Serang !! Perintah dari Jenderal Edward kepada kami.
Hal yang terakhir kuingat dari peperangan itu adalah aku terkena panah dan terjatuh ke dalam lembah.
Aku masih hidup berkat pertolongan dari Ellena, sesosok perempuan cantik menghampiriku, memelukku, ya dialah Ellena.
Ellena tinggal di dasar lembah itu, menurut keterangannya dia terjatuh ke dalam lembah saat dikejar oleh kawanan perampok gunung.
Aku cukup bahagia tinggal di dasar lembah ini, walau hanya ada kami berdua, tapi aku sangat bahagia dengan kehadiran Ellena disampingku.
Dasar lembah tersebut memang cukup dalam, pertama kali aku tersadar aku masih susah beradaptasi dengan kehidupan tanpa cahaya matahari, namun perlahan indera penglihatanku mulai beradaptasi dengan baik di lingkungan tersebut.
Berkat pengetahuanku di dunia atas, kehidupan Ellena di lembah itu mulai membaik, karena aku berhasil menyalakan api, menemukan sumber air hangat, serta banyak hal yang aku buat untuk mempermudah kehidupan kami disana.
Kami tinggal di sebuah gua, Ellena masuk kedalam gua dan mencium pipiku, dia sangat sayang kepadaku, menurutnya aku sangat tampan, mungkin karena dia terlalu lama hidup sendiri di dasar lembah tanpa pernah bertemu dengan seorang manusia.
Tangan lentik Ellena merogoh masuk celanaku, penisku dipijatnya perlahan, sungguh nikmat rasanya. Bagi kami kegiatan seksual seperti ini menjadi hal yang cukup lumrah, karena tidak ada seorang pun selain kami disini.
Tak mau kalah dengan perlakuan Ellena kepadaku, ku remas perlahan sepasang payudara Ellena, tidak terlalu besar namun sesuai dengan seleraku.
Ellena mulai mengeluarkan suara desahan, tanda dia menikmati rangsanganku, kuarahkan lidahku ke payudaranya, kujilat yang sebelah kiri tepat di bagian puting payudaranya, desahan Ellena semakin kencang, membuatku semakin bernafsu untuk segera menyetubuhinya.
Secara bergantian aku menjilati sepasang payudara miliknya, kulihat muka Ellena mulai memerah, tanda jika dia sudah mulai terangsang.
Kuarahkan jemariku ke selakangan Ellena, kuusap perlahan, kudapati jemariku basah oleh cairan kewanitaan Ellena.
Kuarahkan penisku ke arah vagina Ellena, kumasukkan perlahan, sungguh nikmat rasanya, dinding vagina Ellena meremas penisku, jepitannya cukup kuat, penisku terasa ngilu dibuatnya.
Kugerakkan maju mundur pinggulku guna mengeluar masukkan penisku di vagina Ellena.
Ellana mulai menjerit kenikmatan saat aku menghujamkan penisku cukup dalam ke dalam vaginanya, jemari tangannya mencengkeram erat pinggulku agar penisku tetap berada di dalam, tak lama kurasakan semprotan cairan hangat di kepala penisku yang masih tertanam dalam vagina Ellena.
Hari demi hari beganti kehidupan kami semakin bahagia dengan semakin membuncitnya perut Ellena.
Aku beberapa kali mencoba berkeliling dasar lembah untuk mencari jalan keluar, namun hingga kini masih nihil hasilnya.
Aku sempat berputus asa, hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah titik terang, ternyata gua tempat kami tinggal kemungkinan besar adalah jalan keluar dari tempat itu.
Aku menceritakan penemuanku tersebut kepada Ellena, Ellena tampak terharu dia menitikkan air mata ketika mendengarkan ceritaku. Lalu terjadilah kembali pergumulan antara diriku dengan Ellena.
Walau sedang berbadan dua Ellena tetap memberikan servis terbaiknya kepadaku, namun saat akan mencapai klimaks tiba-tiba wujud Ellena berubah, kulit putih bersihnya perlahan menghitam, warna rambutnya berubah, kedua matanya berubah menjadi merah dan wajahnya yang ayu nan rupawan perlahan berubah. Dan tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap. Yang terakhir kudengar adalah jeritan kepiluan dan isak tangis Ellena.