Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

Asuka dtng n ketemu suaminya ntr...n hikari n yami jd satu buat ngalahin universe...hhhe mngkn :D
 
Asuka dtng n ketemu suaminya ntr...n hikari n yami jd satu buat ngalahin universe...hhhe mngkn :D

Hmmm,ini jg mungkin hehehe

Btw ane membawa kabar yg mungkin buruk
Diakibatkan project kantor dan project daily yg terlalu numpuk,minggu ini No Update Alias Tidak Ada Update
Akan kembali update minggu depan

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon dimaklumi
 
Waaahhhh... Padahal lg seriusan fight nya...

Tp realmegu life lebih penting.... Semangat om megu
 
EPISODE 13 : Clash, Part 3

Scene 1

"Dokudan" Matsuyama Edo



"Kakusareta Kage" Sasuke Sarutobi



Aku sengaja turun dari mobil Kagura-chan. Harapanku adalah, berita semenarik ini tidak akan dilewatkan oleh Kage. Mereka yang merupakan mafia sumber informasi, seharusnya akan datang ke lokasi tempat Kiriko Dayoto disekap. Saat itulah aku yang menyelinap dari belakang akan meringkus mereka. Setelah turun dari mobil Kagura-chan, aku segera pergi ke tempat lokasi penculikan Kiriko Dayoto. Agar tidak terdeteksi oleh orang lain, aku sengaja memilih jalur yang berliku-liku dan menyulitkan orang untuk melihatku. Kulewati gang-gang sempit yang penuh dengan orang-orang, keramaian kota yang betul-betul ramai, sesekali aku melewati jalan yang sepi untuk menghindari pendeteksian pola perjalanan. Tentu saja, aku tidak lupa mengenakan penyamaranku.

Setelah sudah dekat dengan hotel kecil tempat Kiriko Dayoto disekap, aku segera membuka penyamaranku, dan memakai penyamaran sebagai polisi rahasia reguler. Polisi rahasia tidak memakai kostum khusus, karena dinamakan rahasia. Polisi rahasia biasanya memakai kostum biasa saja seperti layaknya penduduk sipil. Aku sampai berbarengan dengan Ayumi-chan yang membawa dua pasukan polisi rahasia yang bersenjata. Saat bertemu wajah dengan Ayumi-chan, dia langsung tersenyum kearahku. Matanya memang tajam, ia mampu mengenali aku walaupun aku berada dalam penyamaran.

Ayumi-chan memberiku tanda untuk menunggu sebentar daan berbaur bersama polisi-polisi rahasia yang ia bawa. Kemudian, ia masuk ke lobby hotel kecil itu. Aku dan polisi-polisi rahasia bersenjata itu mengikutinya. Aku melihat ada dua orang yang terbaring di lantai, tapi aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa itu karena aku berada di barisan agak belakang, sehingga tertutup oleh teman-temanku yang berada pada barisan depan.

"Gokusenshi no Nakata Jirou. Fushigi Kagura ha, kono youna joutaide ha arimasen. Kagura ha douyou ni anata ni chimei tekina dageki wo ataeru tame ni kanri no you ni shikashi, sore ha miemasu. (Nakata Jirou, si pendekar tongkat. Pantas saja Kagura sampai kewalahan begini. Tapi sepertinya, Kagura juga berhasil membuatmu kepayahan.)" Suara Ayumi-chan.

Nakata Jirou, si gokusenshi... Salah satu dari kurayami no mikami... Kenapa dia bisa berada di tempat ini? Selain itu, Kagura-chan kewalahan? Berarti, mereka sempat bertarung secara langsung ya? Memang si gokusenshi itu terkenal atas ketangguhannya. Aku tidak terlalu terkejut jika Kagura-chan mengalami luka yang cukup serius.

"Sekai no gijutsusha, Nakata Ayumi. (Ayumi Nakata, si teknisi dunia.)" Suara pelan yang tidak kukenali, yang kucurigai sebagai suara si gokusenshi.

"Sore ha watashi desu. Nakata Jirou, anata ga koko ni watashi no keisatsu no yuujin wo kougeki shi, ankokugai no burokaa dearu koto no tame taihoshichauzo. (Ya, itu aku. Jirou Nakata, kamu ditangkap atas penyerangan yang dilakukan kepada temanku yang polisi ini, dan juga karena menjadi broker dunia bawah.)" Suara Ayumi-chan.

"Doudesu ka? Anata ga kyatchi sa renai koto wo mada kakuninshitekudasai? (Bagaimana? Masih yakin bahwa kamu tidak akan tertangkap?)" Suara Kagura-chan.

"Un, tabun. (Iya, mungkin sih.)" Suara si gokusenshi.

"Busou keisatsu ha, watashitachi to issho ni kare wo toru. Eiseihei, sha ni chuui shite Kagura wo toru. (Polisi bersenjata, bawa dia. Tenaga medis, bawa Kagura dengan hati-hati ke mobil.)" Suara Ayumi-chan.

Aku bersama dengan teman-temanku langsung mendatangi tempat mereka berdua terbaring. Belum sempat aku bergerak karena aku menunggu teman-temanku yang barisan depan berjalan, aku merasakan nafsu membunuh yang amat besar. Nafsu membunuh ini... Aku mengenalinya. Aku tidak bisa melihat ke depan dengan jelas. Akan tetapi, aku merasakan Ayumi-chan memancarkan tenaga ki miliknya. Dari yang kudengar, aku bisa mendeduksikan bahwa Ayumi-chan sedang menangkis serangan si pemilik nafsu pembunuh besar ini. Terdengan suara logam yang saling beradu dan terpental.

"Dare ka? (Siapa itu?)" Suara Ayumi-chan.

"Ore da. Koko ni. (Ini aku. Disini.)" Suara seseorang.

Ya... suara ini... Si pemilik nafsu membunuh besar ini.

"Tobari no Anegawa Houzuki. (Anegawa Houzuki, si jarum terbang.)" Kata Ayumi.

"Yoroshiku. Sore ha hito no watashitachi no saishou no kaigi, sekai no gijutsusha, Nakata Ayumi. (Senang berjumpa denganmu. Sepertinya ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung, Ayumi Nakata, si teknisi dunia.)" Suara si tobari yang sedang berdiri diatas rongga langit-langit lobby hotel kecil ini.

Aku dapat melihatnya dengan jelas. Sebetulnya, posisinya itu merupakan mangsa empuk peluru beracunku. Tapi, aku harus menyembunyikan keberadaanku. Memang, Houzuki Anegawa si tobari itu merupakan tangkapan besar. Tapi, aku lebih memilih untuk memprioritaskan tangkapan yang lebih besar lagi, yaitu Kage. Lebih baik kutahan dulu nafsu ego-ku. Lagipula ada Ayumi-chan disini. Mungkin jika Ayumi-chan dan si tobari itu bertarung, akan ada yang mati. Tapi, aku yakin tidak akan ada yang mati dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Setelah menangkap mata-mata dari Kage, aku akan kembali untuk membantu Ayumi-chan disini.

"Dono you ni kouun. Isseki nichou. (Beruntung sekali. Dua burung dengan satu batu.)" Kata Ayumi-chan.

"Watashi ha tashika ni tori, washi da. Anata dake no ishi wo motsu washi wo korosu koto ga dekiru ka? (Aku memang burung, burung elang. Bisakah kamu menjatuhkan elang hanya dengan batu?)" Kata Houzuki.

"Wareware ga hyouji sa remasu. (Kita akan lihat.)" Kata Ayumi-chan.

Aku melihat si tobari melempar beberapa buah jarum kepada Ayumi-chan. Ayumi-chan langsung menangkisnya dengan menggunakan pulpen besinya. Aahh, pulpen besi itu kan benda itu. Secepat itukah Ayumi-chan mengeluarkan benda itu? Saat Ayumi-chan menangkis, si tobari itu langsung melompat turun kebawah. Hmmm, si tobari itu sengaja memilih tempat persis di depan Ayumi-chan. Hal itu menyulitkan aku dan teman-temanku untuk membuka tembakan karena bisa mengenai Ayumi-chan juga. Cukup terlatih juga si tobari ini. Ayumi-chan dan Houzuki-chan kali ini terlibat dalam pertarungan jarum melawan pulpen. Hingga akhirnya Houzuki-chan melempar dua jarum ke arah yang cukup sulit untuk dihindari oleh Ayumi-chan. Pulpen besimu tidak akan menolongmu, Ayumi-chan. Apakah yang akan kamu lakukan? Ayumi-chan tidak memiliki jalan lain selain menghindarinya, sehingga salah satu jarum yang ia lemparkan harus mencabut nyawa salah satu temanku karena mengenai titik darah yang vital di lehernya. Cepat sekali lemparan jarumnya. Jika orang biasa saja yang melempar jarum, anggota polisi rahasia Hikari selemah apapun pasti bisa mengatasinya.

"Anata no subete wo nyuushu! Kanojo ha kiken da. Yuiitsu no watashi no ugoki wo seigen suru koko ni anata no sonzai. (Keluar kalian semua! Dia berbahaya. Keberadaan kalian disini hanya membatasi gerakanku saja.)" Kata Ayumi-chan.

Oh, Ayumi-chan? Apakah engkau meminta mereka semua keluar? Atau kamu lebih tepatnya memberitahuku untuk menangkap mata-mata Kage? Sepertinya yang kedua ya. Aku keluar paling dulu karena aku berada di barisan paling belakang. Segera setelah keluar, aku lari secepat mungkin dari pandangan teman-temanku. Aku segera mencari posisi untuk mengamati lokasi sekitar, siapa tahu aku bisa melihat mata-mata Kage.

Aku menunggu di tempat ini sambil meninggikan kepekaanku terhadap lokasi sekitar. Aku terus menunggu. Semenit... dua menit... lima menit... Tetap saja sepertinya tidak ada orang lain selain kami. Aku cukup khawatir dengan Ayumi-chan, walaupun sebetulnya aku tidak perlu khawatir. Kalau aku tidak salah, jarum milik si tobari itu terbuat dari besi. Heh, sepertinya kamu kurang beruntung, Houzuki-chan. Hal itu dikarenakan kemampuan unik milik Ayumi-chan, yang membuat seluruh senjata dari besi tidak akan bisa menyentuh tubuhnya.

Eits, apa ini? Aku sepintas merasakan tenaga ki yang cukup kuat. Sepintas saja, dan langsung hilang. Sepertinya pemilik tenaga ki yang kurasakan itu berusaha untuk menjauh dari tempat ini. Itu pasti mata-mata milik Kage! Aku segera berlari secepat mungkin untuk mencari pemilik tenaga ki itu. Walaupun sangat sulit kurasakan, tapi aku yakin aku masih merasakan suatu tenaga ki yang betul-betul kecil sampai hampir hilang.

Setelah berlari tanpa arah, akhirnya aku menemukan sesuatu. Sosok orang memakai baju serba hitam yang sedang berlari. Larinya cepat sekali. Mungkin jika beradu lari denganku, ia mampu menandingi kecepatan lariku. Cih, tampaknya harus dengan pistol ya. Aku menembakkan pistolku kearah kakinya. Tiga peluru kutembakkan kearah kakinya. Tapi tidak kena. Memang susah mengarahkan pistol ke kaki orang yang berlari secepat itu, dan aku sambil berlari pula. Tapi walaupun tidak kena, paling tidak itu bisa membuat orang itu berhenti berlari.

Orang itu pun menoleh kebelakang. Aahh, kupikir dia mata-mata dari Kage. Tapi tak apalah. Ayumi-chan bisa kerepotan jika orang seperti dia membantu si tobari. Kakusareta Kage no Sarutobi Sasuke, yang artinya adalah Sasuke Sarutobi si bayangan tersembunyi. Memang ia pantas menyandang gelar itu. Aura miliknya sangat sulit untuk dirasakan. Dalam kemampuan mencari informasi dan bersembunyi, ia lebih hebat dariku. Tapi, aku tidak yakin bahwa kemampuan membunuh musuh milikku lebih lemah darinya.

"Doko iku no? (Mau kemana?)" Tanyaku.

Kemudian, si kakusareta kage itu mengeluarkan suatu tempat minum labu dan meminumnya. Kemudian, ia menyemburkan api dari mulutnya. Kayakujutsu ya? Sepertinya cukup hebat.

Sekedar pengetahuan, kayakujutsu adalah salah satu dari delapan belas ilmu ninjutsu yang berfokus pada penggunaan api dan bahan peledak.

Hmmm, alat yang dibuat oleh Ayumi-chan, yaitu robot pengganti. Benda ini bentuknya hanya seperti kantong plastik saja. Akan tetapi, begitu diaktifkan, kantong plastik ini akan mengembang dengan sendirinya membentuk manusia yang mengaktifkannya. Aku segera mengaktifkan alat ini, dan segera menghindari api itu. Aku berlari memutar menuju kebelakangnya dengan cepat. Saat Sasuke mengira bahwa aku sudah mati dan ia hendak berbalik badan, aku sudah ada di hadapannya. Teknik yang kugunakan ini mirip dengan kawarimi no jutsu yang biasa digunakan oleh para ninja. Tapi dari segi kepraktisan, milikku ini lebih praktis. Semoga saja ini bisa menurunkan moral mentalnya.

"Gomen nasai. Kouzan ha sukoshi kindai tekina houhou wo shiyou shite imasu ga, watashi ha anata no torikku wo karimasu. (Maaf. Aku meminjam trikmu. Walaupun punyaku sedikit lebih modern sih.)" Kataku.

Kemudian, Sasuke mengeluarkan sesuatu dan melemparkannya ke tanah. Hmm, bom asap ya? Apakah karena saking stressnya, kamu menggunakan trik murahan begini? Dengan merasakan tenaga ki milikmu yang meluap-luap, aku tahu kemana kamu pergi. Aku tinggal mengikutinya saja. Saat aku keluar dari bom asap miliknya, aku sudah melihat baju hitamnya yang sangat jelas dibawah terik matahari ini. Aku langsung mengejarnya, dan menembakkan beberapa peluru yang telak mengenainya. Ia pun langsung terjatuh. Heh, hanya seginikah kemampuan kakusareta kage dari Yami?

Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang sangat panas di pundak kananku. Ukh, ini adalah luka tebasan. Aku segera melihat kebelakang, dan ternyata Sasuke yang menebas pundakku dengan pisau ninja. Cih, ternyata yang tadi kutembak hanya kawarimi no jutsu ya? Hmmm, ternyata efektif tidaknya suatu ilmu ninja, pengalaman lebih menentukan ya dibandingkan alat yang memadai?

"Fuchuui deshita. (Aku lengah.)" Kataku.

Tampaknya, aku tidak boleh bermain-main. Luka tebasan dipundakku ini adalah hukuman akibat kelalaianku. Lawanku adalah salah seorang dari kurayami no mikami. Menganggap enteng dirinya, berarti aku yang akan mati.

"Watashi ha anata ni taishite ninja no torikku wo shiyou suru baai, watashi ha ushinau koto ni narimasu. (Aku pasti kalah jika menggunakan ilmu ninja terhadapmu.)" Kataku.

"Watashi ha anata no ninja no torikku ni taishite jibun nari ni tatakau hitsuyou ga suisoku shimasu. (Aku sepertinya harus bertarung dengan menggunakan caraku untuk menghadapi ilmu ninja-mu.)" Kataku lagi.

Aku langsung menembakkan pistolku dengan cepat. Peluru yang kugunakan ini bukan peluru biasa, tapi peluru pedang buatan Ayumi-chan. Peluru pedang buatan Ayumi-chan ini memiliki keistimewaan, yaitu jika peluru itu menabrak sesuatu dan terhenti lajunya, maka peluru itu akan meledak. Akan tetapi, diluar dugaanku, Sasuke menghindari peluru itu. Apa? Bagaimana mungkin ia menghindari peluru pistol? Pistolku ini bukan pistol biasa, tapi pistol yang menembakkan peluru dengan sangat cepat, lebih cepat dari pistol tercepat sekalipun yang pernah diciptakan. Tidak hanya itu, gerakan Sasuke cepat sekali, sampai seolah-seolah terlihat bahwa ia melakukan teleportasi. Apakah hanya sulap saja? Aku kembali menembakkan beberapa peluru, tapi ia terus menghindarinya.

Pada suatu titik, akhirnya Sasuke menghilang. Tidak, ia tidak menghilang. Ia hanya berkamuflase dengan lingkungan sekitarnya. Aku pernah mendengar aliran ilmu ninjutsu yang bernama intonjutsu. Rupanya ini adalah salah satu pengaplikasiannya ya? Aku terus memokuskan tenaga ki milikku. Aku tahu, selama ia berkamuflase, ia tidak akan bisa bergerak karena penyamarannya akan terbongkar. Jika menembakkan peluru secara asal ke banyak titik, ia pasti akan memanfaatkan saat-saat dimana peluruku habis. Paling benar memang menunggunya menyerangku.

Aku merasakan adanya gerakan. Diatas! Betul saja, si kakusareta kage itu sudah berada diatasku. Ia sudah memegang senjatanya, dan melancarkan tebasan ke kepalaku. Aku menahannya dengan pistolku. Hooo, Ia memiliki senjata yang sangat menarik rupanya. Kusarigama

"Kusarigama ka? Dare mo ga, kyou sore wo shiyou shite imasen. Watashi ha anata ga hontou ni ninja arutoomoimasu. (Kusarigama ya? Tidak ada yang menggunakannya sekarang-sekarang ini. Kurasa, kamu memang ninja tulen ya.)" Kataku.

Kini, Sasuke terus menyerangku dengan bertubi-tubi. Ia betul-betul memaksaku untuk bertahan saja tanpa bisa menyerangnya. Gerakan tangannya betul-betul cepat. Kalau begini, terpaksa aku menunggu celah untuk menyerangnya. Tiba-tiba, dia mengubah posisi pegangan kusarigama-nya menjadi lemparan. Ya, jarak sempit yang tercipta dari perubahan posisi ini kumanfaatkan untuk melompat kebelakang. Kemudian, aku mengeluarkan bole besi kecil. Bola besi kecil ini juga ciptaan Ayumi-chan, yaitu akan menembakkan jaring besar saat diaktifkan. Aku melemparkan bola besi ini kearahnya, kemudian mengaktifkannya.

Seketika itu juga, jaring besar yang ditembakkan oleh bola besi itu langsung menangkap Sasuke. Tanpa membuang waktu, aku segera menembaki tubuhnya yang sudah tertangkap jaring besar itu. Setelah menunggu sedetik lamanya, aku segera menembak kebelakang lewat jaket yang kukenakan. Hmmm, aku bisa merasakan peluruku menembus salah satu bagian tubuhnya.

"Onaji torikku ha watashi ni taishite nikai ha dousa shimasen. (Trik yang sama tidak akan mempan terhadapku dua kali.)" Kataku.

Ia sudah kembali bangun. Akan tetapi, aku bisa merasakan bahwa ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres di tubuhnya. Betul, peluru yang kutembakkan tadi bukan peluru biasa, tapi peluru beracun.

"Watashi ga motte iru mottomo chimeitekina doku no hitotsu. Ittan saibou ni sesshoku shite, sore ha sugu ni sono seru to kyuusokuna sokudo de sono shuui no saibou wo kansen sa semashita. (Salah satu racun mematikan yang kumiliki. Ketika bersentuhan dengan sel, racun itu langsung menginfeksi sel itu dan sel-sel disekitarnya dengan sangat cepat.)" Kataku.

Racun ini aku sendiri yang merancangnya. Racun ini kurancang menggunakan campuran kandungan bisa dari beberapa binatang, racun tumbuhan, dan juga racun kimia. Mendapat reaksi dari racunku, Sasuke berusaha tetap tenang. Lama-kelamaan, aku merasakan bahwa tenaga ki miliknya menjadi stabil. Apa? Bagaimana ini mungkin? Apakah racunku betul-betul sudah tidak berfungsi terhadapnya? Napasnya pun sangat normal.

"Doushite konna koto ni? Anata ha idou dekinai you ni suru hitsuyou ga ari. (Bagaimana mungkin? Seharusnya kamu tidak bisa bergerak.)" Kataku.

Wah, betul-betul lawan yang hebat. Sepertinya, ini akan menjadi pertarungan hidup matiku. Sebagai mata-mata, pertarungan hidup dan mati adalah pertarungan yang sebisa mungkin harus dihindari, karena mata-mata tidak membunuh dari depan, melainkan dari belakang. Tapi, untuk kasus kali ini, sepertinya memang tidak bisa dihindari.

"Maa, watashi ha doku ga anata ni dousa shite inai to katei shimasu. (Yah, aku asumsikan bahwa racun tidak mempan terhadap dirimu.)" Kataku.

Gawat, racun tadi itu adalah senjata terkuatku. Kalau senjata terkuatku tidak mempan, berarti aku harus menggabungkan beberapa senjata dengan pikiranku agar mampu melumpuhkannya. Tapi, apakah racun betul-betul tidak mempan? Tunggu... tidak... Aku yakin ia merasakan efek dari racunku itu. Hanya saja, entah bagaimana caranya, ia berhasil menyembuhkan racunku. Obat-obatan? Tidak, aku tidak melihatnya meminum obat-obatan.

Sasuke langsung mengayunkan kusarigama kearaku. Ia betul-betul tidak memberiku waktu untuk berpikir ya? Kusarigama punya kelemahan saat digunakan dalam jarak jauh. Aku segera menahan bagian kusarigama yang tajam dengan pistolku. Pistolku ini sudah dialiri tenaga ki, sehingga sekedar benda tajam saja tidak bisa memotongnya. Setelah gerakan kusarigama itu terhenti, aku segera menggenggam bagian gagang kusarigama itu, dan kemudian menariknya. Sasuke ternyata tidak melepaskan rantai kusarigama itu, sehingga tubuhnya ikut tertarik kearahku.

Hmmm, kita lihat bagaimana ia menghadapi pistolku saat ia berada di udara. Aku menembakkan pistolku ke tubuhnya yang masih berada di udara. Sesaat setelah kutembak, ia melepaskan rantai kusarigama miliknya. Setelah itu, tubuhnya terhenti di udara, kemudian ia melompat. Oh tidak... trik ninja apa lagi yang ia gunakan untuk bergerak di udara? Tidak, sebetulnya aku sudah tahu trik apa yang ia gunakan. Ia memasang benang yg warnanya sudah disamakan dengan latar belakang tempatnya. Dengan demikian, benang itu tidak akan bisa terlihat oleh mata. Dengan memanfaatkan benang yang hanya bisa diketahui posisinya oleh mata Sasuke, ia menggunakan benang itu untuk menumpukan badannya dan bergerak.

Akan tetapi, sayangnya aku membawa suvenir yang bagus untuknya. Aku segera mengeluarkan pistol lain dari balik jaketku dan menembakkannya. Pistol ini tidak menembakkan peluru, melainkan menembakkan spray partikel warna. Dalam sekejap, benang-benang miliknya yang tergantung sudah terlihat. Mumpung dia masih sibuk di udara, aku segera mengambil kesempatan ini untuk mengisi ulang peluru di pistol utamaku. Dengan peluru pistolku yang sudah penuh, aku segera menembakinya di udara. Dengan lincahnya, ia menghindar dari peluru-peluru yang kutembakkan. Mari kita lihat, mana yang lebih dulu, apakah peluruku habis atau kamu tertembak sebelum peluruku habis?

Aku bisa melihat bahwa Sasuke berada pada posisi yang sulit karena terus menghindar dari peluru pistolku. Menghindari peluru pistol itu tidak mudah lho. Kamu membutuhkan refleks tubuh yang tinggi atau kecepatan yang tinggi untuk bisa menghindar dari peluru pistol, yah walaupun lawanku ini sepertinya memiliki keduanya. Lawanku ini betul-betul tangguh.

Kali ini, Sasuke betul-betul terjepit. Peluru di pistolku masih ada tiga. Harusnya aku bisa menembaknya sebelum pistolku kehabisan peluru. Akan tetapi, ia mengambil langkah yang tidak kuduga. Ia menggunakan kayakujutsu miliknya untuk menyemburkan api. Hei, partikel warna yang kugunakan tadi itu bahan yang mudah terbakar. Dalam sekejap langsung... BUUMMM... Ledakan itu langsung membuat tubuhku terpental. Tidak hanya itu, tubuhku juga langsung membentur tembok bangunan karena terhempas oleh ledakan itu. Aku merasakan sakit yang luar biasa. Sepertinya tulang lengan dan kaki kananku ada yang bergeser.

Seharusnya, Sasuke tidak selamat dari ledakan itu. Haah, aku memejamkan mataku. Gila, betul-betul pertarungan hidup dan mati. Saat aku membuka mataku, aku melihat salah satu pemandangan paling menyeramkan yang pernah kualami. Sasuke sudah berdiri di hadapanku, dengan luka yang sangat minimum. Sial, apakah kecepatan tubuhnya begitu tinggi, sampai-sampai ia bisa menghindari ledakan yang sangat dekat itu? Ia sudah mengangkat kusarigamanya, dan sudah bersiap-siap untuk menebas tubuhku.

Aku hanya menutup mataku. 1... 2... 3... Yak, sudah waktunya. Aku mendengar Sasuke tiba-tiba terjatuh.

"Doku wo atsukau toki, anata ga suikomu nan no tame ni hijou ni chuui suru hitsuyou ga arimasu. (Ketika berhadapan dengan racun, kamu harus hati-hati dan lebih peduli apa yang kau hirup.)" Kataku.

Sasuke hanya bisa tengkurap di tanah, tanpa bisa bangun lagi. Ia tidak berkata apa-apa. Disaat seperti ini, masih berusaha menjaga kemisteriusannya ya?

"Anata ha he ha izen no supuree yaka no de, sore ha rensa hannou wo hikiokoshimashita. Sore ha ichijiteki ni watashi ga shiyou sareta saisho no doku ni taisuru anata no koutai wo teishi doku ni narimasu. (Karena kamu membakar cat tadi, timbullah reaksi kimia. Zat itu berubah menjadi racun yang mematikan antibodi tubuhmu untuk sementara waktu terhadap racun yang pertama kali kugunakan.)" Kataku.

Sasuke kini tidak berusaha bangun kembali. Sepertinya ia sudah pasrah.

"Maa, hijou ni saisho no toki kara, watashi ha anata no izureka wo korosanai meijimashita. Shikashi, anata ha watashi ni sentaku no yochi wo ataemasen. (Yah, dari pertama kali, aku sudah diperintahkan agar jangan membunuh siapapun dari kalian. Tapi kamu tidak memberiku pilihan.)" Kataku.

"Anata no doku ni tsuite no setsumei wo ataete kurete arigatou. (Terima kasih telah memberi penjelasan tentang racunmu.)" Kata Sasuke.

Eh, apa maksudnya? Tiba-tiba, dia melempar shuriken. Gawat, dengan cederaku begini, aku tidak bisa menghindari shuriken secepat itu.

Sekedar pengetahuan, shuriken adalah benda tajam berbentuk bintang dengan empat sisi yang biasanya digunakan oleh para ninja sebagai senjata lempar.

Untunglah, karena sepertinya ia sudah lemah oleh racun, bidikannya kurang tepat. Shuriken itu hanya mengenai kaki kiriku saja. Memang sakit, tetapi paling tidak aku tidak mati.

"Anata mo douyou ni eikyou wo ukete iru mezashite iru you ni miemasu. (Sepertinya akurasi-mu juga terkena efeknya ya.)" Kataku.

"Iie. Mottomo juuyou na koto, sore ga hitto. (Tidak. Yang penting kena.)" Kata Sasuke.

Yang penting kena? Oh tidak... Jangan bilang... Aku melihat Sasuke menunjuk luka di kakinya. Luka akibat peluru beracunku tadi. Gawat, ternyata sebelum menyembuhkan dirinya, dia sempat mengambil sampel racun, dan mengoleskannya pada shuriken yang ia lempar tadi.

"Nani no kaidozukai ga nai youna anata no ki kara, miemasu. (Sepertinya tidak ada penawarnya, jika melihat dari tenaga ki milikmu yang kacau.)" Kata Sasuke.

Heh, ia betul. Aku memang tidak memiliki penawar racun untuk racun yang ini. Atau lebih tepatnya, racun ini tidak memiliki penawar, hanya antibodi yang bisa menawar racun ini. Hooo, berarti tadi dia menggunakan antibodi nya sendiri ya untuk menyembuhkan racunku. Bisa mengendalikan antibodi sendiri, orang yang sangat mengerikan. Untunglah orang ini mati sekarang, kalau tidak teman-temanku dari Hikari bisa kerepotan menghadapinya. Yah, walaupun harus ditukar dengan nyawaku sendiri, tapi kurasa itu sebanding. Selamat tinggal, Kagura-chan, Ayumi-chan.

"Maaf, Houzuki..." Terdengar suara Sasuke.

Apa?? Itu kan Bahasa Indonesia! Ah, mungkin aku berhalusinasi. Kata orang-orang, biasanya kita akan berhalusinasi sebelum kita mati. Mana mungkin Sasuke berbicara dalam Bahasa Indonesia.
 
Scene 2

"Sekai no Gijutsusha" Ayumi Nakata



"Tobari" Houzuki Anegawa



Si anak kecil tobari itu sepertinya lari karena merasa bahwa tidak mungkin menang ya dariku? Ya ini merupakan hari sialmu, nak. Trik yang kugunakan cukup simpel. Ya, magnet. Dengan memanfaatkan medan magnet yang ada dalam tubuh, aku menggunakan satu alat lagi untuk mengatur medan magnet dalam tubuh. Alat itu akan memperbesar kekuatan medan magnet dalam tubuh, dengan tetap menjaga kestabilan aliran ion dan elektron dalam tubuhku. Alat yang kuciptakan ini adalah pulpen besi yang daritadi kupegang ini. Sialnya bagi si tobari itu, jarum besarnya itu terbuat dari besi, sehingga menjadi makanan empuk bagi alat canggih milikku itu.

Akan tetapi, menggunakan alat secanggih ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tubuh. Bayangkan saja jika tubuhmu menjadi suatu medan magnet, yang menghasilkan gaya tarik magnet yang mampu menarik dan menolak benda-benda yang terbuat dari besi, nikel, dan kobalt. Jika menggunakan alat ini, tubuhku tidak mampu bergerak bebas. Rasanya seolah-olah seperti ada dua kekuatan yang saling berlawanan dalam tubuhku. Begitu aku melakukan gerakan yang sedikit rumit, macam gerakan meroda, maka kontrolku terhadap gaya tarik magnet ini langsung hilang. Karena itu, tadi saat aku terpaksa melakukan gerakan meroda kesamping untuk menghindari serangan dari si tobari itu, kontrolku terhadap seluruh jarum besinya jadi hilang. Sialnya bagiku, dia memanfaatkan kesempatan ini dan lari. Bahkan, ia sempat membawa beberapa jarum. Aku tidak yakin gaya tarik magnet milikku ini cukup kuat untuk mengambil jarum dari genggamannya. Setelah melihat kemampuanku, ia pasti sekarang menggenggam jarum-jarumnya dengan kuat.

Aku membawa tiga alat sekarang. Pulpen besi yang bisa mengatur kekuatan medan magnet dalam tubuh, bola besi yang bisa menciptakan forcefield, dan satu alat lagi yaitu sebuah antena. Sebisa mungkin, aku tidak ingin memakai antena ini karena sangat berbahaya. Keahlian si tobari itu kan melempar jarum ke titik vital, harusnya pulpen besi dan bola besi ini saja cukup sih. Nah, sekarang apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus menunggu atau mengejarnya? Kalau aku menunggu, aku bisa meminta bantuan pada teman-temanku untuk membawa si gokusenshi. Tapi dengan demikian, berarti si tobari ini bisa saja kabur. Jika aku pergi mengejarnya, ada kemungkinan si tobari itu akan menghabisi teman-temanku diluar saat aku pergi untuk mengejarnya.

Dalam sekejap, aku sampai pada suatu kesimpulan. Aku tidak boleh membiarkannya kabur. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengejarnya ke dalam. Ternyata bagian dalam hotel ini terdiri dari lorong-lorong. Jika aku maju dengan lengah, aku bisa jadi sasaran empuk serangan mendadaknya. Jarum-jarumnya mungkin tidak akan mempan terhadapku selagi aku mengaktifkan pulpen besiku ini. Tapi, tetap saja pertarungan jarak dekat tetap bisa melukaiku, apalagi sekarang ia pasti lebih mengantisipasi kemampuanku. Forcefield milikku ini tidak bertahan lama setelah diaktifkan. Selain itu, forcefield ini juga tidak bisa mengantisipasi serangan yang kuat, hanya bisa mengantisipasi jarum miliknya. Orang selevel Houzuki pasti bisa menembusnya dengan mudah.

Aku maju pelan-pelan, sambil tetap memokuskan energi ki milikku ke seluruh tubuhku. Aku berjalan menyusuri lorong pertama dan kemudian berbelok. Aku tidak percaya apa yang kulihat. Kulihat Houzuki si tobari itu berdiri di hadapanku di ujung lorong satunya. Ah, aku padahal mengantisipasi serangan mendadak. Tapi kenapa dia berdiri di ujung lorong begitu?

"Kurutte imasu ka? (Sudah gila ya?)" Tanyaku dengan heran.

"Nan da yo? Anata ha watashi ga kishuu kougeki wo kaishi suru koto wo kangaemashita ka? (Apa? Kamu berpikir bahwa aku akan melancarkan serangan mendadak?)" Tanya si tobari.

"Hai, sou da. Anata no dekinai koto wo kouryo suru to, watashi ni hitto suru. (Yah, iya. Kan kamu tidak bisa menyentuhku.)" Kataku.

"Anata ga aru koto wo kakunin shi, sore ha sono you ni mada arimasuka? (Apa kamu yakin sekarang masih tetap begitu?)" Kata si tobari.

Hmmm, dilihat dari pandangan wajahnya, sepertinya ia sudah menemukan suatu cara untuk mengantisipasi kemampuanku. Atau dia hanya berpura-pura saja untuk membuatku lengah? Sepertinya aku tidak boleh terlalu meremehkannya walaupun aku berada diatas angin. Aku mengaktifkan pulpen besiku, dan menarik seluruh jarum yang tersisa dari yang kuambil darinya tadi. Beberapa lampu besi juga ikut tertarik, sehingga kini benda-benda itu melayang disekitarku.

"Yappari da. Jishaku. (Sudah kuduga. Magnet.)" Kata si tobari.

Hooo, jadi dia sengaja meletakkan lampu-lampu itu disini hanya untuk memastikan analisanya tentang kemampuanku ya? Akan tetapi, sayangnya hanya tahu saja tidak membantu. Kamu harus mempunyai solusi untuk menghadapinya. Aku segera maju kearahnya bersama dengan jarum dan lampu-lampu yang terbang disekitarku. Ia segera bersiap menghadapi kedatanganku.

Aku menggunakan magnetku untuk melemparkan dua lampu yang tertarik oleh magnetku tadi. Ia segera menghindarinya dengan menunduk, kemudian ia langsung melempar jarum kearah telapak kakiku. Aku segera mengangkat kakiku untuk menghindarinya. Aku segera menggunakan magnetku untuk menghentikan jarum itu, dan menjadikannya milikku. Apa rencananya sebetulnya?

"Soshite, kore ha dou? (Bagaimana dengan ini?)" Kata si tobari.

Ia melempar satu jarum lagi kearah dadaku. Apa sebetulnya yang ia rencanakan? Aku segera menggunakan magnetku untuk menghentikan jarum itu. Apa? Aku merasakan bahwa magnetku tidak kuat menghentikan jarum itu. Aku segera menghindarinya dengan memutar menggeser badanku kesamping. Karena terlambat menghindar, jarum itu menyerempet tangan kananku dan menggoresnya. Kontrolku terhadap jarum-jarum yang kukuasai tadi jadi hilang akibat pengaruh dari gerakan tubuhku yang cepat dan kondisi pikiranku yang cukup terbebani dengan pertanyaan yang membingungkan ini.

Dia langsung berlari dengan cepat kearahku. Cih, dia mengincar timing dimana kontrolku terhadap jarum-jarum hilang. Aku tidak melihat satupun jarum ditangannya. Dia hendak beralih ke pertarungan jarak dekat ya? Baiklah, aku layani. Ia melancarkan tinju dengan tangan kanannya kearah wajahku. Aku segera menghindarinya dengan mengelakkan kepalaku ke kiri. Aku segera menangkap tangan kanannya dengan mudah, kemudian meninju pipi kanannya dengan keras sehingga membuatnya terpental beberapa langkah kebelakang.

Aku segera memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali mengontrol jarum-jarum yang berserakan di lantai. Aku menggunakan jarum-jarum itu untuk menyerangnya secara bertubi-tubi. Kemudian, dia mengeluarkan satu jarum dari dalam tasnya, kemudian melemparnya ke udara. Setelah itu, ia memutar-mutar tangannya, dan jarum-jarum milikku itu langsung terpental. Oh, aku mengerti, jarum miliknya itu terhubung dengan benang logam yang kuat, sehingga dapat dijadikan sebagai pertahanan dari jarum-jarumku itu. Tunggu, ada yang aneh pada putarannya. Putaran itu cepat sekali, saking cepatnya, terkadang aku bisa merasakan angin berhembus kearahku. Padahal benang itu hanya benang logam tipis saja. Apakah dia memang memiliki tenaga sekuat itu, sampai bisa memutar benang dan jarum dengan sangat kencang? Tidak, aku yakin tenaganya tidak sekuat itu.

Setelah itu, ia menghentikan putarannya, dan melempar jarumnya yang tadi ia gunakan untuk menangkis jarum-jarumku. Gawat, ini bahaya. Aku segera menggunakan bola besiku untuk membuat forcefield. Kemudian, aku langsung melompat kesamping. Gila, jarum yang ia lempar mampu merobek sebagian dari forcefield milikku. Padahal, saat masih bertarung di lobby hotel tadi, jarumnya tidak mampu membuat forcefield milikku bergeming sekalipun. Ada apa ini? Kekuatannya memang bertambah.

"Watashi no hari no ugoki to sokudo wo kaeru tame ni, sono fushigi na chikara wo shiyou shite, jampu shite, sono taimingu wo mochiite. Warukunai, anata ga hontou ni jukuren shite imasu. (Menggunakan kekuatan anehmu itu untuk mengubah arah dan kecepatan jarumku, kemudian melompat kesamping menggunakan timing saat jarumku berubah arah dan kecepatan. Hebat juga, kamu betul-betul terlatih.)" Kata si tobari.

"Oseji ha anata no unmei wo henkou shimasen. (Pujian tidak akan mengubah nasibmu.)" Kataku.

"Hai. Anata ha shinu tsumorinagara watashi no unmei ha watashi ga ikiru tsumori desu. (Iya. Takdirku adalah aku akan hidup, sementara kamu mati.)" Kata si tobari.

"Tokorode, ji no watashi ha anata no migi no hoho wo panchi suru tsumori desu. (Berikutnya, aku akan meninju pipi kananmu.)" Kata si tobari.

"Anata dake no watashi ni handikyappu wo ataeta no ka? (Kamu menanggap remeh aku?)" Tanyaku.

"Iie. Watashi ha jibun jishin wo junbi suru tame ni anata ni iimashita. (Tidak. Aku memberitahumu untuk bersiap-siap.)" Kata si tobari.

Si tobari segera bersiap-siap untuk maju. Aku pun juga bersiap-siap menerima serangannya. Dengan tenaga ki milikku, aku melihatnya maju, dan juga aku bisa merasakan bahwa ia hendak meninju pipi kananku. Tapi yang terjadi seolah-olah adalah, dia maju berlari kearahku, melancarkan tinju ke pipi kananku, tapi badanku kaku dan tidak bisa menghindar. Ia meninju pipi kananku dengan telak, dan aku langsung terjerembab ke lantai. Ukh, sakitnya bukan main. Kalau aku tidak mengantisipasinya dengan mengalirkan tenaga ki ke pipi kananku, mungkin pulang pipiku sudah retak.

"Konkai ha anata ni taishite torikku wo shiyou suru ni ha watashi no ban desu. (Kali ini, giliranku menggunakan trik terhadap dirimu.)" Kata Houzuki si tobari.

Aku sadar apa yang terjadi barusan. Dia itu berlari kearahku, tapi larinya sangat cepat, begitu juga dengan tinjunya, sehingga tubuhku tidak sempat bereaksi. Kenapa ia bisa berlari secepat itu? Tadi juga, tiba-tiba kekuatannya bertambah dengan drastis. Tunggu... Mungkinkah?

"Anata ha eien ni soko ni yoko ni naru tsumori ka? (Apakah kamu akan berbaring disana terus?)" Kata si tobari.

Aku menahan seluruh rasa sakitku, dan bangkit berdiri. Bayangkan saja, sudah tinjunya dialiri oleh tenaga ki, ditambah dengan kecepatannya juga membuat tinjunya makin berasa. Aku hendak mencoba sesuatu, tapi harus menunggu ia bergerak dulu.

"Nani ga tsugi ni nani wo suru tsumori ka? (Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?)" Tanyaku.

"Etto. Anata no i. (Hmmm. Perutmu.)" Kata Houzuki si tobari sambil menyiapkan kepalan tangannya.

Perut ya? Baiklah, aku tidak boleh terlambat sedikitpun. Kalau ia berhasil meninju perutku dengan telak, bisa repot nantinya. Tadi aku ingat betul. Jarak antara ia menyiapkan kuda-kudanya, sampai gerakan pertama yang diambilnya, adalah sekitar 4 detik dan 267 milidetik. Untuk melakukan apa yang ingin kulakukan, aku membutuhkan waktu sekitar 1 detik dan 789 milidetik. Aku menunggu, tepatnya sampai 2 detik dan 478 milidetik. Setelah itu, aku melakukan apa yang hendak kulakukan. Tepat setelah aku selesai melakukan apa yang ingin kulakukan, ia maju dengan kecepatan tinggi. Berhasil, kecepatannya melambat. Aku yang sudah mengantisipasi pukulannya di perutku, langsung menangkap tinjunya dengan tangan kiriku. Setelah gerakannya terhenti, aku meninju pipi kanannya dengan keras sampai ia terpental beberapa ubin kebelakang.

"Na... nani wo shita? (A... apa yang kau lakukan?)" Tanya Houzuki sambil berusaha bangun.

"Dou omoimasu ka? (Menurutmu apa?)" Tanyaku.

Ya, aku hanya mematikan pengatur medan magnet dalam tubuhku. Seperti yang kuduga, gerakan dan kekuatannya yang sangat tinggi itu memanfaatkan gaya tarik magnet yang tercipta akibat aku memperkuat medan magnet dalam tubuhku. Akan tetapi, sekalipun tanpa gaya tarik magnet, serangannya yang terakhir itu tergolong cepat. Aku yakin si tobari itu dalam kondisi normal tidak mungkin bergerak secepat itu. Jadi kesimpulannya, trik miliknya mengkombinasikan dua hal, yang pertama gaya tarik magnet yang timbul akibat medan magnet dalam tubuhku yang kuat, dan yang kedua adalah suatu metode yang belum kuketahui. Aku harus segera mengetahuinya dan berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Serangan terakhirnya itu bisa kugagalkan karena dia sombong. Yang berikutnya, tidak akan seperti ini. Dengan kecepatan dan kekuatannya yang meningkat akibat metode aneh yang tidak kuketahui itu, aku pasti kalah jika berhadapan langsung dengannya.

Hmmm, aku bingung apa yang harus aku lakukan. Bola besiku sudah mampu ditembus olehnya. Pulpen besiku sekarang malah jadi senjata untuknya. Satu-satunya alat yang bisa kugunakan adalah antena pendek yang kubawa ini. Antena pendek ini sebetulnya aku yakin bisa mengalahkannya. Akan tetapi, menggunakan antena pendek ini terlalu beresiko. Akan tetapi, memang tidak ada jalan lain selain menggunakan antena pendek ini. Tapi nanti dulu deh, lebih baik aku coba dulu menghadapinya dengan kekuatanku sendiri.

Houzuki memulai dengan melempar jarumnya. Aku menghitungnya, setidaknya ada tiga jarum yang ia lemparkan. Saat aku mulai mengaktifkan medan magnetku untuk menangkis jarum itu, saat itu juga dia akan maju dengan kecepatan super akibat gaya tarik magnetku dan menghabisinya. Tapi kalau aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya bisa menghindar saja berarti. Dua jarum menuju leherku, sementara satu jarum lagi menuju jantungku. Hmmm, ingin mengakhirinya ya? Aku segera menghindar dengan melompat kesamping.

Tiba-tiba, aku menyadari sesuatu. Jarum... Pasti ada rahasia khusus dibalik sekedar jarum. Pertambahan tenaganya yang sangat signifikan... Memanfaatkan tenaga magnet... Ingin mengakhiri pertarungan secepatnya... Aku bisa menduga trik apa yang ia gunakan. Biar kucoba melihat keadaan. Aku mengeluarkan bola besiku, yang kemudian kuaktifkan untuk membuat forcefield. Setelah itu, aku mengaktifkan pulpen besiku, untuk menciptakan gaya tarik magnet yang sifatnya menarik kearah tubuhku. Forcefield itu pun tertarik kearah tubuhku, sehingga betul-betul menempel di tubuhku.

Dia berusaha melempar jarum kearahku. Akan tetapi, tidak berguna dan dipentalkan oleh forcefield milikku. Forcefield akan semakin kuat jika kecil, dan semakin lemah jika besar. Forcefield yang kuciptakan dengan bola besiku berukuran tetap, tidak bisa diubah. Aku menggunakan gaya tarik magnet untuk mengubah paksa ukurannya, sehingga menjadi lebih kecil, otomatis membuatnya lebih kuat. Kemudian, dia maju dengan cepat, dan berusaha meninju dadaku. Tidak, itu bukan tinju, tapi dia menggunakan jarumnya. Ada tiga jarum yang dikaitkan di sela-sela jarinya, layaknya seperti cakar. Hmmm, harusnya dengan sedikit trik, aku bisa menahan serangannya itu. Serangannya bisa sedikit menembus forcefield milikku dan membuat luka kecil di perutku. Sepertinya, ia sedikit kaget karena serangannya gagal memecah forcefield milikku.

"Anata ga hoji suru nani sore, anata ha ki to sore wo fukikoma koto ga dekiru. (Apapaun yang kau pegang, kau bisa mengalirinya dengan tenaga ki.)" Kataku.

"Anata no omocha ni ki wo fukikoma. (Kamu mengaliri tenaga ki ke mainanmu itu.)" Kata Houzuki.

"Sou yo. (Benar.)" Kataku sambil meninju pipi kirinya dan membuatnya terpental kebelakang.

Aku bisa menyimpulkan dari pertahanannya yang cukup lemah bahwa ia lemah terhadap pertarungan jarak dekat. Kelemahan pertarungan jarak jauh adalah ketika bertemu dengan pertahanan yang kuat. Pertarungan jarak jauh yang melibatkan melontarkan sesuatu kearah musuh, harus melawan gaya gesekan di udara, sehingga kekuatannya cenderung lebih lemah dari pertarungan jarak dekat yang mengirimkan pukulan langsung dari tubuh ke tubuh. Ia terpaksa harus menggunakan pertarungan jarak dekat, karena jarumnya tidak mampu menembus forcefield milikku.

"Shikata ga arimasen. (Apa boleh buat.)" Kata Houzuki.

Ia mengeluarkan jarum, dan menyuntikannya ke kedua pundaknya. Seperti yang kuduga, rahasia kecepatannya yang bertambah secara mendadak adalah tusuk jarum. Tusuk jarum dilakukan ke titik darah tertentu di tubuh, sehingga jalur tenaga ki dalam tubuh terbuka lebih lebar, mempercepat pendistribusian tenaga ki dalam tubuh. Tapi tusuk jarum ini ada kelemahannya. Karena pendistribusian tenaga ki menjadi lebih cepat dan deras, tubuh akan semakin cepat terasa lelah. Karena itu, ia berusaha mengakhiri pertarungan secepatnya.

Tunggu, jika apa yang ada di pikiranku benar, maka tusuk jarum yang barusan ia lakukan... Ia segera melempar jarumnya. Aku sebisa mungkin berusaha menghindar. CRASSS... Betul saja. Kali ini jarumnya mampu merobek forcefield milikku. Tusuk jarum yang barusan ia lakukan merupakan tusuk jarum untuk menambah kekuatannya. Salah satu jarum itu menembus dada kiriku, sementara satu jarum lagi menyerempet leher sebelah kiriku.

Gawat, dengan kecepatan dan kekuatan seperti itu, aku tidak memiliki pilihan lain. Ya, harus kugunakan antena kecil milikku ini. Antena kecil milikku ini berfungsi untuk menangkap arus elektron di udara dan memperkuat sinyal listrik pada benda apapun yang ditancap oleh antena itu. Biasanya, antena itu kutancapkan kekepalaku, dan kusambungkan ke syaraf motorik. Dengan demikian, pergerakan listrik yang dilakukan oleh syaraf motorik ke seluruh tubuhku bertambah dengan drastis. Akibatnya, kekuatan dan kecepatanku akan bertambah juga secara drastis. Aku menyebut metode ini dengan nama autopilot, diambil dari nama sistem navigasi pesawat yang membuat pesawat bisa bernavigasi sendiri ketika sedang terbang di udara.

Seperti halnya tusuk jarum miliknya, autopilot ini juga memiliki kelemahan. Karena saking cepatnya arus listrik yang dikirimkan oleh syaraf motorik otakku, maka aku akan seolah-olah kehilangan kesadaran karena tidak mampu mengontrol pergerakan listrik yang begitu cepat. Begitu tersadar, biasanya seluruh musuhku sudah tumbang. Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Tidak hanya itu, setelah itu tubuhku akan sangat lemah akibat gerakan yang kulakukan selama autopilot, yang notabenenya jauh melebihi kapasitas tubuhku.

Untuk kali ini, aku memang tidak ada jalan lain. Aku melihat ia melempar jarumnya. Aku menghindar dengan cepat dengan melompat. Terakhir kali, kulihat jarum itu menembus tembok. Kekuatannya memang bertambah secara drastis. Aku menancapkan antena kecil milikku ke kepalaku. Saat itu juga, aku merasakan arus listrik yang sangat tinggi mengalir diseluruh tubuhku. Saat itu juga, kesadaranku langsung hilang. Aku harap ketika aku membuka mataku, aku masih di dunia ini dan melihat tubuh si tobari terbujur kaku di lantai.

BERSAMBUNG KE EPISODE-14
 
Teknologi dan teknik...pertarungan yg seru...keren suhu :top: :mantap:

yaah, sebenernya tadinya rencana awalnya, ane ga merancang bahwa ini akan terjadi
tadinya, Ayumi akan dipit untuk ngelawan Sasuke, i.e. teknologi vs trik
tapi karena beberapa pertimbangan, akhirnya malah ketemu Houzuki hahaha
 
EPISODE 14 : PLANNING

Scene 1

Takeru Yamamoto



Kagura Nakagawa



Matsuyama Edo



Ayumi Nakata



Sore itu, aku masih menyelidiki suatu kasus. Kasus yang diduga dilakukan oleh Qing Long. Aku mendapat laporan dari Matsuyama bahwa salah satu kamera tersembunyi di Ginza juga menangkap keberadaan seseorang yang diduga adalah Houzuki Anegawa si tobari, yang merupakan salah satu dari anggota kurayami no mikami dari Yami. Hmm, walaupun belum tentu si tobari itu berjalan menuju markas Qing Long, tetapi ada kemungkinan bahwa Yami dan Qing Long saling terkait.

Tiba-tiba, salah satu alarm yang ada di ruanganku berbunyi. Di ruanganku ini terdapat lima buah alarm, masing-masing berfungsi untuk mendeteksi lima hal yang berbeda. Alarm yang berbunyi adalah alarm yang menandakan bahwa Ayumi telah masuk dalam mode autopilot. Setahuku, Ayumi sekarang sedang mengirimkan backup untuk Kagura ke suatu hotel kecil yang diduga merupakan tempat penyekapan Kiriko Dayoto yang sekarang ini menghilang. Matsuyama pun pergi ke tempat itu untuk mengumpulkan informasi, serta mengirim permintaan backup jika terjadi hal yang gawat. Dengan adanya sansaikou no masayoshi yang lengkap, seharusnya tidak ada alasan bagi Ayumi untuk masuk ke mode autopilot. Jika demikian, maka bisa diasumsikan bahwa mereka menghadapi musuh yang hebat.

Aku berusaha berpikir keras mengenai kejadian ini. Setahuku, yang bisa mendesak ketiga orang kepercayaanku sampai sejauh ini, seharusnya diantara personil lengkap kurayami no mikami dari Yami, ataupun frontier echelon guards dari Kage. Autopilot milik Ayumi memiliki kelemahan yang sangat fatal, yaitu jika ia gagal mengalahkan musuhnya pada saat dalam mode autopilot, maka kekalahan sudah pasti bagi Ayumi. Orang seperti Ayumi bisa dikatakan sebagai permata yang terpoles dengan sendirinya yang muncul diantara bahan-bahan mentah permata. Dengan kata lain, orang yang memiliki kemampuan sepertinya sangat langka dan tidak tergantikan. Hikari tidak boleh kehilangan dia. Apalagi Kagura dan Matsuyama juga ada disana, sehingga dalam kasus paling pahit aku kehilangan Ayumi, tidak ada Kagura dan Matsuyama, sehingga seluruh sansaikou no masayoshi akan kosong. Jika itu terjadi, pasti Yami atau Kage akan menyerang kita, dan kita tidak punya cara untuk menahan serangan mereka.

Aku segera menelpon Sakurako selaku tenaga administrasi di Hikari.

"Karera ha dou desuka? (Bagaimana keadaan mereka?)" Tanyaku kepada Sakurako di telpon.

"Wareware ha mada nani mo kiite imasen. Watashitachi ga kiita saigo no mono ha, Nakagawa-san ha gokusenshi no Nakata Jirou to no tatakai no nochi ni kega wo sarete imasu. Gokusenshi mo kega wo sarete imasu. Karera ga tagai ni hissawwaza wo atsukau koto wo shimeshite imasu. (Belum ada kabar mengenai mereka. Hal terakhir yang kita dengar adalah, Nakagawa-san mengalami cedera setelah bertarung dengan si pendekar tongkat Jirou Nakata. Si pendekar tongkat juga cedera. Diduga mereka berdua saling menghantarkan pukulan maut satu sama lain.)" Kata Sakurako.

Sekedar pengetahuan, biasanya orang Jepang memanggil orang lain yang bukan kerabat dekatnya dengan nama keluarganya. Karena dalam hal ini, Kagura memiliki nama panjang Kagura Nakagawa, maka Kagura adalah nama depan, sedangkan Nakagawa adalah nama keluarga. Karena itu, Sakurako menyebut Kagura dengan Nakagawa-san.

"Tsudzukeru. (Lanjutkan.)" Kataku.

"Nakata-san ha tobari no Anegawa Houzuki to no sentou ni juuji shite imasu. Tobari ha ikutsu ka no keisatsu no jinnin ni chimei tekina dageki wo chakuriku ni seikou shimashita. Sono go, Nakata-san ha hinan suru ta no jinnin wo meijimashita. Sono go, amari shira rete imasen. (Nakata-san terlibat dalam pertarungan sengit dengan Houzuki Anegawa si jarum terbang. Si jarum terbang itu berhasil melukai beberapa personnel polisi. Setelah itu, Nakata-san langsung memerintahkan mereka untuk mengevakuasi diri mereka sendiri. Tidak banyak yang diketahui setelahnya.)" Kata Sakurako.

"Matsuyama ha? (Bagaimana dengan Matsuyama?)" Tanyaku.

"Edou-san ha karera ga atsumatte iru chiisana hoteru desu ate no basho ni touchaku shimashita. Kare ha nakama no keikan wo yosouimashita. Nakata-san ga jibun jishin wo hinan suru you ni meijita nochi, nani mo kare ni tsuite kiita koto ha arimasen. (Edou-san telah sampai di hotel kecil tempat mereka berkumpul. Dia menyamar sebagai salah satu rekan polisi. Setelah Nakata-san sendiri mengeluarkan perintah untuk evakuasi, tidak ada kabar lagi mengenai Edou-san.)" Kata Sakurako.

Cih, rupanya Jirou Nakata si gokusenshi dan Houzuki Anegawa si tobari juga terlibat ya? Mengapa mereka ada di tempat itu? Apakah putri Dayoto yang hilang itu juga membuat Yami tertarik? Aku menduga bahwa Kage yang akan muncul untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, tapi ini malah Yami yang muncul.

"Nani ka hoka no mono, Sakurako? (Ada yang lain, Sakurako?)" Tanyaku.

"Ima made ha, hoka ni nanika arimasen. (Sampai sekarang, belum ada.)" Kata Sakurako.

"Arigatou, Sakurako. Nani ka atarashii mono ga areba, ichidotara tsuuchi imasu. (Terima kasih, Sakurako. Segera hubungi aku jika ada berita baru.)" Kataku.

"Wakarimashita, Yamamoto-san. (Baik, Yamamoto-san.)" Kata Sakurako.

Setelah itu aku menutup telpon. Hmmm, dari sini bisa kusimpulkan bahwa kontak dengan mereka terputus ya. Aku jadi curiga. Kalau orang-orang kepercayaanku pasti sibuk menghadapi anggota kurayami no mikami, wajar saja kalau mereka tidak punya waktu untuk memberi kabar. Tapi bukankah ada banyak personil polisi yang pergi bersama Ayumi untuk mem-backup Kagura? Seharusnya mereka bisa memberikan kabar tentang apa yang sedang terjadi sekarang. Walaupun kabarnya mungkin hanya berupa pemberitahuan kosong, karena mungkin mereka tidak dapat melihat kejadian di lokasi pertarungan.

Aku memiliki firasat buruk mengenai hal ini. Setelah berpikir sejenak, akhirnya aku memutuskan bahwa aku akan pergi sendiri kesana. Aku segera menyiapkan peralatanku untuk bertarung dan penyamaran. Adalah suatu kemutlakan dan keharusan bahwa identitasku sebagai pimpinan tertinggi dari Hikari tidak boleh diketahui oleh orang diluar Hikari, kecuali Yukimura-san dan Perdana Menteri.

Dalam beberapa menit saja, aku sudah siap untuk keluar. Aku segera keluar dari ruanganku dan menguncinya. Sesampainya di resepsionis depan, Sakurako memberitahuku bahwa ada kiriman barang untukku. Barangnya dibungkus oleh kardus yang besar sekali. Tinggi kardusnya hampir setinggi ruangan ini, sementara lebarnya kira-kira dua meter. Aku betul-betul curiga dengan isinya. Aku menanyakan informasi mengenai pengirimnya kepada Sakurako. Akan tetapi, Sakurako menjawab bahwa paket ini dikirimkan oleh kurir terpercaya, dan tidak ada informasi lengkap mengenai pengirimnya.

Dengan hati-hati, aku berusaha memasang telingaku ke dalam paket besar itu. Aku tidak mendengarkan apa-apa. Kemungkinan besar isinya bukan bom waktu. Akan tetapi, aku harus tetap waspada. Aku merobek paket itu dari depan, setelah itu mulai kusobek-sobek kardus bagian depannya.

Aku betul-betul terkejut dengan apa yang ada di dalamnya. Dalam paket itu terdapat tiga peti mati transparan yang diletakkan dengan posisi berdiri. Dalam tiap peti mati, terbaring tubuh Kagura, Matsuyama, dan Ayumi. Aku betul-betul lemas melihat hal ini. Jadi mereka tidak selamat ya. Semua anggota polisi Hikari yang melihatnya pun hampir tidak percaya. Kurang ajar, seharusnya tadi aku ikut dengan mereka. Pemimpin macam apa aku ini? Menjaga keselamatan anak buahnya saja tidak bisa. Aku betul-betul terhanyut dalam duka. Aku bisa merasakan seluruh ruangan ini merasakan kehilangan yang begitu amat dalam. Mereka bertiga adalah orang yang baik. Walaupun mereka suka sembarangan, tapi mereka selalu melaksanakan tanggung jawab mereka dan membuahkan hasil yang memuaskan. Mereka juga tidak pernah enggan dalam membantu orang-orang yang ada dibawah mereka. Aku tidak heran jika seluruh ruangan ini betul-betul merasa kehilangan atas mereka.

"Wareware ha karera no sougi ashita no junbi wo shimasu. (Kita akan mempersiapkan pemakaman mereka besok.)" Kataku.

"Hai! (Iya!)" Kata seluruh ruangan ini.

Beberapa dari polisi wanita tampak menangis atas kehilangan mereka. DUAAKKK! Tiba-tiba terdengar suara yang keras dari belakangku, dari arah tempat ketiga peti mati mereka. Aku melihat kebelakang untuk melihat apa yang terjadi. Aku melihat Kagura berusaha keluar dari peti yang tutup petinya sudah rusak dan hancur.

"Koko ha... doko? (Ini... dimana?)" Kata Kagura berusaha melangkah keluar dari peti mati miliknya. Ia terlihat sangat lemah.

Aku betul-betul bingung melihat apa yang terjadi. Saking tidak percayanya, aku mengambil secarik kertas, dan menulis mantra pada kertas itu sehingga kertas itu menjadi ofuda.

Sekedar pengetahuan, ofuda adalah kertas bertuliskan mantra-mantra yang bertujuan untuk sesuatu. Paling sering digunakan untuk mengusir roh jahat.

"Tachisaru, akuryou. (Pergilah, roh jahat.)" Kataku sambil menempelkan ofuda itu di dahi Kagura.

Akan tetapi, Kagura langsung mengambil ofuda itu, menggigitnya hingga robek, dan membuangnya ke tempat sampah.

"Sore ha dono youna joudan no deshou ka? (Lelucon apa ini?)" Tanya Kagura.

"Anata ga ikite imasu ka, Kagura? (Kamu masih hidup, Kagura?)" Tanyaku.

"Mochiron. (Tentu saja.)" Kata Kagura.

Aku pun lega mendengarnya. Seluruh personil di ruangan ini pun senang. Setelah itu, kami membuka peti mati milik Ayumi dan Matsuyama. Mereka pun ternyata masih hidup. Kami segera membawa mereka ke rumah sakit. Kagura mendapatkan cedera yang cukup parah di pipi kirinya. Saking parahnya, lukanya sudah sampai ke otak dan menyebabkan gegar otak ringan. Akan tetapi, nyawanya sangat jauh dari krisis. Hanya saja, ia harus beristirahat selama dua minggu. Tentu saja dia protes dan mengatakan bahwa tiga hari saja cukup.

Matsuyama mendapat beberapa luka tebas, diantaranya pundak belakang kanannya dan kaki kirinya. Sementara, tulang bagian tangan dan punggungnya ada yang retak. Sama halnya seperti Kagura, nyawanya pun jauh dari krisis. Ia juga diminta beristirahat selama dua minggu. Akan tetapi, ia tidak mau beristirahat. Kecuali kalau ditemani oleh Kagura. Kagura sepertinya mau saja menemani Matsuyama. Akan tetapi, aku tidak mengizinkan mereka.

Ayumi hanya kelelahan saja. Aku bisa menduga hal ini pasti terjadi karena autopilot yang ia gunakan. Tidak ada luka yang berarti di tubuhnya.

*****

Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu. Kini, tiga personil sansaikou no masayoshi telah lengkap hadir. Kami sedang mengadakan kumpul bersama untuk membahas hal itu.

"Aku melawan Sasuke Sarutobi si kakusareta kage. Sebetulnya, aku hampir mati melawannya. Hal itu karena disaat terakhir ia menggunakan shuriken yang sudah ia lumuri dengan racunku, dan dilempar ke kakiku. Aku pun merasakan bahwa racun itu sudah memasuki tubuhku. Saat itulah aku kehilangan kesadaran." Kata Matsuyama.

"Aku yakin kamu berkata jujur, Matsuyama. Akan tetapi, kenapa tidak ditemukan racun ya di tubuhmu pada saat pemeriksaan di rumah sakit?" Tanyaku dengan heran.

"Nah, Takeru-san tahu sendiri kan? Aku sudah memaksa dokter untuk memeriksa ulang tubuhku, aku tetap bersikeras bahwa pasti ada racun di tubuhku karena racun yang kubawa sempat senjata makan tuan. Akan tetapi, memang tidak ditemukan racun apapun. Aku juga heran." Kata Matsuyama.

"Hmmm, apa ada hubungannya ya dengan orang berjubah hitam itu?" Tanya Kagura.

"Orang berjubah hitam?" Tanyaku.

Matsuyama dan Ayumi pun terheran-heran mendengar hal itu.

"Baiklah. Aku ceritakan saja. Saat itu, aku dan Jirou Nakata sama-sama cedera karena kami saling mendaratkan pukulan yang telak satu sama lain. Saat Ayumi mengejar Houzuki Anegawa yang lari ke dalam hotel, aku tidak bisa bergerak, sehingga mau tidak mau aku hanya menunggu saja. Tiba-tiba, atap lobby ini hancur dan Ayumi yang sedang berada dalam mode autopilot sedang menekan Houzuki kebawah. Akan tetapi, Houzuki berhasil melepaskan diri. Ayumi tidak menyerah, ia terus mengejar Houzuki. Houzuki tampak panik, tapi ia selalu berhasil menghindar dari serangan Ayumi, dengan unsur keberuntungan didalamnya." Kata Kagura.

"Tahu darimana bahwa aku sedang dalam mode autopilot?" Tanya Ayumi.

"Heh, aku tidak akan pernah melupakan wajahmu saat sedang dalam mode autopilot, robot Ayumi." Kata Kagura.

Ayumi langsung mendorong tubuh Kagura. Aku dan Matsuyama hanya tertawa terbahak-bahak.

"Saat itulah, tiba-tiba masuk seorang yang mengenakan jubah hitam panjang sampai kakinya. Ia pun juga mengenakan tudung hitam, sehingga wajahnya tidak terlihat." Kata Kagura.

"Houzuki tampak lengah akibat perhatiannya teralihkan, sehingga membuat Ayumi akhirnya berhasil meninju perutnya dengan keras. Houzuki langsung pingsan seketika. Akan tetapi, Ayumi tidak berhenti. Ia hendak melancarkan pukulan terakhir ke kepalanya. Saat itulah, sosok berjubah hitam itu mengeluarkan pistolnya, dan menembak Ayumi di kepalanya. Saat itu, mode autopilot Ayumi langsung hilang, dan ia terjatuh." Kata Kagura.

"Detail sekali, Kagura. Bagaimana kamu tahu mode autopilot-ku hilang?" Tanya Ayumi.

"Oh, wajahmu kembali menjadi hidup seperti manusia." Kata Kagura.

Ayumi kali ini meninju lengan kiri Kagura. Aku dan Matsuyama kembali tertawa terbahak-bahak.

"Saat itu, Jirou berusaha bangun. Sementara, aku masih tidak bisa bergerak. Akan tetapi, sebelum Jirou sempat bangun, sosok berjaket hitam itu menembak kepala Jirou, dan saat itu ia langsung terjatuh. Setelah menembak Jirou, ia melihat kearahku. Melihat diriku yang masih sadar, ia mengarahkan pistolnya kepadaku. Aku menutup mataku, pasrah pada keadaan. Saat suara tembakan pistol itu terdengar, pandanganku menjadi hitam. Dan saat terbangun, hal pertama yang kulihat adalah Takeru-san dan seluruh personil Hikari. Aku berada dalam suatu tempat yang aneh, sehingga aku langsung merusak pintunya." Kata Kagura.

"Kamu yakin kamu ditembak?" Tanyaku.

"Iya, aku yakin sekali. Tapi aku sendiri juga bingung mengapa aku masih hidup." Kata Kagura.

"Bagaimana denganku?" Tanya Matsuyama.

"Entahlah. Bagaimana caranya aku tahu?" Tanya Kagura.

Ayumi terlihat sibuk dengan laptopnya.

"Sebetulnya untuk masalah itu, aku sudah menanyakan kepada kurir yang mengirim kalian kembali ke tempat ini dalam peti mati. Yang mengantar paket berisi kalian itu adalah Daisuke-san sendiri, selaku pemilik jasa kurir itu. Aku dan dia merupakan sahabat lama. Dia juga merupakan salah satu agen rahasia dari Hikari, seperti yang telah kamu ketahui, Matsuyama. Menurut dia, pada hari itu, seseorang yang mengenakan jaket hitam dan menutupi wajahnya dengan tudung hitam datang kepadanya dan mengantar boks yang berisi peti mati tempat kalian terbaring. Pada saat membuka boks itu, Daisuke-san kaget setengah mati melihat kalian bertiga ada didalamnya. Akan tetapi, pada saat ia hendak bertanya kepada sosok berjaket hitam itu, ia sudah menghilang dari tempat itu. Ia langsung segera memeriksa kalian. Ia langsung tahu bahwa kalian semua masih hidup, karena itu ia segera mengirimkan kalian ke markas ini karena kondisi kalian sebetulnya bisa dikatakan perlu perawatan." Kataku.

"Eew, aku merasa kita seperti sedang melakoni aktor dan aktris film horror thriller." Kata Kagura.

"Iya, ini memang sesuatu yang sangat misterius. Aku sendiri sulit untuk mempercayainya." Kataku.

"Ah, Ayumi, bisakah kamu lihat dengan kamera-kamera tersembunyi?" Tanya Matsuyama.

"Percuma. Pada saat itu, seseorang mematikan seluruh kamera tersembunyi di Jepang." Kata Ayumi sambil menunjukkan layar laptopnya, dimana semua kamera tersembunyi pada saat kejadian itu rusak.

"Apa??" Kataku dengan sangat heran.

Kamera itu kan tersembunyi dengan lokasi hanya kita saja yang tahu. Mungkinkah ada pengkhianat dalam Hikari? Tidak, aku tidak mau berpikir seperti itu. Akan tetapi, aku tidak boleh melewatkan hipotesa bahwa memang ada pengkhianat dalam Hikari.

"Takeru-san, mungkinkah ada pengkhianat?" Tanya Matsuyama.

Aku berpikir keras. Akan tetapi, tiba-tiba aku sampai pada suatu kesimpulan.

"Tidak. Kurasa, matinya seluruh kamera dan mengenai sosok berjaket hitam itu berhubungan. Kamera dimatikan agar identitas sosok berjaket hitam itu tidak ketahuan." Kataku.

"Bagaimana jika sosok berjaket hitam itu bekerjasama dengan si pengkhianat?" Tanya Matsuyama.

Eh, sosok berjaket hitam... bekerjasama... Tunggu!

"Ayumi, katamu, seseorang yang lebih pintar darimu itu sempat meretas email milik Dayoto?" Tanyaku.

"Yah, aku pernah bilang begitu." Kata Ayumi.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.

"Bagaimana, Takeru-san?" Tanya Matsuyama.

"Kurasa lebih masuk akal jika si peretas email Dayoto ini yang mematikan seluruh kamera tersembunyi di Jepang. Jika kita menggunakan asumsi itu, hanya tersisa satu pertanyaan." Kataku.

"Yaitu, "siapakah mereka?" " Kata Ayumi.

"Perlukah kita mencari informasi tentang mereka?" Tanya Matsuyama.

"Matsuyama. Aku punya tugas yang lebih penting dari itu. Kagura dan Ayumi juga." Kataku.

Mereka bertiga langsung antusias mendengarkanku.

"Latih kemampuan bertahan hidup kalian. Aku pun juga akan ikut berlatih. Untuk sementara waktu, aku akan menyerahkan tugas reguler kalian kepada orang lain. Waktunya setengah tahun dari sekarang." Kataku.

"Ah, berlatih? Takeru-san... Kenapa?" Tanya Kagura.

"Aku merasakan bahwa kita akan menghadapi musuh yang sangat kuat. Aku belum tahu itu siapa, walaupun aku merasa kemungkinan besar itu Kage, tapi kurasa bukan. Musuh ini sepertinya jauh lebih kuat dari Yami. Saat menghadapi kurayami no mikami, kalian belum dapat dikatakan menang, walaupun kalian tidak kalah juga. Akan tetapi, jika kita tidak bisa menang telak dari Yami, maka kurasa kita akan hancur." Kataku.

"Itulah yang kurasakan juga. Ketika melihat sosok berjaket hitam itu, aku merasa bahwa dia ada di level yang berbeda dengan kita. Aku bisa memastikan bahwa jika aku bertarung satu lawan satu dengan orang itu, bisa dipastikan aku akan kalah." Kata Kagura.

"Jadi, selama enam bulan kedepan, kita akan berlatih secara terpisah. Tidak ada siapapun yang akan mengganggu kita. Tidak perlu ada yang tahu mengenai tugas kita." Kataku.

Ayumi hanya mengangguk sambil tersenyum. Sepertinya ia senang. Kagura dan Matsuyama pun juga sama.

"Jadi, meeting kita hari ini selesai. Sampai bertemu enam bulan lagi." Kataku.

Setelah melakukan tos dengan ketiga orang kepercayaanku, kami segera keluar dari kantor, dan masing-masing mengambil jalan yang berbeda, mengejar takdir kami masing-masing.
 
Scene 2

Asuka Kiriyama



Jirou Nakata



Houzuki Anegawa



Sasuke Sarutobi



Aku sedang menunggu kepulangan mereka di ruanganku. Harusnya Houzuki bisa melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menyelamatkan Jirou. Aku juga sudah mengirim Sasuke untuk memantau keadaan dan kembali melapor jika ada situasi yang gawat. Akan tetapi, entah apa yang ada di pikiranku, aku merasa bahwa aku belum bisa pulang sekarang. Tidak apa-apa sih, masih ada waktu sampai sebelum Takeru-ku tersayang pulang ke rumah.

Aku segera keluar dari ruanganku dan pergi menuju meja milik Sayama.

"Sayama, omae ha migi no zenkoku no kakureta basho ni bouhan kamera wo secchi shite iru ka? (Sayama, kamu sebelumnya pernah memasang beberapa kamera tersembunyi di Jepang kan?)" Tanyaku.

"Ha... Hai, Asuka-san. (I... Iya, Asuka-san.)" Kata Sayama.

"Misete morau ka? (Bisa tunjukkan padaku?)" Tanyaku.

"Sore ga mondai desu Asuka-san. (Itu masalahnya, Asuka-san.)" Kata Sayama.

"Are ha nani yo? (Apa itu?)" Tanyaku.

"Watashitachi no kamera no subete ga koshou de. (Semua kamera kita rusak.)" Kata Sayama.

"NAZE OMAE HA MOTTO HAYAKU OSHIETE KUREEEEE! (KENAPA KAMU TIDAK BERITAHU DARI TADI!)" Teriakku langsung membahana di ruangan ini.

Sayama terlihat sudah siap dengan menutup kupingnya dengan kedua tangannya. Semua orang di ruangan ini pun langsung kaget sampai hampir terlompat dari kursi-kursi sofa yang mereka duduki. Setelah merasa aman, Sayama langsung melepaskan tangannya dari kedua telinganya.

"Watashi ha honno suubyoumae ni okorimashita. Watashi ha choudo Asuka-san ga totsuzen, watashi no ushiro ni arawareta toki, anata ni tsutaetai desu. (Ini terjadi beberapa detik lalu. Aku baru saja mau memberitahu Asuka-san, tapi anda sudah muncul dibelakang saya.)" Kata Sayama.

"OK. Dou shita? (OK. Bagaimana?)" Tanyaku.

"Watashitachi no kamera no subete ga koshou de. (Semua kamera kita rusak.)" Kata Sayama.

"Ore ha sudeni sore wo shitte iru. Sonogo? (Aku sudah tahu itu. Selanjutnya?)" Tanyaku.

"Kore ha subete desu. (Itu sudah semuanya.)" Kata Sayama.

Kurang ajar. Melihat Sayama seperti ini, aku ingin sekali membacok kepalanya. Akan tetapi, wajahnya begitu polos, seolah-olah ia merasa bahwa ia tidak melakukan apa-apa. Yah, inilah Sayama. Ia terlalu sibuk dengan komputer dan alat-alat anehnya, sehingga kepekaannya terhadap dunia sekitar sangat parah. Aku tidak menyalahkannya. Begitu-begitu, ia sudah sangat berkontribusi banyak terhadap Yami, dan kontribusinya bukan kontribusi asal jadi saja. Kali ini, akan kulupakan masalah yang ia buat. Aku segera melangkah kembali ke ruanganku.

Sesampainya di ruanganku, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruanganku.

TOK... TOK... TOK...

"Kuru yo. (Masuk.)" Kataku.

Pintu pun terbuka, dan ternyata Sayama yang masuk.

"Dou shita, Sayama? Atarashii mono? (Ada apa, Sayama? Ada berita baru?)" Tanyaku.

"A.. anoo, Asuka san. Ran-san ha choudo watashi ga anata to shi no ganbou wo motte ita koto wo watashi ni iimashita. Watashi ha machigai wo okasumashita ka? (A... anu, Asuka-san. Ran baru memberitahuku bahwa aku baru saja mencari mati denganmu. Apakah aku berbuat kesalahan?)" Tanya Sayama dengan polos.

Dengan polos, ya dengan sangat polos. Aku merasakan seolah-olah air yang sangat panas baru naik dari dadaku ke kepalaku.

"Sayama... omae ha tashika ni choudo ore ni taishite shi no ganbou wo motte iru yo... (Sayama... Kamu betul-betul mencari mati denganku...)" Kataku sambil berusaha menahan amarahku.

Sayama pun masih bingung dengan apa yang terjadi. Ia betul-betul tidak tahu apa yang sudah ia lakukan. Walaupun kecil, tapi cukup untuk membuatku emosi jiwa. Maaf, Sayama. Ini akan sedikit sakit.

"Watashi ha misu wo okashita no ka? (Apakah aku baru saja berbuat salah?)" Tanya Sayama masih dengan wajah polos.

"TASHIKA YOOO! (TENTU SAJAA!)" Kataku sambil berusaha maju dan meninju wajah Sayama.

Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu. Ini, aura ki yang cukup besar. Bukan hanya itu, aku mengenal si pemilik aura ki ini. Karena pikiranku teralihkan, tinjuku meleset dan meninju tembok hingga retak. Sayama hanya ketakutan sampai tidak bisa bergerak. Heh, ia beruntung.

"Shinchou, Sayama. (Hati-hati, Sayama.)" Kataku.

"Doushita no, Asuka-san? (Ada apa, Asuka-san?)" Tanya Sayama.

Sepertinya ia menyadari bahwa seseorang ada di dekat kita.

"Dareka ha... Machigainai yuujin ha... koko ni arimasu. (Seseorang... yang jelas bukan kawan kita... ada disini.)" Kataku.

Sayama pun langsung siaga. Akan tetapi, tiba-tiba lampu ruanganku mati.

"Doushita... (Ada apa ini...)" Kataku berbicara sendiri.

"Denki no teiden. Watashi ha sore wo shuusei shimasu. (Mati listrik. Akan kuperbaiki.)" Kata Sayama sambil berjalan keluar menuju ruangan.

Saat pintu ruanganku dibuka, aku bisa melihat beberapa aura ki yang memancar. Ya, milik mereka! Aku segera menarik Sayama, tapi sudah terlambat, karena aku bisa merasakan bahwa Sayama sudah kehilangan kesadarannya.

Mataku ini bisa melihat energi dengan jelas. Orang-orang mengatakan bahwa aku bisa melihat hantu, atau mata batinku terbuka. Sebetulnya mata batin itu membuat mata kita bisa melihat energi apapun dengan bentuk yang jelas. Energi terdiri dari bermacam-macam bentuk dan sifat. Energi ki yang berasal dari seseorang, biasanya juga memiliki karakteristik dari si pemilik energi itu. Karena itu, orang-orang mengenal hantu dan roh jahat. Sebetulnya, bentuk asli dari hantu atau roh jahat itu adalah energi ki dari orang yang sudah mati dan kini melayang-layang di udara. Karena mungkin seseorang meninggal dengan penyesalan, atau dengan sifat jahat, maka energi ki mereka pun memiliki sifat demikian, sehingga terlihat jahat dalam bentuk hantu atau roh jahat. Tapi sebetulnya, mereka hanyalah energi ki yang tidak memiliki tuan.

Karena energi ki cenderung bersinar dan berwarna, maka dalam kegelapan begini, mataku bisa melihat energi ki yang dipancarkan oleh orang lain. Dengan mata ini, aku bisa mengetahui bahwa seluruh anak buahku sudah kehilangan kesadaran. Yang sekarang masih sadar, hanyalah aku, dan dua orang didepanku.

"Omaetachi ha nani no tame ni koko ni iru no? (Ngapain kalian semua kesini?)" Tanyaku.

Seseorang dari mereka menjawab dengan menulis di udara menggunakan energi ki miliknya. Tiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dengan energi ki yang mereka miliki. Ada yang tidak memiliki potensi sama sekali, yaitu dengan kata lain hanya terbatas pada penggunaan normal energi ki. Akan tetapi, ada yang memiliki potensi khusus dengan energi ki milik mereka. Contoh yang paling normal adalah aku, yaitu mataku dialiri oleh energi ki yang spesial, sehingga bisa melihat bentuk dan warna energi. Setahuku, banyak orang juga memiliki kemampuan seperti diriku ini sejak lahir, karena banyak orang yang mengklaim bahwa mereka bisa melihat hantu. Sedangkan salah satu orang didepanku ini, bisa menggerakan energi ki miliknya dan membentuknya sesuai dengan keinginannya, sehingga ia bisa menulis di udara dengan energi ki miliknya, dan aku bisa melihatnya karena mataku bisa melihat energi ki.

"RELAX, WE ARE NOT HERE TO FIGHT. (SANTAI SAJA, KITA KESINI BUKAN UNTUK BERTARUNG)."

Itulah tulisan yang dipancarkan oleh energi ki berwarna biru langit miliknya.

"Dakara, nan no tame? (Jadi, untuk apa?)" Tanyaku.

Selama beberapa detik, tidak ada jawaban dari mereka. Akan tetapi, tiba-tiba lampu kembali menyala. Aku sudah berada di ruangan utama markas besar Yami karena tadi aku berusaha menolong Sayama. Semua orang disini sudah kehilangan kesadaran. Yang ada didepanku adalah tiga orang yang mengenakan jaket hitam yang menjuntai sampai ke pergelangan kaki mereka, dan juga tudung hitam sehingga aku tidak bisa melihat siapa mereka. Di depan mereka, yang juga didepanku, terbaring tubuh Jirou, Sasuke, dan Houzuki. Mereka masih hidup, energi ki mereka masih terhubung dengan tubuh mereka.

"Omaetachi ga kore wo okonau no ka? (Kalian pelakunya?)" Tanyaku.

Orang yang berdiri di sebelah kanan kembali menulis di udara.

"WHAT IF WE DID? (BAGAIMANA JIKA IYA?)"

Ciih, omongannya itu seperti mengajak perang saja.

"Omaetachi ha, ore ha kowai to omoi ka? (Kalian pikir aku takut?)" Tanyaku.

"NO, NOT AT ALL. IN FACT, YOU HAVE A CHANCE TO WIN IN A BATTLE AGAINST US. (TIDAK, SAMA SEKALI TIDAK. BAHKAN, KAMU PUNYA KEMUNGKINAN MENANG JIKA BERTARUNG DENGAN KAMI.)" Tulis orang yang disebelah kanan.

"Dare ga karera ni kore wo shimashita ka? (Siapa yang melakukan ini pada mereka?)" Tanyaku.

"HIKARI." Tulis orang itu.

"Hikari no sansaikou no masayoshi ka? (Tiga keadilan tertinggi dari Hikari ya?)" Kataku.

Mereka tidak menjawab. Selama berpuluh-puluh detik, kami tidak bertukar omongan apapun. Setelah kira-kira satu menit lamanya, akhirnya orang itu kembali menulis.

"WELL, I THINK THIS IS IT. BY THE WAY, HE ASKED ME TO SEND HIS BEST REGARDS TO YOU. UNTIL WE MEET AGAIN, YAMI NO ASUKA. (BAIKLAH, KURASA CUKUP. NGOMONG-NGOMONG, DIA MEMINTAKU UNTUK MENGIRIMKAN SALAM KEPADAMU. SAMPAI KETEMU LAGI, ASUKA SI KEGELAPAN.)"

Kemudian, lampu ruangan ini kembali padam. Lalu, beberapa detik kemudian kembali menyala lagi, dan mereka sudah menghilang dari pandanganku.

"Heh. Tidak sopan. Berani-beraninya dia menitipkan salam melalui orang lain. Katakan kepadanya, datang sendiri kesini dan sampaikan salammu langsung dihadapanku!" Kataku.

Haah, sekarang apa yang harus kulakukan dengan mereka-mereka yang pingsan ini? Tapi yang terpenting adalah, aku harus membawa Jirou, Houzuki, dan Sasuke kepada tenaga medis Yami.

Menurut penjelasan tenaga medis Yami, nyawa mereka bertiga jauh dari krisis. Hanya saja, Jirou mendapat luka yang cukup serius. Akan tetapi, itu bisa disembuhkan. Sasuke bingung karena tidak ditemukan racun dalam tubuhnya, padahal ia mengaku terkena racun. Aku sudah tahu, pasti itu perbuatan orang-orang berjaket hitam yang sebetulnya aku ketahui identitasnya. Untunglah disaat gawat gini, orang-orang berjaket hitam itu tidak mencari gara-gara. Houzuki masih mengalami trauma. Sepertinya ia mendapatkan pukulan yang cukup keras diperutnya.

*****

Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu. Aku mengadakan pertemuan di ruanganku bersama dengan Jirou, Houzuki, dan Sasuke.

"Selama kita dan sansaikou no masayoshi dari Hikari absen, sepertinya Kage memanfaatkan peluang itu untuk bergerak." Sasuke membuka pembicaraan.

"Aku tidak mau mendengar tentang Kage. Urusan mereka nanti saja. Aku punya hal lebih penting yang harus dibicarakan." Kata Asuka.

"Masalah orang berjaket hitam itu ya?" Tanya Houzuki.

"Houzuki. Dimana kamu melihat mereka?" Tanyaku dengan heran.

"Ditengah pertarunganku dengan sekai no gijutsusha, tiba-tiba ada orang berjaket hitam memasuki lobby hotel tempat kami bertarung. Perhatianku teralihkan padanya, sehingga aku tidak melihat serangan dari sekai no gijutsusha, yang akhirnya membuatku pingsan seketika karena saking kuatnya." Kata Houzuki.

"Oke. Cukup Houzuki. Untuk saat ini, kita tidak perlu mempermasalahkan Kage ataupun orang-orang berjaket hitam itu. Aku ingin kita libur dulu selama enam bulan." Kataku.

Semuanya tidak ada yang kaget. Sepertinya mereka mengerti tentang hal yang akan kita hadapi.

"Tapi, kalau Yami tidak beraktivitas, bukannya keseimbangan dunia bawah Jepang bisa kacau?" Tanya Jirou.

"YAMI TIDAK BERAKTIVITAS KATAMU???! MAKSUDKU, KITA SAJA YANG LIBURR! KITA BEREMPAT!" Teriakku.

"Oh, maaf, Asuka-san." Kata Jirou.

"Ingatkah kalian tentang yang pernah kusampaikan mengenai musuh yang lebih kuat dari Hikari?" Tanyaku.

Mereka bertiga mengangguk secara bersamaan.

"Seharusnya, pengalaman ini membuat kalian sadar. Jika kalian beradu jotos dengan sansaikou no masayoshi dari Hikari dan hasilnya adalah seri, maka dibandingkan dengan musuh yang kukatakan ini, berarti kemungkinan besar kita akan kalah. Karena itu, pada saat kita bertemu lagi enam bulan kemudian, aku mau setidaknya kalian dua kali lipat lebih kuat dari sekarang ini. Aku tidak akan mengatur kalian bagaimana metode yang harus kalian lakukan untuk bertambah kuat. Kalian sudah dewasa, carilah jalan kalian sendiri." Kataku.

"Asuka-san, mengenai Kiriko Dayoto-san..." Kata Jirou.

"Maaf, Jirou. Aku belum bisa mengatakan apa-apa tentang hal itu. Tapi, jika betul katamu bahwa Kiriko Dayoto ingin menguasai perusahaan besar Dayoto, aku yakin bahwa itu bukan sekedar demi harta, melainkan untuk sesuatu yang lebih besar." Kataku.

"Ya, itulah juga yang kupikirkan. Sampai sekarang ini, dia menghilang. Tidak pernah pulang ke rumahnya." Kata Sasuke.

"Baiklah kalau begitu." Kata Jirou.

"Oke. Kita bubar sekarang. Sampai ketemu enam bulan lagi!" Kataku sambil menutup pertemuan ini.

"Wakarimashita, Asuka-san. (Baik, Asuka-san.)" Kata mereka.

Setelah selesai melakukan pertemuan dengan mereka, aku langsung pulang ke rumah. Satu jam kemudian, Takeru sampai di rumah. Aku langsung menyambutnya di halaman rumah. Ketika ia selesai memarkir mobilnya dan turun, kami langsung berciuman dengan mesra.

"Sayang, sebetulnya ada yang mau kubicarakan." Kata Takeru sambil merangkul pinggangku mengajak masuk ke dalam rumah.

"Sebentar sayang, kamu duduk dulu. Aku buatkan minuman." Kataku sambil mempersilakan suamiku ini duduk.

Kemudian, aku pergi ke dapur untuk membuatkan dua kopi untukku dan Takeru. Kemudian, aku menyuguhkan kopi itu kepada Takeru.

"Ayo, kita sambil minum, sayang." Kataku.

Kami berdua sama-sama menyeruput kopi buatanku.

"Jadi, apa yang mau dibicarakan, sayang?" Tanyaku.

"Begini, aku ada tugas yang tidak bisa ditinggal. Selama enam bulan, aku harus pergi ke pedalaman pulau Honshu. Disana, katanya ada para penduduk dengan kemampuan industrial yang sangat hebat, tetapi serba kekurangan dari segi finansial." Kata Takeru.

"Hmmm, jadi strategi BTMU adalah, menginvestasikan uangnya pada mereka?" Tanyaku.

"Istriku memang pintar." Kata Takeru.

"Tidak apa-apa sih. Itu proyek yang sangat besar, sayang. Jangan kamu lewatkan ini." Kataku.

"Tidak apa-apa kalau aku pergi selama enam bulan?" Tanya Takeru.

"Tidak apa-apa. Bukankah aku sudah berjanji sebelum kita menikah bahwa apapun yang kamu lakukan, jika itu demi keluargamu dan kamu betul-betul menaruh sepenuh hatimu didalamnya, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk mendukungmu?" Tanyaku.

"Baiklah. Terima kasih, sayang. Kamu tidak usah khawatir selama dirumah. Aku akan menyewa bodyguard untuk menjaga rumah." Kata Takeru.

"Tidak perlu repot-repot, sayang. Aku akan pulang ke rumah papa dan mama. Daripada sendirian dengan bodyguard di rumah, aku lebih memilih bersama mereka saja. Ada teman ngobrol." Kataku.

"Jika itu yang kamu inginkan, tidak apa-apa, sayang. Yang penting kamu nyaman." Kata suamiku.

Setelah itu, selama berjam-jam, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami. Kami tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Takeru terus menonton berita untuk mengetahui apa yang terjadi dalam dunia politik, sementara aku memasak makanan. Pada saat makan malam, kami pun tidak bertukar kata sedikitpun. Aku tidak marah sama sekali. Aku hanya berusaha untuk fokus dengan rencanaku selama enam bulan kedepan. Takeru pun juga sepertinya berusaha untuk fokus mengenai pekerjaannya selama enam bulan ke depan di pedalaman Pulau Honshu. Sampai waktu tidur pun, kami tidak berkata apa-apa, hingga akhirnya kami masing-masing tertidur dengan sendirinya.

Keesokan harinya, aku mengantar Takeru sampai ke bandara. Sekarang, kami sudah sedikit lebih rileks. Kami mulai mengobrol sedikit-sedikit. Sebelum berpisah dengan Takeru di bandara, kami saling berciuman. Kemudian, Takeru masuk ke dalam bandara untuk boarding. Aku segera berjalan kaki menuju rumah. Rumahku cukup jauh dari bandara. Akan tetapi, aku suka berjalan kaki.

Aku telah sampai pada daerah pembangunan yang kebetulan ditinggalkan oleh proyek sehingga pembangunannya terhenti. Aku segera menyalakan tenaga ki milikku untuk merasakan kehadiran orang disini. Ada seseorang yang mengikutiku. Hanya satu orang. Baiklah. Aku segera menekan kembali tenaga ki milikku.

"Sasuke." Kataku.

"Asuka-san." Kata Sasuke yang sudah muncul dibelakangku.

"Aku minta tolong kepadamu. Tolong carikan seseorang dan minta dia datang ke alamat ini." Kataku sambil menyerahkan kartu yang bertuliskan alamat rumah kediaman kakekku.

"Baik. Siapa?" Tanya Sasuke.

Aku segera mengeluarkan selembar kartu, kemudian menuliskan suatu nama di kartu itu dan menyerahkannya kepada Sasuke.

"Jangan sampai ketahuan siapa pun. Jirou dan Houzuki juga tidak perlu tahu." Kataku.

"Baik." Kata Sasuke.

Saat itu juga, Sasuke langsung hilang. Keberadaannya pun langsung lenyap. Aku berharap ia bisa menemukan orang itu. Saiyuna Wijaya, nama itulah yang kutulis di kartu tadi.

END OF SEASON 1
 
Bimabet
Dear readers,

episode 14 diatas menandakan akhir dari Season 1 (-Light and Dark- arc)

Season 2 (-Family of Varnadoe- arc) akan dimulai 3 minggu setelah ini

Terima kasih all
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd