Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Adiba semakin di depan.. Rani ditunggu manuvernya supaya lebih greget nih.. Aslan the Lion makin dilema aja..
 
Yg tetanggaan sm faldo...
Yg tetanggaan faldo bukan jendes jg hu, tp binor, yg suka nyelinap ke rumah faldo.. tp di kepoin ama tetangga2 yg lain. Nah tetangga2 yg lain itu yg jadi mata2 maya.. jadi ketahuan bandel2 nya si faldo.. luar biasa memang suhu @Elkintong bikin plot nya.. sungkem suhu
 
PART XXIII



Saat Jiwa dan Raga berbeda arah



Lexus RX300 memasuki halaman kantor PT Synergi Alhamyra, dan setelah diparkir sosok berkaca mata minus turun dari kursi pengemudi, lalu masuk ke lobby kantor, dan menyapa resepsionisnya. biasanya dia mengendarai Mercy nya, namun kali ini mengganti dengan mobil lain.

“ibu Diba ada?”

“ada Pak…”

“oke, bilang gue disini yah….”

“baik Pak…”

Lalu sang resepsionis memencet tombol pesawat telepon di mejanya

“selamat sore Bu… ada Pak Hardian nunggu ibu disini….”

Diam sejenak

“baik Bu….”

Lalu

“silahkan duduk dulu Pak, nanti Bu Diba keluar….”

“oke…”

Tidak lama kemudian

“hai….”

“hai….” sosok itu berdiri dan mencium pipi Adiba kiri dan kanan

“aku telp dan wa ngga diangkat…”

“tadi ada zoom meeting sama Castrol….”

“oh, pantas….”

Senyuman agak kaku disana

“ pulang bareng?”

“aku sama sopir sih….”

Hardian tersenyum

“selama ini juga sama sopir kan……”

Adiba terdiam sesaat

“ dinner yuk…..”

“eh……..”bingun Adiba

“tadinya mo telpon mo ngajak nonton Antman….”

Adiba tersenyum tipis

“ngga bilang sih….”

“tadi mo bilang, tapi ngga diangkat wa aku….”

Adiba menganggukan kepalanya

“yah sudah, dinner aja yuk….”

“hmmmm…. ngopi di tempat biasa aja yah…. soalnya aku janji pulang kantor mau periksa PR anak-anak….”

Hardian agak terpukau mendengarnya

“wow…. good answer….”

Adiba hanya diam dan tersenyum, lalu

“my teacher session today….”

Hardian tersenyum agak kecewa

“okelah… come…”

“aku ambil tas dulu….”

“oke……”



******************************



Tarikan selimut dari Rani untuk menutupi tubuh telanjang mereka diatas ranjang di rumahnya dia.

“enak sayang?”

“iya….”

“datar gitu mukanya….”

“masa sih??”

Rani menoel dagu Aslan

Dia lalu masuk kedalam selimut dan mendekam di pelukan Aslan. Rasa hangat dan nikmat dirasakannya setelah bercinta sore ini bersama Aslan. Dia bagaikan kejar setoran bersama Aslan setelah kekasihnya itu menghilang ke Jakarta beberapa hari kemarin dna baru balik hari senin pagi.

“bobo disini yah?”

“bobo disini?”

“iya….”

Rani menggesekan buah dadanya yang lembut itu ke dada Aslan

“pengen bobo bareng sayang….”

“ini udah….”

“ih, kurang…”

Aslan tersenyum

“next time yah….”

Rani manyun

“selalu gitu deh….”

Aslan pun membelai pundak telanjang wanita itu. Dia merasa sangat dilematis posisinya saat ini. Semenjak pulang dari Jakarta, hari seninnya dia sempat menghindar, namun besoknya dia sulit untuk menghindar dan akhirnya hingga berhari hari dia pulang bersama Rani dan kejadian seperti ini seperti jadi rutinitas bagi mereka berdua untuk bercinta.

Baru kali ini Aslan bagaikan terjebak dalam situasi seperti ini. Dia bagaikan hilang pegangan entah mau kemana hatinya berlabuh.

Dia bagaikan kapal hilang arah ditengah lautan

Baru dia makin disadarkan bahwa hilangnya Nafia memang membuat dia jadi “liar” seperti ini.

“ visa aku sudah diapprove sejak sebulan lalu….”

“oh yah….”

“ minggu ini mungkin aku terbang….”

Aslan menganggukkan kepalanya

“ sayang ikut ngga mau sih….”

Aslan tersenyum kembali

“atau balik dari China kita ketemu di Singapore…. jalan kek biar cuma beberapa hari….”

“ nanti kabarin aja….”

“hmmmm… bahasa kabarin aja ini yang sulit….”

Aslan tersenyum sambil memeluk wanita ini

“kalo ngga bisa, ngga apa-apa….” dia mengelus dagu sang pangeran

“jangan nakal kalo aku tinggal yah…..”

Aslan tercekat

“nakal?”

Rani tersenyum dan mencium pipi kekasihnya

Dia selalu yakin dan percaya akan kesetiaan Aslan. Ini yang buat dia mati-matian mengejar pria tampan ini. Matanya selalu fokus kedepan, tidak pernah ada di kamusnya dia merayu wanita lain. Hidupnya juga selalu sehat. Jika diluar kantor, maka dia pasti dirumah, atau di tempat gym.

Merokok tidak pernah

Alkohol apalagi

Ibadahnya juga bagus

Pria idaman banget pokoknya si tampan ini.

“kenapa senyum -senyum?” tanya Aslan

“senyum emang ngga boleh?”

“boleh…. tapi aneh aja…”

“ih, ngga lah….”

Dia lalu bangun, dan mulai menaiki tubuh Aslan lagi. Dengan lembut dia mencium bibir Aslan

“ sayang….. nanti aku balik dari China… boleh aku kenalan sama Mama di Bekasi?”

Pertanyaan Rani langsung bagaikan membuat Aslan kena pukulan hook di dadanya

“eh…..”

“ sama Mama saja dulu…. sama ponakan kamu nanti saja….”

Rani segera menetralisir bahasanya

Aslan masih bingung mau jawab apa

“kenapa? Ngga boleh…?”

“bukan…. yah boleh aja…” gelagapan Aslan menjawabnya

“ khan aku mau ketemu mama saja…. mantan mertua kan bukan kewajiban aku untuk ketemu….” ujarnya pelan, namun sedikit menyodok hati Aslan

Aslan bingung menjawabnya

“boleh kan?”

“iya boleh…..”

“sekalian mau kenal dan jalan ama Dek Linda…..”

Bingung dan galau hati Aslan.

Sementara itu kepala Rani kini turun ke perutnya, dan kemudian turun lagi dan mulutnya mulai melahap batang kemaluan Aslan yang lemas, dan kini semakin menegang dan mengeras, akibat permainan bibir dan lidah Rani di seputaran area itu

“sekali lagi yah sayang….. sebelum pulang……”



*************************************



“ gimana kemarin liburannya?”

Adiba hanya menjawab datar

“seru….”

“yang mana nih yang seru?” tanya Hardian sambil mentap kartunya di pintu keluar tol

“ yang mana maksudnya?” Adiba agak heran, meski dia tahu kemana arah pembicaraan Hardian

Hardian tersenyum agak sedikit sinis

“kamu kan dua kali kemarin, ke puncak dan ke Lembang…..”

“oh….”

Hardian menatap kesampingnya

“biasa aja dua-duanya….”

“really…??”

“yup…”

Adiba dengan santai lalu melanjutkan

“anak-anak yang terpenting, mereka mau liburan dengan ayahnya, aku pergi antar…..” jelasnya dengan nada datar

Hardian lalu terdiam

Kemacetan diluar pintu tol Bekasi Barat segera menyapa mereka, dan kemudian mobil bergerak perlahan

“ aku merasa kamu kurang adil saja sih…..”

“kurang adil?” agak syok hati Adiba mendengarnya “dimananya?”

Hardian menghela nafasnya

“ya, dalam berbagai hal….”

Adiba tersenyum geli

“how come?”

Hardian kini agak serius bicaranya

“ kamu bisa pergi liburan dengan anak-anak, bahkan dengan Aslan sampai nginap di Lembang sana…..” intonasi emosinya agak terlihat di suaranya

“kok kamu gitu bicaranya?”

“emang gitu khan?”

Adiba menatapnya dengan tajam

“jadi kamu pikir aku dengan Aslan itu……”

“come on Diba…. we are all men… kita tahu apa isi kepala kita semua….”

Adiba geleng kepala mendengar apa yang dituduhkan oleh Hardian

“ckckckck, gila kamu kali….”

Hardian tersenyum sinis

“then tell me…. kategori ayah yang mana dia untuk kalian… terutama buat kamu…..”

Emosi sudah membuat tata bahasa Hardian jadi seperti abg yang cemburu dengan gadis yang dia sukai

“ jezzz, Hardi…. kamu tahu ngga kalo Aslan itu pulang ke Bekasi dia nginap dimana??”

Diam Hardian

“di kamar dirumah disamping kamar aku…..”

Masih manyun dan diam

“trus kamu berpikir aku liburan dengan anak-anak bersama dia itu dengan isi kepala kamu sebagai laki-laki??”

Adiba agak kesal

“ ngapain kalo mau begitu sampai harus ke Lembang???”

Diam kini mereka berdua. Hanya bunyi suara signal lampu sign untuk berbelok terdengar

“lalu kamu sendiri? Kamu janji tapi kamu sendiri yang ingkari juga kan?”

“janji yang mana??”

“janji yang mana……” Adiba menggelengkan kepalanya

“kamu bilang ada acara di Vong Kitchen, namun kamu malah pergi sendiri…..” tandas Adiba

Hardian kembali terdiam

“bukan masalah kamu pergi sama siapa…. cuma kan kamu janji ama aku, aku sudah siap-siap, malah tahunya kamu di sana lewat status kamu di wa……”

Mobil kini masuk ke kawasan menuju kompleks Adiba

“kalo tahu gitu ngga usah ajak aku… jadi ngga perlu aku sampai harus siapin busana terbaik……”

Hardian hanya bisa terpekur sambil menatap ke jalan.

Adiba pun demikian

“ aku minta maaf…..” pelan suara Hardian “ tapi bukan lalu kamu balas dengan pergi bersama ke Lembang dong….”

“itu acara yang sudah lama direncanakan sama anak-anak… ngga mungkin aku biarin anak-anak kesana nyusul dia sendirian…..”

Bergolak dada Adiba seketika

“it’s oke…. buat aku sih ngga apa-apa….” tutur Adiba lagi

“tapi please jangan kamu bawa-bawa Aslan dalam setiap kekesalan hati kamu ke aku…..” dingin tatapan Adiba ke arah Hardian

“he is sacrifice a lot of things…… buat kamu tahu….”

“dia ambil alih peran si mantan untuk sayangi anak-anak aku…. satu hal yang aku sendiri pun tidak mampu lakukan itu… tanpa pamrih…. bahkan sampai harus mengorbankan dirinya untuk move on lagi dengan wanita lain, hanya menjaga perasaan kita keluarga….”

Emosi Adiba kini meluap

“picik sekali kamu menilainya seperti itu, Hardi…..”

Mobil mulai melambat karena sudah masuk kompleksnya Adiba. Dua pikiran itu saling beradu dengan isi kepala mereka masing-masing, tanpa saling mengetahui apa yang diinginkan oleh diri mereka saat ini, karena emosi dan kekesalan jauh mendominasi, meski kini ada sesal diujung tengkar kecil ini.

“ aku minta maaf….. jujur aku suka cemburu dengan Aslan…..”akhirnya pengakuan keluar dari mulut Hardian.

Diam Adiba sambil melipat lengannya didadanya

“ karena kamu pergi dengan dia gampang-gampang saja…..”

Adiba kembali melirik Hardian dengan tajam

“ aku kenal dia dari jaman dia lahir, sampai sekarang aku tahu dia…. sedangkan dengan kamu aku kenal baru hitungan bulan…. dia adik iparku sendiri….. cinta dia ke Nafia itu sulit digantikan oleh siapa pun…. “

Meledak Adiba jadinya

“jangan kamu simplify semua kompleksitas situasi kita di rumah dengan pikiran kamu yang hanya ada ego isinya…..”

Adiba menggelengkan kepalanya melihat betapa dangkalnya pola pikir pria dengan kaliber Hardian

“ makasih udah antar aku……”ucap Adiba ketika mobil berhenti di depan pagar rumahnya.

“sekali lagi aku minta maaf…”sesal diri Hardian

“it’s oke….”

Hardian terdiam kini

“selamat malam….”

Adiba lalu membuka sabuk pengamannya, lalu membuka pintu, menggamit tasnya dan segera masuk kedalam rumah setelah menutup pintu mobil yang berdentam merdu saat tertutup.



****************************



Assalamualakum Ka, sudah pulang?

Wa alaikumsalam, tumben baru nanya jam segini?

Malam Ka, tahunya kan Kaka sibuk

Basi alasannya, pasti abis buat dosa baru wa gue

Kaka suka ngaco


Whatsappan konyol yang kemudian diakhiri dengan sebuah pesan singkat

VC boleh kan?

Hmmmmm setelah lihat dan rasakan semua, masih nanya boleh apa ngga VC??

Wkwkwkkwkwkkwkkw


Wajah tampan melelang senyuman muncul disana

“halo Ka….”

“apa……”

“dih gitu….”

“iyalah… jam segini baru mau ngabsen…”

“tadi khan wa pagi…”

“iya pagi? Siang. Sore, malam? Kemana kamu?”

“yah dikantor…. baru juga pulang…”

‘ya ya ya…. bohongmu saja kupercaya…..”

“Apalagi apa??” sambung Aslan sambil tertawa

“apalagi apa? Isi aja sendiri….”

Suara tawa Aslan berderai

“sudah mandi?”

“sudah Ka…..”

“sholat?”

“sudah dong…. makanya wa kaka nanya….”

Adiba tersenyum

“kamu kangen yah?”

Aslan tertawa ngakak

“bilang aja…. ngga apa-apa kok….”

Aslan masih tertawa

“dasar ipar cabul…..” sungut Adiba sambil senyum

“soalnya kaka iparnya sulit dihindari pesonanya…..”

“Apa?” adiba sedikit kaget, baru kali ini ada nada rayuan dari bahasa Aslan yang dia dengar langsung ke dirinya.

“ngga Ka…..” tawa Aslan

“mulai pintar yah merayu…..”

Adiba bingung dengan dirinya. Bercakap bersama Aslan sungguh indah dan rasanya lain kali ini, dan serasa beban kerjaan dan semuanya hilang seketika saat senyuman itu terukir di layarnya.

“pada nanya…..”

“trus Kaka jawab apa….”

“aku jawabnya…. I’m still your sister…” senyum Adiba dikulum

Aslan tertawa kembali diujung sana

“ no comment dah….”

“mending jangan komen deh…. salah jawab nanti kita ngga sinkron, bahaya……”

Adiba melemparkan tubuhnya di kasur

“udah diganti seprainya?”

“udahlah….”

Aslan tertawa

“nembak kemana mana….. sampe seprainya juga kena…. untung Umi ngga inspeksi…” gerutu Adiba

“lagian…. harusnya diperut malah nyasar kemana mana…..”

Adiba tertawa

“ udah ah…. ngaco lama-lama ngomong sama kamu…” tepis Adiba dengan nada manja

Lalu

“masih sakit perut?”

“udah sih…. paling sabtu atau minggu selesai….”

“oke…..”

“gara-gara disodok langsung datang dah dia…..”

Memang selasa kemarin tamu bulanan Adiba pun datang setelah digempur Aslan

“senin sudah bisalah yah…” goda Aslan

“bisa apa?”

Aslan tertawa

“bisa didarati…..”

“ngaco ah…..”

Suara derai tertawa terdengar

“udah ah…… ngaco, malas gue….” hindar Adiba

Lalu

“pasti sudah celup-celup juga yah disana….”

“tuh, pikiran kakak tuh yang ngaco…”

“lho, kan kekasihnya pulang, wajar lah dia minta jatah…..”

Aslan mungkin tidak tahu bahwa ada rasa yang aneh saat Adiba mengucapkan itu. Ada rasa kesal dan mungkin sedikit emosi terbungkus dengan ketenangan ala Adiba yang terlontar barusan

“ ngga lah Ka….”

“trus ngga jalan?”

“ya jalan….”

“trus pulangnya?”

“ya aku antarin…..”

“ngga mampir dulu…..” agak naik kening Adiba

“masyaallah…. biasalah itu ngantar…. bedanya kita pake innova, kalo yang lain pake GLC….”

“eh, jangan suka pindah topik yah….”

Aslan tertawa. Mungkin Adiba juga tidak tahu bahwa ada rasa kesal disana membayangkan dirinya diantar pria lain, cuma dibalut dengan kekaleman seorang Aslan

Tawa riang yang tidak didapatin dengan sosok lain, namun dia dapati di diri Aslan, membuat Adiba merasa sangat berbeda saat bicara dengan Aslan. Dia entah kenapa bahagia banget bisa vidio call dengan Aslan, setelah beberapa hari mereka hanya berwhatsapp biasa tanpa ada contact lewat vidio call seperti ini.

Tanpa mereka sadari bahwa ada dua orang yang bingung dilantai bawah….

“kenapa Bah….” tanya Anissah ke suaminya

“ini mau telepon Aslan, kasih tahu kalo Pak Haji Basso mau bayar pakai cek, maksud Abah biar Aslan aja ke kantornya dia disana…..” ujar Jafar

“wa aja lah, lagi sibuk mungkin…..”

“sudah, belum dibacanya… sibuk nomornya….” Jafar menunjukan layarnya yang tertulis bahwa Aslan sedang berada di panggilan lain.

“udah dari tadi, ada mungkin 20 menit…..”

Annisah segera putar otak, dia lalu mengambil ponselnya, membuka aplikasi whatsapp dan memencet sebuah nomor.

“nih…..” dia menujukan layarnya ke suaminya, yang tertulis jika Adiba sedang berada dalam panggilan lain.

Anissah tersenyum ke suaminya, yang tersenyum bingung. Wajahnya sangat lucu jika dilihat ekspresinya mengetahui itu.

“kebetulan kali……”

Anissah mengangkat bahunya

Sementara itu diatas di kamarnya Adiba

“aku mandi dulu yah…..”

“oke…”

“oke??”

Aslan bingung

“jadi nelpon aku ngapain? Nanya aku udah pulang, anak-anak gimana?”

Kacau dah

“sekalian nanya kabar kaka…..”

“kenapa nanya kabar aku?”

“yah ngga kenapa kenapa…”

“oh gitu….. cuma yah…”

Aslan bingung

“bukan gitu Ka…….”

“trus…..??” cecar Adiba terus

Aslan tidak tahu harus bilang apa

“yah…. yah kangen aja pengen tahu kabar kaka….”

Adiba tertawa senang banget. Dia terlihat girang

“akhirnya ada yang ngaku kangen ama gue…..”

Aslan malu banget

Lalu

“emang kaka ngga kangen apa…..” tanya Aslan kali ini

Adiba masih tersenyum, kali ini dia menggoda Aslan

“kasih tahu ngga yah….”

“tuh kan… curang…”

“yey, sendirinya yang kangen kok maksa gue harus bilang begitu juga….”

Aslan tertawa disana…..

“hmmmm….. gimana yah….” Adiba dengan gaya kenes seperti sedang menimbang nimbang

“ kalo senin aku ke Makasar…. gimana kira-kira….”

Aslan kaget, dia bingung sekaligus senang mendengar berita dan rencana itu

“serius Ka??”

“ih, boleh ngga? Kalo ngga boleh yah ngga apa…. ngga jadi aja..”

Adiba pura pura ngambek

“jangan dong Ka…. kesini aja…. aku jemput…”

Adiba tersenyum

“benar yah… awas gue dibiarin disana…”

“ngga dong….” Aslan tidak mampu menyembunyikan raut gembiranya

“senin yah… gue ambil penerbangan sore….”

“minggu aja sih Ka….”

“minggu nanti Arvind tahu dia minta ikut….”

“oh iya yah….”

“pengen berduaan aja sih….” akhirnya mengaku juga kata hati Adiba

“asyik……. “

Adiba tersenyum

“ya sudah… aku mandi dulu yah….”

“ikut….”

“kan udah mandi….”

Aslan tersenyum nakal

“jangan dimatiin vc nya….”

Adiba kesel jadinya

“eh, lu pikir gue cabe-cabean di michat apa….”

Aslan kaget

“ngga gitu….”

“udah ah… nanti aja di Makasar kalo mau lihat lagi aslinya…..” agak merenggut wajah Adiba “udah dilihat dan tahu juga….”

“iya siap…..”

Senyum Aslan tersungging di bibirnya

“ya sudah….. bye….”

“bye Ka…….”

Ciuman gestur terpancar sebelum vidio call itu ditutup.

Beberapa saat kemudian

“nah, ini dia telepon balik....” akhirnya muncul nama Aslan di layar Jafar

“Halo Bang……” ucapnya kemudian

Dan tidak lama juga muncul notifikasi pop up di layar ponsel Anissah yang timbul, sebuah whatsapp dari Adiba

Kenapa Mi? Aku udah dikamar juga ngapain nelp?

Anissah tertawa kecil, dan Jafar yang sedang menelepon Aslan langsung terbengong membaca whatsapp Adiba yang ditunjukan istrinya barusan. Segera dia tahu kenapa kedua nomor Aslan dan Adiba tidak bisa dihubungi, karena kemudian secara bersamaan mereka mengontak balik.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd