Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Icip icip dulu Lan...jgn digasspoll....dari pinggir dulu baru ke tengah...tapi jgn sampai pulak tak dieksekusi...,😅😂
 
Team adiba banyak suporternya sepertinya..
Perawan memang menawan..
Janda lebih menggoda...
hot milf apalagi.wkwk
 
Gila! Pesona Aslan sungguh luar biasa! Seperti bulldozer yg perlahan menerjang satu per satu yg dihadapinya. Stlh Endah, kini perlahan Rani. Jd makin penasaran gmn penaklukan Adiba.
 
Part XVI

Hati yang masih belum siap



Melihat foto Aslan dengan Rani di instagramnya Aslan yang ditandai oleh Rani, membuat Adiba hanya tersenyum kecut. Untung anak-anaknya belum punya instagram, meski Ravi sudah mulai merengek minta diijinkan punya instagram, namun dia massih berpikir pikir untuk mengijinkan itu, karena memang usia Ravi masih belum cukup untuk punya instagram.

Meski ekspresinya sedikit datar dibanding wajah Rani yang tersenyum manis, namun tetap saja foto ini yang dikomentari oleh banyak teman dan saudara Rani, membuat Adiba agak sedikit kuatir jika sampai dilihat anak-anaknya. Karena dia tahu bagaimana pertanyaan dan apa yang dilontarkan oleh anak-anaknya nanti jika mereka melihat ayah mereka dengan wanita lain yang asing di mata mereka.

Kita semua salah, Aslan. Demikian bisik hati Adiba.

Kita terlalu membiarkan diri kita masuk terlalu dalam ke sebuah kondisi dimana anak-anak jadi tergantung dengan diri kita semua, dan membuat mereka menciptakan pemikiran yang imajiner bahwa kita berdua ini adalah orangtua mereka yang hanya untuk mereka saja, dan tidak boleh dibagi dengan orang lain.

It’s my fault actually as a mother, bisik hatinya lagi.

Jika mungkin dari awal dia tegas dan tidak membiarkan ketergantungan anak-anaknya dengan Aslan, mungkin apa yang dia takut-kan tidak akan terjadi. Setidaknya tidak membuat Aslan terbelenggu dengan kondisi seperti ini, padahal dia sendiri buka yang harus tanggung jawab terhadao nasib dan kondisi anak-anakku sendiri.

Terima raport, harus Aslan.

Dipanggil untuk rapat guru, harus Aslan.

Bahkan bayar SPP mereka pun Aslan turun tangan, karena secara sistem pelaporan dan nama serta nomor telepon Aslan ditaruh sebagai wali, sehingga dari awal dia mulai membayarkan itu dan berlangsung hingga sekarang. Meski itu bukan kewajiban dia, namun itulah yang terjadi saat ini.

Kita sudah menggali kuburan kita sendiri sebenarnya, Aslan…..

Adiba hanya bisa terdiam dan merenung di meja kerjanya dia.

Bayang-bayang adiknya Nafia memang sulit dilepaskan oleh Aslan. Sehingga setiap dia mendekati wanita lain pun, rasanya rasa cintanya yang terlalu besar untuk Fia jadi batu penghalang yang selalu berdiri kokoh menghambat aliran arus perasaan baru untuk dirinya.

Dan kini penghalang itu bertambah dengan hadirnya anak-anaknya Adiba. Bukannya rindu dengan papinya mereka yang sekarang juga sibuk dengan dua anak yang baru dari pernikahan barunya, tapi malah mencintai sosok lain yang mereka sebut Ayah. Cara Aslan mencintai anak-anaknya, secara tidak langsung membuat semua hitung-hitungan ala matematika cinta berhamburan gagal dan berantakan.

Aslan memang punya karisma yang berbeda. Dia bukan tipe pria playboy yang doyan main perempuan, meski tampang-nya keren, berduit dan punya jabatan. Status dudanya juga tidak menghalangi fans-fans wanita untuk hadir menghampirinya. Namun sosok Rani ini sedikit berbeda dan berani untuk bertarung, membuat Adiba sebetulnya kasihan dengan wanita itu, karena dia entah kenapa kuatir jika kondisi Aslan saat ini akan membuat sesuatu yang harusnya mudah, jadi malah sulit.

Banyak hal yang dikorbankan Aslan untuk kedua anaknya. Mulai waktu, biaya, bahkan perasaannya dia pun, selalu dia taruh disamping saat sudah bicara masalah Arvind dan Ravi. Dua anak yang harusnya bukan tanggungan Aslan, namun merasa Aslan adalah ayah mereka. Ini yang membuat Adiba pun sulit untuk bergerak.

Maka saat kejadian dengan Hardian waktu itu, dia segera mengkoreksi dirinya sendiri. Meski dia layak untuk bahagia, layak untuk punya pasangan baru, dan layak untuk mencintai dan dicintai pria yang baru, namun dihadapkan dengan anak-anaknya, dia bagaikan sulit untuk melawan itu.

Aslan yang bukan siapa-siapa secara garis darah saja mau berkorban dan membuang ego pribadinya, lalu kenapa dia sebagai ibu malah berani melawan itu, meski memang harusnya dia juga punya hak untuk menentukan jalur hidupnya sendiri, namun dia malu dengan kondisi ini, karena dianggap wanita dan ibu yang egois.

So? Bagaimana dengan gurauan keluarganya??

Adiba sulit membayangkan itu terjadi.

Dia tahu bahwa Aslan hanya mencintai Nafia. Kalaupun dia sering bersama, sangat menghormatinya, atau pun sangat baik ke dirinya, dia yakin itu karena Aslan sangat mencintai anak-anaknya, sehingga dia menjaga perasaan mereka dengan selalu terlihat kedua orangtuanya baik dan sangat sayang mereka, sesuatu yang harusnya Anand lakukan untuk anak-anaknya, ini malah harus pamannya yang lakukan itu.

Tapi? Come on Adiba…. apa yang salah dengan usulan dari keluarga kamu??

Adiba kembali hanya tersenyum getir dan menggelengkan kepalanya.

Aslan tidak mungkin mencintainya seperti dia mencintai Nafia

Lalu, dia juga tidak mungkin menyukai Aslan lebih dari suka seorang kakak ipar ke adik iparnya, yang sudah seperti adiknya sendiri.

Aslan, aslan, dan Aslan

Kenapa sih sosok ini selalu membuat keluargaku jadi seperti ini??

Dari kecil sudah bandel-nya luar biasa, bikin keluarga dengan keluarganya berantem tanpa henti hingga ayahnya meninggal, tidak ada kedamaian diantara mereka. Lalu hadir dengan cintanya yang luarbiasa, membuat kami sekeluarga bertekuk lutut, dan kagum dengan itu. Dan sekarang dia membuat anak-anakku, bahkan abah, umi dan jiddah pun ikut kuatir jika Aslan menikahi wanita lain.

Dia yakin bukan hanya karena anak-anak saja yang jadi pertimbangannya, tapi lebih ke rasa nyaman dan rasa sayang mereka ke Aslan yang sudah jauh lebih dari sekedar menantu, tapi bagian dari keluarga besar mereka, yang jika bisa itu selalu ada, kenapa harus dilepas?

Adiba tersenyum

Dia ingat bagaimana di hari terakhir mereka jalan bersama. Anak-anak begitu bahagia, meski saat berpisah Arvind seperti biasa dengan drama prince nya selalu muncul dan berat lepas sosok ayahnya ke Makasar, namun mereka semua bahagia.

Adiba? Are you happy?? dia bertanya ke hatinya sendiri

Yes, jika anak-anak bahagia? Kenapa aku ngga kan?

Mereka berempat kalau jalan selalu jadi pusat perhatian. Ayahnya tampan, ibunya cantik, pantas anak-anaknya ganteng-ganteng, selalu itu yang disebut oleh orang-orang yang tidak tahu.

Foto mereka berempat dengan Arvind memamerkan lukisan nya, bagaikan keluarga yang sempurna dalam sebuah potret indah. Lengkap, bahagia, dan penuh senyum. Bukankah itu sebuah keluarga yang utuh dan bahagia??

Lalu bagaimana potret itu nasibnya jika dia jalan sendiri dengan Hardian, lalu Aslan dengan Rani?? kita kan berhak untuk bahagia, dan perasaan anak-anak meski kita harus hitung, tapi bukan juga jadi faktor utama dalam memutuskan kan?

Tapi apa pasangan mereka nanti bisa tahan dengan egonya Arvind?? atau dinginnya Ravi?? sikap mereka dengan orang yang mereka tidak kenal, sangat berebdea manisnya jika sedang berada di dalam rangkulan Aslan dan Adiba. Ini berat rasanya untuk dilalui oleh mereka berdua.

Tapi kan tidak mungkin juga aku dengan Aslan, bantah Adiba

Kita tidak saling mencintai!!!

Kita saling menghormati, dan itu yang membuat hubungan kita sampai saat ini berjalan bagus sebagai kakak dan adik.

Ganteng maksimal, cool dan macho. Kata Narti.

Belum lagi anak-anak kantor cewek disini yang selalu caper jika Aslan datang.

Pesona si pervert ini memang beda. Kerja kerasnya pun layak diancungi jempol. Kesungguhannya dalam semua hal, membuat Adiba selalu termotivasi setiap melihat pencapaian yang Aslan lakukan. Bahkan meski tidak turun langsung, setiap pasar yang dia rintis, Adiba bisa dibilang hanya meneruskan saja, karena semua penjelasan, aturan main, hingga skema pembayaran sudah disampaikan lebih dahulu oleh Aslan, meski dia tidak terlibat langsung disitu.

Shit, kok gue jadi memuji dia sih? Tepis Adiba

Come on Diba, apa yang salah dengan memuji Aslan kan?

Ganteng, pekerja keras, atletis, dan penyayang keluarga. Mungkin hanya sikap diamnya saja yang suka buat Adiba ill feel jika sedang jalan bersama, meski belakangan ini banyak perubahan dan sering banyak juga bicara dengan dia, apalagi jika sudah bahas anak-anak.

Jujur dia sebetulnya tidak cemburu saat Aslan berfoto dengan Rani, hanya saja dia menyayangkannya jika dipublish seperti itu. Meski dia kagum dengan Aslan, namun yang dia takutkan ialah jika anaknya lihat dan ramai. Itu hak Aslan, dan jika saat itu tiba pun, dia dan anak-anaknya juga harus siap dengan situasi ini.



****************************

“how’s kiddos?”

“they are fine…”

“ I wish I can have their hearts…. “

Senyum Adiba mendengarnya

“ meski masih sulit…..”

Anggukan kepala Adiba

“ memang sulit ternyata memenangkan hati seorang ibu, dibandingkan hati gadis yah…..”

Adiba agak tercolek mendengarnya

“then find the girl lah…. jangan cari janda beranak dua….”

Hardian segera tersadar bahwa kata-katanya ada yang salah

“don’t get me wrong, Diba….”

“masalahnya aku sukanya sama ibu anak dua…..”

Adiba hanya tersenyum

“makanya aku harus siap fight…..”

Meski senang mendengarnya, namun ada rasa ragu di hati Adiba. Dia tahu, dengan reputasi, kondisi dan semua yang ada pada Hardian, rasanya dia masih ragu jika Hardian akan kuat untuk mencoba mengambil hatinya dengan cara mendekati anak-anaknya.

Saat ini saja tidak ada keberanian Hardian untuk masuk lagi ke rumahnya, atau mencoba mendekati anak-anaknya. Dia malah sibuk hendak mengajak Adiba untuk tur ke Eropa, atau ke Maldives, which is bagi Adiba sebetulnya Hardian mengincar dirinya saja untuk kesenangan duniawi, seperti pacar-pacar dia sebelumnya, dan memikirkan untuk memenangkan hati anak-anaknya mungkin bukan prioritasnya dia saat ini.

“makasih yah… sudah antar aku…” ujar Adiba saat mobil Hardian sudah berhenti di depan rumahnya

“sama-sama Diba….”

“oke…. aku masuk dulu….”

Lalu

“diba…..” tangannya ditahan oleh Hardian

“yah….”

Adiba kaget, melihat tatapan Hardian yang menatapnya dengan sangat dekat

Perlahan lalu Hardian mendekati wajahnya Adiba, bibrinya mencoba untuk menyentuh bibir wanita itu, dengan gerakan perlahan. Namun, Adiba memalingkan wajahnya ke samping, sehingga ciuman pria berkaca mata itu hanya menyentuh pipinya saja

“sorrry, Hardian……” bisik Adiba pelan

Hardian meski kecewa, namun berusaha untuk tegar

“it’s Oke…..”

“aku masih belum siap…..” ujar Adiba masih dengan nada lirih

Hardian menarik nafas agak panjang, dia bersandar di kursi pengemudi mobilnya sambil tangannya mengetuk ngetuk setang mobilnya yang berbalut kulit premium itu.

“ aku ngerti kok…..”

Adiba seperti merasa bersalah sebetulnya, namun dia memang masih belum siap

“aku masih dulu yah….” tangannya menepuk tangan Hadrian

“oke…”

“kamu hati-hati di jalan….”

“sure…”

Anggukan pelan Hardian mengiringi keluarnya Adiba dari mobilnya, dan kemudian lambaian n tangannya pun terlihat saat pintu tertutup, membuat Hardian hanya bisa tersenyum getir, lalu membalas lambaian itu dengan tangan yang agak lunglai, lalu dia menginjak gas nya untuk meninggalkan rumah Adiba.



*******************************

Sementara itu, ribuan kilometer dari Bekasi , di bagian timur Indonesia, tepatnya di kota Makasar

“enak kan makanannya?”

“lumayan….”

“sesekali sih kita makannya demikian….”

Aslan hanya tersenyum tipis

Mereka baru saja menikmati makan malam di Gravity Sky Lounge, karena kebetulan malam ini ada ulang tahun dari salah satu klien Rani, diadakan disitu, dan Rani mengajak Aslan untuk menemaninya malam ini, dan selesai acara mereka pun langsung pulang

“tadi Dessy minta kita foto bareng malah kita udah jalan duluan….”

“oh yah…. ngga tau aku….”

“kamunya udah jalan duluan….”

“maaf deh….”

“ngga apa-apa….”

Langit yang cerah malam ini membuat hati Rani pun berbunga bunga

“ aku senang kok… kamu mau luangkan waktu nemenin aku….”

Aslan tersenyum menganggukan kepalanya

“ besok selesai ngantor ada acara?”

Aslan menggelengkan kepalanya

“ngga….”

“oke….”

Yang pasti Rani bahagia sekali hari ini, karena Aslan sangat manis bagi dirinya sepanjang beberapa hari ini. Dia bisa merasakan bahwa Aslan sedikit demi sedikit mulai mebuka hatinya, dan mulai terbuka terhadap dirinya.

Tidak ada kata I love you, atau kangen atau kata-kata romantis lain. Namun bagi Rani, perhatian dan perlakuan Aslan sudah lebih dari cukup untuk dirinya selama ini. Dia entah kenapa sudah sangat bahagia dengan cara Aslan memperlakukannya, karena sangat jauh berbeda dengan sebelum-sebelumnya yang dingin dan jauh dari kata hangat.

“mampir yuk…..”

Aslan terdiam sesaat

“baru juga jam setengah 10, ngga ada yang nungguin kan?”

Aslan tersenyum

Dia lalu mematikan mobilnya, dan ikut keluar dengan Rani.

“parkir disini ngga apa-apa kan?”

“ngga dong, kan luas jalannya…”

Mereka lalu masuk ke dalam rumah Rani. Cozy dan bersih, ciri khas rumah gadis yang rapi segera terlihat saat dia membuka pintunya.

“ada si mbak, tapi dia tidur di kamar belakang….”

Ruang tamu kecil dan menyatu dengan ruang makan dan dapur, lalu ada kamar tamu, powder room, dan pintu belakang yang menuju ke kamar ART dan ruang cuci.

“mau minum?”

“ boleh….”

“teh, kopi, atau?”

“air putih aja…..”

Lalu

“ke atas yuk….”

Aslan agak kaget

“ruangan aku di atas soalnya…..”

Aslan pun diam dan ikut dengan Rani yang naik lewat tangga. Pinggul indah yang terbungkus rok itu bergoyang menggoda Aslan, yang naik di belakang Rani

“total ada 4 kamar, di bawah 2 dan diatas 2.”

Dilantai 2 ada ruang keluarga yang difungsikan sebagai ruang nonton, dan juga ada meja kerjanya Rani, dan ada taman di sebelhanya.

“ini kamar utama, dan itu kamar anak nantinya…. “ dia menunjuk di kamar yang saling terpisah dengan ruang keluarganya.

“ini di luar taman, dan sekalian ruang aku kalau olahraga….” ada sepeda statis di taman yang bersebelahan dengan ruang keluarga.

“kamar aku itu cross ventilation dengan jendela menghadap depan…..”

Pengaturannya memang bagus dan modern, Aslan suka dan kagum

“duduk….”Rani mempersilahkan

“makasih…..”

Minuman air putih dari pantri kecil dilantai dua dihidangkan oleh Rani untuk Aslan

“silahkan sayang….”

Aslan tersenyum kembali

“makasih…..”

“aku mandi sebentar dan ganti baju dulu yah….” pamit Rani sebentar

“oke…”

“ngga apa-apa kan?”

“ngga apa-apa…”

Lalu

“ ada yang perlu aku ganti atau rubah?”tanya Rani terkait interior ruangannya

“ngga, ini sudah bagus banget…..” puji Aslan

“makasih….”

Dia lalu memeluk dan mencium pipi Aslan

“aku mandi dulu yah….”

Aslan kaget, dan menganggukan kepalanya.

Dia sambil menunggu Rani, dan menahan galaunya hati dia sendiri, Aslan mencoba untuk melihat-lihat semua yang ada di sekeliling ruangan itu. Meja kerja minimalis serta layar komputer, lalu ada layar LED terbaru di dinding, mungkin suka dipakai Rani menonton drama Korea kesukaannya, dan juga ada sebuah sofa yang wanrnya coklat pastel, yang sangat cocok dengan warna dinding ruangan ini.

Ada foto Rani sendiri, dan juga fotonya dengan keluarganya, saat dia wisuda, dan juga foto Rani saat dia sedang di Cappadocia, sedang dengan mantel yang membalut tubuhnya, dan melelang senyuman-nya di situ.

Wanita ini memang cantik dan menawan hati, meski dia tidak yakin jika hatinya apa sudah tertawan atau belum dengan wanita ini. Dia hanya bisa mengikuti nalurinya saja, tanpa bisa melawan itu semua, termasuk malam ini saat diajak singgah, dan bahkan masuk ke ruangan yang bisa dibilang ruangan pribadinya Rani.

“yang….” pintu kamar terbuka dan Rani keluar dari kamarnya

Aslan kaget melihat Rani

Tanktop dan celana pendeknya model shortpants yang berwarna biru powder, membungkus tubuh seksi dan mulus itu, dan binar matanya terlihat seperti menantang Aslan dengan sapaan yang hangat ke arah matanya

“ mau tambah minum?”

“eh…. cukup…” Aslan agak gelagapan melihat Rani

Putting kecilnya terlihat sedikit muncul, karena tanktop yang dikenakannya seperti tidak mampu menyamarkan itu.

“ ngga apa-apa kan aku pakai ini?”

“ngga apa-apa…..” gelagapan Aslan

“ buat kekasihku ini kok…..” senyum misterius dari Rani membuat Aslan agak dag dig dug dadanya

Paha indah dan mulus, dan kulit lengan hingga pundaknya yang bersih, serat wajah cantiknya dengan rambut legam hitam, yang di gelung keatas, membuat tengkuknya yang mulus dan indah, terlihat menantang mata Aslan untuk sulit lepas dari keindahan itu.

Aslan yang sedang duduk di sofa, bagaikan sulit untuk bergerak.

“ si Mbak ngga kesini….?” tanya Aslan menetralisir perasaannya

“ dia ngga berani jika ngga aku suruh naik….” senyum Rani.

Rani lalu duduk di samping Aslan, dan kemudian merapatkan badannya ke pelukan Aslan, dia ingin merasakan hangatnya tubuh sang kekasih pujaan hatinya itu. Dan itu membuat Aslan pun bergerak tangannya untuk merangkul bahu Rani, sehingga parfum dan wangi tubuh wanita itu, tercium dan menggoda Aslan, sekaligus menggoda hasrat kelaki-lakiannya untuk bergelora, dan membara, apalagi di dalam dekapan wanita dengan tubuh seindah dan se-sempurna Rani……..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd