Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Fokus aja hu, seorang seniman dengan mahakarya seperti suhu @Elkintong ini harus menyelesaikan semua karya-karyanya. Agar menjadi legenda dan dikenang banyak orang. Bagi saya suhu adalah seniman cerita dewasa dengan tingkat imajinasi yang luar biasa. Dan bagi saya juga, selama ini suhu @Elkintong adalah yang terbaik sejauh ini. :dribble:
Sepakat hu. Yang terbaik sejauh ini, karna produktivitas dan konsistensi beliau sungguh luar biasa.
Hobi suhu @Elkintong membahagiakan banyak orang.
 
PART XXXIII



PAGI INDAH DI HATI YANG GALAU



Mobil Kijang Innova type Venturer pagi ini masuk ke perumahan tempat Rani tinggal, dan kemudian parkir tepat di depan pagar rumahnya. Sang pengemudi yang tidak lain ialah Aslan yang pagi ini hendak menjemput Rani, turun dengan pakaian rapih kantoran.

“assalamulaikum…”

“wa-alaikumsalam….”

Mata Rani berbinar melihat kekasihnya datang menjemputnya pagi ini. Setelah tadi malam Aslan pulang lebih awal dan tidak mampir di rumahnya, pagi ini dia datang sesuai janjinya menjemput Rani, lalu nanti akan mengantar ke kantornya sebelum dia bertolak ke kantornya juga.

“sudah sarapan?” sapa Rani sambal mencium tangan Aslan, lalu mencium pipi dan menyentuh bibir sang pangeran dengan bibirnya juga.

“sudah…..”

Dia masuk dan menganggukkan kepalanya ke arah pembantu rumah tangga Rani

“aku buatin smoothies yah….”

Aslan hanya tersenyum menyetujui

“belum siap-siap?” tanya dia karena melihat Rani yang masih dengan tanktop dan celana pendek, meski wajahnya sudah dihiasi make up tipis

“tinggal ganti baju aja “ ujarnya sambil tersenyummanis

Aslan terdiam sesaat

“ke-atas dulu yuk.....” ajaknya

Aslan meski awalnya enggan, akhirnya ikut juga ke atas.

“aku make up dan ganti baju sama abang disini sendirian?” kilahnya lagi

Aslan lalu ikut naik ke kamar atas mengikuti lenggang dari Rani yang pantatnya terlihat penuh dan seksi dibalik celana pendek ketatnya itu. Di balik tanktopnya terlihat sekali jika wanita itu tidak memakai penyangga buah dada, sehingga putingnya terlihat menempel keluar, menggoda iman dan mata Aslan

Pintu kamar tertutup, Aslan duduk di kursi kecil sementara Rani masuk ke kamar mandi sebentar, dan tidak lama dia keluar dengan hanya menggunakan celana dalam saja. Kaosnya dan celana pendek sudah di lempar ke ember cucian

Mata Aslan dibuat tidak berkedip melihat Rani yang sudah dengan tampilan minimalis seperti ini.

“abang ngga kangen apa?” goda Rani

Melihat indahnya gunung kembar, perut rata yang menggoda, serta rumput hitam tipis yang tercukur rapi yang mencuat dari balik celana dalam mini yang transparan itu, naluri kejantanan pria Aslan pun seakan memanggil.

Semingu sudah dia tidak bercinta dengan Rani, tidka juga bercinta dengan wanita yang di Bekasi.

Rani lalu mendekat, dan kemudian duduk di pangkuan Aslan, memeluk pria yang di cintai itu, sambil bibirnya lalu melumat bibir Aslan.

Cumbuan Rani yang disertai rasa rindu yang mendalam serta rasa kangen akan sentuhan kekasihnya yang sudah seminggu lebih tidak mengunjunginya, membuat Rani jadi agak agresif dalam mencumbu pria itu.

Ciuman dan lumatan bibirnya dengan ganas menyapu bibir Aslan. Sofa kecil yang diduduki Aslan jadi sedikit berderit bunyinya akibat naiknya tubuh ramping Rani diatas pangkuan Aslan, dan otomatis gesekan bibir ke mulut Aslan, dan juga gesekan selangkangan yang masih dibatasi celana pun ikut bersentuhan, mengakibatkan semua saraf indah jadi mulai ikut bergelora

Aslan yang tadinya hanya sekedar menerima rangsangan dari Rani, kini perlahan lambat laun dia pun mulai membalas, dan nalurinya sebagai pria seakan menuntunnya lebih dalam lagi dan makin masuk ke semua area yang kini dibuka oleh Rani untuk dijamah oleh tangan Aslan.

Lembutnya buah dada ranum penuh dan indah yang menggantung itu kini jadi bahan lumatan bibir Asaln, dan jepitan serta kuluman bibirnya membuat wanita itu kian jadi liar. Rasa rindu dan rasa kangennya akan sentuhan dari Aslan yang sudah seminggu tidak menyentuhnya, membuat dia makin gemes dan makin membara nafsunya.

Kemeja Aslan dibuka satu persatu oleh tangan lincah Rani. Kaos singletnya juga ikut dilucuti, menyisakan celana panjang kain yang masih menempel di tubuh Aslan.

Pelukan dan ciuman Rani semakin liar dan ganas. Gesekan dan sentuhan tubuhnya yang kian menghangat dan panas, bagaikan kemarau panjang yang dihampiri oase, dia seperti sedang kehausan dan rindu belaian sang kekasih

Rani lalu berdiri dan menarik Aslan untuk pindah ke ranjang besarnya, yang selama ini peraduan ini yang jadi arena tarung mereka berdua.

Rani yang kini duduk di pinggir ranjang, lalu membuka celana panjang dan sekalian dengan celana dalam Aslan, hingga batang kejantanan pria itu keluar mencuat indah, tegang dan menggoda wanita itu, yang langsung disambut oleh mulut Rani

“kangen abang…..” bisiknya disela aktifitas bibir dan lidahnya yang mencumbu batang sakti itu.

Aslan makin terbuai dan terlena dengan jilatan serta jepitan bibir Rani. Kepala Rani maju mundur memasukkan batang yang berurat itu ke mulutnya, sementara tangannya dengan lembut meraba dan menstimulasi dua buah biji yang menggantung di sela paha Aslan.

Kelembutan lidah dan hangatnya mulut Rani membuat batang kemaluan Aslan makin mengencang dan menegang.

Aliran darah ke ujung batang itu semakin lancar dan terlihat kepala topi baja yang makin memerah serta berkilap terkena ludah dan jilatan lidah Rani, membuat hawa bercinta seorang pejantan makin meningkat, dan makin sulit untuk dikendalikan.

Sedikit remasan dan jambakan di rambut yang dibiarkan tergerai, membuat semangat dan gairah Rani makin terpacu. Dengan rakusnya dia menjilat batang kemaluan yang selalu dia rindukan dan inginkan itu. Urat-urat indah berkelir di sepanjang batang keras makin membuat dia bernafsu dan ingin terus melumatnya.

Aslan lalu mendorong tubuh Rani agar rebah di kasur.

Dengan cekatan dia menarik celana dalam yang jadi kain penutup terakhir di tubuh wanita itu. Buah dada yang bergerak naik turun seirama dengan nafasnya, perut rata yang mulus, dan sejumput rambut hitam tipis di selangkangan Rani, menjadikan keindahan surgawi wanita itu hadir di ranjang pagi ini.

Mulut Aslan kembali mencaplok ujung puting dada yang menegang itu. Lumatan dan sapuan lidahnya kini menjalari gelinya saraf di ujung pentil coklat muda milik Rani, yang hanya bisa mendesah dan merintih penuh kenikmatan. Serangan dan jilatan itu makin membuat dia lupa diri.

Jemari Aslan turun ke arah pangkal pahanya, dan kini satu jari mulai masuk menggelitik daging kecil diatas belahan vagina Rani. Badan Rani bagaikan disetrum mendapat sentuhan kecil itu, dan saat jari itu masuk sedikit kedalam vaginanya yang makin basah, dinding vaginanya bagaikan mengeluarkan cairan yang terus basah dan lancar membuat jari itu makin lincah bergerak dibawah sana.

Jilatan di buat dadanya, dan permainan jari Aslan di vaginanya, menyentak birahi Rani.

Lidah dan bibir Aslan kini turun mencumbu perutnya yang rata. Pusarnya menjadi sasaran dari jilatan lidah liar itu, dan tersu bergerak diselingi dengan remasan di kedua buah dadanya yang makin keras.

Aircon yang mendinginkan kamar Rani sedikit tidak berasa jadinya dengan semakin menghangatnya tubuh kedua insan yang kini semua sudah seperti bayi yang baru lahir, sama-sama bugil dan diliputi birahi bercinta.

“ough……” rintih Rani lirih

Lidah Aslan kini masuk ke belahan vaginanya. Dengan lincahnya lidah itu mencumbuh bibir luar dan disertai dengan masuknya saru jari kedalam belahannya. Mendapat serangan sapuan lidah, kecupan bibir di daerah sensitifnya yang basah dan kian merekah, ditambah dengan keluar masuknya jari tengah Aslan di belahan itu, membuat Rani berteriak lirih dan merintih penuh kenikmatan.

Dia tahu bahwa jika ini dibiarkan maka dia akan segera mencapai puncaknya dengan serangan lidah dan jarinya Aslan.

“sudah sayang….” cegahnya dia sambil menahan nafasnya

“masukin yu…..” pinta nya lirih

Dengan cepat dia mendorong Aslan untuk berbaring.

Lalu Rani naik ke atas tubuh Aslan

“i want on top of you, babe…..” bisiknya lembut

Dengan lembut dia memegang batang kemaluan perkasa yang sudah mengacung tegang keatas itu. Sambil menggesek - gesekan kepala urat itu di bibir vaginanya, seakan memberi rasa untuk beradaptasi sesaat, lalu dengan perlahan dia memulai memasukkan batang keras dan perkasa itu ke dalam belahannya yang terbuka lebar, sambil dia menurunkan badannya, dan vaginanya yang basah pun mulai menelan batang keras itu.

Mata Rani terpejam, teriakan nikmat nan lirih terdengar, dan batang itupun tenggelam.

Tangan Rani menopang di dada Aslan, dia seperti mendiamkan dulu agar otot vaginanya beradaptasi dengan baik saat batang keras itu masuk membongkar isi vaginanya yang basah. Dan kehangatan dari sentuhan kedua alat bercinta itu, membuat Rani dan Aslan terdiam sesaat.

Rani lalu perlahan mulai menggoyangkan pantatnya. Dia memaju mundurkan pantatnya, sambil tangannya bertumpu di dada Aslan. Kerasnya batang itu didalam lubang rahimnya, membuat dia hanya bisa memejamkan mata menikmati keindahan ritme percintaan di pagi hari.

Pantatnya naik turun, dadanya bergoncang indah, membuat tangan Aslan pun ikut sibuk sambil meremas buah dada itu, kadang berpindah meremas pantat Rani.

Rintihan dan dengusan saling sahut bersahutan.

Goyangan Rani makin liar dan gairah mereka makin membara.

Jepitan bibir vagina yang erat menjepit batangnya, membuat Aslan dengan lembut meremas pinggang dan pantat Rani yang sekal. Dan sedikit merubah posisinya, kini dia bertumpu di bantal, dan posisinya setengah duduk, dan sambil bibirnya melumat buah dada Rani, tangannya meremas pantatnya, dan setengah didorong dan ditarik bergantian agar vagina itu terhantam dengan baik oleh batang kemaluannya yang keras

“abang……”

“ya sayang….”

“enak bang…”

Aslan menganggukkan kepalanya

“aku kangen sayang…..”

Aslan melumat buah dadanya dengan buasnya

“oh abang….. gila …. enak banget…..”

Goyangan Rani makin liar dan cepat.

Dia mencoba menahan agar tidak tumbang duluan. Namun jilatan dan lumatan bibir Aslan di putingnya yang sulit untuk menghindari rangsangan yang diberikan secara konstan, ditambah dengan kerasnya batang kemaluan Aslan menghajar dinding vaginanya, rasanya sulit bagi Rani untuk menahan dirinya

“abang…..”

“iya sayang…..”

“gantian….”

Aslan tahu Rani sebentar lagi tiba.

Bukannya menuruti apa yang diminta oleh Rani, dia malah makin liar melumat buah dada yang menggantung indah itu bergantian, dan remasan serta sedikit cengkeraman gemas di pantat Rani makin ditekan agar Rani segera mencapai puncaknya.

“Bang….”

“ough….”

“aku mo keluar sayang…..”

Goyangannya makin liar dan ganas

Dan sambil berteriak lirih, Rani pun pun mencapai puncaknya duluan…..

“ough…ough,…. aough…….” teriaknya sambil memeluk Aslan dengan erat, menekan kepala Aslan yang menempel didadanya, dan pantatnya menekan dalam-dalam sambil terhenti goyangnnya sesaat.

“gila…….”

Kepalanya tertengadah keatas sambil menggigit giginya sendiri, gemas bercampur nikmat.

“ough… ough…..”

Rani lalu tumbang dan melemparkan badannya di samping tempat tidur, membiarkan batang kemaluan As;lan yang masih tegang dan berbalut cairan itu bagaikan pedang yang terhunus, tegang dan siap menusuk

Kini kaki dan paha Rani dilebarkan.

Aslan lalu naik ke atas tubuh Rani, dan sambil menggesek kepalanya ke bibir vagina Rani yang disambut teriakan lirih geli, akhirnya batang itu pun masuk ke dalam vagiannya yang basah kuyup dan lembab itu.

Kini sambil memeluk Aslan, Rani melingkarkan kakinya di pantat Aslan, dan dia menikmati gelinya vagianya yang dihantam dengan perkasanya oleh batang kemaluan Aslan. Matanya berkejap kejap menikmati irama dan keluar masuknya batang kejantanan Aslan di dalam lubang rahimnya yang basah dan hangat itu.

Kerasnya batang dan urat yang bagaikan sedang membor pertahanan Rani, serat dekapan mesra dan menempelnya dada montoknya di dada kekar Aslan, membuat kenikmatan yang baru dicapai oleh Rani semakin indah rasanya.

Gerakan Aslan yang makin cepat dirasanya sebagai sebuah pertanda bahwa klimaks sang pangeran pun sudah mendekat.

Goyangan dan hantaman pantat, panggul serta keluar masuknya batang itu semakin liar, dan pelukan Aslan pun makin ketat dan membawanya ke dalam pelukan nya. Seakan ingin memberi tanda bahwa pelabuhan kenikmatannya sudah mendekat dan segera tiba.

Dan sambil berteriak lirih dan mendengus hebat, Aslan lalu dengan cepat menarik batangnya dari dalam lubang vagina Rani, dan sejurus kemudian dia menghamburkan cairan pejunya di atas perut rata Rani, dan sambil memeluk Rani dengan eratnya.

Menyaksikan kekasihnya mencapai klimaks, Rani sungguh sangat bahagia rasanya. Dia senang sekali bisa memberi pelayanan terbaiknya pagi ini untuk Aslan. Dan hamparan peju bercampur keringat diatas perutnya, bagaikan pemandangan indah yang ingin sekali dia selalu nikmati lebih sering bersama Aslan.

Rani bangun dari tidurnya, sambil menahan ngilu bercampur nikmat, lalu menuju ke kamar mandi, membersihkan dirinya.

Tidak lama kemudian dia keluar sambil melingkarkan handuknya ke badannya. Dia lalu membuka lemarinya, mengambil handuk baru, dan menyodorkannya ke Aslan, untuk membersihkan diri.

Sejurus kemudian Aslan keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk.

Rani lalu memeluk tubuh kekasihnya, bibirnya melumat bibir Aslan dan kemudian merebahkan kepalanya di leher Aslan.

“ganti baju yuk…..”

Rani menggelengkan kepalanya dengan sedikit manja

“bentar lagi dong….”

Aslan hanya tersenyum

“aku mau sekali lagi yah…..” bisiknya lembut memohon

“dari kemarin seminggu ngga ditengok tengok …..”lanjutnya manja

Aslan hanya bisa diam.

Dia ingin menolak dan meminta agar Rani segera bersiap dan dia bisa bergegas menuju kantornya. Namun dia tahu bahwa Rani sedang rindu, dan ingin bercinta kembali, karena memang satu putaran awal dirasa masih kurang bagi wanita ini. Dia tidak tega, dan membiarkan Rani untuk tetap merangkul-nya dan memeluknya.

Entah apa yang dikepalanya, sambil memeluk tubuh indah yang berbalut handuk itu. Dia hanya bisa bungkam dan bingung harus bilang apa. Dia tahu dia sudah banyak berbohong baik ke Rani, maupun ke Adiba, namun dia bagaikan tidak punya keberanian untuk menyelesaikan masalah ini secara terbuka dan terus terang.

Dia meski dalam posisi yang dilematis dan bingung, tetap saja ketegasannya untuk menyelesaikan ini bagaikan selalu hilang saat niatnya muncul. Kebaikan hati Rani, harapan mamanya, ekspektasi Yahya dan Fitri, serta penerimaan keluarga Rani yang sangat baik terhadapnya, membuat dia galau dan bingung harus berbuat apa.

Setidaknya hingga hari ini, dimana setiap hari kedua wanita ini silih berganti meminta langkah lanjutan yang dia harus ambil dengan jalan yang berbeda beda, semakin konkrit dan nyata, dan Aslan sebagai laki-laki yang harusnya bersikap, malah menggantungkan semua ini dengan sebuah dilema besar, dan berat untuk diputuskan dan dituntaskan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd