SEASON 2 : -Family of Varnadoe- Arc
EPISODE 1 : Rokukagetsugo
Scene 1
Takeru Yamamoto
Asuka Kirishima
Kagura Nakagawa
Matsuyama Edo
Ayumi Nakata
"Mmffhh... mfffhhh..."
Di pagi hari yang masih agak gelap ini, suara itulah yang pertama kali kudengar. Ya, suara bibirku dan bibir Asuka yang sedang beradu dengan hebatnya. Aku baru saja pulang dari Honshu sekitar jam tiga subuh, tiga jam yang lalu. Saat sampai ke rumah, aku sudah kangen dengan Asuka bukan main rasanya. Sesampainya di rumah, Asuka tidak sedang tidur, melainkan sedang menungguku dengan senyumannya yang sangat cantik. Setelah selesai beberes dan mandi, disinilah kami sekarang, sedang berciuman dengan panasnya.
"Takerruu... Setelah pulang dari Honshuu... Ciumanmu... makiin jagooo..." Kata Asuka yang mulai mendesah.
"Ka.. kamuu jugaa... Asukkaa..." Kataku yang juga mulai mendesah.
Serius aku tidak main-main, setelah enam bulan tidak bertemu, aku merasa dia makin jago saja. Atau karena selama enam bulan ini kebutuhan seks-ku tidak terpuaskan ya?
Aku mulai meraih paha Asuka dan mengusapnya dengan lembut. Oohh, bukan main halusnya. Aku sudah lama tidak merasakan hal ini. Semakin aku mengusap paha Asuka, semakin liar ciuman yang ia berikan di lidah dan bibirku. Desahannya pun semakin kuat, napasnya juga semakin memburu. Aku bisa merasakan udara hangat yang ia hembuskan lewat mulutnya.
Setelah itu, tangan kiriku mulai menelusup masuk ke dalam bajunya, dan langsung to the point menuju buah dadanya. Ia tidak mengenakan BH sama sekali, sehingga tanganku bisa langsung merasakan buah dadanya yang bulat dan puting susunya yang sempurna. Aku berhenti mencium bibirnya, dan kini ganti menciumi telinga dan lehernya.
"Uuhhh... Ooohhh..."
Aku bisa mendengar lenguhan Asuka yang begitu menggoda birahiku. Tanpa kuminta, ia langsung membuka baju kaos putihnya yang ia kenakan dengan cepat. Ooohh, kini aku bisa melihat bukit kembar yang dimiliki oleh Asuka. Betul-betul pemandangan yang sudah lama tidak kulihat. Dua bukit kembar yang putih bersih, bulat sempurna, dan dilengkapi dengan puting susu berwarna merah muda yang juga sempurna. Birahiku langsung menanjak seketika.
Aku menurunkan kepalaku kearah dadanya, untuk menjilati dan melumat puting susunya, sementara tanganku masih meremas-remas dan memuntir puting susu buah dadanya yang satu lagi. Asuka hanya bisa menggeliat-geliat mendapatkan perlakuanku. Tangannya mulai masuk kedalam celanaku, dan meraih batang kemaluanku yang kini sudah tegak mengacung. Kini, aku bibir dan lidahku masih melumat puting susu buah dada kanannya, sementara tangannya sedang memainkan batang kemaluanku dengan sangat telaten.
Kemudian, aku segera berdiri dan melepaskan seluruh pakaianku, hingga aku betul-betul telanjang. Asuka hanya melihat batang kemaluanku yang sudah tegang dengan terbengong-bengong. Kemudian, aku memberinya senyuman penuh arti. Ia segera memahami maksudku, kemudian membuka seluruh pakaiannya, hingga ia telanjang bulat sama sepertiku. Ooohh, pemandangan yang sangat kurindukan selama enam bulan. Lekukan tubuh dan keseksian tubuhnya tidak berkurang sedikitpun.
Aku segera menindihnya, sambil mencium bibirnya dengan lembut. Ia pun balas mencium bibirku dengan lembut juga.
"Aishiteiru yo, Asuka. (Aku mencintaimu, sayang.)" Kataku.
"Aishiteiru mo, Takeru. (Aku juga mencintaimu, sayang.)" Kata Asuka.
Bermenit-menit, kami terus berciuman. Lama-kelamaan, ciuman kami berubah menjadi ciuman yang liar. Napas kami pun semakin memburu. Karena betul-betul sudah tidak tahan lagi, aku segera memposisikan batang kemaluanku didepan lubang kemaluan milik Asuka. Asuka pun sepertinya menyambutnya dengan membuka pahanya. Tidak pakai lama, aku langsung mendorong pantatku kuat-kuat, sehingga batang kemaluanku sudah terbenam sepenuhnya didalam lubang kemaluan Asuka. Kami berdua sama-sama menikmati proses itu dengan membuka mulut kami dan mengeluarkan desahan.
Aku terus mendorong dan menarik pantatku, sehingga kini batang kemaluanku terus menggesek-gesek lubang kemaluan Asuka. Gerakan pantatku membuat tubuh Asuka tersentak-sentak. Asuka memeluk tubuhku dengan sangat kuat.
"Ooohh... Teruusss Takerruu... Aku nggaakk kuaaattt...." Desah Asuka.
Makin lama, aku memompa pantatku semakin kencang. Tubuh Asuka pun tersentak-sentak semakin hebat. Ia semakin liar mencium bibirku, kedua tangannya memeluk tubuhku dengan erat, goyangan pantatnya semakin menjadi-jadi.
"Ooohhh.. Akuu mauu keluaarr sayaanggg..." Erang Asuka.
Aku mengubah tempo genjotanku dari keras menjadi pelan. Kumasukkan batang kemaluanku dalam-dalam, kemudian kugerak-gerakan pantatku, sehingga batang kemaluanku berputar-putar dan menggesek-gesek dasar rongga lubang kemaluannya.
"Jangan ditahan-tahan Asuka, keluarkan semuanya..." Kataku sambil mengecup kening Asuka dan menggerak-gerakan pantatku.
Tak lama kemudian, aku merasakan kontraksi yang sangat hebat di lubang kemaluannya.
"Oooohhhh... Akuuu keluaarrr Taakerruuu..." Erang Asuka.
Bersamaan dengan itu, aku merasakan semburan cairan kehangatan dari dalam rongga lubang kemaluan Asuka. Rasanya betul-betul nikmat sekali. Batang kemaluanku serasa dipijit dan dipelintir, sementara semprotan cairan kenikmatannya memberikan sensasi yang lebih. Tidak lama kemudian, tubuhnya melemas dengan sendirinya.
Aku masih memeluk tubuhnya yang sudah lemas itu. Aku tidak menggerakan pantatku sama sekali. Bibirku kugunakan untuk mencium pipi, bibir, dan buah dadanya.
"Lho, biasanya sudah keluar?" Kata Asuka sambil tersenyum.
"Jangan samakan aku dengan enam bulan lalu." Kataku juga sambil tersenyum.
"Gantian, Takeru. Sekarang aku diatas." Kata Asuka.
Nah ini dia yang kutunggu-tunggu. Aku yakin dengan Asuka diatas, aku tidak akan bertahan sampai ronde berikutnya. Akan tetapi, kenikmatan yang luar biasa sudah menungguku. Aku segera mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluan Asuka. Asuka mulai bangun dan merangkak diatas tubuhku. Ia meraih batang kemaluanku, dan langsung diarahkan untuk masuk kedalam lubang kemaluannya. BLESSS, tidak perlu waktu yang lama bagi lubang kemaluannya untuk melahap seluruh batang kemaluanku.
Dengan posisi diatasku, ia memutar-mutar pantatnya dengan irama yang mantap. Kedua tangannya memegang pundakku, sementara bibirnya mencium bibirku. Aku betul-betul pusing dibuatnya. Makin lama, ciuman kami berdua makin liar.
"Ayoohh Assukkaa... pompaa teruusss..." Erangku karena hampir tidak kuat menahan kenikmatan ini.
Asuka mulai menegakkan badannya, sehingga kini ia terduduk diatasku. Ia terus memompa pantatnya naik turun. Dengan posisi ini, aku bisa melihat kedua buah dadanya yang bulat sempurna ikut naik turun.
"Asukkaa... tubuhmu seksiii sekaliiii..." Erangku.
Makin dipuji, Asuka makin gila memompa pantatnya naik turun. Aku juga semakin merem melek dibuatnya. Batang kemaluanku betul-betul serasa dipelintir kekiri dan kekanan. Selang sepuluh menit kemudian, Asuka kembali menindihkan tubuhnya diatas tubuhku. Genjotan pantatnya semakin kencang. Ciumannya dibibirku semakin liar. Kedua tangannya memeluk leherku dengan sangat erat.
"Takeerruu... Akuu mauu keluaaar laggiii...." Erang Asuka.
Aku memeluk tubuh Asuka dengan erat. Sementara, bibirku terus membalas ciumannya.
"Ayoohh... kitaa keluaar bareenggg.. Asukkaa.." Erangku.
Kurasakan gelombang kedua orgasmenya. Pijatan-pijatan rongga kemaluannya betul-betul merubuhkan pertahananku. Hingga akhirnya aku menyemprotkan seluruh spermaku kedalam lubang kemaluannya. Croott... croottt.. croott... crooottt.. crooottt... Haah, inilah sperma yang tidak kukeluarkan selama enam bulan. Bersamaan dengan menyemprotnya spermaku, aku merasakan kenikmatan klimaks yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Akhirnya tidak lama kemudian, kenikmatan birahi itu mulai mereda. Kami masih tetap berpelukan, sementara lubang kemaluan Asuka masih melahap batang kemaluanku. Bibir kami masih berciuman dengan mesra. Tanganku masih mengusap-usap rambut panjang Asuka.
"Aku kangen, Takeru." Kata Asuka.
"Enam bulan tanpa kamu di pedalaman Pulau Honshu memang menyengsarakan." Kataku.
Kemudian, Asuka merebahkan kepalanya di dadaku. Haah, enam bulan tanpa Asuka memang menyengsarakan. Aku berlatih memperdalam ilmu ki dan beladiriku di pedalaman pulau Honshu. Aku memilih tempat itu karena tempat itu tidak dihuni oleh manusia, hanya dihuni oleh binatang-binatang buas. Dengan hidup dikelilingi binatang buas, sense-ku akan kehadiran seseorang meningkat secara signifikan. Tapi ya itu, tidak ada Asuka, tidak ada makanan enak, tidak ada lelucon dari rekan kerjaku. Satu-satunya akses internet yang kudapatkan hanyalah jaringan rahasia Hikari yang memberiku update-update mengenai berita terkini. Rasanya begitu kembali kerumahku di Tokyo, bagaikan masuk Surga rasanya.
Setelah itu, Asuka mencabut lubang kemaluannya dari batang kemaluanku, kemudian ia bangun dan berpakaian untuk mengurus semuanya sebelum aku berangkat. Mandi pagi, berpakaian rapi, dan sarapan. Ah, semuanya memang terasa seperti di Surga. Waktu di pedalaman Honshu, aku harus mandi di kali setiap hari, dengan tetap waspada akan adanya serangan binatang buas. Ketika pakaianku habis, aku harus membuat yang baru dari daun. Makan pun seadanya saja dan tidak bisa memilih rasanya. Dirumahku sekarang, semuanya betul-betul nikmat. Sepertinya Asuka pun menjaga rumah ini dengan baik. Menurutnya, sesekali ia pulang ke rumah ini untuk bebersih dan pengecekan.
Setelah selesai dengan kegiatan reguler pada pagi hari, aku segera mengemudikan kendaraanku menuju markas besar Hikari. Maksudku, BTMU. Sesampainya di kantor, aku langsung menuju ruang meeting. Ternyata, ketiga orang kepercayaanku sudah menungguku disana.
"Sanshou ga nai nagai jikan, eto? (Lama tidak berjumpa. Seolah-olah seperti itu ya?)" Kataku.
"Ya, begitulah." Kata Matsuyama.
"Syukurlah, aku khawatir selama enam bulan ini Bahasa Indonesia-mu menjadi tidak lancar." Kataku.
Secara penampilan, mereka tidak banyak berubah. Kagura tetap menjaga penampilannya agar tetap cantik, Ayumi tetap mempertahankan rambut pendeknya, Matsuyama pun tidak banyak berubah. Seolah-olah, waktu enam bulan itu berhenti dalam tubuh mereka.
"Sore de ha, jikan wo mida ni suru koto naku, hajimemashou. (Mari kita mulai tanpa membuang-buang waktu.)" Kataku.
Ayumi langsung mengeluarkan suatu benda bidang berbentuk kotak. Ketika ia menyalakannya, keyboard dan layar virtual langsung menyala diatas benda kotak itu.
"Sugoi, Ayumi. (Hebat sekali, Ayumi.)" Kata Kagura.
"Anata ha mada nani mo mite imasen. Demo, sore ha watashi ga ima hyouji shitai mono de ha arimasen. (Kamu belum melihat apapun, Kagura. Tapi, bukan ini yang mau kutunjukkan sekarang.)" Kata Ayumi.
Layar virtual dari "laptop baru" milik Ayumi itu menunjukkan gambar orang, seorang laki-laki bertubuh besar. Kemudian, Ayumi berdiri, dan memberi suatu tanda seperti melambaikan tangannya ke kanan terhadap layar itu, kemudian, layar itu membesar dengan sendirinya. Heh, pencapaian yang bagus Ayumi. Jadi, selama enam bulan ini, sepertinya kamu membuat benda-benda menarik yang bahkan belum pernah tersentuh oleh teknologi dunia.
"Lihat." Kata Ayumi, sambil memberi suatu tanda pada laptopnya.
Suatu video diputar dalam layar virtual itu. PHOENIX. Terlihat seorang laki-laki bertubuh besar, sepertinya berkebangsaan Cina. Sepertinya ia sedang berada dalam pertarungan melawan puluhan tentara bersenjata dari suatu negara yang tidak aku kenali. Belasan tentara sudah lumpuh. Laki-laki besar itu pun sudah luka parah, sepertinya ia tidak akan kuat lagi menghadapi puluhan tentara itu. Tapi tiba-tiba, dengan memokuskan pikirannya, seluruh lukanya sembuh dengan cepat. Kemudian, dia lanjut menghabisi tentara-tentara lainnya... terluka... menyembuhkan diri... kembali menyerang... Hingga akhirnya puluhan tentara bersenjata itu tumbang semua.
"Kagura, apakah itu mungkin?" Tanya Matsuyama.
"Entahlah, aku belum pernah melihat yang seperti itu." Kata Kagura.
Aku mengambil sebuah pisau, kemudian menyayat telapak tanganku sendiri, hingga telapak tanganku sekarang terluka cukup parah. Kemudian, aku memokuskan tenaga ki milikku, berusaha memadatkannya di sekitar luka sayatan di telapak tangan itu. Lama-kelamaan, tanganku pun sembuh, tapi masih menyisakan sedikit luka.
"Pemadatan tenaga ki untuk menyembuhkan luka." Kataku.
Diantara kami berempat, akulah yang paling memiliki banyak pengetahuan tentang tenaga ki.
"Oohh, jadi tenaga ki yang ada dipadatkan ya? Membuatku merinding, berapa banyak tenaga ki yang dimiliki oleh pria besar dari Cina itu?" Tanya Kagura.
"Apa maksudmu, sayang?" Tanya Matsuyama.
Sayang? Oh, selama enam bulan apakah mereka sekarang sudah menjalin hubungan yang resmi? Entahlah, bukan urusanku.
"Pemadatan tenaga ki itu menghabiskan tenaga ki dalam jumlah banyak. Tenaga ki yang dipadatkan masih belum bisa dikembalikan untuk beberapa waktu, karena harus memberi tenaga pada sel-sel yang terluka, sehingga otomatis tenaga ki milikmu akan berkurang. Untuk menyembuhkan luka sayatan Takeru-san saja mungkin bisa membuatmu berkeringat karena saking lelahnya. Bagaimana dengan yang dimiliki oleh pria besar dari Cina itu? Selain waktu penyembuhannya jauh lebih cepat dari Takeru-san, setelah menggunakan pemadatan tenaga ki untuk menyembuhkan luka yang tidak sedikit itu, ia langsung maju dan menghabisi para tentara itu. Normalnya untuk manusia biasa, dua kali saja melakukan pemadatan tenaga ki untuk menyembuhkan luka sebesar itu, bisa membuat pingsan. Yang bisa disimpulkan adalah, pria besar dari Cina itu memiliki persediaan tenaga ki yang sangat besar." Kata Kagura.
"Atau tidak terbatas." Kata Ayumi.
"Rasanya tidak mungkin, Ayumi." Kataku.
"Awalnya aku merasa begitu. Tapi lihatlah apa yang ada di video ini selanjutnya. Pencapaianku selama enam bulan ini, hampir tidak berarti jika dibandingkan dengan apa yang orang-orang dalam video ini lakukan." Kata Ayumi.
Setelah itu, tulisan PADFOOT muncul di video. Terlihat seorang wanita muda yang sepertinya berkebangsaan Rusia sedang berjalan diantara binatang buas pemakan daging. Ia berjalan dengan santainya, sampai kemudian membunuh binatang buas itu satu per satu dengan pisau yang ia bawa.
"Hmmm, apa yang hebat dari itu? Aku juga bisa melakukannya." Kata Matsuyama.
"Tidak, Matsuyama, ada yang lain, ada yang aneh." Kata Ayumi.
Ya, aku mengerti. Dalam sekejap aku langsung tahu.
"Hebat sekali. Menakjubkan." Kataku.
Mereka bertiga langsung melihat kearahku, seolah-olah menanyakan penjelasan.
"Binatang buas tidak memiliki akal budi. Mereka hanya memiliki naluri. Mereka mengandalkan penciuman, insting, dan penglihatan. Pertama, penciuman. Mereka tidak mencium adanya bau daging segar, terbukti dari mereka tidak bergeming sama sekali. Kedua, insting. Insting para binatang buas untuk merasakan pancaran tenaga ki itu setidaknya lima kali lipat dari manusia. Mereka tidak bergeming, berarti mereka tidak merasakan pancaran tenaga ki apapun. Ketiga, penglihatan. Hewan buas memang juga mengandalkan penglihatan mereka. Akan tetapi, aku belum mengerti mengapa para binatang buas itu bahkan seperti tidak melihat wanita itu." Kataku.
"Begitu ya? Memang menakjubkan." Kata Kagura.
"Apanya?" Tanya Matsuyama.
"Lihatlah, wanita itu membantai binatang buas itu, akan tetapi binatang buas itu seperti tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Mereka sibuk dengan merasakan rasa sakit yang mereka dapat, tapi anehnya mereka tidak berusaha membela diri dari wanita itu. Aku tahu bahwa ia memiliki kemampuan untuk tidak memancarkan tenaga ki miliknya sama sekali. Akan tetapi, tidak memancarkan tenaga ki selagi melakukan aktivitas besar seperti membunuh hewan, itu sangat menakjubkan." Kata Kagura.
Setelah itu, tulisan SYLPH muncul di video. Terlihat seseorang yang mengenakan jaket berwarna hitam dari pundak sampai mata kakinya. Wajahnya tidak terlihat karena ia mengenakan tudung berwarna hitam.
"Itu. Pakaian yang sama seperti orang yang di lobby hotel enam bulan lalu itu." Kata Kagura.
Oh, jadi mereka yang terlibat ketika enam bulan lalu ya? Kemudian, orang itu meninju suatu tembok. Setelah tinjunya menempel pada tembok itu, tembok itu langsung hancur berantakan.
"Biasa saja." Kata Kagura.
"Tembok itu terbuat dari besi baja dengan tebal sekitar dua puluh sentimeter." Kata Ayumi.
"Kita tidak bisa merasakan energi ki yang ia pancarkan lewat tinju itu. Akan tetapi, mari kita lihat dua fakta yang berhasil kudapatkan. Pertama, kecepatan tinju yang dilancarkan oleh orang itu, tidak melebihi kecepatan tinju Kagura yang dilancarkan dalam kondisi maksimum. Kedua, tinju itu menabrak tembok baja itu, lalu hancur beberapa detik kemudian." Kataku.
"Which means (Yang berarti...)" Kata Matsuyama dalam Bahasa Inggris.
"Ada sesuatu dalam pukulannya. Itu bukan pukulan biasa. Aku tidak tahu apa itu." Kataku.
Setelah itu, tulisan CHRONOS muncul di video. Terlihat seseorang yang mengenakan jaket berwarna hitam yang sama seperti SYLPH tadi. Dalam video, orang itu sedang duduk disuatu tempat yang sepertinya merupakan cabin pesawat. Setelah itu, orang itu berdiri, kemudian membuka pintu pesawat. Kemudian, ia menatap keluar dan terlihat banyak pesawat tempur yang mengikuti pesawat yang ia naiki. Hooo, hebat juga dia, mampu berpegangan dan dengan mudah mempertahankan posisinya disaat pesawat terbang tinggi dan terekspos dengan udara luar.
"Lihatlah, dari seluruh video ini, bagian ini adalah yang paling mengerikan." Kata Ayumi.
Tiba-tiba, sosok berjaket hitam itu diselimuti cahaya, dan cahaya itu langsung berpindah menuju salah satu pesawat tempur, dan menghancurkannya. Setelah menghancurkan salah satu pesawat, ia segera berpindah ke pesawat yang lain dan menghancurkannya. Terus seperti itu, sampai seluruh pesawat tempur yang mengikutinya hancur.
"Kalau yang ini, aku tidak bisa berkomentar apa-apa. Jujur saja, aku baru pertama kali melihatnya." Kataku.
Aku sebetulnya cukup merinding melihat hal itu. Aku sama sekali tidak kaget melihat Ayumi mengeluarkan "laptop baru" miliknya, aku mengantisipasi teknologi macam itu. Akan tetapi, kalau yang baru saja dilakukan oleh orang bernama CHRONOS itu, aku betul-betul tidak mengerti. Video itu pun selesai.
"Jadi, bagaimana? Adakah yang merasa bahwa latihan kita selama enam bulan menjadi sia-sia?" Tanya Ayumi.
Pertanyaan Ayumi betul-betul membuat kita semua terdiam. Memang harus jujur saja, aku tidak menyangka akan melihat orang-orang seperti itu. Kupikir orang-orang seperti itu hanya ada dalam film X-Men saja.
"Jadi, Takeru-san, aku harap ini bukan musuh kita yang sebenarnya?" Tanya Ayumi.
"Tergantung dimana kamu mendapatkan informasi ini." Kataku.
"Yah, jika Takeru-san bilang bahwa musuh sebenarnya itu bukan Kage, berarti kita tidak perlu melawan orang-orang seperti ini." Kata Ayumi.
Kami semua kaget mendengar pernyataannya.
"Ayumi... kamu..." Kata Kagura.
"Yap, aku sudah berhasil menerobos sistem keamanan Kage. Berkat seseorang yang berkenalan denganku di cafe sih. Dia mahasiswa pasca sarjana jurusan matematika di Tokyou Daigakkou." Kata Ayumi.
"Kamu masih berhubungan dengannya, Ayumi?" Tanyaku.
"Itu dia masalahnya, dia langsung menghilang setelah memberiku ide tentang bagaimana memodifikasi algoritma milikku. Namanya Ebai. Matsuyama, beritahu aku jika kamu menemukannya." Kata Ayumi.
"Temukan dia, sayang. Ayumi mau meminangnya." Kata Kagura.
Ayumi langsung meninju tangan kanan Kagura. Sementara, kami semua tertawa terbahak-bahak.
"Kage ya? Sepertinya selama ini kita terlalu meremehkan Kage. Tidak kusangka ternyata mereka sekuat itu." Kataku.
"Sepertinya kita harus memberi fokus lebih pada Kage. Akan tetapi, Yami juga harus diperhitungkan, Takeru-san. Menurut intel yang kudapat selama enam bulan ini, Yami pun juga bertambah kuat selama masa absen kita enam bulan ini." Kata Matsuyama.
"Tidak heran. Pengawasan terhadap mereka sangat minim karena kita berempat pergi." Kataku.
"Hmmm, sepertinya tidak juga, Takeru-san. Aktivitas mereka pun sangat minim selama enam bulan ini di dunia bawah. Akan tetapi, mereka pun juga memperkuat diri mereka sendiri dari dalam. Aku dengar kurayami no sankami juga melakukan latihan yang giat sejak pertarungan kita dengan mereka enam bulan lalu. Sampai sekarang, aku masih belum yakin bahwa kita bisa meringkus mereka sepenuhnya jika kita bertemu kembali seperti enam bulan lalu." Kata Matsuyama.
"Ternyata memang tidak ada yang berubah ya. Sama saja seperti enam bulan lalu, keseimbangan antara tiga kekuatan besar dalam dunia bawah tetap terjaga." Kataku.
"Baiklah, cukup pertemuan kita. Kembali ke pos masing-masing!" Kataku.
"Wakarimashita, Takeru-san. (Baik, Takeru-san.)" Kata mereka bertiga.