Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Bimabet
Kemanapun alurnya mengalir, Rani selalu dihati ;)
 
Pokoke kami manut ama yang punya kemauan sang penulis... Apapun itu pasti yang terbaik bagi cerita ini...🙏🙏🙏👍👍👍⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
 
PART XXXV



BIDUK TANPA HALUAN?



Jika dirumahnya maka jam seperti ini Arvind sudah masuk kamar dan tidur. Namun malam ini bersama ayahnya, dia bagaikan battery energize yang masih menyala dan tidak ada kata lelah, dia berlarian dan tertawa serta sesekali menggelayut di lengan ayahnya.

Setiba di rumah pun demikian, dia dengan hebohnya naik ke kamar ayahnya. Kamar dia dan abangnya hanya untuk menaruh pakaian mereka di kamar masing-masing, namun dia dan Ravi memilih tidur di kamar ayahnya, kamar yang harusnya jadi kamar pengantin Aslan dan Adiba malam ini.

“mami bobo dimana?”

“mami dikamar tamu aja yah, Yah?”usul Ravi

“ih, kok mami sendirian sih dibawah?”

“ya sudah, mami di kamar ade aja…..” usul Arvind dengan santainya

Adiba sedikit merenggut manja sambil melihat ke wajah Aslan yang juga bingung harus bagaimana mengatur anak-anaknya

“ade ama abang mau main sama ayah dulu…..”

“main apa?”

“main game lah…..”

Adiba sambil melengos dan sedikit berbisik

“tuh anak-anak akibat dimanjain…..”

“ngga apa-apa lah, kan jarang-jarang juga ketemu….”

Selalu demikian alasan Aslan ke Adiba dan juga ke semua orang setiap kali diingatkan anak-anak yang kadang terlalu dimanjakan oleh Aslan.

Adiba akhirnya mengalah, dia pindah ke kamar depan yang harusnya ditempati Arvind. Saat sedang membereskan bajunya, tiba-tiba muncul Aslan dari belakang dan memeluknya

“ih… anak-anak?”tanya Adiba sambil melongokkan kepalanya ke arah pintu

“di kamar lagi seru main gamenya…”

Pelukan Aslan dari belakang membuatnya menghentikan sejenak acara beres-beresnya

Ciuman Aslan di belakang lehernya dan dibalas dengan membalikkan badannya, lalu menempelkan bibirnya ke bibir Aslan, dan lalu saling melumat menumpahkan rasa rindunya

“ayah……”

Teriakan Arvind membuat mereka menghentikan sejenak kegiatan mereka dengan tiba-tiba

“ayo, main lagi…..”

Adiba hanya tersenyum menertawakan Aslan. Dia tahu Aslan pun sudah ingin bercumbu dengannya, seperti juga dirinya. Namun satpam kecil matanya masih menyala dan siaga, dia bagaikan tidak ingin saat dia terjaga ayahnya dia berada jauh dari jangkauannya.

Dia lalu bersiap untuk mandi dan menyuruh anak-anaknya bersih bersih sebelum tidur

“ayah, aku mau sikat gigi tapi sama ayah……” syarat mutlak Arvind

“shampo aku juga Yah…. masih ada ngga disini?” tukas Ravi

Aslan lalu sibuk membereskan semua urusan anaknya, mereka cuci kaki dan menyikat gigi, Ravi malah mandi dan Aslan serta Adiba yang sudah selesai mandi berganti dengan daster tidur nampakikut masuk ke kamar dan mengawasi mereka di kamar mandi Aslan.

“ayah, nanti kalo punya adik, aku mau cowo aja yah……”celetuk Arvind tiba-tiba

“ih, cewe lah…. masa cowo lagi….” teriak Ravi sambil menyiramkan badannya shower

“aku cowo…..”

Aslan terkesiap mendengarnya, dia memandang ke arah Adiba dengan tatapan bingung

“lagian ayah sama mami kan harus nikah baru kita bisa punya adik…..” lanjut Ravi lagi

Adiba tersenyum malu mendengarnya

“iya Yah…. ayah nikah sama mami, biar kita punya dede bayi kayak tante Jena…..”

Usulan Arvind mau tidak mau disambut tertawa oleh Aslan dan Adiba. Sambil mecubit lengan Aslan, dia menyandarkan wajahnya ke lengan Aslan yang berdiri bersamanya di dekat pintu kamar mandi sambil mengawasi anak-anaknya

“disuruh tuh ama anak…”

“siap, mereka tidur kita nikah….”

“itu mah kawin….” cubitan gemes kembali mendarat di lengan Aslan

Entah apa konsep pernikahan versi anak-anak sampai dengan entengnya mereka bicara seperti itu.

Lalu

“ Udah ah, pada ngelantur berdua, cepat selesai cuci kaki, dan mandi, ganti baju terus pada tidur” perintah Adiba agak tegas kali ini.

Untuk urusan anak memang Adiba agak keras dan tegas, beda dengan Aslan yang sangat memanjakan kedua anaknya ini. Hampir tidak pernah Aslan marah dengan anak-anak ini, dan hampir tidak pernah permintaan anak-anak yang bisa dia penuhi lalu dia tidak penuhi. Jadi wajar anak-anak tahunya Aslan adalah ayah mereka, bukan papinya yang di Singapore yang tidak peduli dengan kedua anaknya.

You are rich and you have a lot of money, so you can feed them by your self. My wages not much as my previous ones, so will be difficult to divide to R and A.

Selalu itu alasan dari Anand saat dulu Adiba meminta tanggung jawabnya dia. Namun sekarang, Adiba sudah tidak akan peduli lagi dengan itu. Bahkan dia mengumpulkan semua bukti yang ada akan tidak adanya bentuk tanggung jawab ayah biologis kedua anaknya ini, dan kelak dia tidak ingin anak-anaknya bertemu lagi dengan Anand.

*****************************

Adiba tertidur karena menunggu Aslan menidurkan anak-anak dulu. Dia yang sudah siap dengan kostum kebesarannya, meringkuk dibalik selimut menunggu kedatangan Aslan di kamar depan, kamar yang harusnya Arvind tidur, tapi malam ini mereka harus bertukar tempat jadinya. Meski lebih kecil, namun kamar ini ada kamar mandi-nya di dalam

Dan dia tiba-tiba kaget dna terbangun saat badannya seperti ada yang menimpa….

Ciuman Aslan lalu mendarat di pipinya, dan rangkulannya segera membetot tubuhnya yang kini hanya menggunakan gaun lingerie warna coklat muda.

“ayah……” bisknya segera terjaga

Ciuman di lehernya menjadi jawaban

“udah pada tidur?”

“iya…..”

Dia lalu berbalik badannya, memeluk Aslan dan membalas ciuman pria itu

“mami pipis dulu yah….”

“oke…..”

Dia lalu bangkit dan masuk ke kamar mandi, terdengar suara air dan toilet dipencet dispensernya. Lalu tidak lama keluar Adiba dari balik kamar mandi.

Melihat kekasihnya dengan gaun lingerie tipis dan transparan seperti itu, seketika batang kejantanan Aslan yang dari tadi sudah menegang, semakin keras jadinya. Putting indah itu terbayang dari tipisnya gaun tidur itu, dan hamparan rumput hitam di selangkangannya juga ikut membayang, dan benar saja sudah tidak serimbun biasanya, namun masih tetap tebal, meski tidak setebal sebelumnya

Senyuman malu-malu dari Adiba muncul, apalagi dia kemudian melihat Aslan segera membuka baju dan celana pendeknya, menyisakan boxer biru tua menempel di pinggangnya, yang kemudian dengan lembut ditarik oleh Adiba untuk segera meluncur, dan kini Aslan terbaring telanjang, dengan batang kerasnya yang mancung perkasa.

“ih… serem…..”

Serem-serem tapi tangan Adiba pun turun kesana membelainya. Dengan sambil menggigit bibirnya, kelembutan tangan Adiba bermain di membelai batang dengan urat-urat perkasanya terlihat melingkar indah.

Adiba lalu membuka mulutnya, dan segera saja semua batang batang kejantanan itu masuk ke mulutnya. Aslan langsung tertegun dan merasakan hangatnya mulut Adiba menelan sosis mentah miliknya, yang sudah bergolak mengencang dari semenjak sore tadi.

Menikmati tegangnya batang Aslan dimulutnya memang mengasyikan bagi Adiba, apalagi saat dia melumat dan memainkan kepala topi baja itu, wajah bergairah Aslan terlihat menggeliat menahan nikmat, membuatnya makin bergairah memainkan nya.

Badannya kini menghangat, vaginanya juga makin terasa rembesan basah memenuhi rongga rahimnya yang sudah dua minggu tidak tersentuh. Tangannya dengan liar membelai kedua bola di-selangkangan Aslan, sementara mulutnya memaju mundurkan batang kemaluan dan dipadu dengan liarnya lidahnya.

Aslan menarik Adiba untuk naik keatas, dan lidah mereka saling membelit saat ciuamn bibir mereka bersatu dengan ganasnya. Bibir bawah Adiba sesekali dilumat, dan sesekali digigit lembut oleh Aslan, dan teriakan lirih Adiab terdengar saat lehernya menjadi sasaran cumbuan Aslan .

Gaun tidur Adiba kini dia angkat dari bawah dan mencopotnya keatas, hingga hanya menyisakan celana dalam tipis. Dan buah dada indah muncul menyapa dengan menggantung indah. Bibir Adiba kembali melumat bibir Aslan, dengan saling bertukar lidah dan saling mendorong, ciuman mereka selalu hangat dan tidak membosankan untuk saling mendorong lidah dan saling mengulum bibir.

Tangan Aslan dengan lembut meremas buah dada yang ujung pentilnya sudah menegang, menandakan nafsunya sang betina pun sudah terbangkitkan dari tadi. Apalagi saat mulut Aslan dengan ganas melumatnya.

Kini badan Adiba dibalikkan oleh Aslan, dirinya diatas dan Adiba terbaring telentang pasrah, matanya dengan sendu memandang penuh birahi ke wajah tampan yang selalu dirindukannya itu.

Lidah Aslan bermain diujung puting Adiba, membuat tangan Adiba dengan gemasnya meremas kepala Aslan, mulutnya mendesah mengeluarkan suara memancing Aslan untuk semakin mengulum buah dada bergantian kiri dan kanan dilumatnya.

Empuk, lembut dan kadang mengeras, disertai ujung indah dan aerola yang tercetak bulat ditepian puting, yang selalu memancarkan aroma nafsu bagi Aslan yang kini dengan leluasa melumat dan kadang menggigit lembut ujung pentil itu.

Lidahnya dan bibirnya kini turun ke perut Adiba, dan dengan perlahan sisa celana dalam kecil transparan itu ditarik keluar.

“keren sayang….” sapa Aslan melihat tampilan baru vagina Adiba yang sedikit ditrimming

“suka….??”bisik Adiba

“banget….

“ough…..” teriak Adiba saat bibir Aslan menerkam belahan dan hitamnya hutan yang terbelah di bagian tengahnya itu.

Dia selalu sulit mengendalikan dirinya jika lidah sang pangeran sudah bermain disitu. Aslan bagaikan tahu di mana titik lemahnya, dan saat lidahnya bermain dengan lincahnya, Adiba bagaikan kesetanan dibuatnya.

Rintihan dan dorongan tangannya agar lidah Aslan tetap bermain disitu, dan makin membanjirnya cairannya didalam liang rahimnya bagaikan menu yang selalu tersaji saat lidah dan bibir Aslan menjalankan tugasnya di belahan indah itu

“ayah….. nakal lidahnya….”

Mulutnya mendesah

Kepalanya terdongak

Pantatnya tidak karuan bergerak tanpa henti

Dia lalu menarik agar Aslan segera menimpanya

“ayah…. maunya dimasukkin…..” pintanya

Untung Aslan tahu apa maunya sang ratu

Dia lalu bangkit, memposisikan dirinya di belahan di depan itu, lalu dengan perlahan batang kejantanannya yang besar dan perkasa itu lalu tenggelam ke dalam lubang kenikmatan milik Adiba

“ough ayah…….” rintih manja penuh damba

“iya Mi….”

“ayah enak?”

“banget sayang…..”

“ough….”

Mata mereka slaing bertatapan, dan kembali bibir Aslan melumat bibir Adiba dengan penuh nafsu. Dadanya yang kekar menempel erat di dada lembut yang putingnya sangat sensitif saat tersentuh, lalu kaki Adiba melingkar di pantat Aslan, dan goyangan Aslan mulai berirama naik turun.

Adiba dengan mantapnya menggoyangkan pantanya, sekalian dia memainkan senam kegel untuk menjepit batang perkasa itu saat tubuh Aslan merapatkan sodokannya ke belahan vagina Adiba.

Percintaan dengan penuh kemesraan ini membuat dua insan ini semkin liar dan saling pagut dengan penuh kemesraan. Bahasa tubuh dan saling pandang diiringi suara dengusan Aslan dan rintihan liar Adiba, membuat kamar itu seakan jadi arena percintaan yang menggebu dari mereka berdua

Goyangannya semakin tepat disasaran. Sodokan pantatnya dan serta tekanan tangan Adiba di pantat Aslan agar sodokannya tetap dan posisinya sudah pas, membuat jepitan di batang kejantanan Aslan rasanya semakin basah dan leluasa keluar masuknya.

Sentihan kepala batang jantan itu saat kena di itil dan kelentit Adiba, membuat dia sulit menahan untuk tidak orgasme.

Teriakan dan serta ekspresi wajah Adiba pun pecah saat masa orgasmenya tiba

“ayah…….”

“ough….ayah sayang…..”

Goyangan Aslan makin kencang

“Mami keluar sayang……” racaunya tanpa sadar

Dan sambil berteriak lirih dia lalu mencengkram pantat Aslan dalam dalam, jepitannya dan kakinya juga ikut menekan, urat lehernya sampai mau keluar mengikuti ekspresi wajahnya dan sambil berteriak lirih, puncak orgasme sang dewi pun tiba.

Suasana hening sesaat, saat pelukan Adiba dengan ketat membawa Aslan untuk tetap mendekapnya.

Aslan membiarkan Adiba menikmati orgasmenya, dan kemudian dia pun yang sudah dekat dengan ujung perjalanan memulai lagi goyang nya.

Adiba memeluk erat tubuh Aslan, leher jantan itu diciuminya, dan tangannya membelai punggung kekar itu seakan memberi semangat. Dan jepitannya pun dikerahkan agar saat batang perkasa itu menghentak dasar rahimnya, otot vaginanya bekerja dengan lentur menjepitnya, sehingga kenikmatan di batang berurat itu terasa maksimal

Dan kemudian tidak lama, Aslan pun menggeram keras.

Tanpa bisa dia kendalikan akhirnya dia mendengus dengan kencang, memeluk Adiba dan seluruh cairan kenikmatannya ditumpahkan ke dalam vagina Adiba, sambil dia memeluk erat, menenggelamkan wajahnya di leher Adiba, yang menyambutnya dengan penuh senyum sukacita setelah akhirnya kekasihnya bisa mencapai orgasme.​

“enak sayang….?"

”enak banget Mi…” bisiknya menahan deru nafasnya yang berlarian kencang

Tubuh Aslan lalu tumbang di samping Adiba.

Tiba -tiba Adiba dengan cepat bangun dan lari ke kamar mandi.

“ayah… ih banyak banget……” gerutunya manja

Cairan Aslan rupanya banyak tertumpah, dan sebagian keluar lagi mengalir dan membasahi paha dan bagian bawah antara lubang vagina dan lubang pantat Adiba, membuat dia lalu segera lari ke kamar mandi untuk membersihkan, yang diikuti oleh Aslan sambil tersenyum, untuk membersihkan diri.

Aslan memakai kembali celana dalam dan celana pendeknya. Adiba pun demikian memakai dasternya yang tadi dia pakai, serta celana dalamnya tanpa memakai bra lagi

“kok pakai daster?”

“hmm…. nanti kita ketiduran besok pagi ribet kalau anak-anak bangun….”

Adiba lalu merebahkan kepalanya ke dada Aslan, yang disambut oleh rangkulan Aslan. Menikmati pelukan Aslan kini bagai barang mewah bagi Adiba, karena selain masih harus sembunyi sembunyi, anak-anak jika ikut selalu merecoki kemesraan mereka berdua

“kalau ayah pengin lagi tinggal buka dasternya…..” bisiknya sambil mencium dada Aslan

Aslan tersenyum dan mencium kepala Adiba

“tadi anak-anak lucu yah…..”

“ kenapa?”

“ satu minta cowo satu minta cewe…..”

Aslan tertawa mengingat itu

“aamiin …..”

Adiba mencubit

“main amin amin aja……”

“lah? Trus harus bilang apa?”

Adiba manyun wajahnya

“ngga tahu ah…. yang ditanya aja masih sibuk memilih diantara dua pilihan….”

Aslan tertawa mendengar kata-kata Adiba

“ masih ragu?”tanya Aslan lembut

Adiba terdiam, tangannya kini melingkari badan Aslan

“cinta ayah ke Fia… ngga ada yang ragukan…. “

“cinta ayah ke anak-anak juga sama….. luar biasa…”

“tapi ke aku?”

Aslan mengelus lengan Adiba

“ masih agak diragukam…..”sambungnya lagi

Aslan membelai rambut Adiba

“mami itu satu-satunya wanita yang tidur disini yah…..”

“karena ada anak-anak kan jadi tameng?”

Aslan tersenyum, dia memeluk Adiba dengan hangat

“i love you, Mami….” sambil mencium bibirnya dengan gemas

“cara terbaik menghindari pertanyaan aku…..”cubitnya lembut

Aslan tertawa ngakak

“ udah ah, mami bobo lah….”

Adiba tersenyum genit

“ngga mau nambah?”

“mau lah….. tapi pagi aja… ini udah jam 12 malam….”ciuman Aslan kembali ke pipi Adiba

“ya sudah……”

Dia lalu menarik selimut agar badan mereka berdua terbungkus dengan baik

“harus segera dimainkan Yah…. takutnya keburu datang tamu mami….”

“emang kapan harusnya?”

Adiba sedikit menghitung sesaat

“harusnya sih 3-5 hari lalu… ini agak mundur… “

“oh…..”

“tapi baguslah….. jadi pas kesini masih bisa dipake….”

“mami yah…. bahasanya…”

Adiba tertawa lembut sambil memeluk erat Aslan

“selamat bobo Yah….”

“selamat bobo mami….”

Ciuman selamat tidur pun diberika di bibir sang kekasih, sebelum mereka lalu memejamkan mata karena lumayan melelahkan per-jalanan hari ini, ditambah dengan kesibukan mengurus dua anaknya mereka dan pertempuran mereka baru saja.

*********************************

Pagi-pagi Adiba terbangun lebih dahulu, pukul 6.15 dia kaget melihat jam di dinding sudah jam 6 lewat. Dan yang membuat dia makin kaget ialah ada Arvind yang tidur diantara mereka berdua.

Artinya ini bocah pindah dari kamarnya untuk tidur bersama dia berdua, dan untungnya mereka tidak dalam keadaan telanjang tidurnya. Adiba hanya bisa geleng kepala melihatnya.

“yah….” bisiknya lembut ke telinga Aslan

Aslan terbangun dan mengucek matanya

Dia pun kaget melihat Arvind sudah ada di tengah mereka berdua

“kapan pindahnya?” bisiknya ke Adiba

“ngga tahu…..”

Aslan tertawa kecil

“ pintunya ngga ayah kunci?”tanya Adiba

“kayaknya iya….” smabil menggrauk kepalany

“ih ceroboh yah…..” gemes wajahnya Adiba melihat itu

“untung kita ngga bugil….” bisiknya lagi sambil membelai rambut Arvind yang masih terlelap.

Adiba lalu bangun dan masuk ke-kamar mandi, Aslan pun demikian, dia balik ke kamarnya untuk membersihkan diri.

“abang masih tidur juga….” ujar Aslan saat dia keluar dari kamarnya, dan Adiba juga demikian

“si mbak masuk?”

“sabtu masuk dia….”

“ya sudah, aku bantuin dia dulu….”

Aslan mencium kepala Adiba

“ayah mau minum apa?”

“ada jus di kulkas kalo ngga salah….. nanti aku turun kebawah…”

“oke…. anak-anak paling aku buatkan omelet dan roti….”

“oke sayang….”

Aslan lalu masuk ke ruang kerjanya sejenak, sambil menunggu anak-anaknya bangun.

“pagi Mbak…”

“eh, Bu…..”

Mbak Risma yang sudah setahun lebih kerja dengan Aslan memang mengenal Adiba, dan yang dia tahu Adiba adalah kakak ipar dari Aslan. Dia lalu menyalami wanita itu.

Mereka lalu saling mengobrol sambil Risma mengerjakan tugasnya bersih-bersih, dia juga menanak nasi dan kemudian membantu Adiba menyiapkan sarapan untuk Aslan dan anak-anak, sebelum nanti dia naik keatas untuk beres-beres kamar serta mencuci pakaian di ruang laundry.

Saat mereka sedang mengobrol sambil menyiapkan sarapan, tiba-tiba bunyi bel pintu didepan rumah.

“siapa Mbak?”

“ngga tau Bu…..”

Meski agak kaget, Risma lalu ke-depan untuk membuka pintu. Adiba agak heran dan bingung, hari sabtu ada tamu yang datang se-pagi ini ke rumah Aslan. dia menunggu sambil mengaduk telur di mangkok, lalu membuka kulkas dan mengeluarkan jus untuk Aslan. Untung dia memakai celana panjang kain, dan meski kaosnya agak ketat, dia sudah memakai bra, sehingga meski ada tamu pakaiannya masih masuk kategori sopan.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd