Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

PART XX


Blue night over my face


“what a beautiful view…..” tangannya ikut memegang cangkir berisi kopi

“ yup….”

Senyuman terpancar dari kedua wajah itu.

Balkon yang menghadap ke arah lembah, dan perbukitan menambah indah langit biru yang tanpa kabut itu

“ teh juga?”

“ngga kopi…..”

"kopi latte tepatnya....." sambungnya lagi

Sweater biru membalut tubuhnya yang di dalam menggunakan piyama tidur

“ngga dingin?” tanya Adiba

“sedikit, tapi oke lah…..” hanya celana panjang training dengan kaos oblong yang agak ketat, membuat badannya yang berbentuk terlihat gagah dengan siluet pantulan lampu.

“thanks yah for today….”

“most welcome Ka….”

Diam dan hanya saling bertatapan

“anak -anak happy sekali…..”

“iya……”

Lalu

“kaka?”

“aku kenapa?”

“happy ngga?”

Diam dan senyuman penuh arti sambil menundukkan wajahnya, mereguk sedikit tegukan kopi nya

“ do I looks happy?”

“ngga tahu…. kasih tau lah….” senyuman di balkon dengan pantulan cahaya rembulan, terlihat dari jarak 1,5 meter space diantara mereka yang berdiri, sambil bersandar di pagar balkon.

Tatapan ke arah alam bebas, membuat pikirannya juga ikut mengembara dan berkeliling bebas

“ aku bahagia…. anak-anak happy, aku juga bahagia….” suara lembut dan pelan, seakan malu mengakui sebuah rasa baru yang sudah lama dia tidak rasakan

“serius?”

Anggukan lembut, sambil melirik penuh dengan senyuman penuh arti

“kamu?”

Mata indah itu menuntut hal yang sama, membuat posisi nya jadi tersudut dan harus memberi reaksi tentang sebuah kesungguhan.

Tangannya menekan pagar balkon, badannya setengah membungkuk

“hari terbaik…. selama 3 tahun aku…..”

Mata disebelahnya tertegun, dia lalu menoleh, menatap mata singa jantan itu, seperti menanyakkan sebuah kepastian akan jawabannya

“ semenjak mendiang pergi…. aku sering gagap…. dan hari ini dimata anak-anak, aku temukan sebuah kalimat bahagia….. “ jawabnya serius, pelan namun membawa rasa lega ke sebuah sanubari yang entah terbang kemana saat kata itu terucap

“thanks Aslan…. thank you….” ucapan tulis dari sang ibu

Anggukan yang menjawab

Dia lalu berbalik badannya, kini pantatnya bersandar di pagar, posisi mereka saling berlawanan dengan space diantara mereka masih sama

“dingin…..??”

“iya… lumayan….”

“Lembang memang dingin….”

Senyuman kembali muncul di-wajah jelita itu.

Wajah yang tanpa riasan make up, dan rambutnya yang dijepit ke atas, dan dilengkapi mata indah yang tajam untuk seorang wanita, yang setiap tatapan-nya seakan menuntut sebuah analisa dalam akan arti sorot mata itu.

“mau masuk…”

“ bentar lagi boleh? Masih ingin menikmati keindahan ini…..”

Anggukan muncul dari sebelah

“kamu mau masuk?”

“i will standby here…..”

Senyuman yang jadi jawaban lagi. Mata mereka saling bicara, saling memberi sebuah rasa, yang sulit diucapkan, namun binar-binar disana bagaikan sebuah pancaran indah yang dengan mudah diterjemahkan, sebagai sebuah rasa yang intim dilihat dan disentuh, yaitu sebuah kata bahagia.

Adiba lalu menggesekkan kedua telapak tangannya ke masing-masing lengannya saat gelas kopinya diletakkan di atas pagar balkon

“dingin Ka….??”

“Iya…” jawabnya sambil sedikit menggoyangkan badannya agar agak hangat

Aslan senyum lembut, dan dengan perlahan, dia lalu mendekati Adiba yang sedang mengangkat bahunya dan menggerakkan badan untuk menghangatkan badannya itu.

“Ka….” suara itu pelan dan pas rasanya berdiri dekat dirinya

“ya….” suara Adiba bagaikan menjadi kaku saat tubuh jantan itu sudah dibelakangnya.

Jika dalam suasana biasa atau nomral mungkin Adiba tidak akan sekikuk dan segugup ini. Namun dalam posisi seperti ini, dingin , dan hanya berdua berdiri di balkon vila memandang bukit dan langit yang indah, tentu rasa lain yang muncul di hati Adiba, dan badannya jadi merasakan getaran yang berbeda

“ biar ngga dingin…..” ucap lembut, namun jantan itu seakan menghujam di telinganya, apalagi lengan kokoh itu dengan gentle nya merangkul pinggangnya. Adiba bagaikan hendak berhenti jantungnya mendapat perlakuan seperti ini

“ boleh Ka?” tanyanya kembali dengan lembut

Adiba bagaikan kesulitan menjawab, lidahnya kelu seketika tanpa mampu dia bergerak sama sekali.

“bo boleh…..” ucapnya pelan

Jezz…. Adiba bingung dan galau dengan apa yang dia rasakan, untuk bergerak dan membantah pun dia tidak mampu, badannya bagaikan terkunci dan terdiam, apalagi tubuhnya kini sudah terkunci dalam rangkulan Aslan

“hmmm….” senyuman dari wajah itu yang sangat dekat dengan wajahnya, membuat Adiba benar-benar sulit melukiskan perasaannya. Otot kekar itu bagaikan menyetrum punggungnya. Tangan kekar itu membetot pinggang dan perutnya, serta hembusan nafanya yang terasa di samping kupingnya, membuatnya benar-benar abgaikan sang dewi dalam dekapan arjuna

“ hangat kan?” tanyanya lagi

Anggukan lemah dari Adiba

“ka…..”

“ya Aslan…..”

“kalau aku banyak salah…. aku minta maaf yah….”

Adiba tertegun

Bagaimana mungkin kamu banyak salah?? justru aku dan anak-anak yang banyak membebani kamu, Aslan

“ngga lah…. justru aku yang minta maaf…. banyak bikin repot kamu……”

Wajah itu menatap wajah Adiba dari samping, senyuman-nya lebar dan penuh rasa bahagia, dia seperti sedang meneliti wajah yang angkuh, namun kini bagaikan gadis remaja yang pemalu dan sulit berekspresi saat mendapat pelukan pertama dari pria yang disukainya

Lengan kokoh Aslan kini merangkul perut dan menenggelamkan badannya Adiba ke dalam pelukannya. Wajahnya tepat di-samping wajah Adiba, sehingga harumnya rambut Adiba tercium di hidungnya, memebuat nuansa magis alami wanita tersedot ke saraf penciuman-nya, yang mengirimkan signal ke seluruh tubuhnya, dan membuat dekapan itu makin erat.

Tangan Adiba dengan lembut hinggap di lengan Aslan, meski malu-malu di awal, namun dia tidak bisa menolak sebuah kehangatan dan keindahan sebuah kelembutan pelukan jantan, yang membuat dia gelagapan dan sulit berkata-kata.

Lehernya bagaikan menegang, saat sesekali hembusan nafas itu menyerempet disitu, kulitnya menghangat, dan dia hanya bisa menggigit bibirnya, apalagi saat betotan kencang lengan Aslan yang melingkari tubuhnya. Dia bisa merasakan betapa dia bagaikan wanita yang tidak berdaya namun dilindungi oleh tangan kokoh yang memberinya rasa nyaman.

“ka…..” suara lembut

“ya…..” jawabnya lembut dan mulai berat

“harum….. suka baunya….”

Suara tawa kecil bangga dari mulut Adiba

“makasih……”

Pelukan dan saling rangkul sambil memandangi alam dan langit telanjang memang membawa mereka ke suasana indah yang sedikit banyak jadi terlupakan semua rutinitas, anak-anak, hubungan rumit mereka, dan hal-hal lain yang mereka jadikan beban dalam setiap hari langkah mereka.

Adiba bagaikan tersengat saat bibir Aslan dengan lembut menyentuh kulit lehernya.

Ah Aslan, gila kamu sayang, itu titik lemah gue…. bisik hati Adiba.

Ciuman Aslan makin meraja di lehernya, lalu ke tengkuknya yang telanjang karena rambutnya tersangggul, sementara dekapan-nya ke perut Adiba juga tetap membuat wanita itu terkunci rapat.

Mata mereka saling bertatapan saat Adiba menatap wajah Aslan yang dekat sekali di sampingnya.

Pelan lalu bibir Aslan mulai mendekat dan menempelkan bibirnya ke bibir Adiba.

First kiss bagi mereka

Lembut, menempel sejenak. Lalu mata Adiba terpejam, lengannya memegang dan meremas lengan Aslan yang melingkar di perutnya, dan mulutnya membuka, memancing Aslan untuk menempelkan kembali bibirnya ke bibir sexy Adiba.

Lumatan dan saling mengunci bibir, disertai saling bertukaran lidah

Nafas Adiba mendadak jadi berat, lidah Aslan kini bermain ke dalam rongga mulutnya saling berlipatan dengan lidahnya.

“oh….. aslan…..” bisik lembutnya

Kini dekapan Aslan agak melonggar, dan badan Adiba memutar sejenak, kini mereka saling berhadapan, dan kembali Adiba dibetot oleh pelukan Aslan, dan saling menatap dengan mesranya, kaki Adiba agak berjinjit, dan lidahnya kembali menyerang lidah Aslan. Dan bibir mereka saling bertemu, melumat dengan lembut, lalu menjadi ganas dan liar

“sayang….. anak-anak….” bisik Adiba memastikan

“udah tidur….”bibir Aslan kembali menyerang kulit leher Adiba yang sensitif dan menyimpan gairah indah

Leher terdongak dan cengkaramannya ke punggung Aslan seakan jadi jawaban akan reaksinya saat sudut-sudt sensitifnya diserang oleh bibir dan lidah jantan itu. Jilatan dan lumatan yang diiringi remasan tangan Aslan ke pantat montoknya Adiba, membuat irama birahi mereka sulit untuk dibendung.

Sekian tahun tidak tersentuh, dan malam ini disentuh dengan lembutnya dan tepat di titik sensitifnya dan dibangun oleh kondisi di mana rasa kagum dan rasa sayang yeng mengalir indah hingga menjadi serangkaian alur rasa membahagiakan hari ini, membuat arah aliran air mereka pun terbawa ke kolam pegulatan penuh nafsu.

Pintu kamar kini tertutup

Adiba pasrah sudah

Lidah dan bibir mereka kembali bertautan, dan saling memilin dan saling dorong. Suasana sepi, dingin dan aroma harum kamar Adiba, membuat sweater Adiba akhirnya terlepas dari tubuhnya.

Piyama bagian atas pun mulai dicopot oleh Aslan, dan dibalik piyama itu badan indah Adiba yang tanpa menggunakan bra, terbuka dan terlihat untuk pertama kalinya oleh Aslan. Buah dada dengan ukuran 34 B itu membusung dengan putting coklat muda, terlihat indah meski sudah pernah disedot mulut bayi.

“ough…..” teriak lirihnya terdengar saat lidah dan bibir Aslan menjepit-nya, badannya tersandar di dinding kamar, sambil matanya terpejam menikmati sedotan Aslan di ujung buah dadanya, yang nakal dan lincah bergerak liar.

Tatapan mereka beradu saat ciuman Aslan terlepas dari dadanya, dan kemudian kembali bibir sensual itu jadi sasaran sergapan bibir jantan yang terus melumat dan memberi tekanan ke badan Adiba yang tersandar di dinding kamar.

Aslan lalu membuka kaosnya, dan badannya yang terawat dan berotot muncul di hadapan mata Adiba. Tangan lembutnya lalu menyentuh dada Aslan yang keras dan berbentuk, sebelum dia kembali tenggelam dalam dekapan Aslan serta lumatan bibirnya.

Kini Adiba terlentang pasrah di kasur. Tangannya terangkat ke atas memperlihatkan ketiak indahnya yang mulus tanpa bulu sedikitpun, dan buah dada indahnya juga ikut terlepas pasrah, namun montok dengan pucuk indah menegang akibat rangsangan dari sang pejantan.

“stop it, Aslan…..” pintanya masih mencoba menahan

Tapi kembali lumatan bibir Aslan dan juga balasan dari Adiba yang merangkul dan memeluk tubuh yang menempel diatasnya itu bagaikan mengingkari ucapannya untuk meminta Aslan berhenti. Sentuhan dada Aslan dengan buah dada empuknya dan saling bergesekan, membuat dia bagaikan lupa diri dan tenggelam dalam pusaran birahinya.

Kepalanya terdongak, badannya semakin menghangat.

Dia lupa diri dan lupa tempat, saat lidah Aslan seinci demi seinci bermain dari belakang kupingnya, turun ke leher menghangati tipisnya area rangsangannya disitu, dan berakhir dengan sedotan di pucuk pentilnya yang sudah lama tidak dia rasakan indahnya.

Adiba makin tenggelam, jilatan dan hisapan bibir Aslan di ujung payudaranya membuat dia lupa diri

Dia lupa siapa yang sedang diatasnya saat ini. Bukan adik iparnya lagi yang dia ingat, bukan paman dari anak-anaknya lagi, tapi sosok jantan yang penuh pesona, yang sulit untuk dia dan bahkan banyak wanita lain tolak pesona sehebat ini.

Pantatnya terangkat sedikit saat lidah itu bermain di area pusarnya.

“ogh….. Aslan……” rintihnya liar

Badan sang dewi bagaikan ular berkelit ke kiri dan ke kanan, dia sulit menahan rasa dan birahi yang sudah bertahun tahun dia tidak rasakan, dan malam ini diajak berkelana oleh sang pejantan, yang dengan lihainya mengacak acak keindahan tubuhnya dengan jilatan lidahnya, serta remasan tangannya yang membuat dia semakin sulit untuk menahan dirinya.

Celana piyama sekalian dengan celana dalam nilon tipisnya pun copot.

Ouch, sebuah padang sabana dengan rumput tebal menyapa Aslan.

“sayang…….’ remasan lembut Adiba ke lengan Aslan, bagaikan putri malu yang menguncup saat mata pria itu dengan sangat berbinar menatap area indah yang baru kali ini dia lihat, dan juga dilihat pria lain selain mantan suaminya

“wow…..”

Lidah Aslan kembali menempel di bibir Adiba. Badannya yang kini sudah terbuka semuanya, sulit untuk menyangkal bahwa tubuhnya kini meminta lebih, meminta penuntasan atas dahaganya yang selama ini dia masih mampu tahan dengan yang lain

Dinginnya udara di luar dan suhu di kamar yang sejuk, membuat pergumulan dua insan ini menjadi semakin membara. Indahnya tiap jengkal tubuh wanita ini membuat lidah pria ini tidak berhenti menjelajahinya. Tubuh mulus, dan montok, serta buah dada membusung indah, perut yang rata menjadi santapan liar lidahnya Aslan.

Dan akhirnya segitiga indah yang sekian lama tidak terjamah, dan berumput tebal menghitam yang kontras dengan paha mulus dan perut rata, akhirnya menjadi santapan lidah dan bibir Aslan. Pahanya kini terbuka lebar, pasrah dengan apa yang dia rasakan.

Keindahan dan kombinasi sebuah mahakarya tubuh wanita, kini bergerak liar saat wajah Aslan mencium belahannya itu

“sayang…. jangan…..” cegahnya tanpa dia tahu kesungguhan hatinya untuk menolak itu.

Suara serak dan agak berat malah membuat Aslan makin nekad dan liar. Bau khas lembah wanita yang merangsang penciuman kaum jantan, menyerbu hidung Aslan, dan kemudian sejurus lidahnya masuk ke belahannya yang semakin basah, dan tangan sang wanita pun ikut pasrah menekan agar lidah itu tidak pergi dari situ.

“sayang….” desisnya makin sulit mengendalikan gairahnya

Tidak ada lagi pikiran siapa dirinya, siapa pria ini, atau anak-anak mereka akan terbangun dan mencari mereka, namun yang ada adalah kelebatan nafsu yang lari dan menanjak, mendekati sebuah titik puncak yang perlu mereka tuntaskan, apalagi saat ujung lidah basah dan bibir nakal itu bergantian mencumbu kewanitaannya yang sudah becek dan sensitif dengan setiap sentuhan

Buah dadanya yang semakin mengeras dengan lembut diremas oleh tangan Aslan, dan jarinya sering memilin ujungnya yang juga mengencang. Serangan lewat tangan dan lidahnya yang bermain liar di belahan bagian bawahnya, membuat Adiba sulit mengontrol lagi nalarnya, dan nafsu birahinya kini benar0benar menguasainya.

Erangan dan rintihan terdengar di seantero kamar

Adiba adalah pecinta seks yang liar jika di tangan yang tepat

Dan kini dia makin tidak kenal dengan rasa malu

Dia ingin segera tiba di puncak

“sayang….. enak banget….” tangannya menekan wajah Aslan, jemarinya sesekali menjambak rambut gondrong itu

Hingga ke sebuah titik……

”gila…. mau jebol gue……”

“aough…..” teriakannya sedikit keras kali ini

“sayang……”

Lidah itu makin nakal bermain disitu…..

Pantatnya makin liar bergoyang, dia bagaikan berputar mencari lokasi tepat untuk menempatkan di mana titik puncaknya untuk disinkronkan dengan lidah yang bibir yang menempel itu. Dan dia makin liar saat melihat jejeran jembut hitamnya yang seperti tertempel di sebagian wajah Aslan

“gila sayang….. liar banget lidah kamu…. nakal kamu…..”

Entah apa ucapan yang keluar dari bibir Adiba

Dan kemudian dengan kencangnya dia menekan kepala Aslan agar menempel ketat di belahannya, dan sambil berteriak dengan sedikit keras, Adiba merasa dirinya bagaikan dilontarkan ke awang-awang, akal sehatnya hilang seketika, dan sebuah kenikmatan duniawi yang sudah lama dia rindukan, akhirnya pecah malam ini.

‘sayang……. gila…..”

Pahanya menjepit dengan eratnya, tangannya menekan dengan kencang

Orgasme yang sudah lama dia tidak rasakan, akhirnya dia bisa capai dengan begitu dahsyat dan bergelora.

Nafasnya terengah engah, dia bagaikan tidak percaya melihat wajah Aslan yang beranjak dari selangkangannya, lalu menatapnya dengan senyuman nakal, dan kemudian merangkulnya dengan erat, yang dibalas dengan pelukan mesra, sebagai tanda terima kasih atas kenikmatan indah ini

“enak banget…..” bisiknya…..

“suka??”

Adiba segera sadar, wajah manjanya muncul

“nakal ih….. kesel aku…..”

Tapi pelukannya tetap mencengkeram erat Aslan

Aslan tersenyum sambil mencium leher Adiba yang agak sedikit keluar keringatnya

Kini mereka bertatapan. Tidak ada lagi rasa malu dan jaim, langsung menempel bibir Adiba di bibir Aslan. Dengan lembut dan kemudian berubah mengganas ciuman Adiba ke sang ayah, sosok yang sudah buat anak-anaknya jatuh hati itu.

“aku cuci dulu…..” bisiknya

Ciuman Aslan malah membetotnya

“Lan…. basah banget…..”

Aslan tidak peduli, dia tetap memeluk Adiba dan menempelkan seluruh tubuhnya menempel ke tubuh telanjang wanita itu.

Berpelukan dengan tubuh yang seksi dan keras urat-uratnya, memang membuat wanita seperti Adiba sulit untuk tidak merasa nyaman dan terbuai. Lengan yang kokoh dan otot yang berisi dan kekar, bagaikan akar pohon yang kuat yang membuat dirinya nyaman dan dilindungi

Ciuman dan cumbuan di bibir dan leehrnya, serta gesekan otot dada dengan lembutnya payudara nya, membuat semua orchestra indah sebuah rancangan percintaan yang dibangun, membawanya ke sebuah keadaan yang dia hanya bisa pasrah dan sulit menolak keindahan ini.

“sayang……”

“ya…..”

“becek banget…..”

“hehehe…” tawa pelan Aslan

“suka….”

“ehmmmmm….” manja suara Adiba yang kini wajahnya menempel di leher Aslan

Bau tubuh laki-laki jantan dengan aroma parfum Polo Sporty, membuat Adiba bagaikan terlena dan hanya bisa menikmati setiap jamahan dan cumbuan di setiap inchi tubuhnya.

Matanya agak terbelalak saat celana jogging panjang dan juga boxernya Aslan meluncur turun

Batang dengan kepala topi baja yang sangar dan mengacung kencang, membuat Adiba langsung berdebar debar.

Gila, besar banget…. namun indah dilihat…. batin Adiba berbisik

Dia hanya bisa menggigit bibirnya

“gede banget…..”

Aslan tersenyum

Tangan Adiba lalu terjulur, membelai lembut batang berurat itu, dan mengelus kepalanya yang licin, dan sedikit berair. Dia bagaikan bergidik, membayangkan batang sekuat dan sekencang itu akan mengobok obok selangkangannya yang mendadak basah kembali.

Tubuh Adiba terbaring terlentang pasrah.

Aslan lalu naik dan memposisikan dirinya diatas tubuh indah itu.

Tidak perlu lagi ada persetujuan dan pertanyaan lebih lanjut, yang ada hanya pasrah dan siap menunggu serangan lanjutan

“ough……” ada sedikit kekagetan saat kepala topi baja itu menyapa dan menyeruak masuk ke belahannya.

Aslan menunggu sesaat sambil menghisap buah dada yang bergoncang indah itu

Lalu perlahan, namun pasti, semua batang kemaluan Aslan pun tenggelam di vagina Adiba.

Bibrinya digigit gemas, dan pelukannya dengan ketat mengunci Aslan, sambil dia mencium leher sang arjuna, dan kakinya juga melingkari tubuh serta pantat Aslan yang diatasnya. Dia bagaikan tidak percaya jika saat ini mereka sudah dalam keadaan satu tubuh bersama, dan saling berpelukan dengan ketatnya.

Pantat Aslan kini begerak pelan, dan ciuman bibir kembali bertautan

“sayang……”

“iya…..”

“ enak…..”

Ciuman di bibir kembali bertautan

Tatapan syahdu dari mata indah yang biasanya tajam, kini menatap seperti memohon agar goyangan itu jangan berhenti

Irama dan tusukan Aslan kini mulai bergerak teratur. Dia dengan lincahnya menekan dan menurunkan pantatnya. Dia segera tahu dimana dia harus menggesek dari ekspresi keenakan Adiba, sehingga titik kenikmatan wanita itu pun terhendus olehnya, sehingga gesekan batang kemaluannya nya pun sering diarahkan dan digesek ke titik atas nya Adiba, yang membuatnya melenguh keras saat itilnya tersentuh oleh gesekan urat jantan yang memenuhi rongga kewanitaannya.

Ini rasa yang sulit diartikan

Rasa yang sudah lama tenggelam namun kembali dibangkitkan oleh Aslan

Dan ritual ini sungguh nikmat diantara mereka berdua

“sayang…..”

“iya…..”

“enak banget….”

Leher Adiba menjadi sasaran ciuman Aslan

“ ough,,……”

Matanya berkejap kejap menikmati keluar masuknya sang pejantan di tubuhnya. sodokan kencang dan teratur diatas tubuhnya membuat dia kesulitan untuk bertahan dan menyanggah kenikmatan ini, apalagi sambil buah dadanya yang bergoyang seseklai dijilat oleh lidah Aslan.

Dia lupa kalau ini adik iparnya. Dia lupa kalau mereka berdua bukanlah pasangan baik pacaran atau pun suami istri, yang dia ingat adalah secara naluri dia tidak bisa menolak pelukan dan cumbuan Aslan ke tubuhnya. Dia pasrah dan menikmati indahnya percintaan kali ini.

Sodokan itu membuat liang kewanitaannya bagaikan dibombardir dengan sengitnya. Cairan yang basah itu kini semakin lancar dan mengalir terus sehingga memudahkan otot vaginanya berkontraksi menjepit setiap urat itu mendesak masuk, dan irama yang mereka rasakan lewat hantaman pinggul Aslan ke pinggangnya, membuat ini seperti menjadi nada tersendiri yang indah didengar dan nikmat sekali diresapi.

Bagi Aslan, otot vagina dari Adiba ini memang lain rasanya. Entah kenapa dia bernafsu sekali kali ini. Dia bagaikan singa yang mengamuk, menggoyang dengan liarnya, sekaligus konsentrasi menstimulasi area indah yang jadi kelemahan Adiba

“sayang…”

Ciuman Aslan sebagai balasan

Riuh rendah rintihan nakal, dan dengusan jantan saling bersahutan

“aku mo keluar lagi sayang…..”

Mendengar itu Aslan makin konstan menggoyangnya, dan dia tahu dimana letak yang membuat titik itu mudah digapai

“gila… enak banget….”

Goyangan itu kembali membuyarkan pertahanan-nya

“sayang……” suara gemertakan gigi

“aku mo keluar…..”

Makin kencang goyangannya

Pelukan ketat dan ekspresi wajahnya sambul kakinya menjpit

Suaranya kencang berteriak lirih, dan dia memeluk erat Aslan

“sayang….. ough…. ough….. ough……..”

Pelukannya yang ketat dan kedutannya menjepit batang kemaluan Aslan, menjadi tonggak hadirnya orgasmenya yang kedua kalinya.

Pelukannya erat sekali, wajahnya memerah, nafasnya terengah engah

“enak banget gila…….” rintihnya liar bagaikan lupa diri, pekikan orgasmenya terdengar sedikit kencang diseisi kamar.

Aslan mendiamkan goyangannya, dia membiarkan wanita itu menikmati orgasme terbaik yang dia rasakan kali ini

“sayang…. ini enak banget…. sempurna banget…..” bisiknya sambil memeluk Aslan erat-erat

Aslan mendiamkan, dan pelukan mereka mengetat, sebelum agak dilepas oleh Adiba, sambil batang kemaluan Aslan masih tertancap di area lembah kewanitaan Adiba

“ayo sayang,…..”

Aslan kembali mulai menggoyang

Mata mereka saling bertatapan. Adiba menggogit bibirnya sambil menatap mesra ke Aslan, dan tangannya dengan lembut menjepit putting Aslan, dan sesekali meremas pantat pria itu, memberi semangat untuk menuntaskan pertandingan ini.

“enak sayang?”

Ciuman kembali mendera bibirnya

Senyuman mesra Adiba terpancar, sambil tetap menjepit batang keras itu yang sedikit membuat liang vaginanya agak ngilu, karena sudah dua kali orgasme tapi batang ini masih keras saja menyodoknya dengan sangat konstan dan tetap iramanya

Kini pelukan Aslan ketat dan mencengkram tubuh Adiba.

Rambut Adiba kini tergerai dari tadinya dijepit keatas karena liarnya pertarungan mereka

“”ka……” shit, manggilnya gitu banget

“iya sayang….”

“mo keluar….”

“iya sayang…”

Adiba sungguh dilema antara mendorong Aslan yang sedang keenakan untuk dibuang diluar, atau menikmati indahnya semburan air kejantanan yang sensasinya luar biasa rasanya, dia galau, meski kemudian pelukannya malah mengetat dan memberi ruang bebas bagi Aslan

Untungnya Aslan sadar ditengah kegilaannya

Dengan cepat dia mencabut, dan kemudian sebelum terlambat, dia melepaskan cairan kenikmatan itu tumpah ruah di perut, hingga muncrat di sebagian sawah hitam tebal milik Adiba.

Pelukannya dengan ketat membetot tubuh Adiba, yang dibalas oleh pelukan erat oleh wanita cantik itu.

Tidak ada kata-kata terucap, namun pelukan dan sentuhan bibir Aslan ke leher Adiba, seakan menjadi penegasan bahwa nikmat dan indahnya puncak bercinta sudah mereka lalui.

Kesadaran tubuh dan pikiran mereka kini muncul, apalagi saat Aslan terbaring di sampingnya.

“nakal ih….” cubitan Adiba ke perut Aslan

“kok nakal sih….”

“nakal lah…. kaka iparnya ditidurinn…..” sungut Adiba manja

Aslan tersenyum malu

Adiba lalu bangkit dan segera mengambil handuknya, dia segera masuk ke kamar mandi untuk membilas dan membersihkan tubuhnya, sekaligus membasuh vaginanya yang basah kuyup, serta perutnya yang berhamburan calon juniornya Aslan

Dia bingung

Kok bisa gue tidurin si Aslan?? shit…. apa kata orang-orang kalau tahu ini??

Di bagaikan malu untuk keluar lagi. Dia malu melihat wajah Aslan, adik iparnya sendiri yang selama ini dia deny untuk ada kemungkinan ‘naik ranjang’ setelah dia cerai dan adiknya Nafia pergi, namun malah dia kemudian takluk oleh kejantanannya Aslan

Gila… jantan banget sih…. sampai bergidik Adiba membayangkan pertarungan barusan.

“cuci….” ujarnya ke Aslan yang masih terkulai. Batang kemaluannya yang lemas terlihat menempel di arah pahanya. Membuat Adiba malu malu menatapnya. Dia merinding mengingat ngilunya vaginanya setelah dicoblos batang yang keras dan besar itu barusan.

Aslan kemudian keluar dari kamar mandi

Adiba masih malu menatap wajah Aslan. Sungguh berbeda dengan kejadian tadi yang mereka begitu liar dalam bercinta. Usai nya percintaan penuh nafsu itu , mengembalikan kesadaran mereka kembali, bahwa ada kesalahan yang mereka perbuat barusan

“aku mau lihat anak-anak dulu….” ujar Aslan sambil memakai celana joggingnya dan celana dalam, lalu keluar kamar tanpa memakai kaos. Sedangkan Adiba sudah memakai kembali bajunya saat Aslan di kamar mandi, dia memakai baju yang tadi, meski tanpa sweater.

Anak-anak tertidur damai, pengaruh kelelahan mungkin membuat mereka bagaikan memberi kesempatan bagi ayah dan mami mereka untuk melakukan ritual intim yang menyenangkan, sehingga dari tadi tidur, hanya posisi badan mereka saja yang berubah, namun mata dan lelapnya yang tetap. Aslan lalu membenarkan posisi tidurnya, menyelimuti mereka kembali, dan mencium pipi kedua anak itu satu persatu.

Gimana gue ngga galau lihat lu seperti ini, Aslan? Bisik hati Adiba yang ikut mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka. Cara kamu mencintai anak-anakku yang tanpa syarat, hati orangtua mana yang tidak tersentuh, Aslan??

Dia merasa kacau dengan apa yang terjadi barusan. Dia bingung harus bagaimana bersikap setelah kejadian malam ini. Bagaimana pun Aslan adalah adik iparnya, sudah punya pasangan juga, dan meski suka diledekin oleh keluarga, namun rasanya jahat dihati Adiba jika kemudian meneruskan hubungan ini.

Tapi tadi kamu menikmatinya??

Enak bukan??

Kamu orgasme buka??’

Iya sih, the best seks in my life malah

Tapi…..

“ka……”

Jezz, still same citation being mentioned

Dia menoleh kaget

“masih lelap…..”

“iya….”

Lalu

“mau minum?”

“boleh Ka….”

“air putih aja yah….”

“oke….”

Kelakuannya beda banget dengan liar nya tadi di tempat tidur, pikir Aslan

“nih….”

“makasih Ka….”

Aslan meneguk hingga habis segelas

“lagi?”

“udah Ka….”

Adiba meletakkan gelas di meja, lalu hendak berbalik masuk kamar

“ka…..”

“yah…. ??” langkahnya terhenti

Tiba-tiba tangan kokoh itu meraihnya ke dalam pelukannya.

Adiba tidak mampu berpikir lagi, dia dengan segera juga membalas pelukannya. Tenggelam nya dia dalam pelukan Aslan membuat hatinya galau, dan tanpa terasa air matanya menetes, suara tangis-nya pun terdengar di telinga Aslan, yang meski sedikit bingung, namun dia bisa memahami kenapa ada tangisan dari Adiba malam ini.
 
kelas antara Adiba, dengan Rani ataupun Endah itu beda.

baik Endah ataupun Rani, mereka sendiri yang memang menginginkan untuk di anu sama Aslan. meskipun kedua wanita ini perawan, namun mereka tidak tau malu dan dengan berani menggunakan daya tarik seksual untuk menjerat hari Aslan.

namun dengan Adiba berbeda, meskipun dia janda namun Adiba lebih berkelas. bukan Adiba yang memancing Aslan, namun Aslan yang secara naluriah tergoda dengan apa yang dimiliki oleh Adiba.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd