Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

PART XXIV



Inikah namanya Ce I eN Te A ??



It’s not you, Aslan

Desak hatinya sendiri saat dia sedang termenung.

Pagi ini dia baru saja mengantar Rani, yang tadi malam merengek minta Aslan menginap dirumahnya, dan meski dia berhasil lolos untuk tidak jadi menginap, namun tetap saja kewajibannya mengantar Rani ke bandara ditunaikan juga. Dan Rani akan hilang sesaat selama seminggu lebih karena ada kunjungan dinas ke China.

Hati kecil Aslan memang sulit untuk memungkiri bahwa dia sudah sangat berdosa, karena menempatkan dirinya diantara dua pilihan yang terlihat mudah, namun sulit untuk dia putuskan dan tentukan kemana ayunan langkahnya untuk dia jalani berikutnya.

Rani nyaris dengan mudah dia jalani. Wanita hebat, pintar, kecantikannya pun sudah jadi rumor indah dikalangan banyak pebisnis yang sering bersentuhan dengannya. Anak pejabat, yang sudah berikhtiar jika menikah dia akn tinggalkan pekerjaannya dan memulai bisnis sendiri yang akan punya banyak waktu untuk suami dan anak-anaknya.

“ aku nanti jika menikah ingin buka kafe dan rumah makan….” ujar dia waktu itu, karena memang ada warisan rumah tua yang belum diberdayakan untuk dirinya di salah satu sudut kota Makasar, dan cocok untuk cafe dan rumah makan

“aku ingin banyak waktu untuk suami dan anak-anakku kelak….” ucapnya dia sambil menatap ke arah Aslan dengan begitu banyak artian dan misteri yang sebetulnya menuntun Aslan untuk memecahkannya dengan mudah

“supaya anak-anakku tidak jadi anak paman atau bibinya….” ini lebih tepat sindiran dan sentilan untuk dirinya, yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Aslan

Pelukan Rani tadi bagaikan tidak ingin lepas dari Aslan.

“malas berangkat sebetulnya…..”bisiknya di telinga Aslan

“ngga apa-apa, bisnis kan…” hibur Aslan

“tapi kalo ada ayang yang ikut, kan senang…”

“kerjaan aku masih numpuk…”

“selalu aja itu alasannya…” rengeknya sedikit merajuk

Aslan hanya menepuk punggungnya

“lain kali harus ikut….”

“iya…”

“janji yah…”

“iya…”

Pelukan dua sejoli di pintu keberangkatan itu tentu jadi pusat perhatian banyak orang. Bagaimana tidak, pasangan itu bagaikan pasangan yang sempurna. Wanitanya cantik jelita, dan pria nya tampan rupawan, dan tubuh tinggi mereka bagaikan pelangi indah yang membuat panas matahari iri dengan bentang keindahannya.

“i love you…..”

Ciuman di pipi Rani yang jadi jawaban

“jaga diri yah….”

“kamu juga….”

“jemput aku nanti….”

“pasti…”

“di Jakarta….”

Aslan tertawa

Dan kemudian sosok itu menghilang dari pintu keberangkatan, yang langsung diikuti dengan berbaliknya badan Aslan untuk kembali ke kantornya. Rani sengaja memilih pesawat jam 10.30, tiba di Jakarta pukul 11.50 dan kemudian dia segera ke Terminal 3 untuk terbang jam 15.00 menuju Changsha lewat Xiamen.

Aslan sendiri sebetulnya tidak ingin terlibat masalah ini. Namun tanpa dia sangka semua berbelok ke arah yang sama dan terjadi hampir bersamaan dengan masuknya hati yang lain yang tadinya dia tidak sangka akan ikut terlibat.

Oh, Ka Diba… kenapa sih tiba-tiba muncul dengan cepatnya seperti ini…..

Shakila Adeeba Kareem….. desis Aslan

Dia ingat wanita ini jauh sekali berbeda dengan mendiang Nafia. Fia sosok yang manis dan ramah terhadap semua orang, selalu baik dan sama dengan profesinya sebagai dokter, dia suka menolong orang. Sosok yang hingga kini sulit dilepaskan dari kepala dan pikiran Aslan sebetulnya.

Adiba sosok yang berbeda.

Dia terkenal galak dan sombong dulu di kompleks. Pergaulannya high class dan sangat tidak ramah terhadap orang-orang, apalagi terhadap dirinya dan ibu serta adiknya Linda. Dia bahkan terang-terangan berani menyindir Ulfa dan Aslan secara langsung saat mereka masih dalam kondisi perang ketika itu.

Dan perilakunya banyak berubah saat dia gagal dalam rumah tangganya. Suami yang dia banggakan dan orangtuanya puja puji, ternyata menikam mereka dari belakang. Gagalnya rumah tangga serta kembalinya Adiba ke Jakarta, seketika banyak merubah perilaku Adiba yang sombong jadi sedikit membumi.

Hubungan mereka juga semakin membaik saat Fia sedang sakit, sampai Fia meninggal dan Adiba balik ke Jakarta beberapa saat kemudian. Obrolan mereka, interaksi mereka, dan terutama saat anak-anak makin dekat dan jadi anaknya Aslan, semua berjalan smooth, dan Adiba pun banyak berubah semenjak itu.

Hubungan kakak adik yang lancar dan sehat, akhirnya harus berakhir saat mereka menghabiskan malam bersama di Lembang.

Kini, dia bingung harus bagaimana dengan nasib hubungannya dengan Adiba.

Meski sudah janda dan beranak dua, namun dari penampilan dan isi dalamannya, dia bukan lah wanita biasa-biasa saja. Tubuhnya mulus bagaikan belum pernah menikah. Tidak ada garis atau selulit di sekujur tubuh indahnya. Buah dadanya juga masih belum turun, dan vaginanya indah untuk ditelusuri.

Shit, Aslan memaki dirinya yang tiba-tiba jadi mesum otaknya.

Yes, memang Adiba spesial sih. Isi kepalanya pun tidak main-main. Analisa bisnis dan kemampuannya dalam menjalankan usaha milik Jafar, tambah lagi sekarang ada perusahaan baru, membutuhkan seorang wanita yang punya kemampuan memanage semuanya dengan baik dan teratur.

President Director & CEO of Synergy Almahyra Group. Demikian nama di profil LinkedIn nya Adiba. Dan di tangannya memang usaha milik Jafar semakin maju dan berkembang. Dia mewarisi ketegasan ala Jafar, namun pemikiran masa depan ala entrepeneur muda yang visioner.

Aslan tahu, yang antri untuk mendapatkan Adiba juga banyak pria yang mau, dan bukan sembarang pria, termasuk Hardian yang sempat kenalan dengan dirinya, bukan pengusaha kemarin sore, tapi anak dari petinggi pemilik group restoran yang banyak di Jakarta dan kota-kota lain.

Entah apa yang membuat mereka kemudian jatuh ke lubang yang mereka sendiri tidak ingin ada di sana dalam situasi normal sebetulnya. Namun kejadian itu terjadi begitu saja dan tanpa dia sebagai laki-laki sanggup hindari.

Dia memang menarik, Aslan. Dan kamu pria normal yang wajar jatuh hati ke dirinya. Bisik kata hatinya.

Lamunannya terputus karena ada file-file yang perlu tanda tangannya dia.

“ ini semua sudah dicek oleh Pak Nanang?”

Nanang Indarto adalah sosok baru yang direkrut sebagai Cargo Report Consultant, yang bertugas mengecek semua laporan yang masuk, baik isi laporan survey, bahasa serta summary sebuah laporan survey sebelum dikirim ke costumer hasil akhirnya.

“sudah Bang….” jawab Yani, bagian admin di Kendari yang sekarang ditarik menjadi Finance Manager di Makasar. Jadi semua tagihan dan laporan akhir selalu ditagihkan lewat meja Yani yang juga harus ada approval dari Aslan.

“oke….”

“naik 18% dibanding periode yang sama tahun lalu….”ujar Yani

“ good job…”

“kalau trend nya seperti ini, kita mungkin akan naik sekitar 25-30 persen di akhir tahun….” tambah Aslan

“berkat Abang…..”

“no, berkat kita semua….”

Yani tertawa, dia tahu sekali boss nya yang sangat low profile ini

“gaji naik dong….” ledeknya Yani

“ngga lah…. naik normal sesuai angka inflasi…”

“yah……” agak kecewa Yani mendengarnya, yang disambut tawa oleh Aslan

“sesekali naiknya radikal gitu dong….”

Aslan tertawa

“ tapi ngga usah kuatir….”cetus Aslan

“kenapa Bang?”

Aslan tersenyum

“pertama kalinya dalam sejarah Delta Serasi…. tahun ini kita ada bonus….” bisik Aslan

Yani kaget

“Benar Bang?”

“yup…. Komisaris sudah setuju…. paling akhir bulan hitungannya sudah di Mbak Yani untuk hitung lagi, trus proses…..”

Yani ternganga

“masya allah Bang…..”

Dia bagaikan tidak bisa bicara mendengarnya

“serius Bang….”

“yup….” Aslan berdiri dari kursinya dan menyerahkan file ke Yani

“berapa persen?” masih sedikit ternganga

“bukan presentase, itu kali gaji…..”

Yani makin kaget mendengarnya

“mbak Yani dan teman-teman surveyor yang produktif, dapat 2 kali gaji…. yang lain 1 sampai 1,5 kali….” ucapnya pelan

Yani terdiam dan menahan haru

“alhamdulillah Pak….. “

Aslan tertawa. Yani ini sosok pekerja keras yang sudah ikut dia selama 5 tahun dari Kendari hingga ke Makasar.

Yani lalu menyeka airmata harunya, Aslan pun ikut merasakan kegembiraannynya

“makasih Bang… boleh saya share ke anak-anak?”

“Boleh dong….”

Aslan lalu membuka lengannya, dia memeluk Yani yang sudah dia anggap kakak sendiri karena usianya 2 tahun diatasnya

“maaksih banget Bang….”

“sama-sama Mbak….”

“alhamdulilah…. bisa nambah dapur juga akhirnya….”

“lho, emang belum jadi dapurnya?”

Yani baru kredit rumah bersama keluarganya memang beberapa bulan lalu baru ditempati.

“sudah, tapi masih belum selesai….. mau buat kitchen setnya yang kecil saja…”

“wah…. oke….”

“makasih yah Bang….”

“oke….”

Yani lalu pamit dari ruangannya dengan hati girang.

Aslan lalu membuka kontak wa nya di ponsel, dia lalu mengetikkan sebuah pesan untuk Sam bagian GA nya

Sam, tolong sore ini ke rumah Mbak Yani, ukur untuk kitchen set dirumahnya dia, trus pesan ke tempat kemarin yang buat kitchen set kantor. Tagihannya nanti kirim ke saya, biar saya yang selesaikan

Siap Pak


Lalu, ada whatsapp masuk

Sayang, sudah di Terminal 3, lagi antri mau cek in di counter Xiamen Ar. Selesai cek ini aku telp yah

OK, semoga lancar


Dan kemudian masuk lagi satu buah whatsapp

Aku sudah di ruang tunggu, jam 6 nyampe Makasar.

Siap menanti

Jam 6 ngga ada di pintu kedatangan aku balik Jakarta

Hahaha, siap


Pintunya diketuk lagi

“abang…..” panggil Yani

Dia kembali masuk dan memeluk Aslan

“makasih yah…..”

“iye…..”

“makasih…. mama sama laki aku sampe ngga bisa ngomong…..”

“iya… cuma itu yang bisa saya bantu Mbak…”

“udah lebih dari cukup….”

Dia menghapus air matanya

“makasih yah Bang….”

Dia terharu dan senang boss nya sampai turut membantu membuatkan kitchen set untuk dia dan keluarganya di rumah.



******************************

Vidio call dari Rani pun sempat diangkatnya tadi, perjalanan kurang lebih 5 jam akan ditempuh dari Jakarta menuju Xiamen, dan besoknya akan terbang lagi dari Xiamen ke Changsha.

Aslan merasa sudah jadi pribadi yang jahat sekali. Belum pernah dia melakukan hal seperti ini. Bahkan meniduri wanita lain pun tidak pernah dia lakukan selain dengan istrinya. Dia heran kalau kemudian dia dengan mudahnya meniduri Endah, lalu Rani, dan kemudian Adiba.

Memang tidak ada paksaan dan rayuan. Semua mereka bisa dibilang sudah sadar diri dan tahu bahwa akan kesana ujungnya, termasuk Endah yang memberi diri justru menjelang dia menikah. Namun tetap saja jika dia tegas dan berani ambil sikap, tidak akan mungkin juga terjadi hal-hal seperti itu

Dan sekarang lebih parah lagi ialah kakak iparnya sendiri yang terjerat dengan jalinan yang dia sendiri tidak bisa jelaskan apa ikatan dan tautan yang jelas untuk mendeskripsikan apa hubungan mereka yang tepat, karena tidak ada kata cinta atau kata tanda deklarasi, tidak ada komitmen, dan hanya seks saja.

Masalahnya apa cuma segitu?? cuma seks saja yang muncul??

Dia bisa merasakan bahwa ada sensasi yang berbeda di dirinya saat dengan Adiba dibandingkan dengan Rani.

Tapi Adiba sendiri sudah mengatakan bahwa mereka hanya sebatas seks. Tidak lebih. Dan hubungan baik mereka selama ini ialah karena ada keterikatan dirinya sebagai suami Nafia, lalu dekat dengan anak-anak, hingga akhirnya membuat mereka lalu terikat secara emosional karena ada anak-anak, sehingga karena sering demi anak, maka tak pelak hubungan mereka pun ikutan jadi dekat.

Tapi apa iya cuma seks saja?

Aslan pusing memikirkannya

Dia sendiri tidak bisa membohongi jika dia sudah mulai kangen dan rindu dengan Adiba. Ada hal yang berbeda yang di rasakan saat ini jika sedang bersama wanita itu. Jika Nafia yang lebih banyak menuruti atau ikut apa maunya Aslan, namun Adiba sangat berbeda. Dia tahu persis apa yang dia kerjakan dan dia ingin capai.

Apa karena dia berbeda maka aku jadi aneh begini?

Rani pun sama, pintar dan sangat jago dalam merumuskan segala hal

Tapi Adiba memang berbeda. Apa karena memang rasa yang dia miliki ke Adiba yang berbeda? Atau karena ada anak-anak? Atau memang karena dia dari awal dan karena keadaan membuat dia jatuh bersama Rani, padahal hatinya kemudian terpaut ke Adiba?

Kepala Aslan sulit diajak kompromi.

Dia memilih meletakkan itu di sisi pikirannya yang lain. Mobilnya kini sedang menuju ke arah timur laut, tepatnya menuju ke Bandara Sultan Hasanudin, Adiba yang sedang dalam perjalanan sebentar lagi akan tiba, dan dengan penuh rasa gugup, cemas, serta kangen yang mendalam dan bercampur aduk, dia bersiap menunggu di datangnya Adiba.



**************************

Sementara itu, tepatnya 38.000 kaki diatas permukaan laut Jawa, atau kurang lebih 300 km mendekati Makasar, sosok wanita yang duduk di kursi bisnis kelas itu tersenyum malu-malu dan bingung diatas pesawat Batik Air.

Gila gue, sejak kapan gue mau nyamperin cowok yah?

Adik ipar gue pula

Bayangan lucu dan aneh berseliweran di kepala Adiba, meski rasa rindu dan rasa yang menyenangkan hatinya jauh lebih dominan. Gugup dan gemetaran itu yang dia rasakan saat ini, karena sesuatu yang tidak pernah ada dalam pikiran dia kemudian harus dia jalani, yaitu terbang menuju Makasar dan menyambangi Aslan.

Apa sih yang menarik dari diri lu?

Dia melihat foto-foto mereka di ponselnya dia saat mereka ke Lembang kemarin. Ada juga foto-foto mereka saat di acara nikahan Endah, memang terlihat berbeda gaya mereka saat itu, dan Aslan diakui oleh Adiba selalu punya pesona tersendiri

Jantan, penuh tanggung jawab, dan sayang keluarga. Semua hal yang dicari wanita dalam diri pria kayaknya ada di Aslan deh. Meski masih muda dan usianya jauh dibawah Adiba, tapi dia bisa menyesuaikan dengan dirinya yang jauh lebih tua.

Gile, gue kok mau ama brondong sih….. senyumnya geli

Nyebelin ih…..

Habis brondongnya ganteng dan perkasa sih….

Adiba langsung hangat badannya membayangkan bagaimana dengan ganasnya Aslan menggoyangnya berkali kali. Gila kuat banget tuh anak. Bikin gue klimaks berkali kali, dan lidahnya luar biasa liarnya, ditambah badannya yang atletis, siapa yang ngga suka bercinta dengan kamu, Aslan?

Dia ingat percakapannya dengan abah dan umi tadi pagi saat dia bilang mau ke Makasar

“mau kunjungan ke konsumen aja… kan kalo Surabaya sudah, kali ini ke Makasar lah….” alasannya dia tadi

“oh gitu…..”jawab Umi sambil senyum

“anak-anak?”

“ngga diajak lah… khan urusan kerjaan…..”

“oh……”

Dia agak risih melihat umi senyum senyum

“kok Umi senyum-senyum sih?”

“loh? Orang senyum kok ditanya?? harus marah apa umi kamu mau kesana?”

“iya,… tapi ngga usah gitu dong senyumnya…..” sungut Adiba sambil agak malu

“iya…. yah sudah hati-hati…”

Lalu

“anak-anak sudah tahu?”tanya Abah

“ngga Bah, aku bilang keluar kota aja, ke Surabaya…..”

“hmmmm…. awas aja kalo sampe tahu mereka….”

“justru itu… kalo bilang ke Makasar pasti…..” dia tidak melanjutkan kata-katanya

“kan ngga apa-apa, ada ayahnya disana….”sahut Umi

“ ngga enaklah, nanti keganggu Aslannya….”

“hmmmmm…. perasaan waktu anak-anak liburan kesana juga Aslan kerja deh…. “

Adiba bingung mau jawab apa

“yah, ngga enak aja Umi… ini khan kebetulan aku ada urusan dan anak-anak lagi sekolah, trus minggu kemarin juga sudah ketemu mereka…..”

Umi hanya tersenyum kecil mendengar alasan dan kilah Adiba

“kok Umi senyam senyum ngga jelas gitu…”

“lho, apanya yang ngga jelas….”

“itu…..”

Adiba merah mukanya

“ iya deh…. salam buat Aslan….”

“ngga tau ketemu apa ngga juga, Mi….” jawab Adiba sekenanya

“masa sih?”

“ya kan aku ketemu costumer nanti…..”

Umi tersenyum bersama abah yang sedang sibuk matanya menatap ke ponselnya.

“ya sudah…. salam buat Aslan kalo ketemu…”

“iya…..”

Adiba langsung berlalu sambil tersenyum dan dia sempat dengar umi dan abah tertawa kecil. Mungkin menertawakan dirinya yang malu dan merah padam wajahnya, karena tidak bisa berbohong dengan baik didepan orangtuanya.

Dia hanya tersenyum malu, wajahnya hangat seketika. Tadi sebelum masuk pesawat juga saat menelepon anaknya, mereka nanya dan curiga ibunya akan ke Makasar bukan ke Surabaya.

Aslan, sekarang bukan hanya anak-anakku saja yang rindu, aku-pun mulai rindu sama kamu. Bisik hatinya.

Jika tidak rindu, ngapain juga dibelain datang kesini khan?

Ah sudahlah, biarkan mengalir itu seperti air yang mencari tempat yang lebih rendah untuk dijangkau

Dia hanya ingin datang dan bertemu dengan Aslan, dan memanfaatkan dua hari ini sebaik mungkin, sambil bertemu kliennya mungkin besok. Dan selebihnya, dia ingin berada dalam pelukan hangat Aslan, dan bercinta dengan liarnya. Dia malas memikirkan mau dibawa kemana hubungan dia dengan Aslan. Dia juga emoh memikirkan sosok Rani yang selalu ada dan sering membuatnya kesal dengan postingan di IG nya yang tidak diprivate itu.

Dan pengumuman dari pilot bahwa semua bersiap bahwa pesawat akan segera landing, membuat dia segera membereskan dirinya. Kacamatanya dikenakan, karena memang matanya sudah minus parah, lalu merapihkan rambutnya. Dia sempat memulas bibir dengan lipsticknya, bagaikan abg yang akan bertemu kekasihnya.

Parah nih gue….. bisik hati Adiba

Perjalanan hanya 2 hari dia jadwalkan, dan rencananya besok malam atau rabu subuh dia harus sudah balik Jakarta lagi. Makanya hanya sekoper saja baju yang dia bawah, nanti kalau memang perlu dia beli saja di Makasar baju lagi. Meski dia yakin cukup persediaan bajunya untuk sekedar 2 hari di Makasar.

Dia sempat tertawa dalam hatinya, karena hari minggu saat ke mall di Sumarecon Bekasi, dia sempat mencari beberapa lingerie dan pakaian dalam unik, yang dia sempat searching di internet. Adiba merasa geli sendiri, meski dia sangat senang, karena ingin memberi kejutan untuk spesial bagi Aslan.

Gila, gue kok jadi liar begini yah…… pikir Adiba seketika

Bodoh ah, toh Aslan pasti suka dengan kejutannya nanti.

Dia sangat suka dengan cara Aslan yang selalu support dan dukung dia selama ini. Kalaupun dia ingin koreksi cara Adiba berpikir, pasti gaya bicaranya dia akan selalu tone-nya rendah. Dia selalu lebih kuat di kerjaan dan praktek dibanding bernarasi, mungkin karena kondisi dia harus jadi kepala keluarga di usia yang sangat muda, lalu mulai jadi leader di timnya juga diusia yang belia, sehingga dia memang terlihat matang di usianya yang baru 27 tahun.

Beda Hardian atau pria lain yang mendekatinya. Hardian cenderung langsung to the point dalam mengunci setiap pembicaraan atau apa saja, sedangkan Aslan selalu mengikuti alur yang ada, dan dia akan menyampaikan apa yang di pikirkan dengan caranya sendiri, tanpa harus membantah argumennya Adiba

Adiab tersenyum sendiri

Udah landing?

Wa masuk ke ponselnya begitu dia hidupkan

Baru mau keluar pesawat

Ada bagasi, Ka?

Ngga, cuma sekoper aja masuk cabin

OK, aku di depan pintu keluar


Adiba mengucapkan terima aksih ke pramugari dan pilotnya, sebelum dia turun. Dan segera dia jalan ke arah pintu keluar, tadi sebelum pesawat mau landing dia sudah buang air, sehingga dia bisa langsung keluar tanpa harus ke kamar kecil seperti kebiasaaan banyak penumpang pesawat lain.

Dan dilihatnya wajah tampan yang dirindukannya beberapa hari ini sudah menunggu disana.

Tanpa banyak berpikir lagi, dia segera menghampiri sosok itu, dan tanpa ada rasa gengsi dan malu, Aslan langsung menenggelamkan Adiba kedalam pelukannya, dan menggoyang goyangkan badannya, sambil memeluk erat tubuh wanita itu.

“kangen….”

“iya?”

“hmmm….” anggukan kepalanya mengiyakan

“kirain aku aja yang kangen….”

“aku juga kangen lah sama kaka…”

Pelukannya erat ke badan Aslan

“makasih…”

“aku yang makasih kakak sudah mau datang….”

Lalu

“yuk….”

“ayo….”

“kaka lapar ngga….”

Adiba menggelengkan kepalanya

“masih kenyang….”

“kirain lapar, kalau lapar kita makan dulu…..”

Adiba tersenyum, tangannya digandeng Aslan dan berjalan berdua menuju parkiran

“memang mau makan dimana?”

“terserah… kaka mau makan apa….”

Adiba diam sesaat

“nanti aja lah……”

“ok Ka…..”

Aslan lalu membayar parkiran saat tiba di loket keluar parkiran, lalu menginjak gas jeep compass nya melaju keluar dan menuju ke Makasar

“pulang aja dulu yah….”

Adiba mengangguk

“nanti kita pesan gofood aja…..”

“oke…..”

“atau kaka mau keluar nanti malam?”

Adiba diam sesaat sambil merebahkan kepalanya di bahu Aslan

“mau dikeluarin aja….”bisiknya lembut

Aslan tertawa kencang

“siap…..”

Adiba mencubit lengan Aslan

“anak-anak ngga nanya kan?”

“nanya, tapi aku bilang aku ke Surabaya…..” sambil agak malu dia menjawab

“oke….”

Adiba tersenyum. Membelah jalan di Makasar saat malam mulai menyapa, rasanya ada damai dihatinya, bisa menikmati perjalanan berdua dengan Aslan. Sesuatu yang baru kali ini lagi dia rasakan, setelah rasa itu sempat hilang dengan pengkhianatan seorang Anand dibelakang dia sebelumnya

“Rani kemana?”tanya Adiba tiba-tiba

“hmmmm….. lagi travelling…”

“iyakah? Pantas langsung diiyain pas aku mau kesini…” sindir halus Adiba yang disambut dengan tertawa oleh Aslan

“ada dia juga kalau kaka datang ngga apa-apa….” jawab Aslan pelan

“ih, suka bikin orang perang yah…..”

Aslan tersenyum

“kayak berani aja…..”

Aslan tertawa kembali

Dia lalu mengambil tangan Adiba, menggenggamnya dengan tangannya.

Adiba tersenyum namun entah kenapa dia bahagia dengan cara Aslan memperlakukannya. Perlahan lalu dia merebahkan kepalanya ke bahu Aslan, sambil kedua tangannya memegang tangan kiri Aslan, yang matanya berkonsentrasi kedepan menyetir, sambil sesekali dia memalingkan kepalanya ke kiri, dan mencium rambut Adiba.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd