Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

pelajaran apa yang kita terima dari semua ini? jawabannya adalah melakukan sesuatu harus tahu sampai dimana kemampuan kita, melakukan sesuatu tanpa tahu kemampuan kita adalah hal yang " paling bodoh".
apa yang kita harapkan dari suhu besar Elkintong untuk mau berbesar hati memberi maaf pada warga semprot yang " kurang ajar" .

salam sukses untuk suhu Elkintong

:bye: :bye::bye:
 
Siap" Sodarah semua yang udah kangen sama Ka Diba dan Aslan, sebentar lg meluncur
 
Ya yg namanya ekspektasi tiap orang ya pasti banyak yg beda, banyak maunya tp kadang jd bikin suhunya ngerasa g dihargai.
Ayo lah liat dr sisi lain. Suhu @Elkintong udah mau share karya disini gratis itu udah mahal menurut ane. Daaan, salaah satu poin yg luar biasa dr suhu @Elkintong ini produktivitasnya luar biasa, macem lg kejar setoran, really apreciated.
 
semangattt terus suhu @Elkintong ...tulisanmu adalah salah satu tulisan yg paling ditunggu oleh ribuan pembaca di forum ini..terlepas dari kekurangan yg sangat manusiawi banget,tapi gaya menulismu itu keren,semua tulisanmu seperti sdh melalui riset dan pengalaman yg mendalam.
 
Thrillerx wes dibuka

Yok siapkan keripiknya buat teman membaca

malming dihajar suhu elkintong

Para fans berdebar debar akan judul tema berikutnya

Setelah love and lust

Akankah true and dare

Wkwkwkw
 
PART XXII



Would you stay, or leave?



Adiba bagaikan diaduk aduk hatinya, saat melihat Aslan dan anak-anaknya sedang berbelanja pakaian. Mereka sibuk memilih mana model yang cocok, baik, Ravi maupun Arvind. Dari warna, sampai model hingga padanan atas dan bawahnya, semua dilakukan bersama ayahnya dengan riang dan penuh tawa. Situasi yang tidak pernah mereka rasakan dengan ayah mereka sendiri, Anand.

Shit, dia saja menanyakan kondisi anaknya tidak pernah.

Tadi pun saat ditempat main, dengan hebohnya Aslan ikut bersama bermain dengan anak-anaknya. Dia menempatkan dirinya sebagai sahabat, teman dan juga sebagai orangtua yang membimbing anak-anak, sampai-sampai dia rela ikut menemani bermain bersama, padahal bukan anak kandungnya.

Di vila pun sesaat sebelum mereka check out, Aslan sampai belakangan baru siap, karena dia harus menyiapkan anak-anaknya, mulai memilih baju, mengatur gaya rambutnya, sampai mengikat tali sepatu Arvind yang model ikatan tali pun harus sama dengan model ikatan sepatu ayahnya.

Gimana kita semua ngga ketergantungan dengan dirimu, Aslan?

Dia ingat tadi malam hingga tadi subuh, bagaimana ganasnya mereka bercinta.

The best sex ever..!!

Bahkan dengan Anand pun dia belum pernah sampai seheboh ini dalam bercinta. Entah karena dia sudah lama tidak bercinta, lalu tadi malam bertemu dengan sosok seperkasa Aslan, maka semuanya bagaikan runtuh seketika, baik itu kesombongannya, rasa suka memilih, hingga sebuah keangkuhan sebagai wanita, tumbang semuanya.

Badan dan batang yang begitu perkasa mengobrak abrik pertahanannya tadi malam. Dia bahkan sampai lupa menghitung berapa kali dia sudah mencapai puncak percintaan yang sudah lama tidak dia rasakan, bahkan dengan Anand pun tidak seganas tadi malam, namun yang dia dapati bercinta bersama Aslan memang sangatlah spesial.

Then, mau dibawa kemana arahnya ini??

Sorry sister….. tanpa terasa air matanya sedikit menggenang. Dia terharu melihat anak-anaknya yang begitu happy dengan Aslan, namun dia juga sedih karena sudah masuk ke ranah yang harusnya bukan dia yang ada disitu, namun itu milik Nafia adiknya.

Dia ingat, dia salah satu yang menentang keras, bahkan bukan cuma sama Aslan dia berani, ke Ulfa pun dia berani lawan. Dia berbeda dengan Nafia yang lemah lembut, dia adalah Adiba yang keras dan berani menghadapi siapa saja, apalagi saat itu permusuhan mereka memang sedang memuncak.

Namun semenjak Aslan diterima, maka semua pun berdamai bersama termasuk dirinya dengan semua keluarga besar Ulfa, dan hubungan mereka jauh lebih baik bahkan lebih lengket saat ini dibanding sebelum sebelumnya.

Tapi semua berantakan karena tadi malam sudah dinodai oleh mereka.

Adiba bingung dengan apa yang dia rasakan sekarang. Entah apa yang membuat dia hanyut dengan irama permainan tadi malam. Apa karena sepi? Apa karena dia sudah lama tidak merasakan sebuah hubungan intim dengan pria lain?? kenapa dengan Hardian malah dia tidak merasakan sensasi seperti ini? Malah dengan Aslan cukup dengan sekali pelukan langsung berakhir cepat hingga dia merelakan semuanya?

Sepintas matanya menangkap Ravi sedang mencoba sebuah sweater berwarna biru, dia sedang menghadap ke arah kaca, lalu mengangguk ke arah Aslan, sepertinya dia setuju dengan pilihan ayahnya itu

“Mami…..”

“Mami……”

Lamunan Adiba buyar, dia dengan cepat menghapus aliran airmata yang menetes di sudut pipinya

“ mami kenapa?” tanya Ravi

“ngga bang…. kayaknya kelilipan….”

“oh….”

“udah?”

“udah, ade juga mau celana ama kaosnya…”

“oke….”

Tidak lama kemudian Arvind berlari kearahnya, dan ayahnya di-belakang sambil menenteng tas plastik berisi belanjaan mereka.

“Mami…..”

“iya De…”

“ade beli kaos sama celana…”

“oke….”

“bagus ngga?”

“bagus lah….”

Aslan tersenyum di belakangnya

“ayah, abang mau beli jus yah….”

“ade juga….”

Adiba menggelengkan kepalanya

“dimana?”

“itu didepan…”

“abang bisa sendiri?”

“bisa….”

Adiba lalu menyodorkan uang 100 ribuan

“mami bayar dulu, nanti tunggu disitu yah….”

“oke….”

Mereka segera berlari kedepan factory outlet yang ada kedai jus

“ngga beli?”

“ngga….. susah bawanya nanti….”

Adiba tersenyum

Tiba-tiba Aslan menarik tangannya

“apa…”

“sini bentar…..”

Mereka ke tempat busana wanita

“nih…..” Aslan menyodorkan sebuah cardigan batik, lengkap dengan celananya

“ buat aku?”

“iya dong….”

“ih…..”

“bagus kok….”

Warna batik set dengan multi color itu memang bagus terlihat

“cobain dulu….”

Agak bimbang, tapi akhirnya Adiba masuk juga ke kamar pas. Dia memberikan semua tentengannya ke Aslan.

Beberapa saat kemudian

“cantik Ka…..” takjub mata Aslan melihat Adiba yang sengaja keluar dari kamar pas agar Aslan bisa lihat

Mendengar pujian dari Aslan hati Adiba langsung sumringah, dia memang mengakui baju ini pas untuk dia, dan warnanya juga dia suka. Namun yang buat dia merasa aneh, dan sedikit berbunga bunga ialah pujian dan juga ini pilihan dari Aslan untuk dirinya. Rasanya kok aneh dan dia jadi bingung. Lucu, namun dia hanya bisa tersenyum sendiri, setelah sekian tahun sendiri, dan jalan begitu saja dengan Hardian, baru kali ini dia merasakan dibelikan sesuatu oleh pria lain, dan itu Aslan

Mereka lalu antri di depan kasir

“aku sendiri aja ngga apa-apa….” bisik Adiba

“banyak tentengannya, biar aku temenin….” ujar Aslan

Hal-hal kecil seperti ini terlihat simpel, namun Adiba kini tahu kenapa adiknya bisa jatuh hati dengan Aslan, justru hal-hal seperti ini yang sifatnya natural dari dia, tapi itu yang membuat dia terpikat dengan cara Aslan dalam memperlakukan wanita.

“ade pasti nanti cemong lagi bajunya tuh…..” ujarnya sambil matanya melihat ke arah depan, nampak Arvind sedang makan es krim dan memegang sosis di tangan sebelah nya

“ngga apa-apa…” sahut Aslan

“nih yah kalo ama kamu… anak-anak pasti diikutin apa maunya….” protes Adiba

“ ngga lah….”

“iya juga….”

Mereka maju selangkah di antrian

“ nanti drama lagi kalo ayahnya pergi…..”

Aslan tersenyum

“ permintaan maminya juga aku ikutin deh…” canda Aslan

“apaan?”

Aslan tersenyum, membuat Adiba gemes dan mencubitnya

“awas yah…..”

Mereka lalu membayar semuanya dengan menggunakan atm Aslan yang dipegang Adiba.

“habis uang ayahnya…..”

“ngga apa-apa, sesekali…”

“iya…. mumpung ayahnya belum nikah…” canda Adiba sambil membuka pintu FO

“apaan sih Ka…..” wajah lucu Aslan terlihat

Melihat wajahnya dan bajunya Arvind yang ada tumpahan es krim, Adiba langsung mengomelinya

“ayo, ayah mau taruh belanjaan di mobil, sekalian ade ganti baju…..” ajak Aslan

Arvind tertawa

“ mau minum?”tawar Adiba

“boleh…”

“aku tunggu disitu yah….”Ujar Adiba sambil menunjuk ada sebuah kedai minuman

“oke…..”

Aslan berlalu ke parkiran bersama Arvind, Ravi masih asyik duduk sambil main game. Adiba lalu berjalan ke beberapa gerai di area foodcourt di depan FO, untuk memilih minuman.

Aslan kemudian muncul dengan Arvind yang sudah berganti baju

“ade mau itu….” tunjuk Arvind ke kue pia

“oke,…”

“ade, kembung nanti…”ujar ibunya

“tapi ade mau…”

“udah kasih aja….” potong Arvind

Adiba manyun melihatnya, sementara Arvind kegirangan. Setelah dia mendapat kue pia nya, dia lari menuju ke abangnya.

“enak?” tanya Aslan saat Adiba mencoba smoothies

“lumayan….”

“itu? Enak? “ tanya balik Adiba saat melihat avocado coffe float yang dipesan Aslan

“enak… mau coba?”

Adiba tersenyum, lalu dia mencoba menghirup saat disodorin Aslan

“enak….” senyumnya lebar “ngga kemanisan…”

Lalu

“cobain..” dia menyodorkan smoothiesnya untuk dicoba oleh Aslan

“aneh….”

Adiba tersenyum.

Dia lalu mengusap ujung bibir Aslan dengan jarinya karena ada bekas topping float disitu.

“makasih…..” ujar Aslan disambut senyuman Adiba

Aslan lalu merangkul Adiba, dan kemudian mencium kepalanya. Adiba tersenyum malu, dicium Aslan didepan umum, baru kali ini dirasakan, namun tangannya merangkul pinggang Aslan, dan mereka berjalan bersama menuju tempat anak-anak sedang menunggu mereka.

Sepanjang jalan pulang, anak-anak sempat tertidur di jalan, karena mereka memutuskan untuk balik lewat Bandung, jadi perjalanan melewati tol.

“capek ngga? Mau gantian?”

“ngga kok….”

“serius….”

“iya…..”

Adiba tersenyum

“pesawat jam berapa?”

“pagi….”

“oh…. subuh dari rumah?”

“iya….”

Lalu

“udah dibilang ke Rani?”

Aslan menengok ke arah Adiba sambil tersenyum

‘bilanglah… kayaknya nyari terus dari tadi….” cetus Adiba lagi

Memang tadi ponsel Aslan bunyi berkali kali, dan nama Rani muncul disitu.

Tiba-tiba

“aduh, ini si abang kenapa lagi sih….” gerutu Adiba

“kenapa?” Aslan yang sedang menyetir menengok ke sebelah dimana Adiba sedang memperhatikan ponselnya

“nih…. kelakuan nih anak….” Adiba memperlihatkan ponselnya

Suit suit, mantap jiwa

Whatsapp dari Jena sepupunya

Aduh, keluarga bahagia yah……

Hmmmm, yang lagi liburan yah

Eh, udah peluk-peluk yah


Terakhir itu WA dari Farida tantenya

Ternyata foto mereka berempat di Ranch selesai naik kuda diposting di wa storynya Ravi, dan tentu saja semua keluarga besarnya tahu, karena oleh Jena discreenshoot dan di post di grup keluarga besar. Tentu langsung heboh.

“kenapa emang Ka…?”

“ini discreenshoot dan dikirim di grup sama si Jena…..”

Aslan tersenyum

“malu kan, jadi bahan ledekan….”

Aslan melihat sejenak

“ngga apa-apa, kan ngga ada yang salah….”

Adiba mendelik ke arahnya

“kamu tangannya tuh….” tunjuknya ke tangan Aslan yang melingkar di pundaknya

Aslan tertawa

“ih, kaka tuh nyandar ke aku yah….” balasnya

“yah karena kamu ngerangkul gitu makanya aku kan jadi kebelakang….”

Saling menyalahkan mereka

“”males ah….” agak manyun bibir Adiba

“ketawa lagi…” melihat Aslan ketawa makin manyun dia

“gara-gara si abang nih….”

Sementara yang jadi tersangka asyik tidur di kursi belakang bersama adiknya

“udah sih ah…..”

“tapi kan malas ngejelasinnya….”

“udah…..” tangan Aslan membelai rambutnya Adiba

Diam sesaat

“udahlah…. biarin ngga usah dijelasn….”

“kamu enak di Makasar… aku yang disini yang ditanya….”

Aslan tersenyum melihat Adiba yang manyun, yang akhirnya tersenyum.

Dia lalu meraih tangan Adiba, membawa ke dalam genggaman tangannya, dan sambil matanya menatap ke depan memperhatikan jalan, tangan kirinya dengan lembut menggenggam tangan Adiba, sambil wajah mereka tersungging senyum malu-malu.



********************************

Malamnya setelah menidurkan anak-anak….

Aslan sempat pulang ke mamanya sebentar, sebelum pamit mau menidurkan anak-anaknya dulu. Dia sempat bilang sebelum berangkat subuh ke bandara, mau nginap di rumah mamanya malam ini. Ulfa juga sempat masak masakan kesukaan Aslan, yang tentu datang tidak sendiri, ada Arvind yang menemaninya.

Lalu saat di rumah sebelah, mereka sempat bicara sebentar dengan Jafar dan Anissah, dan ada yang lucu sebenarnya, sambil mereka duduk ngobrol dengan abah dan umi, sering mereka saling bertatapan dan saling pandang. Ini agak lucu dan berbeda dibanding sebelumnya sebelumnya.

Dan jam 10 malam, semua sudah masuk tidur, termasuk Arvind dan Ravi

Dan saat dia hendak keluar, dia melihat kamar kerja Adiba masih menyala dibelakang. Aslan lalu melongok ke belakang

“hi…”

Adiba mengangkat wajahnya dari komputer didepannya

“eh….. “ sambil tersenyum

“udah tidur…??.”

“udah….”

Adiba tersenyum malu.

“istirahatlah, subuh kan mo jalan….” ujar Adiba sambil senyum.

Aslan tertawa kecil melihat Adiba. Tanktop dan celana pendeknya yang dipakai oleh Adiba dan tanpa bra, membuat putingnya terlihat mencuat menonjol dibalik tanktopnya.

“kaka ngga istirahat….??’

“iya abis ini….”

Aslan masih berdiri

“kenapa?”

“ngga apa-apa, senang aja lihat kaka….”

Adiba senyum malu-malu…

“ sana bobo…..”

Aslan masih tersenyum

“ayo….”

“kok ayo? Kan beda kamar…”

“iya, beda kamar, tapi nanti bareng, kaka ke kamar kaka, aku ke kamar juga…..”

Adiba tersenyum simpul

“bener yah…….”

Tidak lama kemudian Adiba mematikan komputernya, lalu mematikan lampu ruang kerjanya

“mau tidur aja nungguin….” ujarnya sambil mencubit perut Aslan

Mereka lalu jalan ke arah depan, dan berhenti didepan kamarnya Adiba.

“istirahat yah…..” bisik Adiba lembut

“oke ka…..”

Adiba menatap wajah Aslan

Lalu dengan lembut dia meraih wanita itu ke dalam pelukannya,

Adiba pun pasrah

Malah dia membalas pelukan Aslan dengan mesranya

“makasih yah…..”

“untuk apa?”

“buat semuanya……” suara lembut Adiba kini sambil merebahkan kepalanya ke pundak Aslan

“buat hari dan perhatian ke abang dan ade…..” Aslan tersenyum sambil mengelus punggung Adiba

“buat malam yang indah……” bisiknya sambil senyum malu-malu

“aku juga makasih buat kaka…..”

“ikut-ikutan aja…..” seloroh Adiba

“beneran kok…. indah banget semalam…..”

“serius?” tanya Adiba, tangannya juga membelai punggung Aslan

“banget Ka…..”

Aslan lalu agak merenggangkan pelukannya

“jam berapa jalan?”

“ jam setengah 3 lah….”

“pesawat jam berapa?”adiba mendongakkan sedikit wajahnya

“jam 5….”

“oh…..”

Lalu

“ya sudah… istirahatlah…”

“iya, ini mau istirahat….” senyuman Aslan membalas senyuman Adiba

“ya sudah…. sana bobo….”usir lembut dari Adiba

“ini mau bobo tapi masih dipeluk aja….” bisik Aslan

“ih, siapa juga yang meluk yah…..” ujar Adiba sambil tertawa pelan, cekikikan takut suaranya terdengar oleh penghuni rumah lain.

Aslan senyum sambil menenggelamkan Adiba dalam pelukannya, dan Adiba juga memeluk Aslan erat-erat. Kehangatan badan Aslan membuat Adiba merasa nyaman dan tenang rasanya. Dan menempel di otot dada Aslan, membuat dada Adiba pun agak mengeras.

“ Aslan……”

“ya Ka…..”

“makasih yah……”

Ciuman dikepalanya sebagai jawaban

“kabarin aku dan anak-anak kalo sudah di Makasar….”

“iya Ka…..”

Dengan lembut Aslan meraih kedua pipi Adiba, tatapan mereka slaing ebradu sejenak, sebelum mata indah itu terpejam, dan kemudian bibir Aslan menempel dengan lembutnya ke bibir Adiba, menyentuh dengan penuh perasaan.

Ciuman lembut itu dari sekali kecupan, lalu mulai bertubi tubi kecupannya, dan kemudian saling bertukar lumatan bibir, dan lidah saling mendorong dengan liarnya, sehingga kepala Adiba sampai harus miring saking nikmatnya acara berciuman itu.

Nafas Adiba agak terengah engah

Kembali bibir mereka bertautan

“sayang…..”

“hmmmmm…..”

“di dalam yuk…..”

Aslan menganggukan kepalanya

Mereka lalu masuk ke dalam kamar Adiba, dan pintu lalu ditutup dan dikunci oleh Adiba

Pelukannya kembali memebawa Aslan kedalam pelukannya. Bibirnya kini menyergap leher Aslan, dan tangannya mengangkat pinggiran kaos Aslan dan membuka kaosnya, hingga badan atletis itu kini terbuka

Lalu satu persatu pakaian di tubuh Adiba pun lolos dan jatuh ke lantai kamarnya.

Tubuh indahnya dengan buah dada montok, perut rata, dan padang hitam yang membentang di bukit segitiga itu membuat batang kejantanan Aslan pun ikut mencuat tegang, dan semua yang tersisa di badan Aslan pun terbuka.

Adiba mengerang nikmat saat tubuhnya berbaring di kasur, dan jilatan demi jilatan dari Adlan merayapi dan mengeskplore semua ruas tubuhnya. Dia bagaikan merasa jadi ratu bagi Aslan, karena hampir tidak ada yang terlewatkan dari cumbuan bibir Aslan.

Buah dadanya semakin mengeras, putingnya menegang, dan saat ujung lidah Aslan bermain di pucuk coklat muda itu, rasanya dia bagaikan dihantam ke lembah kenikmatan oleh badai nafsu, rintihan dan remasan tangannya ke tubuh Aslan pun seakan merespon indahnya cumbuan sang pangeran

Apalagi saat lidah itu dengan terlatihnya memainkan perannya di lembah sabananya, Adiba benar-benar dibuat lupa diri. Nikmatnya dan sensasi lidah itu menusuk, diselingi kecupan bibirnya di belahan bibir bawahnya Adiba, membuat dia semakin liar dan bernafsu.

Tidak ingin jadi wanita yang hanya menikmati, kini Adiba meminta Aslan untuk berbaring.

Dia lalu menyodorkan belahan nikmatnya ke mulut Aslan, dan dia lalu memainkan perannya di batang kejantanan Aslan. Gaya 69 kali ini mereka mainkan untuk saling memberikan rasa nikmat ke pasangannya, sebuah rasa totalitas dalam bercinta yang dirasakan oleh Aslan dan Adiba, yang kini tidak ada lagi sekat gengsi diantara mereka berdua.

Dan saat batang kejantanan itu masuk menerobos, Adiba pun berteriak lirih, rasa nikmatnya kini lebih menguasai, membuat dia kemudian semakin liar dan liar dalam memutarkan pantatnya saat tusukan Aslan menghajar dari atas. Dia menyambut dengan goyangan pantat serta jepitan intim yang membuat Aslan keenakan.

Goyangan dan saling mencium menjadi adegan intim terbaik mereka. Sambil menikmati jepitan vaginanya ke batang kemaluan Aslan, dia juga dengan ganas mencium bibir Aslan, saling berpelukan dan pantatnya bergoyang, terus memacu diri, dan saling mencumbu, untuk mencapai satu titik puncak kepuasan.

Cumbuan Aslan dibuah dadanya, dan hentakan serta goyangan berirama dari Aslan, bagaikan menghajar semua isi liang vagina Adiba. Rintihannya memeuhi kamarnya yang biasanya sunyi, sampai Aslan harus menyumpal bibirnya dengan ciuman untuk meredakan riuhnya teriakan Adiba yang sedang lupa diri, dan kemudian berpacu untuk segera tiba di pulau kenikmatan yang dia rengkuh bersama Aslan.



***************************************

Jam didinding kamar Adiba menunjukkan pukul 03.05

Aslan masih terlelap di sampingnya

“sayang……” dia dengan cepat menggoyangkan tubuh Aslan yang tertidur pulas dengan keadaan telanjang bulat. Adiba pun sama, tubuhnya bugil gara-gara semalam selesai bercinta 2 kali, mereka selesai bersih bersih, tanpa memakai pakaian lagi, malah berpelukan dan langsung tertidur.

“bangun…. udah jam 3…..”

Aslan terbangun, kaget dan langsung bergegas

“mandi disini aja….”usul Adiba

“handuk aku….”

“nanti aku ambil di kamar….”

Aslan dengan buru-buru masuk ke kamar mandi di kamarnya Adiba. Adiba lalu ke kamar Aslan, dia mengambil handuknya, perlengkapan sikat gigi, parfum dan juga pakaian yang dari semalam sudah dia siapkan di kamarnya, agar Aslan mudah untuk bersiap siap tanpa harus balik kekamarnya lagi.

Dia hanya tersenyum melihat Aslan yang dengan cepat tergesa gesa menyelesaikan mandinya

“aku pesanin grab yah…”

“iya Ka….”

Adiba merasa geli melihat Aslan yang sedang bersiap siap dengan cepatnya. Dia entah kenapa merasa senang melihat Aslan pagi ini, terbangun di sisinya dan mandi di kamar mandinya

“ udah nih…”

“oke Ka….”

Aslan pun segera siap, dia balik ke kamarnya mengambil kopernya dan turun ke bawah ditemani Adiba

“pamit yah Ka…..”

“iya….”

“salam buat anak-anak…”

“iya…”

Aslan lalu merangkul dan memeluknya

Dia ingin mencium Adiba

“belum sikat gigi….”

“Bodoh ah…”

Tetap saja ciuman Aslan mendarat di bibirnya.

Adiba lalu turun ke bawah ikut mengantar Aslan, karena grab car sudah menunggu di bawah

“kabarin kalo sudah di bandara….”

“oke Ka…”

Sebelum masuk ke mobil, kembali dia memeluk Adiba dengan erat

“makasih yah Ka….”

“iya…”

“titip anak-anak….”

Adiba menganggukan kepalanya.

Mobil pun berlalu diiringi lambaian tangan Aslan.

Seketika ada bulir air mata haru menetes di pipi Adiba. Sosok kuat dan tangguh ini pun akhirnya meneteskan air mata yang dia tidak tahu kenapa bisa turun. Saat Aslan memeluknya dan berpamitan, seperti ada yang hilang dari dirinya, yang dia tidak tahu itu apa.

Titip anak-anak yah…. shit, itu kata-kata Abah dulu jika mau pergi dinas keluar kota saat meninggalkan umi. Dia merasa sangat berbeda saat Aslan mengatakan itu, rasa yang sulit dia ungkapkan. Rasa yang tidak dia temui saat dengan Hardian, bahkan ini mungkin lebih aneh lagi dibandingkan dengan suaminya Anand.

Lalu aku harus gimana Aslan?

Kita hanya sebatas seks saja kan? Sambil membesarkan anak-anak? Lalu nanti kamu menikah dengan wanita lain, dan aku pun sama menikah dengan pria lain. Begitu saja kan Aslan? Itu lebih baik daripada kita berpikir dan bercita-cita lain yang kita sendiri sulit mewujudkannya.
Usianya nyaris 9 tahun lebih tua dari Aslan

Mama, Linda, terus orang-orang di kantor bicara apa nanti? Kesannya dia dan Aslan tidak laku di pasaran sehingga harus jadian karena keadaan.

Adiba tidak bisa membayangkan jika itu terjadi.

Namun, membayangkan Aslan dalam dua hari ini memporak porandakan hatinya, menghancurkan pertahanan terakhirnya, membuat dia bagaikan wanita yang lupa diri saat bersama Aslan. Tatapan kagum dan liarnya, belum lagi cara dia dalam bercinta, dan ukuran serta daya tahan kejantanannya yang luar biasa sakti, sampai membuat dia harus selalu tumbang dan tidak berdaya. Rasanya sulit dilupakan.



******************************************************

Anak-anak sempat bertanya ke maminya kemana ayahnya, dan setelah dijelaskan mereka pun mengerti. Arvind malah sudah bertanya kapan ayahnya balik lagi. Abah dan Umi sampai geleng kepala melihat cucunya yang manja sekali ke Aslan.

“good time?”

“yes, pretty good time, Paps…..”

Umi duduk disamping suaminya, menyodorkan jamu yang suka diminum suaminya setiap pagi

“pagi-pagi udah pamerin bajunya dia yang dibeli Aslan…..” ujar Anissah sambil geleng kepala mengingat kelakuan Arvind

Adiab hanya tersenyum

“ makasih yah Ka…. pas bajunya di Umi…..”

“iya, Mi……”

“abah ngga dibeliin?”

“ada tuh, baju kokoh…..”

“abah udah banyak baju kokoh…..”

“itu kerah shanghai yang model terbaru…. warnanya juga keren….. “cetus Adiba

“iya Bah… bagus kok….”

Jafar tersenyum

“dibeliin menantu…..”

Jafar tertawa

“ketawanya Abah sampe segitunya…..”

“yah iyalah…. Aslan itu perhatiannya ke abah kadang suka bikin abah tertawa…. tahu aja dia abah maunya apa……”

Jafar menang senang pakai baju-baju kokoh

“seandainya yah…..” ucap Anissah lagi

“seandainya apa Mi…..”

“ngga……”

Senyuman umi bagaikan bersayap

“umi aneh…. ngomong suka kepotong…..” ujar Adiba sambil menyuap potongan rotinya

“jam berapa tadi dia jalan?”

“eh…. subuh kali…..”

“kok kali? Bukannya kaka yang anterin ke depan?” tanya Umi sambil menunduk tersenyum

Adiba kaget

“yah….. ngantar kedepan kan belum tentu liat jam…..” agak merah wajah Adiba

Anissah tertawa melihat wajah anaknya yang gelagapan

“kebetulan aku kebangun, pas Aslan mo jalan…. yah sudah aku antarin…..”

Jafar pun tersenyum melihat wajah anaknya

“ya ngga apa-apa Ka…. kan umi nanya aja….” jawab Anissah lagi.

Namun tak urung perubahan wajah anaknya sulit disembunyikan

Lalu

“senang kan abah dibeliin baju ama menantu?”

Jafar langsung lucu ekspresinya

“ dia anak laki-laki dan menantu terbaikku…… “ ujar Jafar

“udah jagain anakku…. sekarang cucuku pun dia jagain…. bantu bisnis kita juga…. the best lah…. “ jawab Jafar dengan nada bangga.

“mungkin aku ngga pernah bilang ini di-depan Aslan…. tapi dia tahu, aku bangga sekali kepadanya…..”

Ucapan Abah bagaikan sedikit memberikan rasa yang lain ke diri Adiba. Dia tahu bagaimana pengaruh Aslan di lingkungan keluarganya

“setuju dong jadi menantu abadi…” pancing Umi sambil tertawa

Jafar tertawa keras mendengar, sementara Adiba matanya agak protes

“ dia udah jadi anak buat abah…. tapi… yah…. gimana yah…. “ ekspresi Jafar lucu terlihat “masalahnya anak-anak Diba itu yang buat dia sulit untuk kemana mana….”

“jadi setuju dong….” kejar Anissah

“yah… umi tahulah jawabannya….”

Kedua orang tua itu tertawa

“udah ah…. aku jalan dulu….” Adiba langsung bangun dan siap-siap mau jalan.

“pamit yah Bah… Umi….” dia mencium tangan kedua orangtuanya. Malu lama dia duduk bersama orang tuanya disana karena bakal jadi bahan ledekan dari abah dan uminya

“you looks happy…..” komentar Abah

“abah ngeledek ah…..”

Dia langsung jalan kedepan meninggalkan abah dan uminya yang tertawa tawa meledeknya dari tadi. Ekspresi Adiba yang senyum terus, ditambah dengan tadi subuh tanpa dia ketahui ternyata mereka berdua saat Aslan pamit, dipergoki uminya yang terbangun subuh, bahkan Umi melihat dari dalam rumah saat Aslan memeluk dan mencium Adiba, sehingga dia yang tadinya ingin keluar menyapa, jadi mundur karena takut tidak enak dengan Adiba dan Aslan.

Anissah lalu mengantarkan baju kotor di kantong baju kotor yang di kamarnya yang belum sempat diangkut untuk dicuci oleh si mbak ke ruangan laundry di belakang.

“yang di kamarnya Bang Aslan sudah dikeluarkan?”

“sudah Bu, tapi ngga ada baju kotor di kamarnya….”

“lah itu?”dia menunjuk baju dan handuk yang sudah terjemur lebih dahulu

“oh, kayaknya disatuin di kantung keranjang Mbak Diba…..” jawab pembantunya polos tanpa ekspresi

Anissah langsung kaget dibuatnya.

Baju dan handuk Aslan di keranjang laundry di kamar Adiba??

Kok bisa??

Apa disatuin sama Adiba?

Pertanyaan yang bermain di kepalanya Anissah langsung membuat dia bingung dan galau. Apa mungkin ini? Meski dia mencoba menepisnya, namun tetap saja itu jadi pertanyaan yang menggantung bagi dirinya. Meski dia mendukung dan akan senang jika mereka ada hubungan, namun tak urung ada rasa kuatir juga di hati Anissah.

Kekuatiran yang wajar sebagai seorang ibu, karena mereka belum berterus terang, dan jika ini berlangsung diam-diam di-belakang, tentu Anissah jadi sedikit gamang, karena bagusnya memang mereka serius agar mudah dan bisa diurus segera. Dia seketika merasa lucu namun entah kenapa dia bahagia jika memang ini benar terjadi.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd