Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

kelas antara Adiba, dengan Rani ataupun Endah itu beda.

baik Endah ataupun Rani, mereka sendiri yang memang menginginkan untuk di anu sama Aslan. meskipun kedua wanita ini perawan, namun mereka tidak tau malu dan dengan berani menggunakan daya tarik seksual untuk menjerat hari Aslan.

namun dengan Adiba berbeda, meskipun dia janda namun Adiba lebih berkelas. bukan Adiba yang memancing Aslan, namun Aslan yang secara naluriah tergoda dengan apa yang dimiliki oleh Adiba.
Setuju banget nih👍👍. Gue sebenernya juga tidak suka cara endah dan rani
 
PART XXI


LUST OR LOVE?


Aslan membiarkan dulu tangisan wanita itu agar reda

“Ka…..”

Masih diam

Ka….

Lalu wajah itu sedikit terangkat

“maafin aku yah…..”

Dia menggelengkan kepalanya

“ngga Lan…. aku yang salah….”

Pelukan Aslan masih merangkul nya

“kita seharusnya ngga melakukan ini…..”

Pelukan Aslan malah makin ketat

“salah kita semua….”

Iya memang, dan semua sudah terjadi, mau diapain lagi

Aslan mencium jidat Adiba, yang anehnya hanya bisa diam

“aslan….”

“ ya Ka….”

“ ini hanya seks yah…..” ujarnya sambil menatap wajah Aslan dengan serius

What? Gila ini percintaan terbaik yang dia rasakan setelah dengan Nafia, lalu Adiba hanya mengatakan just seks??

Dia terdiam

“apa kata orang nanti kalau tahu ini??”

Aslan masih diam

“ kan kita emang sama-sama masih sendiri ka….”

“masih sendiri gimana? Kamu dengan Rani…..”

Aslan enggan berdebat

“ya, dan Kaka dengan dia kan…”

“Dia siapa?”

Pakai nanya lagi

“ya dia lah…..”

Adiba agak kesel mendengarnya, dengan gemas dia mencubit Aslan

“setelah cerai dengan Anand, ini pertama kalinya aku tidur dengan pria yah…..” sorotan matanya berkilat menatap Aslan

Aslan merasa bersalah

“bukan……”

“jangan kamu pikir aku sembarang yah ngasih-ngasih….”

“ngga Ka….”

Masih kesal dia

“aku minta maaf….” pelukan Aslan memaksa Adiba untuk terdiam

Lalu

“ apa kata mama Ulfa nanti? Apa kata orang kantor nanti??”

Aslan terdiam kembali

“trus mau kaka gimana….”

Kali ini Adiba yang terdiam

“ngga tahu ah……” sedikit meronta dia

“lagian lu ngapain sih pake acara peluk-peluk segala??”

Aslan rasanya geli mendengarnya. Perasaan dia Adiba juga menginginkannya, malah sekarang dia yang disalahkan

“ ya sudah…. aku minta maaf….”

Masih emosi sepertinya Adiba.

“pokoknya kita ini hanya sekedar seks, Aslan….. ngga lebih….”

Aslan akhirnya menganggukan kepalanya

“iya…..”

Adiba benar-benar bingung dengan perasaannya kali ini. Meski dia kesal dan marah dengan dirinya yang tidak bisa menahan birahinya dengan Aslan, namun pelukan Aslan yang hangat, tidak bisa dia nafikan dan lepaskan, dia diam aja saat pelukan itu terus merangkulnya, dan ciuman Aslan di rambutnya juga dinikmatinya

“ bobo…..”ujar Adiba kini dengan tone yang agak lembut

“oke…..”

“kamu tidur dimana?”

“di kursi aja…. atau ngga ama anak-anak nanti….”

Mata Adiba menatapnya tajam, sambil bibirnya tersenyum tipis

“ya sudah…… aku masuk dulu….”

Dia melepaskan pelukannya, lalu beranjak menuju ke kamarnya. Dan saat hendak menutup pintu kamarnya, dia sempat melihat ke arah Aslan, lalu tersenyum sesaat dan kemudian dia menutup pintunya.

Aslan hanya terdiam dan terpaku melihat perubahan sikap dari Adiba.

Dia lalu masuk ke kamar anak-anak, dan karena posisi tidur anak - anak sulit untuk dia pakai tidur juga di sana, akhirnya Aslan yang tadinya niat mau pesan extra bed, mengurung-kan niatnya, karena sudah pukul 11 malam, dan tidur di sofa adalah pilihan terbaik baginya.

Aslan hanya bisa terdiam dan melamun sejenak. Dia bagaikan tidak percaya jika barusan dia sudah meniduri kakak iparnya sendiri yang sangat dia hormati dan sayangi sebagai kakak. Baru saja dia minta maaf ke Nafia, namun malam ini dia terjun bebas lagi masuk ke pusaran dosa.

Aslan menyesali diri sesaat

Pesona Adiba memang lain

Dia sangat cantik dan meski sudah berusia 36 tahun, namun bodynya masih seperti gadis. Dan rasanya tadi saat bercinta, dia bisa merasakan perbedaan rasa dibanding saat dia dengan Rani atau pun Endah.

Dia ingat apa yang dibilang tadi. Hanya seks saja, jangan sampai menyeberang lagi perasaan mereka. Memang apa nanti kata orang jika mereka ketahuan punya hubungan seperti ini? Mereka tahu kita kakak dan adik ipar tahu-tahu saling meniduri? Apa kata Abah dan Umi nanti? Atau apa kata Mama dan Linda?

Ada kekesalan dan sedikit emosi di hati Aslan, terutama terhadap dirinya sendiri yang sudah gagal menjaga yang namanya nafsu dan birahi. Seandainya bisa dia kontrol semua ini, kejadian barusan bisa dia hindari, setidaknya berdua dengan Adiba bisa menghindarinya.

Tapi dalam situasi seperti ini?? laki-laki dan wanita normal siapa yang bisa menahan diri menghadapi situasi seperti ini dan hanya berdua saja di-sini? Dan mereka semua dalam keadaan sendiri atau tidak terikat dengan pernikahan mana-pun, secara normal tidak ada hukum yang mereka langgar?

But, why should Adiba?? you have Rani already??

Shit

Adiba memang berbeda. Dia punya sesuatu yang berbeda dibanding wanita lain yang dekat dengan dirinya. Ketegasan-nya, cara dia dalam memanage dirinya sendiri dari keterpurukkan, lalu keindahan tubuhnya dan tatapan matanya yang seperti demanding banget, rasanya pesona yang dimilikinya memang berbeda meski dia memiliki anak dan sudah berada di usia yang tidak muda lagi.

Kok gue jadi memuji dan mengistimewakan Adiba sih?

Jezz Aslan, why you get lost then? She is so adorable.

Aslan tersenyum dalam gelapnya ruangan tengah itu

Meski jarang senyum dan terkesan angkuh, namun senyuman Ka Diba tadi memang luarbiasa indahnya. Dan tubuhnya yang tadi terlihat dengan mata kepalanya sendiri, sungguh terawat dan bersih, buah dadanya montok, dan jepitannya tidak kalah dengan jepitan para gadis, bahkan entah kenapa dia begitu menikmati persetubuhannya dengan Adiba, rasanya berbeda dengan saat dia melakukan itu dengan Rani atau Endah. Adrenalin dan rasa serta sensasinya memang sangat dahsyat, entah apa karena status Adiba sebagai kakak iparnya?

Tiba-tiba

“Lan…..”

Sentuhan Adiba di bahunya, membuat dia kaget karena dia sudah setengah mau lelap di sofa setelah hampir lebih dari setengah jam dia mencoba memejamkan matanya

“iya Ka….”

“pindah ke dalam aja….”suaranya lembut

“oh, biar aja Ka… aku tidur disini…..”

Masih agak enggan Aslan

“didalam aja, besok kamu nyetir lho ama anak-anak, nanti ngga nyenyak tidurnya malah ngantuk di jalan….”

Benar juga sih, tapi Aslan masih gengsi

“ngga apa-apa Ka, biar aja disini…..”

Adiba agak kesal mendengar jawaban Aslan, dia segera masuk lagi ke kamarnya.

Aslan kaget

Namun lebih kaget lagi karena tiba-tiba Adiba keluar lagi dengan selimut dan bantal, lalu dia meletakkan di sofa disebelahnya Aslan, dan segera membaringkan diri disitu, bersebelahan dengan sofa yang ditidurin Aslan

“Ka….”

“lu ngga mau masuk yah gue tidur disini….”

Aslan mati gaya dibuatnya

“oke… ayolah…”

Aslan bangun dari tidurnya, lalu meraih selimut dan bantal yang dibawa Adiba

“ayo Ka….”

Dia merangkul dari belakang, dan sambil membawa bantal dan selimut masuk lagi ke kamar belakang sambil mengikuti langkah Adiba dari belakang.

“susah banget dikasih tahunya….”

“maaf Ka….”

“emang enak apa tidur di sofa?”

“iya maaf……”

Mereka masuk dan lalu pintu lalu dikunci dari dalam oleh Aslan

“kok dikunci?”tanya Adiba penuh selidik

“nanti anak-anak bangun kita lagi tidur bareng…..”

Adiba tertawa dan disambut oleh senyuman geli Aslan

“yuk ah…..”

Aslan lalu membaringkan badannya di kasur. Dia lihat Adiba sudah mengganti piyamanya dengan daster rumahan yang setali, sehingga pundaknya yang mulus terlihat, dan kembali dia tidak menggunakan bra untuk tidur.

“kirain kaka dah istirahat….”

“abis pake krim malam buat muka…..”

Adiba lalu ikut masuk ke dalam selimut, dan tidur disampingnya Aslan. Lampu dimatikan dan hanya lampu tidur di atas kepala tempat tidur saja yang diredupkan. Aslan bagaikan tidak percaya jika malam ini dia bisa tidur seranjang dengan Adiba.

Wanita itu memunggungi Aslan, Aslan terlentang menatap langit kamar, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, entah kemana pikiran mereka.

Dan dari balik selimut, Aslan lalu sedikit mengangkat selimutnya, dia bisa melihat tubuh indah yang memunggunginya itu. Daster tipis itu sedikit membuat bayangan celana dalam Adiba terlihat, ini membuat dada Aslan berdebar debar, dia galau akan birahinya yang mulai muncul lagi.

Dia lalu memalingkan badannya ke arah Adiba. Meski sedikit gemetar, namun dia lalu bergerak menggeser badannya, merapat ke Adiba, membetulkan selimut yang sempat turun, lalu dia merangkul Adiba dari belakang

“Ka…..” bisiknya lembut

“ya…..” jawaban lembut dari Adiba

“kirain dah tidur….”

Adiba terdiam, namun dia membiarkan rangkulan Aslan di perutnya.

Mereka hening sesaat, pelukan Aslan makin merapat, dan tangan Adiba pun ikut menahan tangan Aslan, dia menikmati pelukan erat Aslan, apalagi saat bahunya yang terbuka dicium dengan lembut oleh Aslan

“ buka kek bajunya…..”

Aslan kaget

“baju aku?”

“iyalah…. kayak Arvind aja tidur pakai baju…..”renggutnya manja

Aslan tersenyum, dia lalu memutar badannya sedikit, kemudian membuka kaosnya, sehingga menyisahkan celana joggingnya yang tadi dipakainya. Adiba tersenyum melihat otot Aslan yang terbentuk indah.

Aslan lalu masuk lagi ke dalam selimut, dan saat dia terlentang dengan telanjang dada, Adiba lalu berbalik, dan sambil setengah malu-malu dia mendekap tubuh Aslan. Selimut kemudian ditutupin ke seluruh tubuh mereka, dan dengan manjanya Adiba meringkuk dalam pelukan Aslan.

Tangan Aslan lalu memeluk Adiba, kepala Adiba rebah di dada Aslan, dan kaki kirinya melintang diatas perut Aslan. Keduanya bagaikan pasangan yang sedang dimabuk cinta, berpelukan di tengah dinginnya udara Lembang

“ sakit ngga?”

“ngga….”

“pegel?”

“ngga juga….”

Adiba dengan malu-malu manja

Aslan lalu mencium kepala Adiba, dan Adiba dengan manja mencium dada Aslan. Tangannya membelai dada bagian kanan Aslan, dia merasa sangat nyaman dengan posisi pelukan seperti ini.

“tadi enak ngga?”

“banget Ka….” ujar Aslan sambil mencium kepala Adiba lagi.

“beneran?”

“yup…”

“kali aja beda ama yang masih gadis……”

“kaka…. udah ah…..”

Adiba tersenyum malu

“enak banget…. the best lah…”

Adiba menatap Aslan kini, dan tangan Aslan menyentuh bibir Adiba dengan lembut

“ cantik banget…….” puji Aslan

Senyuman sang dewi terlihat.

Lalu dengan lembut dia mencium bibir Aslan. Kini tanpa ada rasa malu lagi, Adiba naik sedikit ke badan Aslan dan kembali melumat bibir Aslan dengan lembut, lalu mulut mereka bertemu kembali dengan ganas saling beradu kembali, dan dengan nakalnya tangan Aslan yang kiri memeluk dan meremas pantat Adiba, dan tangan kanan meremas buah dadanya kembali.

“udah bangun aja…..” ujarnya sambil menggigit bibirnya, saat pahanya menyenggol batang kejantanan Aslan

Aslan tersenyum

Adiba lalu mengelus dari luar dengan tangan kirinya

“gede banget sih……”

“masa…..”

“iya…. sampe penuh tadi,,,,,”bisiknya sambil mencium puting Aslan

“buka yah…..”

Aslan mengangguk

Lalu dengan lembut Adiba membuka celana Aslan, sekalian dengan celana dalamnya, dan batang jantan berurat dan keras itu mencuat keluar, membuat mata Adiba tercengang.

Dia dengan lembut mengelusnya, seperti takjub melihat tugu sekeras itu didepan matanya

Dia lalu turun ke bawah, dengan lembut dia membelainya, lalu mencium ujung kepala itu, dan sambil menatap wajah Aslan, bibirnya terbuka dan mulai menelan kepala bawahnya Aslan dengan dipadukan jilatan lidahnya.

Aslaan bagaikan mau terbang saat ujung lidah yang basah dan bibir seksi itu menjepit urat kelaki-lakiannya dengan penuh penghayatan. Dia kaget Adiba mau melakukan itu, bahkan dengan lembut dan perlahan.

Tangan Aslan mencoba menarik, namun Adiba menolak

Dan Aslan bagaikan mendapat rasa yang menggelikan ujung uratnya, dia bergerak liar pantatnya, dan tangannya pun ikut meremas buah dada Adiba, sambil sesekali membelai rambutnya, memberi semangat

Adiba sepertinya sudah tidak mampu menahan dirinya.

Dia lalu bangkit, membuka membuka celana dalamnya, lalu dia naik ke pangkuan Aslan, dan sambil memegang batang kejantanan Aslan, dia menggesek gesek ke belahannya yang sudah basah, lalu dengan perlahan sambil menahan sedikit perih, batang kejantanan Aslan pun tenggelam ke dalam vaginanya Adiba.

Sejenak dia rebah dan berpelukan dengan Aslan, sambil berciuman dengan ganasnya, lalu dia kembali duduk, dan mulai menggoyangnya pinggulnya, untuk mencari posisi yang tepat dimana g spotnya yang tersentuh dengan urat perkasanya Aslan.

Aslan lalu meraih tepian daster Adiba, dan dengan bantuan Adiba, daster itu copot dari tubuhnya.

Menikmati goyangan pinggul Adiba, yang dipadukan dengan jepitannya yang gurih, serta memandang goyangan buah dada indah yang bergelantungan dan menegang akibat rangsangan di vagiannaya, memang jadi pemandangan indah yang mengasyikkan bagi Aslan.

Tangannya ikut meremas buah dada indah itu.

Dan saat mulutnya menjepit dan menjilat putingnya, maka tangannya meremas pantat Adiba, dan batang kemaluannya dirasakan bagaikan dijepit dan diperas oleh urat vagina Adiba yang basah dan hangat itu.

Cuaca dingin di Lembang berubah hangat di dalam kamar ini. Goyangan dan rintihan Adiba yang liar bagaikan penunggang kuda yang sibuk bergoyang, menikmati ketegangan batang jantan yang kencang, yang diadu dengan sentuhan dinding vaginanya yang basah, serta selalu ada teriakan saat urat itu tersentuh di wilayah sensitifnya yang membuat dia susah berhenti bergoyang.

“oh….. syaang… enak banget….”

Pantatnya makin kencang bergoyang, tangannya sedikit mencakar dada Aslan. Adiba bagaikan joki yang lupa diri, dia terus menggoyang dan menggoes pantatnya, sentuhan di bagian itilnya membuat dia tidak mau berhenti, malah semakin keras dia mendayuh dan memainkan jepitannya.

Hingga akhirnya

Dia lalu meraih kepala Aslan, dan merengkuhnya kedalam pelukannya, dan saat mulut Aslan menggigit buah dadanya dengan penuh kegemasan, saat itulah Adiba kembali meledakkan ujung kenikmatannya yang kembali sulit dia elakkan..

“sayang……. enak…….. gila……” dia merintih lirih, menggigit wajahnya dan adrenalin serta sensasi mencapai orgasme bagaikan ledakan gunung berapi, dan itu dirasakan menjalar ke seluruh tubuhnya yang kini kaku dan tidak bergerak.

“gila…..” teriaknya. Sambil menahan nikmatnya, dia masih duduk lalu jatuh ke dalam pelukan Aslan, sambil menahan dan mengatur nafasnya.

“enak banget….”

Aslan memeluk tubuh indah yang masih terbaring di atas tubuhnya. Sementara batangnya yang masih keras, tertanam di dalam lubang kenikmatan Adiba. Masih menancapk dan enggan terlepas.

Adiba lalu bangun

“ngilu……” ujarnya sambil tertawa genit ke Aslan

“ tapi masih enak…..” manjanya keluar

Aslan tersenyum, dia menarik wajah Adiba dan kembali mereka berciuman dengan mesranya

“ mau lagi yah…..” bisiknya lembut

Adiba kembali menggoyang.

Entah kenapa birahinya berkobar kembali di waktu lewat tengah malam ini. Goyangannya kembali mengganas, dia bagaikan tidak ada lelahnya bergoyang di atas tubuh Aslan. Wajah ganteng dengan tubuh atletis, dan batang kejantanan yang keras dan berurat, bagaikan mengorek ngorek isi liang kewanitaanya. Dan itu dinikmati sekali oleh Adiba.

Rambutnya yang tergerai, dadanya yang membusung, dan pantatnya yang bergoyang liar, menjadi pemandangan indah bagi Aslan, ditambah teriakqnnya yang lirih dan nakal terdengar di telinga Aslan, membuat dia semakin bersemangat meremas pantat dan juga sesekali melumat buah dada Adiba.

Berada di posisi pasif, membuat Aslan dengan mudah mengontrol permainan ini. Dia bagaikan membiarkan kedutannya yang suka dia mainkan untuk membuat isi vagina Adiba selalu bergetar dan sulit untuk tidak orgasme kembali.

Dan teriakan kembali terdengar, sambil setengah melengkungkan badannya, lalu wanita itu ambruk di pelukan Aslan, sambil memeluk dan mencium leher Aslan

“gila… kamu kuat banget sih, sayang…..”

Hanya ciuman dan elusan serta remasan di pinggulnya yang jadi jawaban

Hingga akhirnya Aslan lalu membalikan tubuhnya, dan kini dengan posisi misionaris, Aslan lalu menggenjot dengan kencangnya tubuh indah yang hanya bisa pasrah, dan menikmati setiap sodokan keras urat jantan itu ke dalam vaginanya. Dia hanya bisa merintih lemas, namun tetap menikmati indahnya percintaan itu.

Dan Aslan kembali sebelum terlambat, dia menarik ular coklatnya itu keluar dan membuangnya di perut sang dewi, yang kali ini sama banyaknya dengan yang pertama, bertebaran dan menempel ke vaginanya yang ditumbuhi ilalang hitam lebat, yang agak basah oleh keringat diluarnya, dan cairan pelicinnya sendiri di dalam.

Pelukan mereka dengan mesra saling mengunci

“makasih yah Ka……”

“iya sayang…..”

“enak banget….”

Adiba menciummnya dengan mesra

“gila…. pejantan tangguh….” pujinya sambil mengacak rambut Aslan

Dia mengatur alur nafasnya, sementara itu dia terbaring lemas dan berbalik memeluk Aslan

“untung cepat cabutnya tadi….”ketawa lembut dia

Aslan tertawa

“aku ngga tau soalnya subur apa ngga…”

Belaian di rambutnya terasa menentramkan hatinya

“ ngga apa-apa kan?”

“ngga apa-apa Ka….. safety buat kita juga….”

“iya, takutnya laki-laki khan sudah ngga nyaman kalau dibuang diluar…”

Aslan memeluk Adiba

Mereka saling bertatapan dengan mesranya. Sesekali Aslan menyentuh lembut dagu Adiba. Binar-binar mata Adiba terpancar indah, dan hanya dia yang tahu apa makna sinar indah itu, yang baru kali ini dia rasakan kembali. Persetubuhnan dia dengan Aslan ini membuat dia bingung, apa makna dan tujuannya kemana, namun dia merasa sangat bahagia malam ini, itu yang dia tahu.



*******************************

Pukul 05.30 pagi

Aslan kaget dan terbangun

Dilihatnya Adiba sudah tidak ada disisinya. Tidak lama terdengar suara dari kamar mandi, dan kemudian Adiba keluar dengan daster yang semalam dia pakai, lalu tersenyum ke arah Aslan dengan manisnya

“bangun…..”

Aslan tersenyum

“nakal, kayak bayi tidurnya ngga pake baju….”

Aslan hanya bisa tersenyum malu

“ anak-anak?”

“belum bangun, tadi aku intip masih tidur….”

Aslan lalu bangun, dan meraih handuk yang tergeletak di kursi di kamar

“mau sikat gigi?”

“iya…”

“sikatnya dimana?”

“di kamar mandi anak-anak….”

“hmmmm… udah pake ini aja…” Adiba membuka tas berisi sikat gigi baru

“oke…..”

Aslan lalu masuk dan menyikat gigi, lalu membasuh wajahnya, dan tidak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk.

“nih…..” Adiba menyodorkan celana joggingnya semalam, sekalian dengan celana dalamnya.

Aslan bukannya menerima celananya, malah dia menarik Adiba masuk ke pelukannya

“eih….” teriak manja Adiba

Namum di pasrah dipeluk oleh Aslan.

“cantiknya……” puji Aslan

“modus ah….”

“beneran…..”

Aslan menatap wajah Adiba dari dekat.

“ ingat komitmen kita…..” ujar Adiba pelan

Aslan mencium bibirnya lembut

“sayang…..” suara agak kencang

“kenapa?”

“ingat yah….”

Aslan tidak menjawab, malah dia dengan ganasnya melumat bibir Adiba, yang tidak bisa melawan tapi akhirnya pasrah bibirnya dilumat oleh Aslan. Tangan Aslan lalu dengan nakalnya masuk ke dalam dasternya, meremas pantatnya yang masih terbungkus celana dalam.

Lehernya Adiba kini jadi sasaran ciuman Aslan

“belum mandi….”

Malah semakin ganas ciumannya

Lalu dengan sekali angkat, daster Adiba pun copot, membuat dia hanya terbungkus celana dalam putih.

Buah dadanya segera diserbu oleh Aslan dengan ganasnya, kiri kanan dilumat dengan penuh gairah.

“oh sayang…..” serak suara Adiba

Pagi hari memang waktu yang indah untuk diajak bercinta, dan suasana dingin di pagi ini membuat kejantanan Aslan kembali bangun, dia segera ingin mencari tempat hangat dibawah perut Adiba, yang kini terbaring lemah dan pasrah dengan perbuatan Aslan.

Senyuman Aslan lebar sekali saat meraba bagian rumput hitam lebat di atas pangkal paha Adiba

“ayang…. malu ih….”

“indah Ka….”

Adiba malu karena jilatan dan cumbuan Aslan barusan sudah cukup membuat dia basah. Kini dia telentang pasrah, tangannya keatas memperlihatkan ketiak indahnya, buah dadanya terbentang dengan putting yang mencuat, dan pahanya membuka lebar, siap menerima kedatangan sang pangeran untuk masuk

“Masukin sayang….” rengeknya saat Aslan ingin menjilati liang vagiannya

Aslan akhirnya menuruti, dan setelah memposisikan diri diatas tubuh Adiba, dia lalu mendorong masuk batang kejantanannya untuk masuk. Dan pelan namun dengan sedikit usaha, batang itu tenggelam di lubang nikmatnya.

Mata mereka saling bertatapan mesra, dan pelan lalu mulai Aslan menggoyang

Buk buk buk……..

Aslan kaget, Adiba apalagi

Tok tok tok…..

Pintu mereka diketok

“mami……” teriakan Arvind dari luar

Aslan panik, Adiba juga sama

“anak anak bangun….” bisiknya

“mami….” teriak lagi Arvind

Mereka bingung dan segera Aslan mencabut batangnya

“ke kamar mandi….” ujar Adiba segera

Aslan lalu segera menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi, segera dia mengunci pintunya. Sedangkan Adiba segera memakai dasternya, celana dalamnya malah tidak sempat dia pakai, karena Arvind makin kencang mengetok pintunya

“ ya sayang….”

Arvind melongok ke dalam

“ayah mana?”

Adiba bingung

“ayah… lagi mandi tuh” dengan cepat menjawab

“kok mandi disini?”

“eh… tadi soalnya takut kamar mandi ade ama kaka dipake ama ade….”

“oh….”

Arvind agak diam

“ayah bobo disini?”

“eh…. ngga….. dikamar ade semalam….”

“oh gitu….”dia manggut manggut

“itu ada celana ayah….”

Onggokan celana panjang dan celana dalam Aslan memang masih dilantai kamar

“oh.. iya, tadi ayah buru-buru masuk mo mandi…..”

Aslan ingin tertawa mendengar Adiba yang kelabakan menjawab pertanyaan Arvind

“udah sana kamu mandi cepat… kita mau sarapan….”

“ngga ah, mau ama ayah mandinya…”

“ih udah gede juga, mandi sendiri…. biar ayah selesai mandi, ade juga selesai, kita jalan….” perintah maminya

“oke….”

Dia lalu dengan langkah gontai masuk ke kamarnya lagi

“abang, ayo mandi kita mo sarapan…” teriaknya ke abangnya yang pagi-pagi sudah main game di ipadnya

Adiba agak bernafas lega

Dia lalu menutup pintu kamarnya, dan mengetok pintu kamar mandi

“dicariin ade tuh….” ujarnya sambil tersenyum

“ya sudah…..”

“udah buruan mandi…. nanti balik lagi dia kesini…”

“kaka ngga mandi?”

“duluan aja….”

Aslan tidak perduli, dengan cepat dia menarik Adiba masuk ke kamar mandi

“eh eh…aku nanti aja….”

Tapi apa daya, tangan Aslan lebih kuat menariknya, dan akhirnya pun masuklah dia ke kamar mandi, segera mereka berdua bermain sabun dan mandi bersama, sambil berpelukan dan berciuman, di tengah guyuran air shower, sambil bercengkerama menikmati kebersamaan di pagi ini.

“jangan aneh-aneh sayang….” bentak Adiba pelan

Tangan Aslan masih bermain di selangkangannya yang lebat itu

“bentar lagi digetok pintu kita…..” bisiknya sambil tertawa

“iya… ada satpam kecil….”

Benar saja

“ayah… mami…. buruan…..”
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd