Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG JALAN HIDUP SIAPA YANG TAHU

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
EPISODE 7


ANNE


"Masih ada kamar kosong?"

"Saya cek dulu ya, Bu Anne"

"Permisi. Ini ada tinggal yang deluxe, Bu. Di lantai 9."

"Boleh deh, itu saja. Nanti tagihan dijadikan satu saja ya."

"Baik, Bu Anne."

"Oh ya, besok siang yang saya pesan mobil sudah oke ya?"

"Sudah, Bu. Besok pukul 1 sesuai pesan tadi ya, Bu?"

"Oke. Kalau ada perubahan saya kabari saja."

"Ini, Bu. Kuncinya. Ini semalam dulu atau disesuaikan dengan jadwal Bu Anne?"

"Semalam saja. Untuk teman saya itu."

"Baik. Selamat istirahat, Bu Anne."

"Terima kasih."


***


"Ini, Han. Kamu perlu istirahat, kan. Dari pada besok jemput saya lagi ke sini, sekalian saja."

"Sepertinya berlebihan, Ci."

"Tidak, tenang saja. Saya ke kamar dulu ya. Kalau ada apa-apa saya kabari."

"Baik, Ci. Terima kasih."


Otak Farhan masih menebak-nebak apa maksud dari semua ini. Hotel, kamar hotel, istirahat. Entahlah. Yang jelas badannya cukup lelah. Setelah melayani Winda sore tadi, Ia belum istirahat sama sekali. Jika terjadi hal-hal yang Ia pikirkan malam ini, Ia tidak yakin. Tapi biarlah. Farhan hanya ingin mandi.


***


Farhan bangun seketika setelah menyadari telepon di kamarnya berdering. Ia terlelap selepas mandi tadi. Badannya sedikit payah, energinya terkuras.


"Kamu tidur, Han?"


Farhan kenal benar suara itu. Ada apa Ia telepon malam-malam begini. Pakai telepon kamar juga. Oh iya, mereka belum bertukar nomor ponsel.


"Iya, Ci. Ketiduran tadi."

"Kamu mau bantu saya? Itu juga kalau kamu nggak lelah dan ngantuk."

"Apa yang bisa saya bantu, Ci?"

"Saya ke situ saja, tunggu sebentar."


Bantuan. Ini sudah pukul 3 dini hari. Mereka sampai hotel 22.30 tadi. Yang benar saja. Entahlah. Farhan memutuskan cuci muka.


"Silakan masuk, Ci."

"Terima kasih, Han."

"Saya tidak tahu bagaimana ngomongnya. Saya ragu. Kamu tidak terpancing sama sekali dari semalam."

"Maksudnya bagaimana, Ci?"

"Kamu masih suka sama wanita kan, Han?"

"Ya, masih, Ci. Kenapa?"


Anne tidak sabar. Ia rengkuh Farhan seketika. Bibirnya mencari lawan. Farhan yang sedikit kaget dan bingung masih mematung. Ia belum merespon sama sekali. Sementara Anne terus saja menerobos mulut Farhan. Tangan Anne langsung mencari letak batang tidak bertulang itu. Ia yakin tidak mengecewakan bentuknya.


Aha. Anne mendapatkannya. Farhan yang hanya memakai boxer jelas saja tidak menyulitkan. Penis berukuran standar itu sudah tegang mengacung. Anne mendidih. Sedari tadi nafsunya sudah di ubun-ubun. Tak banyak bicara, Ia meninggalkan mulut dan bibir Farhan menuju benda asing di depannya. Dengan wajah bernafsu, Anne mulai memainkan penis milik Farhan. Rakus sekali. Ia sama sekali tak mau tahu apa yang sedang terjadi pada Farhan. Ia sudah menemukannya.


Sementara Farhan mulai menyadari apa yang Ia pikirkan tadi akhirnya menjadi kenyataan. Enak, sih, pikirnya. Tapi apa ini bukan pemerkosaan namanya. Ah, Farhan tidak peduli. Meski syok dan sempat mematung, Farhan perlahan mulai menikmati. Itulah satu-satunya cara. Percuma. Akan banyak sekali hal-hal yang mungkin buruk akan terjadi jika Ia menolak atau bahkan kabur. Toh, yang di depannya sangat menggoda. Wanita chinese berumur hampir 40 tahun dengan bodi aduhai. Meski telah beranak satu, tubuhnya tak kalah dengan remaja-remaja di luar sana. Ukuran payudara yang pas, pinggul yang menonjol, juga perut rata. Dan ya, kulitnya putih sekali. Tidak ada cacat. Wajahnya juga cantik. Siapa yang bisa menolak bidadari dalam wujud begini.


"Saya sudah nggak tahan. Kamu tidak peka sama sekali."

"Saya takut kurang ajar, Ci."

"Kamu sudah menarik buat saya sejak bertemu tadi."

"Apakah ini akan mempengaruhi rencana kerja sama itu, Ci?"

"Jangan dipikirkan soal itu. Saya mau ini malam ini."


Mereka berciuman. Anne selesai mengerjai penis milik Farhan. Ludahnya sudah kemana-mana. Tangan Anne perlahan membuka kaos yang merupakan pembungkus terakhir tubuh Farhan. Tak mau kalah, Farhan mulai menyerang. Piyama milik Anne pelan-pelan Ia lucuti. Ternyata tidak ada bra di dalam sana. Hanya ada celana dalam model thong yang memperkuat kesan seksi dalam diri Anne. Farhan heran, wanita dengan tubuh sempurna begini kok ya mau bersetubuh dengannya.


"Badanmu bagus, Han. Olahraga?"

"Cuma lari, Ci."

"Harusnya staminamu bagus."


Farhan mulai memainkan payudara Anne. Benar-benar kencang. Tak ada yang turun sedikitpun. Ia mulai mendaratkan bibir dan lidahnya di sana. Sontak saja Anne mendesah. Ia bersyukur Farhan cepat merespon. Padahal, Anne takut sekali mendapatkan penolakan. Farhan terlihat seperti pemuda baik dan santun yang tidak mau hal-hal begini.


"Terus, Han. Kamu ternyata nakal juga ya."


Anne hanya bisa mendesah keenakan. Selain mengerjai payudaranya dengan bibir dan mulut, jari-jari Farhan menyelinap di antara celana dalamnya. Serangan pada dua titik sensitifnya membuat Anne tak bisa lagi menahan. Desahannya mulai berubah menjadi rintihan. Ia memang orang yang berisik ketika bercinta. Tentu saja Anne tidak peduli dengan orang-orang di kamar sebelah. Kepuasannya lebih penting dari apapun saat ini.


"Saya kira kamu cupu, Han. Oooohh"

"Terus. Tanganmu lebih cepat. Lebih cepaaaat. Ooooohhhh"

"Iya, di situ. Oooohhh. Gesek terussss. Anak pintar. Oooohhhh."

"Uuuh. Uuuhhh. Sedikit lagi. Sedikit lagi. Aaaawwww."

"FARHAN SIAAAALLAAAN. KENAPA KAMU LEPAS?"

"Lebih nikmat pakai ini, Bu."


Farhan memposisikan diri. Penisnya mulai masuk menyelami vagina gundul itu. Pelan tapi pasti. Sempit sekali rasanya.


"AAAWWWWWW"


Hanya teriakan itu yang bisa keluar dari bibir Anne. Rasanya luar biasa. Ia yang sebentar lagi mencapai puncak kenikmatan malah disodori penis milik Farhan.


"Cepat, Han. Saya nggak mau main pelan."


Setelah bersetubuh dengan Winda yang menyenangi tempo lambat, Farhan kini menghadapi hal baru. Wanita di hadapannya ingin main dengan tempo cepat. Farhan tidak yakin akan bisa bertahan lama.


"Penismu enak juga, Han. Oh. Oh. Oh."

"Kamu belajar di mana ngentot begini. Ah. Terus, Han. Ah. Ah."

"Sini, bibirmu. Emmm. Saya suka ini. Enaaaaak. Ooooohhh."


Anne terus meracau. Mulutnya tidak bisa ditutup. Kalau tidak bersuara, Ia akan mencari pelampiasan.


"Haaan, dikit lagi, Haaan. Oooohhhh"

"Yesss. Yesss. Aku mau dapaaat. Ooooh."

"FARHAAAAAN OOOOOOHHHHH"


Anne mendapatkan orgasmenya. Farhan menutup mulut wanita itu dengan cepat. Kalau dibiarkan, semua orang di sekitar kamar ini bisa terbangun. Farhan tidak jadi orgasme melihat kelakuan Anne.


"Sorry, Han. Saya selalu begini kalau lagi keenakan."


Anne tersenyum menggemaskan. Tidak ada lagi wanita pengusaha yang tegas dan berwibawa yang Farhan temui semalam. Ia telah mendapatkannya. Wanita kaya raya ini berhasil dibuatnya orgasme. Pencapaian yang luar biasa, sekali lagi, oleh Farhan.


"Tuh kan benar. Staminamu memang jempol."

"Saya tadi hampir keluar, Ci. Tapi lihat Ibu teriak jadi masuk lagi."

"Hehehehe. Sorry. Kalau begitu giliran saya sekarang."


Anne meminta Farhan rebah, pelan-pelan tubuhnya memanjat badan pemuda itu. Ia pandangi sebentar, lumayan juga. Masih dengan vagina yang basah oleh ulah Farhan tadi, Anne mulai mengarahkan penis itu masuk.


Sementara Farhan memejamkan mata menikmati setiap inci gesekan antara penisnya dengan vagina Anne. Meski becek, tak berkurang kenikmatannya.


"Jujur sama saya, kamu sering begini ya."

"Baru dua kali, Ci."

"Ahh. Tapi kenapa lumayan jago sih. Aduuh. Aduuuh."

"Insting saja, Bu."

"Terus, Han. Ah. Ah. Kok malah saya keenakan lagi. Ah."

"Saya nggak tahan lihat body Ci Anne."

"Sama siapa kamu begini? Oooohhhh ampun deeh."

"Ada, deh. Rahasia, Ci. Aaahhh."

"Tua apa muda? Ooouuuuh."

"Lebih muda sedikit dari Ci Anne. Sshhh aaah."

"Jangan-jangaaan. Aaah. Aaah. Han, diem kamu. Saya saja. Oooohhh"


Anne fokus mengerjai penis pemuda itu. Ia tidak rela jika harus orgasme lagi tapi Farhan masih belum apa-apa. Mau ditaruh mana mukanya dibikin dua kali keluar oleh anak bau kencur. Anne mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki. Mulai dari teknik hisap, memutar, hingga naik turun dengan kecepatan tinggi. Bukannya malah habis tenaga tapi nafsu Anne makin membabi buta.


"Ci, aaahh. Saya keluar di mana, Ci. Aaaahh."

"Keluarkan saja, sayaaang. Aaaahhh. Aahhhh."

"Ci Anneee. Oooohhhh. Oooohhh."

"Ayo bareng Haaan. Cepaaaat. Cepaaat."

"AAAAAHHH. AAAHHHH."

"FARHAAAAN OOOHHHH."


Mereka saling mendekap. Erat sekali. Tubuh penuh peluh tidak menghalangi. Nafas kembang kempis. Dua kelamin itu masih belum lepas. Tidak ada suara. Hanya desahan dua manusia dipenuhi kenikmatan. Tenang sekali.


"Thank you ya, Han. Kamu melebihi ekspektasi."

"Sama-sama, Ci. Saya juga senang dan puas."

"Saya ke kamar ya. Nanti nggak jadi istirahat kalau di sini terus."

"Baik, Ci. Selamat istirahat."

"Kasih saya ciuman dulu."


Akhirnya Farhan bisa tidur. Tak ada keinginan membersihkan diri dulu. Badannya payah sekali.


***


"Gimana, Han?"

"Sepertinya lampu hijau, Pak."

"Kamu memang ahlinya."

"Beliau tertarik dengan sistem kita. Kualitasnya oke katanya."

"Kapan rencana ada tindak lanjut?"

"Hasil hari ini mau dibawa ke timnya dulu, Pak. Kayaknya mereka mau barang contoh dulu untuk dikirim ke pelanggan. Ikut pengiriman bulan depan katanya."

"Jumlahnya?"

"Masih belum tahu, Pak. Setelah ketemu timnya akan dikabari."

"Bungkus, Han. Bungkus. Terima kasih ya."

"Sama-sama, Pak."

"Kamu di mana ini? Sudah mau balik?"


Anne memundurkan acara keluarganya menjadi pukul 3 sore. Ia masih sibuk dengan mainan barunya. Sayang kalau dilewatkan. Setelah bekerja, harus ada bonusnya. Sambil melihat Farhan menelepon Dibyo, Anne sedang asyik menikmati lolipop tanpa rasa.


"Untung saja produk bosmu bagus, Han. Jadi yang ini bukan jadi alasan."

"Kalau produknya jelek, Ci?"

"Kamu yang saya bawa pulang."


Siapa yang tidak mau menikmati wanita cantik berpengalaman dengan tubuh menawan? Soal yang lain-lain, bisa nanti dikerjakan.
 
saya sudah baca beberapa karya bro @johnykecil ini.... Ada ciri khasnya.. Fetish sama pasangan wanita yang umurnya di atas tokoh utama..
Mulai dari sang dokter, Sertifikasi, ...trus ini....
Lanjuuut......
Wah terima kasih sudah membaca dan memperhatikan detilnya. Kalau dipikir-pikir iya juga ya kebanyakan ceritanya haha

Kapan-kapan coba bikin yang agak lain hu.
 
wiih kayaknya ketebak nih sama ci anne
EPISODE 7


ANNE


"Masih ada kamar kosong?"

"Saya cek dulu ya, Bu Anne"

"Permisi. Ini ada tinggal yang deluxe, Bu. Di lantai 9."

"Boleh deh, itu saja. Nanti tagihan dijadikan satu saja ya."

"Baik, Bu Anne."

"Oh ya, besok siang yang saya pesan mobil sudah oke ya?"

"Sudah, Bu. Besok pukul 1 sesuai pesan tadi ya, Bu?"

"Oke. Kalau ada perubahan saya kabari saja."

"Ini, Bu. Kuncinya. Ini semalam dulu atau disesuaikan dengan jadwal Bu Anne?"

"Semalam saja. Untuk teman saya itu."

"Baik. Selamat istirahat, Bu Anne."

"Terima kasih."


***


"Ini, Han. Kamu perlu istirahat, kan. Dari pada besok jemput saya lagi ke sini, sekalian saja."

"Sepertinya berlebihan, Ci."

"Tidak, tenang saja. Saya ke kamar dulu ya. Kalau ada apa-apa saya kabari."

"Baik, Ci. Terima kasih."


Otak Farhan masih menebak-nebak apa maksud dari semua ini. Hotel, kamar hotel, istirahat. Entahlah. Yang jelas badannya cukup lelah. Setelah melayani Winda sore tadi, Ia belum istirahat sama sekali. Jika terjadi hal-hal yang Ia pikirkan malam ini, Ia tidak yakin. Tapi biarlah. Farhan hanya ingin mandi.


***


Farhan bangun seketika setelah menyadari telepon di kamarnya berdering. Ia terlelap selepas mandi tadi. Badannya sedikit payah, energinya terkuras.


"Kamu tidur, Han?"


Farhan kenal benar suara itu. Ada apa Ia telepon malam-malam begini. Pakai telepon kamar juga. Oh iya, mereka belum bertukar nomor ponsel.


"Iya, Ci. Ketiduran tadi."

"Kamu mau bantu saya? Itu juga kalau kamu nggak lelah dan ngantuk."

"Apa yang bisa saya bantu, Ci?"

"Saya ke situ saja, tunggu sebentar."


Bantuan. Ini sudah pukul 3 dini hari. Mereka sampai hotel 22.30 tadi. Yang benar saja. Entahlah. Farhan memutuskan cuci muka.


"Silakan masuk, Ci."

"Terima kasih, Han."

"Saya tidak tahu bagaimana ngomongnya. Saya ragu. Kamu tidak terpancing sama sekali dari semalam."

"Maksudnya bagaimana, Ci?"

"Kamu masih suka sama wanita kan, Han?"

"Ya, masih, Ci. Kenapa?"


Anne tidak sabar. Ia rengkuh Farhan seketika. Bibirnya mencari lawan. Farhan yang sedikit kaget dan bingung masih mematung. Ia belum merespon sama sekali. Sementara Anne terus saja menerobos mulut Farhan. Tangan Anne langsung mencari letak batang tidak bertulang itu. Ia yakin tidak mengecewakan bentuknya.


Aha. Anne mendapatkannya. Farhan yang hanya memakai boxer jelas saja tidak menyulitkan. Penis berukuran standar itu sudah tegang mengacung. Anne mendidih. Sedari tadi nafsunya sudah di ubun-ubun. Tak banyak bicara, Ia meninggalkan mulut dan bibir Farhan menuju benda asing di depannya. Dengan wajah bernafsu, Anne mulai memainkan penis milik Farhan. Rakus sekali. Ia sama sekali tak mau tahu apa yang sedang terjadi pada Farhan. Ia sudah menemukannya.


Sementara Farhan mulai menyadari apa yang Ia pikirkan tadi akhirnya menjadi kenyataan. Enak, sih, pikirnya. Tapi apa ini bukan pemerkosaan namanya. Ah, Farhan tidak peduli. Meski syok dan sempat mematung, Farhan perlahan mulai menikmati. Itulah satu-satunya cara. Percuma. Akan banyak sekali hal-hal yang mungkin buruk akan terjadi jika Ia menolak atau bahkan kabur. Toh, yang di depannya sangat menggoda. Wanita chinese berumur hampir 40 tahun dengan bodi aduhai. Meski telah beranak satu, tubuhnya tak kalah dengan remaja-remaja di luar sana. Ukuran payudara yang pas, pinggul yang menonjol, juga perut rata. Dan ya, kulitnya putih sekali. Tidak ada cacat. Wajahnya juga cantik. Siapa yang bisa menolak bidadari dalam wujud begini.


"Saya sudah nggak tahan. Kamu tidak peka sama sekali."

"Saya takut kurang ajar, Ci."

"Kamu sudah menarik buat saya sejak bertemu tadi."

"Apakah ini akan mempengaruhi rencana kerja sama itu, Ci?"

"Jangan dipikirkan soal itu. Saya mau ini malam ini."


Mereka berciuman. Anne selesai mengerjai penis milik Farhan. Ludahnya sudah kemana-mana. Tangan Anne perlahan membuka kaos yang merupakan pembungkus terakhir tubuh Farhan. Tak mau kalah, Farhan mulai menyerang. Piyama milik Anne pelan-pelan Ia lucuti. Ternyata tidak ada bra di dalam sana. Hanya ada celana dalam model thong yang memperkuat kesan seksi dalam diri Anne. Farhan heran, wanita dengan tubuh sempurna begini kok ya mau bersetubuh dengannya.


"Badanmu bagus, Han. Olahraga?"

"Cuma lari, Ci."

"Harusnya staminamu bagus."


Farhan mulai memainkan payudara Anne. Benar-benar kencang. Tak ada yang turun sedikitpun. Ia mulai mendaratkan bibir dan lidahnya di sana. Sontak saja Anne mendesah. Ia bersyukur Farhan cepat merespon. Padahal, Anne takut sekali mendapatkan penolakan. Farhan terlihat seperti pemuda baik dan santun yang tidak mau hal-hal begini.


"Terus, Han. Kamu ternyata nakal juga ya."


Anne hanya bisa mendesah keenakan. Selain mengerjai payudaranya dengan bibir dan mulut, jari-jari Farhan menyelinap di antara celana dalamnya. Serangan pada dua titik sensitifnya membuat Anne tak bisa lagi menahan. Desahannya mulai berubah menjadi rintihan. Ia memang orang yang berisik ketika bercinta. Tentu saja Anne tidak peduli dengan orang-orang di kamar sebelah. Kepuasannya lebih penting dari apapun saat ini.


"Saya kira kamu cupu, Han. Oooohh"

"Terus. Tanganmu lebih cepat. Lebih cepaaaat. Ooooohhhh"

"Iya, di situ. Oooohhh. Gesek terussss. Anak pintar. Oooohhhh."

"Uuuh. Uuuhhh. Sedikit lagi. Sedikit lagi. Aaaawwww."

"FARHAN SIAAAALLAAAN. KENAPA KAMU LEPAS?"

"Lebih nikmat pakai ini, Bu."


Farhan memposisikan diri. Penisnya mulai masuk menyelami vagina gundul itu. Pelan tapi pasti. Sempit sekali rasanya.


"AAAWWWWWW"


Hanya teriakan itu yang bisa keluar dari bibir Anne. Rasanya luar biasa. Ia yang sebentar lagi mencapai puncak kenikmatan malah disodori penis milik Farhan.


"Cepat, Han. Saya nggak mau main pelan."


Setelah bersetubuh dengan Winda yang menyenangi tempo lambat, Farhan kini menghadapi hal baru. Wanita di hadapannya ingin main dengan tempo cepat. Farhan tidak yakin akan bisa bertahan lama.


"Penismu enak juga, Han. Oh. Oh. Oh."

"Kamu belajar di mana ngentot begini. Ah. Terus, Han. Ah. Ah."

"Sini, bibirmu. Emmm. Saya suka ini. Enaaaaak. Ooooohhh."


Anne terus meracau. Mulutnya tidak bisa ditutup. Kalau tidak bersuara, Ia akan mencari pelampiasan.


"Haaan, dikit lagi, Haaan. Oooohhhh"

"Yesss. Yesss. Aku mau dapaaat. Ooooh."

"FARHAAAAAN OOOOOOHHHHH"


Anne mendapatkan orgasmenya. Farhan menutup mulut wanita itu dengan cepat. Kalau dibiarkan, semua orang di sekitar kamar ini bisa terbangun. Farhan tidak jadi orgasme melihat kelakuan Anne.


"Sorry, Han. Saya selalu begini kalau lagi keenakan."


Anne tersenyum menggemaskan. Tidak ada lagi wanita pengusaha yang tegas dan berwibawa yang Farhan temui semalam. Ia telah mendapatkannya. Wanita kaya raya ini berhasil dibuatnya orgasme. Pencapaian yang luar biasa, sekali lagi, oleh Farhan.


"Tuh kan benar. Staminamu memang jempol."

"Saya tadi hampir keluar, Ci. Tapi lihat Ibu teriak jadi masuk lagi."

"Hehehehe. Sorry. Kalau begitu giliran saya sekarang."


Anne meminta Farhan rebah, pelan-pelan tubuhnya memanjat badan pemuda itu. Ia pandangi sebentar, lumayan juga. Masih dengan vagina yang basah oleh ulah Farhan tadi, Anne mulai mengarahkan penis itu masuk.


Sementara Farhan memejamkan mata menikmati setiap inci gesekan antara penisnya dengan vagina Anne. Meski becek, tak berkurang kenikmatannya.


"Jujur sama saya, kamu sering begini ya."

"Baru dua kali, Ci."

"Ahh. Tapi kenapa lumayan jago sih. Aduuh. Aduuuh."

"Insting saja, Bu."

"Terus, Han. Ah. Ah. Kok malah saya keenakan lagi. Ah."

"Saya nggak tahan lihat body Ci Anne."

"Sama siapa kamu begini? Oooohhhh ampun deeh."

"Ada, deh. Rahasia, Ci. Aaahhh."

"Tua apa muda? Ooouuuuh."

"Lebih muda sedikit dari Ci Anne. Sshhh aaah."

"Jangan-jangaaan. Aaah. Aaah. Han, diem kamu. Saya saja. Oooohhh"


Anne fokus mengerjai penis pemuda itu. Ia tidak rela jika harus orgasme lagi tapi Farhan masih belum apa-apa. Mau ditaruh mana mukanya dibikin dua kali keluar oleh anak bau kencur. Anne mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki. Mulai dari teknik hisap, memutar, hingga naik turun dengan kecepatan tinggi. Bukannya malah habis tenaga tapi nafsu Anne makin membabi buta.


"Ci, aaahh. Saya keluar di mana, Ci. Aaaahh."

"Keluarkan saja, sayaaang. Aaaahhh. Aahhhh."

"Ci Anneee. Oooohhhh. Oooohhh."

"Ayo bareng Haaan. Cepaaaat. Cepaaat."

"AAAAAHHH. AAAHHHH."

"FARHAAAAN OOOHHHH."


Mereka saling mendekap. Erat sekali. Tubuh penuh peluh tidak menghalangi. Nafas kembang kempis. Dua kelamin itu masih belum lepas. Tidak ada suara. Hanya desahan dua manusia dipenuhi kenikmatan. Tenang sekali.


"Thank you ya, Han. Kamu melebihi ekspektasi."

"Sama-sama, Ci. Saya juga senang dan puas."

"Saya ke kamar ya. Nanti nggak jadi istirahat kalau di sini terus."

"Baik, Ci. Selamat istirahat."

"Kasih saya ciuman dulu."


Akhirnya Farhan bisa tidur. Tak ada keinginan membersihkan diri dulu. Badannya payah sekali.


***


"Gimana, Han?"

"Sepertinya lampu hijau, Pak."

"Kamu memang ahlinya."

"Beliau tertarik dengan sistem kita. Kualitasnya oke katanya."

"Kapan rencana ada tindak lanjut?"

"Hasil hari ini mau dibawa ke timnya dulu, Pak. Kayaknya mereka mau barang contoh dulu untuk dikirim ke pelanggan. Ikut pengiriman bulan depan katanya."

"Jumlahnya?"

"Masih belum tahu, Pak. Setelah ketemu timnya akan dikabari."

"Bungkus, Han. Bungkus. Terima kasih ya."

"Sama-sama, Pak."

"Kamu di mana ini? Sudah mau balik?"


Anne memundurkan acara keluarganya menjadi pukul 3 sore. Ia masih sibuk dengan mainan barunya. Sayang kalau dilewatkan. Setelah bekerja, harus ada bonusnya. Sambil melihat Farhan menelepon Dibyo, Anne sedang asyik menikmati lolipop tanpa rasa.


"Untung saja produk bosmu bagus, Han. Jadi yang ini bukan jadi alasan."

"Kalau produknya jelek, Ci?"

"Kamu yang saya bawa pulang."


Siapa yang tidak mau menikmati wanita cantik berpengalaman dengan tubuh menawan? Soal yang lain-lain, bisa nanti dikerjakan.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd