannya itu adalah orang begitu binal saat berada di ranjang bersamanya. Dan Ia adalah istri atasannya sendiri. Orang yang telah banyak membantunya. Dalam berbagai kesempatan, Farhan masih merasa telah mengkhianati Dibyo. Tapi memang nafsu birahi mengalahkan semua itu. Farhan berpamitan. Membawa kelelahan yang menumpuk.


Sementara di rumah Dibyo, Winda sedang bernyanyi kesenangan di bawah guyuran air di kamar mandi. Liburan yang sempurna. Meski hanya memiliki dua kali kesempatan bersetubuh dengan Farhan, kualitasnya benar-benar jempolan. Sensasi takut ketahuan membuat orgasme yang didapatkan Winda makin berlipat nikmatnya. Ia tak menyangka akan jadi seberani ini. Seorang istri penurut yang paling mentok merespon godaan kawan-kawan lelakinya, kini justru berselingkuh, mengejar kepuasan birahi bersama pemuda yang belum lama dikenalnya. Bahkan, pemuda itu adalah orang kepercayaan suaminya. Benar-benar diluar nalar. Tapi Winda menikmati keberanian itu. Ia makin tidak peduli dengan apa yang dilakukan Dibyo di luar sana. Selama Ia memenuhi kewajibannya sebagai istri yang tetap melayani suami, semua terasa impas.


***


"Jadi, Papa nggak bisa menolak tugas itu?"

"Aku tentara, Ma. Perintah adalah wajib."

"Setahun itu lama, Pa."

"Sebentar kok, Ma. Kita sudah biasa kan melalui ini."

"Biasa bukan berarti selalu bisa kan?"

"Aku yakin istriku bisa melalui ini."

"Aku bisa apa kalau tidak menerima, Pa."

"Komandan janji setelah tugas ini aku akan kembali ke sini, Ma."

"Mudah-mudahan. Aku nggak mau berharap lebih."

"Senyum, dong. Kalau cemberut gitu mana kelihatan cantiknya."

"Bayangin setahun nggak ada yang nyentuh aku."

"Kan masih bisa video call, Ma, seperti biasa."

"Rasanya tetap beda lah, Pa."

"Iya aku tahu."

"Jujur sama aku. Selama ini, Papa nggak pernah jajan atau sama wanita lain?"

"Nggak pernah, Ma."

"Papa jujur saja. Aku tahu lingkungan Papa seperti apa. Aku nggak akan marah."

"Enggak, Ma."

"Yakin? Nggak mau jujur?"

"Ya sudah aku ngaku. Ya pernah sih."

"Sama siapa?"

"Sama wanita panggilan."

"Benar? Bukan sama simpanan?"

"Benar, Ma. Mana berani aku kayak gitu."

"Dasar laki-laki."

"Biar impas, Mama boleh sama laki-laki lain selama aku nggak ada. Dengan syarat: aku nggak tahu, bukan orang yang aku tahu, dan jangan sampai tahu orang lain."

"Papa nyuruh aku selingkuh?"

"Aku hanya ingin kita impas. Aku tahu kita sama-sama butuh."


Kata orang, seks terbaik itu bisa terjadi setelah ada pertengkaran yang mendahului. Malam itu adalah salah satu yang terbaik bagi pasangan yang akan berpisah setahun lamanya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selepas ini. Sang suami belum tahu bahwa istrinya sudah tiga kali bersetubuh dengan orang lain. Istrinya juga baru tahu jika suami melampiaskan birahi dengan wanita lain. Kejujuran akan mengubah hubungan mereka selama ini. Apakah itu yang terbaik? Entahlah. Semua baru saja dimulai.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd