Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Terimakasih atas updatenya Om Suhu Elkintong.....
Ceritanya makin seru....
Makin ingin terus membaca update ceritanya ... sebagai hiburan malan sebelum tidur....
Sekali lagi terimakasih Om Suhu ....
 
intermezzo dari Subes Elkintong,kalau dari firasat sepertinya kejadiannya di jakarta dan seperti cerita Subes yang lainnya akan ada jeda sementara waktu hubungan ayah Aslan dan bunda Adiba.Dan pada akhirnya cinta akan menemukan jalannya untuk menyatukan dua hati.

tengkyu Subes Elkintong
 
PART XXV



Malam Bersamamu



Mobil Jeep Compass itu masuk ke garasi salah satu unit di cluster yang pengembangnya cukup terkenal di Makasar ini. Rumah yang tanpa pagar itu sudah diisi satu buah mobil lain yang terparkir disana, sehingga satu slot parkir lagi diisi oleh jeep compass ini.

Adiba memandang rumah yang dia baru kali ini datangi, berbeda dengan anak-anaknya yang sudah beberapa kali ke-sini.

“nyampe juga aku disini……” bisiknya

Aslan tertawa kecil sambil menurunkan koper Adiba

Adiba melihat lihat sekeliling rumah di halaman itu. Ada dua buah motor, satu matic dan satu yang sporty dan 2 buah sepeda terparkir di garasinya. Halamannya juga terpelihara rapih dan apik.

“ada si mbak?”

“ngga, dia datang pagi dan sore balik..”

“malam kalo ada yang nginap aman dong…” ledek Adiba

Aslan membuka pintu dengan menggunakan automatic door system itu

“silahkan…..”

Tatapan Adiba kini berputar ke ruang tamu dan ruang makan.

“boleh lihat-lihat?”

“boleh lah…..”

Aslan membuka kulkas besar di dapurnya, mengambil air mineral dan menyerahkan ke Adiba

“ini kamar kamu?”

Kamar besar di belakang yang terpisah dengan ruang utama

“itu kamar tamu….”

“kamar eksekusi?” ledek dia lagi

“kaka yah….”

Adiba lalu meminum air putih yang disodori Aslan

“kaka wanita pertama, diluar mama, Linda dan si Mbak yang datang kesini…..” ucap Aslan sambil tersenyum “ama Mbak Fitri, istrinya Pak Yahya deng….”

“iyakah? Umi ama abah?”

“umi sama abah kan di hotel, waktu itu belum beli rumah ini….. datang kan waktu peresmian kantor aja waktu itu…”

Adiba menganggukan kepalanya

“suka rumahnya…..”

“makasih…..”

Adiba lalu menyeletuk

“kurang satu…”

“apa tuh….”

“life…..”

“hidup?”

“yup…”

“kok…”

“kamu butuh sentuhan wanita agar ini hidup…..”

Aslan tersenyum pahit mendengarnya

“keatas yuk….”ajaknya tanpa mempedulikan apa yang barusan disampaikan Adiba

Mereka naik ke atas

“ini kamar anak-anak…..”

Dia menunjukkan dua kamar yang menghadap ke depan, ada satu kamar mandi di tengah mengapit dua kamar anak itu

“abang ama ade bobo disini dong…..”

“bajunya doang disitu…. kalo kesini bobonya di kamar aku….” jawab Aslan sambil tertawa disambut senyuman oleh Adiba, dia yakin dua bocahnya dirumah sudah kayak raja aja kalau disini

“pasti dimanjain sama kamu….”sungutnya sambil mencubit perut Aslan

“maminya aja dimanjain, apalagi anaknya…”

“bokis…..”

Adiba tertawa sambil memeluk Aslan

Mereka lalu masuk ke kamar utama

“ngga semewah kamar kaka, tapi okelah…..”

“apa sih…. bagus kok….”

Kamar yang teratur raih dan bersih. Bau harum pewangi ruangan pun tercium. Adiba tidak ragu dengan hal ini, karena setahu dia memang Aslan sangat apik dan rapih.

Aslan meletakkan koper Adiba di meja kecil, dan Adiba juga meletakan tasnya diatas tempat tidur. Dia bergerak ke arah balkon, lalu mengecek kamar mandi, sebelum balik ke arah Aslan

“mau ditaruh dilemari?”

Adiba menggeleng

“nanti aku bukain…”

“oke….”

Lalu Adiba membuka kopernya, dia membuka sepatunya, meletakan kacamatanya diatas meja

Sambil tersenyum, dia lalu menunjukkan ke Aslan

“aku beli ini kemarin….” Adiba membentangkan dalaman warna putih tranparan ke depan wajah Aslam

Aslan terkejut, namun senang melihatnya

“wow…..”

“suka ngga?”

“suka banget…..”

Aslan memeluk Adiba

“ pengen kasih kejutan aja….” bisik Adiba yang disambut dengan pelukan dan ciuman di kepalanya

“apapun itu, aku suka kok….”

Aslan lalu duduk di sofa kecil di samping tempat tidurnya, dia membiarkan Adiba membongkar semua bajunya dulu. Lalu Adiba tiba-tiba menyodorkan sebuah kotak

“buat kamu….”

“apa ini Ka…”

“semoga suka….”

Aslan melihat kotaknya, dan dari kotaknya tertulis Timberland Watch

“makasih yah Ka…..” binar dimata Aslan menerima itu

“semoga suka yah….”

“Pasti dong…”

Dia lalu membuka jam tangan dengan tali kulit itu, dan mencoba di lengannya

“makasih Ka…. keren banget….” wajah bahagianya terpancar

“sama-sama….”

Aslan menarik tangan Adiba, dan badan Adiba pun rebah menimpa Aslan yang sedang duduk

“Kaka cantik banget….”

“boong….”jari telunjuknya Adiba mengelus hidung bangir Aslan

“makasih udah mau datang…..”

Adiba tersenyum

“aku yang makasih dong….”

Bibir Adiba lalu turun dan mengecup bibir Aslan lembut, pelan dan penuh kelembutan, dan dibalas dengan ciuman yang sedikit ganas oleh Aslan, membuat Adiba tersentak dan akhirnya ikut membalas lumatan bibir Aslan. Tangannya memegang wajah Aslan, dan tangan Aslan melingkar di pinggangnya.

Sambil melumat bibir Aslan, Adiba membetulkan letak kakinya, kini dia sepenuhnya duduk diatas pangkuan Aslan, sehingga meski masih terbungkus celana panjang, dia bisa merasakan urat dibawahnya itu sudah mulai mengeras, seperti bongkahan dadanya juga yang mengeras semenjak dimobil tadi.

“aslan……”

“ya Ka….”

“mandi dulu yah….” nafasnya agak terengah engah

“mandi..?”

Senyuman Aslan tersungging menatap wajah Adiba yang merah dan dilanda nafsu

“iya…biar seger….”

“ini emang ngga segar?”

“lebih segar lagi kalo udah mandi…..”

Dia menggigit bibirnya, karena tangan Aslan meremas buah dadanya dari balik blouse birunya yang dia pakai hari ini.

“ayolah….” ujar Aslan pelan, namun jarinya dengan nakal membuka kancing blousenya

“ayo ayo kok tangannya kesitu?”sentil Adiba

“kaka mau mandi pakai baju?”

Adiba tertawa

“dibantuin malah protes…..”senyum Aslan

Lalu dengan mengangkat tangannya keatas, sehingga Aslan dengan mudah membuka blousenya yang berkancing dua diatas. Dan buah dada indah yang bergantung indah terbungkus bra ungu muda itu muncul.

Tatapan mereka bertautan, senyuman Adiba terpancar saat menatap wajah yang dulu dibencinya itu, dan kini bahkan dirindukan sekali olehnya, sampai dia harus menyeberang lautan dan pulau, hanya untuk menemuinya disini

Pelukannya rebah di dada Aslan

“ sayang…..”

“ya Ka…..”

“apa yang terjadi ama kita?”

“ngga tahu…….”

Adiba merenggangkan pelukannya, dia kini menatap serius ke arah Aslan

“kesel sama kamu….”

“kenapa…?”

“kok bisa sih….” nadanya lirih

Aslan mengelus punggung Adiba

“kamu juga ngga serius kan?” tanyanya penuh selidik

“kata siapa?”

Adiba manyun

“ka….. udah yuk… khan mau happy disini ama aku…. jangan mikir yang berat-berat….” hibur Aslan

Adiba tersenyum

“aku kuatir aja dengan apa kata orang…..”

Aslan memaklumi, karena wanita memang banyak pertimbangannya

“kita jalanin aja dulu yah…….”

Adiba diam, lalu

“iya…. khan kita hanya seks aja…..” tukasnya sambil senyum

“kaka yah….. ngga gitu juga kali…..”

Aslan lalu menarik Adiba ke-dalam pelukannya

“ayo… katanya mau mandi…”

Aslan mengangguk

Mereka kembali berciuman dengan lembut, dan ciuman lembut itu berubah menjadi ganas dan membara

Tangan Aslan lalu merayap ke punggung mulus itu, dan dengan sekali sentak, bra ungu muda dari brand terkenal itu pun copot. Talinya yang dipundak lalu diturunkan, dan keindahan putting coklat itu muncul dihadapan wajah Aslan.

“sayang…. kan mandi dulu….”

Mulutnya dengan cepat melahap puting yang menegang dan buah dada yang mengeras itu. Wajah Adiba sampai terdongak keatas, matanya terpejam menikmati sedotan dan permainan lidah dibalik jepitan bibirnya tepat diputingnya.

Rasa geli dan adrenalinnya seketika dbuat naik oleh jilatan liar lidah Aslan. Berganti gantian buah dadanya dilumat, membuat Adiba tidak mampu berpikir jernih, hanya bisa meremas rambut Aslan yang masih duduk

“sayang….” desisnya lembut

Mulut Aslan masih bermain nakal di payudaranya

Rangsangan dari Aslan sepertinya sulit untuk dia bendung lagi. Apalagi saat lidah dan bibir nakal itu bermain tidak hanya di payudaranya, namun di lehernya, di bibirnya, lalu kembali melumat buah dadanya yang semakin mengencang dan mengeras, ditambah dengan tonjolan di celana Aslan yang seperti menonjok daging segitiga di pangkal pahanya,

Kobaran birahi semakin memuncak saat tubuh tegap itu berdiri dari kursinya, ototnya bagaikan teruji dengan baik saat bangkit sambil menggendong wanita yang sudah terbuka bagian atasnya itu. Lalu tubuh indah itu dibaringkan di kasurnya

Adiba menelentang pasrah.

“ abis ini kita mandi yah…..”

Dia mengangguk mengiyakan

Celana bahan yang dipakainya lalu ditarik turun oleh Aslan, menyisakan celana dalam ungu muda yang senada dengan bra nya. Matanya sedikit meredup dan senyuman tersungging tipis diwajahnya saat Aslan juga ikut membuka bajunya, lalu celana panjangnya, dan juga celana dalamnya.

Dengan angkuhnya pejantan itu seperti sedang selesai bersolek, menunjukkan kegagahannya dengan mangacung tegang, membuat Adiba lalu bangun dari tidurnya, dia duduk menghadap ke arah Aslan yang masih berdiri di sisi tempat tidur.

“kangen…..” bisiknya sambil mengelus lembut urat perkasa itu

Lalu tanpa diminta, mulut Adiba lalu membuka dan mulai melahap batang jantan yang sudah tegang itu.

“oh….” sedikit mengejang badan Aslan, lalu dengan lembut dia membelai rambut tebal Adiba, sambil menikmati batangnya yang terjepit dengan bibir seksi serta liukan lidah nakal wanita itu yang bermain mencumbu urat-urat kecil yang melingkari batang perkasanya itu.

Melumat dan memainkan batang ini menjadi hobi baru baru Adiba, dia sangat senang dan sering merindukan kegagahan batang itu saat sedang dimulutnya atau pun sedang beraksi membongkar isi vaginanya dengan kuatnya.

Tangannya bermain kalau tidak sedang mengelus biji kembar dibawah batang itu, maka dia akan mengelus putting pria itu sambil meremas dadanya yang terbentuk indah. Sesekali dia menjulurkan lidahnya menjilati batang hingga bijinya, membuat Aslan sampai terdongak kepalanya mendapat serangan seindah ini.

Kini situasi berbalik, Adiba yang terlentang. Senyum liarnya muncul saat Aslan menarik kain yang tersisa dari tubuhnya. Dan vaginanya yang sudah merindukan Aslan pun muncul terpampang indah dihadapan Aslan.

Sambil tersenyum malu, dia mengelus rambut lebat di pangkal pahanya. Sulit dipungkiri jika dia memang sangat rindu dengan semua yang ada di Aslan, apalagi jilatannya yang nakal, kuatnya urat jantan saat menyodoknya, dan tentu semua proses percintaan yang dahsyat, membuat dia kangen ingin mengulanginya kembali

‘sayang…..nakal kamu… “ desisnya saat mulut Aslan menerkam bibir vaginanya.

Liang indah itu semakin basah dan megar saat bibir Aslan menyerbu area terlarang itu. Sensasi dan kerinduannya terpuaskan saat lidah Aslan mulai bergerak liar disana, berpadu dengan bibir dan kadang jarinya ikut bermain, membuat pahanya kini terbuka lebar seakkan memberi ruang dan waktu untuk Aslan mempraktekkan bagaiman memuaskan wanita

Jilatan di daging kecil serta bibir vaginanya membuat dia mengerang liar

Badannya kini bergerak tiada henti

Suaranya merintih penuh kenikmatan

Jilatan dan sapuan bibir Aslan menuntun dia jadi lupa diri

“oh sayang, enak banget sih….” rintihnya

“ini yang bikin gue kangen sayang…..” lidah Aslan makin nakal bermain

“sayang….. gila……”

Basah dan kuyup sudah semua isi segitiga indah yang berhamparkan rumput hitam liar itu. Tangannya menekan kepala Aslan, kepalanya terdongak, dan buah dadanya yang mencuat saat badannya melengkung, terlihat indah dan menawan sehingga jari Aslan juga harus singgah dan meremasnya

“ayang…. masukin…” rintihnya meminta Aslan

Lidahnya masih sibuk mengobrak abrik isi liang vaginanya

“ngga kuat aku kalo gini…..”

Masih memainkan irama indah dengan lidah dan lidahnya, namun makin cepat seiring dengan makin basahnya belahan yang berwarna coklat, dengan daging kecil yang menantang untuk disentuh

“sayang… ngga kuat aku nahan…..”

Dari selesai mens, hingga dalam perjalanan tadi di mobil memang birahi Adiba semakin tinggi saat berpelukan dan rebah di bahu Aslan, dan kini dengan terlentang pasrah dan tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, serta jilatan dan nakalnya bibir Aslan bermain disitu, membuat dia sulit menahan dirinya

Dan akhirnya

“sayang….gila gila gila…….” dia menekan kepala Aslan ke pangkal pahanya

Badannya melengkung

Matanya terpejam

Bibirnya digigit sendiri

“keluar sayang……” dia teriak lepas

Bagaikan bendungan air yang jebol, dan sering dengan teriakannya serta remasan di kepala Aslan, wanita itupun meledak mengelurkan cairan kenikmatannya yang perdana dimana aliran itu meleleh dari dinding liang vaginanya.

Dia tidak mampu menahan lebih lama lagi

Matanya yang terpejam lalu terbuka sedikit, pantatnya yang bergetar bersama pinggulnya akibat getaran indah orgasmenya yang dia rasakan barusan.

“sini…” bisiknya meminta Aslan untuk memeluknya

Pria tampan itu pun rebah dan memeluk Adiba sambil menimpa badannya

“makasih yah….”

“iya Ka….”

“enak banget….” senyumnya sambil mencium pipi Aslan

“bikin aku kangen terus….”

Tatapannya kini saling bertemu

Lalu dengan lembut Aslan mencium bibirnya. Ciuman bibir dengan Adiba bagaikan selalu tidak membosankan bagi dirinya. Bibirnya yang penuh memberikan Aslan kelezatan tersendiri saat melumat bibir indah itu.

Adiba lalu mendorong Aslan untuk berbaring.

Aslan tahu apa yang diinginkan wanita itu. Dia menelentang, lalu menumpuk bantal di sisi kepala ranjang, agar badannya bisa setengah duduk.

Dan mulut Adiba kemudian melumat kembali batang jantan Aslan, dia ingin memberi jilatan dan sedikit ludah agar batang itu licin untuk dimasukkan ke dalam liang vaginanya yang sudah kembali berkedut meminta dimasuki

Kini Adiba naik ke badan Aslan, dia kemudian dipangku oleh Aslan, dan pelan tapi pasti dengan dibantu tangan Adiba untuk mengarahkannya, batang keras dan besar itu masuk penuh kedalam liang vaginanya Adiba.

“ogh…. sayang….”

Getaran nikmat segera menjalari seluruh tubuhnya, badannya langsung menghangat

Lalu pelan pelan dia mulai bergerak menggoyang.

Rambutnya dijepit keatas dengan jepitan rambut, membuat leher dan tengkuk indahnya terekspos jelas.

Menikmati besarnya batang itu didalam liang vaginanya, sambil kemudian menggoyang mencari titik nikmat yang tergesek dan terstimulai dengan indahnya, serta nikmatnya lumatan bibir Aslan di buah dadanya yang montok dan keras, membuat persetubuhan ini terasa sangat indah.

Goyangan yang pelan kini mulai liar.

Pelukan Adiba ke kepala Aslan juga makin ketat.

Posisi se[erti ini membuat Adiba kembali merintih keenakan, karena titik lemahnya jadi terbuka dan sulit untuk dia tahan, akibat gesekan urat jantan ke bibir dan dinding vaginanya yang terasa penuh

Rintihan dan dengusan silih berganti

Jepitan dan goyangan juga dimainkan untuk memberi rasa indah dan nikmat

Serta lumatan di buah dada dan jilatan di putingnya, membuat Adiba kembali dibuat sulit menahan.

Gila kuat banget sih ni anak, bisik Adiba dalam hati

“sayang….. ngga kuat lagi aku….” bisiknya lembut

Aslan makin menggencarkan sodokannya, dan tarikan ke pinggul Adiba agar jangan berhenti pun tetap saja terayun

“ayang… enak banget…”

Lalu

“aku ngga kuat.. mau keluar lagi….”

Dan kemudian goyangan yang dipercepat itu seketika berhenti mendadak, dan kembali pecah untuk yang kedua kalinya. Adiba berteriak dan menggigit pundak Aslan, dia tidak peduli pundak itu akan merah atau tidak, namun giginya menancap disana

“ough….. oh……” goyangannya berhenti, namun getarannya terasa banget

“enak sayang……” pelukannya ketat menjepit badan Aslan

Nafasnya tidak beraturan, matanya dengan sendu menatap Aslan

“makasih sayang….. udah dua kali…..”

Aslan tersenyum dan mencium bibir Adiba

Adiba turun dari tempat tidur

“aku cuci dulu, basah banget….” senyumnya malu malu

Tidak lama dia keluar

“ini handuk kamu kan?”tanya Adiba memperlihatkan handuk di kamar mandi

“iya Ka….”

Dia lalu berbaring di kasur

“ayo sayang….”

Pahanya dibuka lebar-lebar, dan gerbang indah taman yang basah dan diatasnya penuh rumput yang tebal menghitam, dan bawahnya gerbang berwarna coklat kemarahan basah, siap menanti masuknya batang milik Aslan

Sedikit demi sedikit, akhirnya semuanya tenggelam didalam laing kewanitaannya.

Kakinya kini melingkari pantat Aslan, dan badan Aslan menimpa badan Adiba. Dadanya menempel erat di dada montok Adiba, dan bibir mereka saling bertautan, membuat kontraksi dan setruman di bawah terasa indah dan menggigit.

“enak sayang?”

“banget Ka….”

Pelukan erat Adiba ke pundak Aslan, sambil di mencium leher pria itu. Bau jantannya membuat Adiba bagaikan mabuk kepayang oleh permain cintanya. Matanya berkejap kejap menikmati keluar masuknya urat jantan itu, dan sesekali bibir mereka bertautan dengan mesranya.

Bercinta dengan lembut, sambil saling bertatapan mesra seperti ini, rasanya memang berbeda dengan saat ganasnya tadi dia menggoyang diatas tubuh Aslan. Dia tahu Aslan ingin menikmati lebih lama jepitan vaginanya, sehingga dengan penuh kepasrahan dia memeluk tubuh kuat itu dan menempelkan ke dadanya, sambil tetap menikmati indahnya goyangan Aslan yang berirama.

Bunyi suara pertemuan batang dan lubang dibawah itu kadang terdengar indah di kuping mereka, dan sambil tersenyum, berciuman kembali dan merangkul erat, membuat irama dan sensasi bercinta yang lembut kali ini semakin dekat ke ujung perjalanan.

Aslan kali ini sulit menahan dirinya untuk tidak segera mencapai puncaknya

“sayang…..”

“iya Ka…..”

“keluarain sayang….”

Jepitannya dan goyangan pantatnya seperti dimainkan menyambut tusukan kencang dari Aslan

“buang didalam sayang….”

“ngga apa-apa?”tanya Aslan disela deru nafasnya

“aman sayang….” bisiknya ditengah gemuruh nafsu yang sedang menggelegar

Aslan makin mempercepat goyangannya, Adiba pun menjepit dengan eratnya, urat-urat vaginanya dimainkan agar jepitan terhadap batang jantan Aslan terasa menggigit

Dan kemudian dengan teriakan dan sedikit hentakan agak kencang, badan Aslan lalu tiba-tiba mengejang, pantatnya menancap erat di pangkal paha Adiba, dan semua cairan diujung batangnya dimuntahkan keluar ke ladang basah milik Adiba

Peluaknnya erat dan sambil mencium leher Adiba

Adiba pun memeluk erat tubuh Aslan

“oh….” terengah engah dia

Ciuman bibir dari Adiba sedikit meredakan ketegangannya yang barus saja terlepas

“enak banget…”

Adiba tersenyum

Aslan lalu mencabut batangnya, dan terkapar di ampingnya

Dia lalu memeluk Adiba di sampingnya

“enak banget…..”

Adiba tertawa kecil

“akhirnya merasakan juga disiram air kenikmatan…..” towel jarinya ke pipi Aslan.

Dia lalu sedikit beranjak, lalu menoleh kearah Aslan, dan mencium dada Aslan

“merah pundaknya…. maaf yah…”

“ngga apa-apa Ka…..”

Aslan tertegun melihat wajah cantik itu yang sedang tersenyum ke arahnya. Wajah angkuh dan sombongnya, atau tegasnya bagaikan hilang saat ini. Yang ada hanya kelembutan dan kepasrahan seseorang wanita di pelukan pria yang dia cintai

Emang ini sudah cinta? Shit no Aslan, dia saja bilang ini seks.

Aslan terdiam lalu tersenyum

“mandi?”

“iya….”

“mau bareng?”

“boleh….”

Ciuman lembut kembali tertaut diantara mereka. Sebelum Adiba tiba-tiba bangkit dan berlari ke kamar mandi sambil menahan cairan Aslan yang tumpah dengan tadahan tangannya, lalu menetes keluar dan terasa di pahanya Adiba.



******************************

Ciuman lembut kembali mendarat di pipi Adiba

Dia sedang berendam berdua dengan Aslan di air hangat di bathup nya Aslan. Posisinya didepan Aslan, dan dia bersandar di dada pria itu, sambil sesekali menggosok badannya dengan buih buih sabun yang memenuhi bath up di kamar mandi Aslan

“kalo mandi selalu disini?”

“ngga lah, di shower situ…”

Adiba tersenyum

“ini terakhir dipake ade sama mandi…..”

Adiba tertawa membayangkan kelakuan anak bungsunya itu

“nanti mau makan apa?”

“hmmm apa yah…..”

“aku pesan ikan aja yah?”

“boleh deh….”

“nasi ada sih….”

“ih, malam aku ngga makan nasi lagi….”

“oh oke……”

Tangan Aslan mulai nakal meremas buah dada Adiba

“sayang… nakal tangannya…”

Aslan tertawa

Namun tetap saja dia meremas buah dada dengan lembut, bahkan tangannya juga turun ke lembah di pangkal pahanya yang rimbun. Adiba mencubit lengan Aslan, karena dia tahu Aslan menatap terus ke segitiganya yang terlihat menghitam dibawah saat busa-busa air agak terhalau ke tepian bak.

“iseng aja…..”

Suara tertawa milik Aslan terdengar

“mau dicukur?”

“terserah Kaka…”

“kok terserah aku?”

Merenggut wajahnya Adiba

“kan punya kaka….”

“yang rasain siapa?”

Aslan tertawa mendengarnya

“yang lihat siapa?”kejar Adiba lagi

Anggukan kepalanya

“biar aja gitu…. seru…”

Adiba tersenyum

“terserah…..”

Lalu

“Makannya nanti mau dipesan online kan?”

“Iya Ka…. males keluar…”

“oke….”

Pelukannya semakin mesra

“ abis makan lagi yah?”

“lagi apa?”

“tempur lagi kita….”

“ih, rusak punya aku nanti…..”

Suara Adiba tertawa saat ciuman Aslan mendarat di lehernya. Dia merasa sangat bahagia meski dia tidak tahu apa kebahagiaan ini yang memang dia cari, atau hanya sementara sifatnya, yang bisa datang kapan saja dan pergi begitu saja.

Yang pasti dia ingin rasa bahagia ini yang dia rasakan sekarang, jangan pergi dulu dari dirinya. Sekian lama dia menderita akibat trauma pernikahannya, ternyata kemudian kebahagiaan itu hadir, bukan dari siapa-siapa yang memberinya, ternyata dari Aslan, sosok yang sama sekali tidak dia sangka akan bisa memberi kebahagiaan indah bagi dirinya dan anak-anaknya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd