Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Bimabet
IMG-20181123-204431.jpg


Hobi banget sih bikin orang kangen!!
:sendirian: :sendirian: :sendirian:

Apakah ini tanda adrian akan menjadikan stefi pacar sekaligus oshi kita tunggu seoson 2 dari cerita ini alias jadi makin penasaran dengan kelanjutan nih cerita
 
Kangenan sama shani lhh, uwu uwu gemay udh gitu disatuin sama si pengamat lagi beuhh jadi tambah perpecto numero uno perguso kangennya!:aduh::aduh:

Kangen Shani?
Di sebelah update tuh (Saya baik kan MR. DEG)
Kangen Gracia?
Kasih pict nya aja ya
9887101042838804.gif


Hu dede gre bakal di eksekusi sama adrian gaa? Kasihh bocorann lahh kwkwk

Tanya anaknya langsung aja kali ya
@shaniagracia kamu ditanyain tuh

Apakah ini tanda adrian akan menjadikan stefi pacar sekaligus oshi kita tunggu seoson 2 dari cerita ini alias jadi makin penasaran dengan kelanjutan nih cerita

Tunggu aja ya
 
Part 28: Continue

"Pokoknya kalo sampe nanti nilai lo lebih tinggi daripada gue awas aja" ancam Rafli saat kami baru keluar kelas setelah selesai UAS hari kedua.

"Apa'an?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.

"Cara lo basi, Dri. Pake ngaku kemaren gak belajar, tapi nanti dapet nilai paling tinggi"

"Emang kemaren gue gak sempet belajar. Tapi sebelum-sebelumnya gue belajar terus, jadi ya wajar sih kalo gue dapet nilai tinggi dari lo nanti" balasku sedikit menyombongkan diri.

"Ah, kampret lo"

"Makanya, tiap hari itu belajar! Jangan pake sistem kebut semalem!!" kataku lagi menasehatinya.

"Tapi beneran kemaren lo gak belajar? Kok tumben? Kenapa? Kan gak ada jadwal theater kemaren?"

"Eeh, soal itu,...."

Tidak mungkin aku menceritakannya pada Rafli kan.

"Gue kecapekan aja" kataku beralasan.

"Malah nyombong" balasnya.

"Nyombong apa'an?" tanyaku heran.

"Itu tadi, lo bilang 'Gue kecakepan aja'. Sombong kan itu"

"Woi, pak haji Bolot! Ke-ca-pek-an. CAPEK! C! A! P! E! K! LELAH!"

Pasti kalian tahu bisa menebak alasan aku 'lelah' karena apa kan.

"Eits, sabar pak" balas Rafli. "Oh iya, pertanyaan gue kemaren belum lo jawab!"

"Pertanyaan ap-"

"Lo pilih siapa sih? Penasaran gue" tanya Rafli sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

"Lo pengen tau banget sih, lo admin lambe turah?" tanyaku menyindirnya.

"Bukan gitu, tap-"

"Oi, Dri! Raf!" sapa Samuel dari kejauhan bersama dengan Jose.

"Oi" balasku dan Rafli bersamaan.

"Gue gak ikut nongkrong di rooftop dulu ya" kata Samuel saat sudah berada di dekat kami.

"Terserah sih, gue juga gak ada niatan buat nongkrong di rooftop sih" balasku.

"Emang lo mau kemana?" tanya Rafli.

"Nonton" jawab Samuel singkat.

"Sama..."

"Ya sama Mia lah. Siapa lagi"

"Bukannya kemaren lo udah jalan sama dia ya?" tanyaku.

"Terserah gue lah, sama pacar gue ini. Emang kenapa sih? Lo cemburu?" tanya Samuel padaku.

"Ini bukannya apa-apa lho ya" balasku. "Gue gak ngelarang, kita gak ngelarang lo jalan sama Mia, tapi kalo lo keseringan jalan sama cewek lo, gak special dong momen kebersamaan kalian" tambahku.

"Lagian kalo lo keseringan jalan sama Mia, lama-lama jadi 'Sobat Miskin' lo" imbuh Rafli.

"Dan,.... ini bukannya gue ngedoain ya" kata Jose yang akhirnya ikut bicara. "Tapi karena kalian keseringan bareng. Nanti kalo kalian putus, move on nya susah"

"Iya. Nanti lo minta tolong ke kita buat nyariin tali sama pohon yang bagus lagi" kataku bercanda.

"Lah, gantung diri dong" kata Rafli.

"Sembarangan lo kalo ngomong, Dri" kata Jose. "Males gue kalo harus diminta nyari tali, suruh lompat dari rooftop aja nih orang" tambah Jose memberi saran bodoh.

"Woi! Lo berdua gimana sih?" kata Rafli. "Gini-gini Samuel itu temen lo. Kalo kita nanti pas nongkrong di rooftop digentayangin gimana? Kan gak lucu"

"Itu pun kalo kita masih bisa nongkrong di rooftop. Kalo gak dibolehin lagi gara-gara Samuel bunuh diri disana gimana?" tambah Jose.

Makin kacau nih obrolan, batinku.

"Kampret lo semua!!!!" kata Samuel akhirnya.

"Hahaha"

"Tapi tunggu!" kataku tiba-tiba. "Lo tadi bilang apa, Sam? Gue cemburu sama lo? Ya kali"

"Kebalik kali, lo yang cemburu sama Adrian. Buktinya ya kemaren itu didepan perpus" sambung Rafli.

"Lagian coba lo tanya deh sama Mia nanti. Dia kalo disuruh milih antara lo sama Adrian, dia pilih siapa?" tambah Jose.

"Hahaha. Ide bagus tuh" kataku menimpali.

Tiba-tiba Samuel menghentikan langkahnya sehingga dia tertinggal di belakang kami bertiga.

"Jose bercanda kali, Sam" kataku.

"Tauk lo, jangan dianggep serius kali" tambah Jose.

"Tapi gue jadi kepikiran. Soalnya gue juga gak yakin kalo Mia bakal milih gue ketimbang Adrian" jawab Samuel.

"Udah, jangan terlalu dipikirin" balas Rafli.

"Eh, ngomong-ngomong Tedi mana ya?" tanya Jose tiba-tiba.

"Ciee,... ada kangen sama adeknya nih" ejek Rafli.

"Amit-amit. Kalo gue punya adek kayak dia, mendingan gue masukin lagi" balas Jose.

"Kasihan nyokap lo dong" kataku.

"Kenapa lo nyariin Tedi sih?" tanya Samuel.

"Habisnya kalo berempat gini, gue ngerasa paling jelek" jawab Jose.

"Sadar juga lo" balasku.

Yang disambut tawa dari Rafli dan Samuel.

"Hahaha"
.
.
.
"Woi empat sekawan!!" panggil sesosok makhluk 'menyedihkan' yang sedang duduk-duduk di kantin.

Kenapa menyedihkan?
Ya karena dari lahir dia tidak pernah berpacaran. Hehehe.
Ya siapa lagi kalau bukan Tedi.

"Tuh!! Adek lo tuh!" sindir Rafli pada Jose.

"Kampret" balas Jose.

"Berempat aja kayak coboy junior" sindir Tedi saat kami berempat sudah di dekatnya.

"Ya kali coboy junior" kata Rafli.

"Lah kan bener. Bersatu kita teguh, berdua kita upin & ipin, bertiga kita trio macan, berempat kita coboy junior, berlima kita STRAY. Itu kan motto kita" kata Tedi panjang lebar.

"Motto apa'an. Itu karangan lo sendiri" balas Samuel.

"Eh, bukannya waktu itu lo bilang kalo dua itu duo srigala ya" kata Jose.

Ini orang kenapa sih?
Emang kayak gitu perlu dipermasalahin ya?

"Lagian coboy junior kan tiga orang bukan empat" kata Jose lagi.

Enggak dong. Coboy junior itu empat orang, yang tiga itu cjr.

Kenapa malah gue jelasin ya?, pikirku.

"Udahlah. Sini! Duduk dulu, makan dulu. Baru kita ke rooftop" ajak Tedi kemudian.

"Lo ngomong kayak gitu, kayak lo mau bayarin kita-kita aja" balasku yang akhirnya duduk diikuti tiga orang lainnya.

"Enak aja. Bayar sendiri-sendiri lah" kata Tedi.

"Gue gak ke rooftop, gue udah ada janji sama Mia" jawab Samuel.

"Gue juga" kata Jose.

"Lo juga ada janji sama Mia?" tanya Tedi.

"Ya bukan lah" jawab Jose. "Sama Dinda"

"Gue juga mau nemenin Sarah jalan-jalan" tambah Rafli.

"Kampret lu semua! Pacaran melulu" protes Tedi

"Makanya lo cari pacar sana, biar bisa dijadiin alesan" balas Jose.

"Berarti tinggal lu, Dri" kata Tedi. "Lu kan gak punya pacar, kita nongkrong berdua aja. Sesama jomblo harus saling mendukung" tambah Tedi.

"Gak" tolakku cepat. "Gue masih punya hal yang lebih penting daripada nongkrong sama lo"

"Emang apa'an?" tanya Tedi.

Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan Tedi. Malas juga.

"Tapi sebenarnya gue juga males sih nemenin Dinda" kata Jose.

"Kenapa?" tanya Samuel.

"Ya,... Dia minta ditemenin ke salon dulu" jawab Jose agak malas.

"Hahaha. Disuruh jadi penjaga tas" ejek Samuel.

"Emang kenapa kalo disuruh jadi penjaga tas?" tanyaku. "Kan tinggal duduk doang"

"Iya" jawab Jose. "Tapi duduk sambil megangin tas cewek itu bencong banget, anjir!"

"Pertama lo cuma megangin tas, lama-lama pipis lo jongkok, men" tambah Samuel.

"Emang harus dipegangin ya?" tanyaku kurang paham.

"Lah emang lo dulu kalo nemenin Manda ke salon, tas-nya gak lo pegangin?" tanya Samuel.

Aku hanya menggeleng pelan.

"Tas-nya gue taruh di kursi sebelah gue, trus gue dengerin musik lewat earphone" jawabku kemudian.

"Beda kasta, Sam. Adrian mah bebas. Kalo kita ngelakuin hal yang dilakuin Adrian itu, pasti langsung diputusin" kata Jose.

"Kita? Lo aja kali" balas Samuel.

"Hahaha" aku langsung tertawa melihat Samuel yang menolak 'disamakan' dengan Jose.

"Tapi lo sok keren banget sih, pake dengerin musik segala" kata Samuel lagi.

"Ya, daripada kuping gue zinah gara-gara dengerin tante-tante yang gosip di salon" jawabku. "Masalahnya, yang digosipin itu temennya sendiri yang gue sebenernya gak kenal. Tapi waktu si temennya yang digosipin tadi itu dateng, dan setelah gue perhatiin dari atas sampe bawah, entah kenapa gue jadi ikutan benci lho"

"Ternyata kebencian itu bisa nular ya" kata Jose. "Gue kira cuma penyakit yang nular"

Tapi kalau menurutku benci itu memang salah satu jenis 'penyakit'. Karena itu adalah hal yang tidak baik.
Jadi jangan menebarkan kebencian ya.

Eh, ini ngomong-ngomong kok gur ngobrolnya cuma bertiga doang ya? Cuma sama Samuel & Jose.
Dua orang lainnya mana nih?
Kok anteng?
Kok diem aja gak ada suaranya?
Lagi ciuman apa gimana?

"Eh, itu seriusan gak sih?" tanya Rafli tiba-tiba.

"Apa'an?" tanya Jose balik.

"Yang soal kalo kita nemenin cewek kita ke salon, kita disuruh jagain tas-nya" kata Rafli lagi.

"Kenapa emang?" tanyaku pada Rafli. "Muka lo serius amat"

"Gue tadi chat-an sama Sarah, trus dia bilang dia minta ditemenin ke salon juga" jawab Rafli.

Oh, ternyata Rafli tadi diam karena sedang chatting dengan Sarah.

"Bisa kasih gue saran gak buat nolaknya? Gue masih baru dalam hal ginian" kata Rafli lagi.

"Kita emang punya pengalaman pacaran lebih banyak daripada lo, Raf. Tapi kalo soal 'nolak perintah dari pacar' kita juga masih belum tau caranya" balas Samuel.

"Coba tanya Adrian tuh" tambah Jose.

"Apa'an?" tanyaku tidak mengerti. "Kenapa malah minta saran ke gue yang sekarang lagi 'single'?"

"Ah, Adrian mah kalo pacaran bukan dibuat tunduk sama cewek, tapi ceweknya yang dibuat tunduk sama dia" kata Rafli. "Gue jadi penasaran cewek yang kayak gimana yang bisa bikin seorang Adrian jadi 'tunduk' sama dia"

"Eh tunggu, Raf. Lo tadi bilang Sarah minta ditemenin ke salon, jangan-jangan kita bareng nanti" kata Jose.

"Bagus dong, lo berdua jadi 'budak' bareng. Duduk berjejer nunduk sambil megang tas cewek. Hahaha" ejek Samuel sambil tertawa.

"Sebenernya yang paling ngeselin dari nemenin cewek ke salon itu bukan karna disuruh jagain tas, karna pasti kita nemuin cowok lain yang ngalamin hal yang sama" kataku. "Tapi yang ngeselin itu waktu kita digodain pegawai salonnya"

"Gue setuju!" balas Samuel cepat.

"Bukannya enak ya?" balas Jose.

"Enak apa'an itu bisa bikin cewek kita cemburu trus marah. Padahal kan bukan kita godain, tapi kita yang digodain" kata Samuel.

"Apalagi kalo yang godain gak cuma pegawai yang cewek. Itu malah tambah ngeselin sekaligus jijik sih" tambahku.

"Maksudnya?" tanya Rafli.

"Cewek jadi-jadian" jawabku.

"Setan?" tanya Rafli lagi.

"Cowok tomboy" jawab Jose.

"Cowok tom...? Cowok kok tomboy sih?" tanya Rafli yang masih tidak mengerti.

"Bencong, anjir!! Banci salon!" jawab Jose lagi setengah.

"Lo kok lemot sih?" tanya Samuel.

Lemot?
Itu jadi mengingatkanku pada,...

"Ya maaf, gue gak pernah ke salon. Kalo potong rambut gue ke barber shop" kata Rafli membela diri.

"Kalian ngomongin apa sih?" tanya sebuah suara tiba-tiba.

"Huaah!!! Kaget gue" teriak Jose. "Ada orang ternyata"

"Lah gua dari tadi disini" balas Tedi.

Ya, yang membuat Jose kaget tadi adalah Tedi.

Masih hidup ternyata, gue kira mati. Daritadi gak ada suaranya sih, batinku.

"Lo kok tumben tadi diem doang?" tanya Samuel.

"Gua tadi lagi makan soalnya" jawab Tedi.

"Biasanya juga lo makan sambil ngomong" kata Rafli.

"Soalnya tadi gua makan sambil mikir juga" balas Tedi.

"Pantesan bau sangit tadi" balas Jose. "Ternyata itu bau otak lo yang berusaha mikir" ledek Jose setengah bercanda.

"Ah, itu hidung lu aja yang kedeketan sama mulut" balas Tedi tak mau kalah.

"Hahaha" aku dan Samuel yang mengerti langsung tertawa bersama.

"Maksud lo?" tanya Jose.

"Maksud Tedi, nafas lo yang bau sangit" jawab Samuel.

"Hahaha. Anjir, sialan lo" balas Jose sambil ikut tertawa.

Ya, meskipun tadi kami saling meledek, kami masih bisa tertawa bersama juga. Karena itu memang konteksnya hanya bercanda, dan kami juga tahu batasannya.
Itulah indahnya persahabatan.

"Percuma juga kalo tadi lo ikut ngobrol, lo gak akan paham" kata Jose.

"Lo kan jomblo dari lahir" tambah Rafli meledek.

"Gini nih, baru sekali pacaran udah gini sombongnya" balas Tedi sambil menunjuk Rafli.

"Emang lo mikirin apa sih tadi?" tanya Samuel. "Kok tumben mikir" tambahnya setengah meledek.

"Gua mikir, Adrian kalo pulang kuliah kalo gak nongkrong dulu, kira-kira ngapain" jawab Tedi.

"Malah mikirin cowok" kata Jose.

"Cieeeee" kata Rafli.

"Jijik gue" balasku sambil menahan ingin muntah.

"Jangan bilang lu udah punya cewek juga, Dri" kata Tedi tiba-tiba sambil menggebrak meja.

Jadi daritadi dia diam itu, memikirkan kira-kira apa yang akan aku lakukan nanti.

"Seriusan, Dri?" tanya Jose.

"Anak mana?" kali ini Samuel yang bertanya.

"Eh, itu artinya lo milih...." Rafli yang terlihat paling penasaran tidak melanjutkan kalimatnya.

"Ini kenapa gue jadi ngerasa kayak artis yang diwawancarai wartawan infotainment ya" balasku. "Gue cuma mau keluar. Jalan-jalan sekalian refreshing"

"Sendirian?" tanya Rafli seperti tidak yakin.

"Sesi wawancaranya bisa udahan dulu gak ya" kataku. "Tuh. Trio macan udah dateng"

"Cantik-cantik gitu disamain sam trio macan" kata Jose tidak terima.

"Lah, tadi katanya kalo bertiga trio macan" jawabku polos.

"Hai, Adrian~" sapa mereka bertiga kompak.

"Hai" balasku sambil memberi sedikit senyuman.

"Hai semua~. Lagi seru nih, ngobrolin apa sih? Sarah boleh ikutan gak?" tanya Sarah.

Ya, yang kumaksud 'trio macan tadi salah satunya adalah Sarah. Dan kalau ada Sarah, pasti ada Dinda. Nah, nama terakhir untuk melengkapi 'trio' ini adalah Mia, pacarnya Samuel.

"Kok Adrian disapa duluan?" kata Rafli cemburu.

"Gak usah cemburu dong, Raf" jawab Sarah manja sambil memeluk lengan Rafli dan menyandarkan kepalanya ke pundak Rafli.

Gini nih kalo pasangan yang baru jadian. Gaya pacarannya itu lho jijik banget.
Dan kampretnya, gue dulu juga pernah gitu.
Itu bikin gue jadi penasaran, berapa bulan pasangan ini bakal bertahan.

"Sam, kita mau berangkat jam berapa? Filmnya mulai jam berapa?" tanya Mia pada Samuel.

"Terserah kamu, mau sekarang?" tanya Samuel balik.

"Jangan A-1, A-2 lho nanti duduknya" kataku mengingatkan.

"Tenang aja, Adrian. Aku yang pilih tempat duduknya kok nanti" jawab Mia cepat.

"Ya elah, lo Dri. Pake diingetin lagi" balas Samuel.

"Hei!" bentak Mia. "Kamu emang punya niatan gitu?"

"Bercanda doang, sayang" kata Samuel memelas.

Tapi sebenarnya aku tahu kalau dia memang punya niatan seperti itu.

"B-1, B-2 ya" kata Samuel lagi.

"Hei!!" bentak Mia sambil memasang wajah marah.

Pasangan macam apa ini?, batinku.

"Tengah!" balas Mia. "Pokoknya kita nonton ditengah"

"Dalam hati Samuel 'Rugi dong gue'. Hahaha" ledekku

Samuel langsung membalas dengan cengiran pasrah seakan membenarkan ledekanku.

"Kita ke salonnya bareng Sarah sama Rafli aja ya" pinta Dinda pada Jose.

"Lho, motor aku gimana?" tanya Jose.

"Ditaruh sini dulu, nanti diambil lagi" jawab Dinda.

"Tuh kan, makanya pake mobil. Jangan pake motor" ejek Samuel. "Lama-lama jadi jomblo kayak Adrian lo, keseringan pake motor"

Apa'an?
Kenapa gue dibawa-bawa, batinku.

"Tapi tampang Adrian lebih menjual daripada lo. Kalo tampang lo kayak Adrian, pake motor gapapa" kata Rafli.

"Gue gak perlu bales kan, gue udah punya juru bicara" tambahku.

"Sialan lo, udah gue belain malah nyindir" balas Rafli.

"Tapi kan lebih keren motor gue daripada punya Adrian" kata Jose. "Vixion, bos"

Malah nyombong nih anak, batinku.

"Anggep aja imbang lah" tambah Jose.

"Berarti nyala ya" kataku.

"Maksudnya?" tanya hampir semua orang disana.

"Ya kalo mati kan jadi vixi-off" kataku.

"Ya ampun, selera humor nya Adrian kok jadi gitu sih?" tanya Dinda.

Aku hanya membalasnya dengan sedikit senyuman.
Aku sendiri juga tidak mengerti, kenapa selera humorku jadi seperti ini.
Apa mungkin ini gara-gara,....
Ah sudahlah.

"Oh, berarti tempat yang dituju Sarah sama yang lain nanti itu lagi buka ya. Kalo tutup sal-off dong" celetuk Mia.

"Nah! Itu Mia paham" kataku. "Tos dulu, Mia" ajakku sambil mengangkat tangan.

Mia langsung menyambut ajakan tos-ku sambil tersenyum.

"Woi! Woi!" kata Samuel yang mulai cemburu.

"Iya iya, Sam. Gak usah cemburu gitu. Mending kita berangkat sekarang" ajak Mia.

"Kita juga berangkat sekarang yuk!" ajak Sarah.

"Akhirnya!!" teriak Tedi tidak jelas.

"Kesambet apa'an lo?" tanya Rafli.

"Udah sana!" usir Tedi. "Disini tempatnya para jomblo. Ya kan, Dri"

"Apa'an! Gue juga sekalian mau cabut" jawabku. "Mumpung ada barengannya juga ke parkiran"

"Kok gitu lu, gua ditinggal" kata Tedi memelas sambil memasang ekspresi menjijikkan.

"Lo yang bilang kan, ini tempatnya para jomblo. Ya udah, berarti tempat gue bukan disini" balasku.

"Adrian udah punya pacar?!!" tanya Mia.

"Eh, berarti yang kemaren itu beneran?" tanya Sarah.

"Gue-"

"Kenapa kamu panik kalo misal Adrian punya pacar?" tanya Samuel pada Mia.

"Gak! Aku cuma,..." jawaban Mia sedikit menggantung. "Penasaran. Iya aku penasaran aja"

"Kamu juga, kenapa kamu kepo banget soal Adrian" tanya Rafli.

"Ya,.... karna.... kepo aja. Aku pengen tau cewek yang kayak gimana yang bisa naklukin hatinya Adrian" jawab Sarah.

"Adrian jangan punya pacar dulu" kata Dinda tiba-tiba. "Kalo kamu punya pacar, nanti kamu jadi jarang nongkrong sama Rafli dan yang lain"

Tunggu, apa maksudnya?

"Itu sebenarnya yang dipikirin Sarah sama Mia tadi" jelas Dinda.

"Dinda kok diomongin sih?" keluh Sarah.

"Eh, emang beneran itu tadi?" tanya Rafli.

"Ya gimana ya, Raf. Kalo Adrian nanti jarang nongkrong sama kalian, gak ada yang bening dong" jawab Sarah lepas.

"Emang aku gak bening?" tanya Rafli.

"Bukan gitu, tapi kan aku terkadang butuh pemandangan yang lain. Secara setiap detik kamu selalu dipikiran aku" jawab Sarah sambil tersenyum.

"Ooohh, sayang!" balas Rafli sambil memeluk Sarah.

Jij-

"Jijik!" teriak Tedi lagi.

Tedi langsung mengatakannya?
Padahal tadi aku hanya ingin membatin.

"Udah sana pergi!" usir Tedi lagi. "Dri lu disini aja, lu kan jomblo"

"Gue bukan jomblo, gue single" balasku. "Lagian gue udah ada janji sama seseorang"

"HEHH!!"
.
.
.
.
.
Tiga pasangan ini lama-lama menjengkelkan juga ya.
Aku disuruh jalan duluan didepan dengan alasan agar aku tidak iri melihat mereka mesra-mesraan.

Dipikir gue pengawal apa?, batinku.

"Mas bodyguard, jangan cepet-cepet jalannya"

Aku langsung menghentikan langkahku tanpa menoleh kebelakang begitu mendengar ucapan Jose.

"Lo cari gara-gara aja!" terdengar suara Rafli menegur seseorang yang pasti adalah Jose.

"Tau lo. Baru beberapa minggu lalu baikan" kali ini terdengar suara Samuel.

"Asal kalian tau ya, gue tadi setuju buat jalan didepan. Buat negesin aja, kalo kalian gak pantes jalan disamping gue, pantesnya dibelakang gue sambil ngeliatin punggung gue doang" kataku dengan nada sombong.

"Malah nyombong si kampret!!" kata Tedi.

"Kesombongan yang mutlak" tambah Samuel.

"Gini nih, orang kalo punya harga diri yang tinggi. Gak mau kalah banget, selalu bisa balikin keadaan" kata Rafli. "Orang niatnya dia mau diledekin, malah nyombong"

"Bercanda kali" balasku sambil tersenyum dan menoleh kearah mereka.
.
.
.
"Eh, lo kok gak ke parkiran motor?" tanya Rafli.

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Rafli. Aku merogoh sakuku lalu mengeluarkan kunci mobilku dan menekan salah satu tombol untuk mematikan alarm mobil.

"Lo bawa mobil?" tanya Rafli lalu menyuruh Sarah untuk berjalan duluan.

Aku hanya memandangnya sejenak sambil memberi tatapan 'emang perlu gue jawab ya?'.

"Tunggu-tunggu, lo tadi bilang ada janji sama seseorang. Trus lo ternyata bawa mobil" Rafli menjabarkan hal-hal yang dianggapnya 'aneh'. "Fix sih, lo mau keluar ama cewek"

Aku tidak menanggapi kesimpulan Rafli dan langsung masuk ke mobil.

"Pertanyaannya, siapa cewek itu?" kata Samuel sambil lewat.

Masih diwawancarai aja gue, batinku.

"Tunggu, yang itu masih di Solo, berarti lo keluar sama,... Lo milih Shan-"

"Raf!!" teriak Sarah memanggil Rafli. "Ayo!"

Akhirnya Rafli lebih memilih menuruti pacarnya.

Saat aku keluar parkiran, aku masih bisa melihat Rafli dan Jose yang sedang berdebat.

Perdebatan mereka bisa aku tebak sih, pasti Jose ingin duduk dibelakang bersama Dinda agar bisa,...
Ya, kalian tau lah.
Tapi Rafli tidak setuju dan menyuruh Jose duduk didepan.
Ya, pasti bukan karena Rafli iri jika Jose dan Dinda bermesraan di mobilnya, secara ada Sarah juga. Jika Rafli mau, dia bisa saja meminta Sarah memberikan sedikit 'pelayanan' padanya. Tapi itu berbahaya jika dilakukan sambil menyetir. Maka dari itu sepertinya Rafli harus berfikir dua kali dan memutuskan untuk menyuruh Jose duduk didepan.

Kenapa aku jadi membahas mereka?
Sudahlah, lebih baik aku cepat sebelum dia menunggu lama.
.
.
.
.
.
.
Tau gini gak buru-buru gue tadi, batinku.

Karena ternyata orang yang aku ingin jemput masih ada satu kelas lagi.

"Dengerin musik aja deh" kataku sambil memasang earphone di telingaku.
.
.
.


Kau tidak perlu lakukan itu,
Perasaanku padamu buatku malu.
Kenapa kau jadi cantik begitu,
Jika akhirnya kau tak jadi milikku~

Tiap malam perasaan ku jadi gelisah.
Memikirkan dirimu membuatku-


Tiba-tiba kenyamananku yang sedang mendengarkan musik sambil memejamkan mata terganggu karena ada yang menarik lepas earphone dari telingaku. Aku langsung membuka mata dan melihat siapa pelakunya.

"Dengerin apa sih?" tanyanya sambil memasang earphone ku yang tadi dicabutnya ke telinganya.

Dia mendengarkan dengan seksama, tak lama ekspresinya berubah masam.

"Cih, lagunya" katanya sambil melepaskan earphone ku dan melemparkannya ke arahku.

"Kapan lo masuknya?" tanyaku balik.

"Barusan kok" jawabnya.

"Lo ngomong kek kalo udah dateng, atau seenggaknya ngetuk pintu gitu. Main masuk-masuk aja" kataku.

"Baru dateng diomelin" balasnya.

"Hei, ini soal sopan santun ya" kataku menasehatinya. "Ya udah, kita mau jalan kemana?" tanyaku.

"Terserah" jawabnya.

"Lo tau kan, gue gak suka kalo nanya trus cuma dijawab 'terserah' doang" kataku sambil menatapnya tajam.

"Kok jadi lo yang ngambek sih?"

"Karna gue tau, lo gak bisa ngambek sama gue. Ya kan" kataku memojokkannya.

"I-iya" jawabnya gugup. "Udah puas lo?"

"Gue tanya lagi ya, kemana kita?"

"Ke tempat kita biasanya nongkrong dulu" balasnya sambil tersenyum.

Aku membalas dengan senyuman juga.

"Malah senyum-senyum" bentaknya. "Inget gak?" tanyanya.

"Ya inget dong, Nia" jawabku. "Kita langsung berangkat ya"

"Iya, Ian" jawabnya sambil memberikan senyuman semanis mungkin.

27654427-839551356251856-7820783557799448677-n.jpg


Kenapa?
Apa kalian kaget?
Kenapa harus kaget?
Kan sudah ada sedikit spoiler dari lagu yang kudengarkan barusan.
Ya, itu memang Nia. Shania Junianatha.
Kami memang sudah berbaikan, dan saling memanggil 'Ian-Nia' lagi.

Bagaimana kami bisa berbaikan?

Baiklah, karena perjalanan ini sepertinya akan memakan waktu yang tidak sebentar, akan aku ceritakan kejadian kemarin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hoaammm~"

Sepertinya aku ikut tertidur di samping Stefi, dia masih tertidur pulas. Wajah cantiknya saat tidur terlihat semakin cantik saja.
Aku gemas ingin menciumnya lagi, tetapi aku takut membangunkannya. Akhirnya aku mengurungkan niatku .

IMG-20180831-002854.jpg


"Sekarang jam berapa ya?" gumamku sambil garuk-garuk kepala.

Aku melihat jam dinding di kamarku yang sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Wah, lumayan juga, batinku.

HP gue mana ya?, pikirku.

"Oh iya, masih dibawah"

Akhirnya aku turun dari tempat tidur kemudian memakai boxer-ku dan setelah melakukan sedikit peregangan, aku keluar kamar dan turun kebawah meninggalkan Stefi yang masih tertidur pulas.

Hah?
Kenapa aku hanya memakai kembali boxer-ku?
Ya, siapa tahu Stefi 'meminta' lagi kan.

Saat sudah dibawah, aku langsung mengambil HP-ku yang tergeletak diatas sofa.
Dan ternyata ada beberapa notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab.

"Ini beneran?" tanyaku pada diri sendiri karena merasa tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Ada banyak panggilan dari Shania.
Apa mungkin dia salah pencet?

Tapi kalau salah pencet, misscall nya banya banget, batinku.

Ditambah ada pesan juga dari Shania.
Shania mana?
Ya, Shania yang itu.
Shania Junianantha.

Eh, apa aku salah lihat ya?, pikirku lagi.

Aku mengucek mataku dan melihat layar HP-ku lagi.

Ternyata benar!
Ada huruf 'A' dibelakangnya.
Ini benar-benar pesan dari Shania.

Aku membuka rentetan pesan dari Shania dan inti dari isi pesannya adalah,....

"Dia mau kesini?" kataku sedikit panik.

"Gue udah didepan" isi pesan yang baru masuk dari Shania.

Kampret! Udah didepan aja nih anak, batinku.

Aku mengintip dari jendela dan,...
Ya sepertinya itu memang Shania.

Umm,... gue mesti pake kaos dulu, pikirku.

Aku kembali keatas dan masuk kedalam kamarku lalu mengambil kaos dan memakainya. Stefi masih tidur dengan nyenyaknya.
Kuputuskan untuk membangunkannya terlebih dahulu.

Aku menggoyang-goyangkan bahunya pelan agar dia terbangun.

"Duh, nanti dulu ya, aku masih cap-"

Aku langsung memotong perkataan Stefi dengan membungkam bibirnya menggunakan tanganku.

"Kamu diem disini dulu ya. Jangan ke bawah, ada Shania dateng" kataku memperingatkannya.

Entah dia paham atau tidak, tapi Stefi langsung mengangguk setelah mendengar peringatan dariku.

"Aku kebawah dulu ya" kataku lalu mencium pipinya sebentar yang langsung dibalas dengan senyuman manisnya.

IMG-20180831-002856.jpg

.
.
.
.
.
"Ngapain sih pake nungguin dibukain?" tanyaku pada Shania.

Shania hanya diam tidak menjawab pertanyaanku. Sedangkan aku membukakan pagar untuknya.
Oke, itu benar-benar membuat firasat ku yang dari awal sudah merasa tidak enak semakin menjadi tidak enak saja.

"Biasanya juga main nyelonong masuk aja" tambahku.

Ya meskipun sebenarnya aku juga sedikit bersyukur karena Shania tidak langsung masuk begitu saja ke rumahku.
Jika saja tadi Shania benar-benar langsung masuk, kan aku bisa ketahuan tadi.

"Ayo masuk" ajakku sambil berjalan duluan.

Shania mengikuti dibelakangku, dan entah perasaanku saja atau memang saat ini Shania sedang mengeluarkan aura yang tidak bersahabat.

"Duduk dulu, Shan" kataku menawarkannya duduk saat kami sudah berada didalam rumah lalu aku pergi menuju ke dapur.

Tetap dengan tidak menjawabku, Shania lalu duduk di sofa. Aku sedikit bergidik ngeri karena ternyata Shania sedang melotot ke arahku.

Kira-kira apa yang membuat Shania kemari?
Memikirkannya membuat firasat ku semakin tidak enak saja.
Jangan bilang kalau Shania sudah tahu kalau,...
Ah, positif thinking saja. Mungkin dia hanya sedang merindukanku.

"Mau minum apa?" tanyaku dari arah dapur.

"Apa aja. Yang dingin kalo bisa, hati gue lagi panas soalnya" jawabnya judes.

Akhirnya Shania berbicara juga.
Tapi dengan nada bicara yang tidak mengenakan sama sekali.

Dan apa itu tadi?
Hatinya sedang panas?
Itu sepertinya tanda-tanda kalau aku tidak akan selamat hari ini.

"Jus jeruk mau" tanyaku.

"Gak usah kebanyakan basa-basi deh, lo gak sendirian kan dirumah ini!" kata Shania tiba-tiba.

Tuh kan,... Mati gue!!, batinku.

"Ya iya lah, kan ada lo" balasku berusaha tetap tenang.

"Bukan gue, tapi ada cewek lain dirumah ini" kata Shania semakin memojokkanku.

Apa Shania tahu kalau ada Stefi disini?, pikirku.

"M-maksud lo apa, Shan?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.

"Dan jangan panggil gue 'Shan', gue bukan Shani!!" bentak Shania.

Mati gue! Mati!!
Ternyata ini lebih parah!

"Lo pikir gue gak tahu kalo lo ama Shani udah tunangan dan kalian tinggal bareng hah!"

"Tunangan!" teriak sebuah suara dari ujung tangga.

"S-stefi?!" kagetku.


























-Ya udah iya, Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis (Edisi Revisi):

"Perang dong, perang.
Aku gak suka kalian akur"

Hehehe.
Jangan pada komen gitu ya.
Tenang aja, 'Ian-Nia' gak akan perang kok kan sebenernya udah baikan.
Tapi Nia & Stefi kira-kira gimana? Perang gak ya?

Itu mungkin juga alasan dari judul part-nya yang seperti itu, yang dimaksudkan kalau hubungan 'Ian-Nia' masih berlanjut (Continue).

Cieeee,..... #TeamNia mana suaranya?

Kalian gak perlu khawatir kok, karna sebenernya part ini dan part selanjutnya itu satu part yang saya bagi 2 aja.
Jadi update selanjutnya sebenernya tinggal posting aja, tergantung mood ya nanti postingnya. (Tapi kalian tahu kan kalo ada kendala, jadi sabar ya)

Kenapa saya bagi 2?
Ya, biar banyak aja part nya.
Dan biar kalian gak keenakan dapet adegan ena2 terus tiap part-nya (lah, spoiler)



Makasih.
• TTD H4N53N
 
Terakhir diubah:
Bang abang tolong kasih tau dong tutorial nulis di forum ini.. Ane baru buat akun tapi gabisa langsung nulis. Mohon pencerahannya suhu. Bahan-bahannya udh mateng nih .
 
Buset, part 28 baru selesai ikeh ikeh kimochi sama stefi, greget si adrian
 
Wah udah update aja ni cerita tapi kok kentang :aduh::aduh::aduh::aduh::aduh::aduh::aduh::aduh:

Ane jadi makin penasaran apakah nanti nia akan tau kalau stefi ada di rumah adrian dan apakah shania satu kampus dengan adrian wah gak sabar nih nunggu update selanjutnya

Moga moga moodnya suhu bagus jadi cepat di update dan semangat nulisnya kelanjutannya hu
 
Terakhir diubah:
Nice apded huu!

Kayakny ian berhasil ngelabuin rafli kalo yg ian pilih itu si nia, padahal sih yg adrian pilih ci shani wkwkwm.
 
Coba deh tuh Stefi klo ngomong ada campurannya. Dia klo ngobrol sama member aja kelepasan pake bhs Inggris. Biasa & lancar bgt dia ngomong English ceplas ceplos.
 
shania-nya di anal juga suhu

Emang Adrian tega?

Buset, part 28 baru selesai ikeh ikeh kimochi sama stefi, greget si adrian

Gre? Kok Gr....
Oh, greget. Kirain,...

semangat suhu

Makasih makasih

Wah udah update aja ni cerita tapi kok kentang :aduh::aduh::aduh::aduh::aduh::aduh::aduh::aduh:

Ane jadi makin penasaran apakah nanti nia akan tau kalau stefi ada di rumah adrian dan apakah shania satu kampus dengan adrian wah gak sabar nih nunggu update selanjutnya

Moga moga moodnya suhu bagus jadi cepat di update dan semangat nulisnya kelanjutannya hu

Enak kan, diem diem diem tiba-tiba update
Daripada diem diem diem diem dieeeeemmmm terus tiba-tiba ngilang

Kentang darimananya ya?
Emang itu termasuk kentang?

Mereka gak satu kampus kok, kok malah mikir mereka satu kampus sih?
Kalo mereka satu kampus, satu kampus sama Rafli juga dong, kasihan dia gesrek terus gara-gara satu kampus sama member. Itu juga alasan kenapa Devi 'diusir' sama Adrian

Jadi, Adrian itu habis dari kampusnya, nyusulin Shania ke kampusnya. Karena Shania nya agak lama, jadi dia dengerin lagu dulu. Dan lagunya itu adalah lagu yang pernah dinyanyiin Adrian buat Shania waktu di bus. Makanya Shania sedikit 'ngamuk'

Nice apded huu!

Kayakny ian berhasil ngelabuin rafli kalo yg ian pilih itu si nia, padahal sih yg adrian pilih ci shani wkwkwm.

Tauk tuh orang, tinggal bilang 'gue pilih Shani' aja susah banget

Main bertiga ? Wew

Main apa yang bertiga? :bingung:

Tunangan ma Shani, tidur ma Stefi, TTM sama Shanju

Adrian ini :marah:

Dijawab sama Adrian, "Kalo mereka semua mau, gue bisa apa?"

Serakah emang tuh orang

Pada dasarnya, semua orang akan menjadi serakah jika menemukan sesuatu yang bisa diraihnya ada didepan mata.

Coba deh tuh Stefi klo ngomong ada campurannya. Dia klo ngobrol sama member aja kelepasan pake bhs Inggris. Biasa & lancar bgt dia ngomong English ceplas ceplos.

Takutnya nanti kayak anak JakSel :pandaketawa:

Nice update suhu ngakak banget waktu STRAY kumpul sering2 lah hu tampilin mereka, suka banget sama celetukan mereka :Peace:


Semangat berkarya suhu :semangat:

Sebenernya ide tentang 'STRAY' itu muncul dadakan. Awal idenya cuma Rafli doang, cuma saya mikir lagi 'kalo cuma berdua kayak homo dong, tapi kalo bertiga malah kayak trio gak jelas, berempat nanggung, berlima aja sekalian', gitu ceritanya. Karna dalam suatu kelompok, anggota yang baik itu harus ganjil biar kalo ada 'masalah', ada penengahnya (ngetik apa sih gue)
Nanti bakal ada porsinya tersendiri kok soal STRAY ini, tapi yang paling sering muncul ya Adrian kan tokoh utama, yang kedua ya pasti Rafli.

aku gatau milih siapa, tapi stefi diliat liat chuu chuu juga ya.....

Stefi-chwan :hore:
 
Bimabet
Sebenernya ide tentang 'STRAY' itu muncul dadakan. Awal idenya cuma Rafli doang, cuma saya mikir lagi 'kalo cuma berdua kayak homo dong, tapi kalo bertiga malah kayak trio gak jelas, berempat nanggung, berlima aja sekalian', gitu ceritanya. Karna dalam suatu kelompok, anggota yang baik itu harus ganjil biar kalo ada 'masalah', ada penengahnya (ngetik apa sih gue)
Nanti bakal ada porsinya tersendiri kok soal STRAY ini, tapi yang paling sering muncul ya Adrian kan tokoh utama, yang kedua ya pasti Rafli.

Gak masalah si hu kalau STRAY jarang muncul yang pasti ane selalu ngakak dengan joke yang suhu bawakan. Pertahankan suhu :aduh:


Semangat Berkarya suhu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd