Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

begitu mantap nya cerita panjang tentang aslan ini di racik oleh @Elkintong sampai kita para pembaca jadi nagih dan jadi candu akan karya beliau ..
semoga aja tak ada maling karya yg bikin ulah ya men copas karya rancak ini seperti yg sering terjadi ...

@Elkintong ,,karya mu selalu kami nanti
 
Wah dalam hati Adiba kesal sama Rani.. jual mahal ni adiba
 
Well...congrats hu @Elkintong ...Ceritanya luar biasa...alurnya natural...humanis...Tp lebih asyik lg kalo Aslan jg eksekusi Rani trus nikahin Adiba, eeh tau tau dapat kabar Endang jd janda...Gegana gak tuh si Playboy...😅😁🙏
 
Part XIV


Minggu Ceria yang buat Galau



Hari minggu Aslan sarapan dengan mamanya Ulfa dan adiknya Linda, dan sudah pasti anak kesayangannya juga ikut bersama duduk di kursi kerajaan alias kepala meja, bagaikan boss kecil dia mendengarkan ayahnya lagi bicara dengan nenek-nya

Saat mendengar kalau neneknya dan auntinya ingin ke Makasar, dia segera berkomentar

“ade ikut….”

“ade sekolah, ngga boleh…”

“ngga aunti, ade nanti minta ijin……”

“ijin terus, nanti ngga naik kelas kebanyakan ijin….”

“nanti ade pindah ke Makasar sama ayah….”

“yey, gitu dia….”

“trus, kalo aunty ama nenek mau ke Makasar, harus ijin ade…..”

Linda dan Ulfa tertawa

“ini kakak aku….”

“ngga, ini ayah aku….” Agak ngotot dia

Aslan segera menengahi

“dek, udah sih ah…. Tau sendiri egonya dia….”

Linda memang suka gemes lihat bocah ini

“mau kemana nanti Bang?”

“AEON aja palingan Ma…..”

“bosan yah Summarecon terus?”

“iya…..”

Lalu

“ade mau dibeliin apa ama ayah emang?”

“mau beli lato-lato…”

“kok lato-lato?”

“biar ade mainin dekat kuping aunty, biar keberisikan…..”

“eh enak aja yah….”

Suara tawa terdengar saat suara Arvind bilang dia mau beli lato-lato.



*****************************

Suara music dari lantai 2 terdengar saat Aslan naik di tangga menuju lantai 2. Ada 4 kamar dilantai 2 ini, satu kamar yang dulunya dipakai oleh Fia jadi kamar Aslan saat ini jika datang menginap. Lalu kamar Adiba di bagian depan disulap jadi kamar anak-anak, Arvind dan Ravi tidur disitu.

Di bagian belakang yang menghadap taman, itu sekarang jadi kamarnya Adiba. Dan setelah taman belakang itu ada 4 ruangan dibuat berjejer, mulai dari ruang cuci jemur, ruang gym, dan ruang kerja Adiba di rumah.

Mushola yang tadinya diatas kini dipindah dibawah di dekat dapur menuju taman belakang. Banyak perubahan dilakukan oleh Jafar, apalagi semenjak anaknya Nafia meninggal dunia, dia merombak taman di tengah yang dulu dipakai untuk syuting podcast, menjadi lebih moderns dan dilengkapi kolam ikan.

Aslan hendak bertanya jam berapa mereka hendak jalan, karena anak-anak juga menanyakan hal yang sama, sedangkan hari ini sudah janji dari kemarin-kemarin kalau minggu akan jalan bersama anak-anak, ditemani ayahnya dan mami-nya

Dia agak tertahan saat melihat Adiba sedang melakukan Zumba bersama instrukturnya di dalam ruang gym. Dia langsung berbalik ke kamar lagi

“hey…..”

Dia tertahan dan berbalik badan

“kenapa?”

“ngga….”

“ngga nga… ngintip aja lu…. Dasar pervert….” Sungut Adiba agak pelan

Aslan tertawa sambil menggelengkan kepalanya

“sini…..”

Aslan merapat

“kenapa?”

“anak-anak nanya mau jalan jam berapa?”

Aslan menganggukkan kepalanya ke arah instruktur senamnya Adiba

“ jam 10 ana aja pas mall buka…”

“oke”

“pesawat jam berapa?”

“Maksimal jam 5 aku sudah harus di Bandara…”

“jam 3 lah yah… cukup lah…..”

“oke….” Dia hendak berlalu

“mo ke mana?”

“balik kamar lah…”

“sini kek… temenin gue…..”

Aslan kaget. Menemani dirinya yang dengan baju senam dan dadanya mengintip setengah begitu?

“anak-anak suruh nilai mamanya senam pasti bilang mami nya payah…. Jadi mending kamu yang lihat dan nilai….”

Meski bingung, Aslan akhirnya masuk dan duduk di kursi yang tersedia.

“narti, Mas….”

“aslan….”

Instruktur senamnya yang tidak kalah bohai memperkenalkan dirinya.

Lagu Dreamer dari Jungkook BTS pun berdentam

Nafia pernah cerita kalau kakaknya Adiba ini memang aktif sekali waktu di sekolah. Dia salah satu anggota modern dancer di sekolahnya. Dan kali ini meski sudah berumur 30an, Adiba memang masih lincah dan kuat bergoyang di lantai gym.

Sesekali matanya menatap ke Aslan seperti menggoda-nya

Dengan baju senam yang minim seperti ini emmang kaka iparnya ini terlihat seksi sekali. Belahan dadanya pun ikut mengintip.

Selesai lagu Dreamer, kini lagu Ike Nurjanah, Terlena yang diremix. Gerakan mereka semakin ganas terlihat, membuat Aslan hanya tersenyum melihatnya

Selesai pendinginan, lalu lagunya pun berhenti

“capek eh…..”

Dia menghampiri Aslan

“keren…”

“basa basi…..”

“keren kan Mas?”

“excellent….”

“Tuh kan, dasarnya bisa nari jadi lentur badannya….”

Adiba tersenyum sambil menengguk air minumnya di tumblernya.

“oke…. Jam 9an lewat gue udah ready….”

“Oke….”

Aslan lalu keluar dari ruangan gym sambil memberi anggukan ke instruktur senam

“ dia…… ?”

“suaminya Fia…..” ujar Adiba

“oh…..”

“ sering kesini?”

“rumahnya kan di sebelah tuh….”

Narti memang tahu tentang Fia, namun tidak kenal dengan Aslan

“ ganteng yah…..”

Adiba tersenyum

“ udah nikah?” tanyanya sambil membereskan perlengkapannya dan memasukkan ke tas nya

“ belum……”

Narti tersenyum dan melihat ke arah Adiba

“ dia jauh usianya…. Dan gue anggap udah kayak adik… cuma emang dekat ama anak-anak…” segera Adiba mengklarifikasi karena melihat senyuman Narti

“bukan seperti yang lu bayangin….”

Narti tertawa

“gila lu, masa ngga kegoda sama yang ganteng begitu…..?”

“ngga lah… cintanya dia cuma ama Nafia… kasihan wanita yang mau nikah ama dia….”

“gitukah?”

“yup….”

“screensaver nya dia aja masih foto mendiang…..”

Narti sampai takjub mendengarnya

“ padahal kan lu berdua bisalah itu…. Dia duda, lu juga sendiri… anak-anak juga dekat ama dia? Kan masalah lain bisa lu aturlah…..”

Adiba tertawa mendengar usulan Narti

“kira ngatur begituan kayak ngatur gerakan Zumba apa?? Ribet dah….. lagian gue masih nganggapnya dia kayak anak kecil…. Wkwkwkwkwk….” Terkekeh Adiba menertawakannya

“gila… keren banget….”

“iya sih…. Hot daddy di kompleks sini….” Ucap Adiba lagi



**********************

Tangan mungil Arvind memeluk ayahnya dari belakang. Adiba yang disamping hanya tersenyum melihat tingkah anaknya yang memeluk ayahnya meski dia ada di kursi belakang. Beda dengan abangnya yang lebih anteng dan tenang.

Interaksi kedua anaknya ini memang sedikit berbeda. Ravi lebih suka wa an dengan ayahnya, dia menelepon kalau ada rasa penting. Namun Arvind sehari dia wajib video call dengan ayahnya. Ini yang buat Adiba dan seisi rumahnya pusing. Karena ke Anand yang notabene ayah kandungnya, mereka tidak ada rasa rindu seperti ke Aslan, ditambah lagi memang Anand pun tidak ada kontak dengan mereka selain hari-hari tertentu.

“valet aja yah…?”

“oke…..”

Segera mereka turun ke di lobby mall.

Anak-anak dengan riangnya masuk sambil menggandeng tangan Aslan. Mereka terlihat seperti keluarga normal dengan dua anak yang ganteng-ganteng. Pasangan ini sungguh serasi dan enak dipandang, ayahnya tampan dan ibunya jelita.

Tidak ada yang mengira kalau pasangan ini adalah ipar-iparan, apalagi anak anak memanggil Mami dan Ayah.

“mau gambar dulu…. “ teriak Arvind sambil melihat counter menggambar

“abang ke toko buku…..”

“ya sudah… ayah disini nunggu sama ade…”

“ abang mau beli buku apa?”

“nanti abang lihat deh….”

Aslan memberikan uang cash 200 ribu ke Ravi

“cukup?”

“kalo kurang abang kesini lagi….”

“oke….”

Segera dia berlalu, dan Arvind sudah pasang posisi duduk di meja gambar.

“mau es krim?” tanya Adiba

“apa chattime?”

“chattime aja Ka…..”

“rasa?”

“brown sugar….”

“pke boba?”

“bagian terindah….”

Adiba tertawa

Dia lalu antri di chattime yang letaknya tidak jauh counternya dari tempat Arvind menggambar. Sepintas dia melihat Aslan yang sedang memantau Arvind, sesekali dia seperti memberi arahan ke anak bontotnya itu, persis seperti seorang ayah beenran ke anaknya.

Senyum dan tertawa riang Arvind muncul sambil memukul mukul spidol diiringi tawa Aslan dibelakangnya, membuat Adiba tersenyum. Aslan memang paling bisa jika mengambil hati orang dengan ketulusan yang dia miliki.

Bagaimana anak-anakku jika kamu kawin lagi, Aslan??

Bisalah, dia sendiri dan kamu juga sendiri… dia ingat ucapan instruktur senamnya Narti tadi pagi saat mereka latihan.

Kalian punya pasangan masing-masing, kalau anak tidak setuju? Mau ribut sama anak? Ucapan dari Jena kemarin saat di Cibanon sedikit membekas dihatinya. Mukanya malu kemarin gara-gara diledekin di rumah Cibanon oleh semua anggota keluarganya.

Hmmmmmm, Aslan

Entah kenapa dia merasa Aslan masih seperti anak kemarin sore, masih terlalu kecil dianggapnya. Dia memang suka dan suka lucu melihat Aslan yang serasa masih anak kemarin sore, dan jika dia melihat rentang usia mereka yang hampir 8 tahun bentangnya, rasanya kok dia jadi tua banget dibanding Aslan.

Ganteng dan berkarisma, sayang ke anak-anaknya sama seperti dia sayang ke keluarganya semua, siapa yang tidak terpesona. Rambut gondrongnya dan badannya yang tinggi tegap, matanya yang tajam jika sedang menatap lawan bicara, memang pesona bocah ini sangat menarik.

Tapi, kok kayaknya dia merasa aenh aja jika disanding sandingkan dengan dirinya. Dia merasa lucu aja mantan adik iparnya lalu dijodohkan dengan dirinya. Kayak dia ngga bisa cari pria lain saja jika seperti ini.

Padahal yang antri untuk ingin bersamanya juga bukan pria kaleng-kaleng. Banyak yang berkualitas dan punya masa depan cerah, meski status mereka sebagai duda juga. Termasuk Hardian yang masih bujangan. Namun memang dengan adanya Arvind dan Ravi, dia semakin selektif untuk memilih calon pasangan.

Tiba-tiba pandangan Aslan tertuju kepadanya, Adiba malu saat kepergok sedang menatap Aslan, dia langsung senyum sambil menundukkan wajahnya

“ Ka.. mau pesan apa?”

Masih diam

“ka…. Mau pesan apa?” panggil pelayannya agak kencang

“oh iya, brown sugar 1 pakai boba dan……..”

Sebaliknya Aslan hanya tersenyum saat dia memergoki Adiba sedang menatapnya bersama Arvind. Kakak iparnya yang dulu sombong dan terkenal arogan sama seperti abah dan umi itu kini jauh berubah semenjak kegagalan rumahtangganya, dan kepergian adik kandungnya.

What a tough and strong lady.

Aslan disisi lain memang mengagumi sosok Adiba. Kerja keras dan determinasi-nya dalam meneruskan tonggak bisnis dari Abah, membuat perusahaan itu semakin membaik kinerja-nya. Dia wanita yang cepat belajar, kuat dan mampu keluar dari tekanan setelah gagal dalam rumahtangganya.

Kecantikannya memang berbeda dengan almarhumah yang cenderung soft dan penuh lemah lembut. Dia sosok yang tegas, berani, serta jika berbicara tertata rapi dan selalu percaya diri. Wajar saja jika banyak pria yang mendekatinya meski dia masih terlihat belum menyeriusi, dan hanya Hardian yang dekat dengannya.

“nih….” Adiba menyodorkan minumannya

“thanks Ka….”

“sama -sama…”

Lalu

“duduk Ka….” Tawar Aslan agar Adiba duduk di kursi yang kosong

“kamu aja….”

“ladies lah….”

Adiba tersenyum manis

“ kaka mau beli apa?”

“jadi?”

“jadi dong….”

“hmmmmm….. pengen sepatu sih…. “

“oh yah sudah…..”

“ di lantai atas…”

“nanti selesai ini baru kita keatas?”

“ribet kalo ama anak-anak…. Susah milihnya…”

“jadi?”

“aku keats aja sebentar yah….”

“oke…. “

Dia lalu membuka dompetnya dan menyodorkan atmnya ke Adiba

Adiba kaget

“nanti aja transfer….”

“ngga apa-apa, gesek aja….”

Adiba senyum kecil melihatnya

“150989……”

Ada kaget dimata wanita itu. Pinnya saja masih pin dengan tanggal lahir Nafia.

Dia akhirnya mengambil atm itu

“ around 3-5 juta sih…. Aku ambil dua bisa kan?” tanyanya sambil mengoda Aslan

“silahkan Ka… mau 3 juga boleh….”

Adiba tertawa

“direktur Serasi memang beda yah…..”

“ngga lah…..”

“oke, bentar yah….”

Adiba pun berlalu keatas, meninggalkan Arvind dan ayahnya yang sesekali datang merapat ke meja gambarnya mengintip sekaligus memberi semangat kepada sang anak. Arvind girang sekali, dia selalu bahagia jika ada ayahnya mendampinginya.



******************************

“say cis……” ujar penjaga stand menggambar

Dia memotret dengan kamera ponsel Adiba. Dalam potret itu berdiri Arvind memamerkan hasil karya lukisannya, di-sampingnya ada abangnya Ravi, dan dibelakangnya berdiri mami dan ayahnya, yang terlihat mesra dan berdiri berdekatan.

“makasih Ka…. Anaknya ganteng-ganteng….”

“makasih…..”

“thank you, mom….” Ujar Arvind

“bapaknya ganteng mamanya cantik, pantas anak-anaknya keren semua…” puji si Mbak lagi yang membuat Aslan tersenyum, dan cubitan Adiba sempat mendarat di lengannya.

“makan yuk…..”

“ayo…….”

Cocok sekali kalian itu Ka…..

Whatsapp dari Jena saat status Adiba muncul

Katanya mau beli lato-lato Ka buat berisikin Linda….

Whatsapp dari Linda

Arvind tertawa girang sambil bercerita dengan abangnya dan ayahnya, dia makan dengan lahapnya, hingga sisa makanan ada yang menempel di pipinya yang cubby. Sesekali Aslan menghapus cemong di wajahnya dengan tisu

“ tadi 8an yah…..”

“oke….”

“ kecillah buat direktur Serasi”

Aslan tertawa sambil melihat dua buah sepatu yang ditenteng Adiba

Setelaha nak-anak makan, mereka kini asyik dengan gadegtnya, dan giliran mereka berdua yang makan

“abah sudah OK untuk aku rapiin management…”

“oh, bagus dong”

“ia, kata dia minta kamu bantu lho…..”

“ah, kakak sendiri aja bisa kok….”

“kamu yah, aku aja bilang begitu karena jual nama kamu, malah kamu mau bilang ngga lagi….”

Aslan tertawa

“ rencana kaka gimana?”

“ mau sewa konsultan aja kali yah untuk prosedur-prosedurnya…..”

Aslan diam sesaat

“mending kakak cari HRD yang bagus deh….”

“gitu yah…”

“iyalah, dia kerja dan bisa sekalian beresin system…. Cari yang punya pengalaman set up prosedur, sekalian cari IT yang juga sama…..”

Adiba mengiyakan

“boleh juga sih…..”

Lalu

“trus yang lama-lama itu, mulai kaka geser mereka ke gudang atau ke lapangan, biar yang jadi ujung tombak di dalam kantor ini gesit tanpa kena kontaminasi dari orang-orang lama…..”

Adiba agak bingung

“mereka orang lama kepercayaan abah lho…..”

“setuju… tapi kemajuan yang kaka bawa dengan produktifitas mereka, pasti njomplang….”

Adiba membenarkan

“apa aku perlu direktur baru kali yah….”

“boleh juga Ka….. kaka jadi CEO…..”

“gitu yah…”

“sama kayak aku sama Pak Yahya….”

Adiba tersenyum, dan melirik ke arah Aslan“berapa harga untuk angkut direktur Delta Serasi?”

Aslan tertawa terkekeh mendengarnya

“ kecillah gaji direktur serasi….”

“kecil aja bisa beli jeep compass….”

Aslan tersenyum menunduk

“masih kalah sama Mercy GLC…..”

Adiba langsung mendelik matanya, tangannya dengan cepat mencubit perut Aslan

“kamu yah….”

“mami…..” teriak Ravi “ kok galak sama Ayah…?”

“habis ayah nya nyebelin…..”

“mami yang nyebelin…” ujar Arvind sambil matanya tetap di gadget

Adiba menengok ke dua anaknya dengan pandangan bingung, lalu menoleh ke Aslan

“dibela ama anak yah…..”

“lagian kaka juga……”

Susana penuh canda dan tawa sore ini membuat mereka seperti sebuah keluarga yang sedang bercengkerama bersama. Namun Adiba was was isi hatinya, dia yakin sebentar lagi Aslan pamit akan ada drama dengan Arvind.

Mereka lalu beranjak ke tempat mainan anak di Timezone

“ ngga mau pindah bantu aku ama abah disini emang?” pancing Adiba

Aslan menghela nafasnya, sambil duduk disamping Adiba, dia lalu sedikit membungkuk kedepan, meremas tanagnnya sendiri dan menoleh ke arah Adiba

“mau aja sih… tapi meninggalkan yang sekarang kan susah juga Ka….”

“ boleh tahu… Serasi direksinya bagus kah remunerasinya?”

Aslan diam sesaat

“kalo bulanan sih, banyak yang lebih bagus, banyak yang nawarin juga lebih, tapi disini itu aku kayak ini perusahaan sendiri aja Ka, dari awal bangun sampai sekarang…….”

“iya sih…..”

Mereka diam kemudian

“ mau bajak kan harus tahu juga berapa mampu nya untuk membajak…..”

Aslan tertawa

“kecil aja sih Ka…. Aku jujur di Serasi sebagai direksi aku sekitar di angka 40an Ka….. jauh lah dengan perusahaan-perusahaan lain…..”

Adiba agak kaget mendengarnya juga

“cuma, insentif setiap klien dan case survey, itu yang buat take home pay aku setiap bulan lumayan….. trus kayak rumah, ini khan dibeli cash sama Pak Yahya, aku cicil tanpa bunga setiap bulan ke beliau….”

“oh gitu…. Pantas lah yah……”

“pantas apa?”

“pantas, rumah keren, mobil keren, nengok anak-anak juga gampang….”

“ Alhamdulillah Ka…… kan kaka nanya… makanya aku jawab demikian….”

“iya sih….”

Adiba mengerti kenapa Aslan sulit meninggalakan Delta Serasi, selain memang insentif-nya yang dia yakin bisa sampai 2 kali lipat dari gaji bulanannya, ikatan emosional yang dibangun di perusahaan itu dari awal hingga sekarang, bukan mudah untuk ditinggalkan.

“pokoknya aku bantu sebisa mungkin lah….”tutur Aslan

Adiba tersenyum

“bantuan kamu selama ini juga sudah luarbiasa Lan…. Sampe bingung kadang kalau mau minta tolong….”

“nggalah, aku khan bukan orang lain Ka….”

Adiba tersenyum

“ayah dari anak-anakku…..”

“Kakak juga… mami dari anak-anakku….”

Mereka tertawa berderai bersama sama, saling pandang dengan tatapan yang sulit diartikan satu sama lain.

Lalu

“kaka gimana dengan Hardian??”

Adiba agak berubah wajahnya

“ pretty good….”

Aslan tersenyum

“ pelan -pelan lah yah Ka….”

“iya sih, anak anak memang jadi beban tersendiri sih…..”

“bukan beban lah, mereka justru jadi alarm juga buat kita sih…..”

“hmmmm….. bisa jadi…”

Lalu

“ dia masih aktif sih untuk tetap dekat…. Tapi untuk ke rumah lagi kayaknya dia masih agak trauma….” Ujar Adiba sambil tertawa

Aslan hanya bisa menghembuskan nafasnya agak panjang

“sabar lah Ka…. Mereka butuh waktu untuk kenal aja….”

“iya….”

Tangannya melambai ke arah anaknya yang sedang menengok ke arah dirinya

“kartunya masih banyak kan?”

“masih kayaknya, kalo sudah habis pasti kesini…..”

“iya…..”

Lalu

“ kamu sendiri gimana?”

“aku? Yah gini aja Ka…..”

“kayaknya makin maju pergerakan”

Aslan tertawa

“tell me… about Lingga…”

Aslan bingung ditanya demikian

“mau bilang apa?”

“ya apa kek…. Khan kamu harus minta approval anak-anak juga lho….” Seloroh Adiba

Aslan senyum senyum dan tangannya meremas hidungnya sendiri

“dia baik-baik aja Ka…..”

Adiba melihat wajah Aslan yang agak berubah merona malu

“dia pasti baik, kalo sakit dia di Rumah sakit….”

Aslan tertawa

“iya, sama kayak kakak juga sih….”

“sama? Maksud lu?”

“iya…. Sama pintar, percaya diri, jago dalam kerjaan……” gelagapan Aslan menjawabnya

“oh gitu….. sudah beda orientasinya sekarang? Ngga nyari yang lemah lembut dan sopan?” ledek Adiba “atau yang pasrah dan nurut?”

Aslan tertawa

Adiba bisa mengerti kenapa wanita tipikal Rani bisa masuk ke hati Aslan. Karena pria ini tipikal yang pasif, dan hanya punya satu cinta dalam hidupnya, makanya untuk aktif mencari hati yang baru, bukanlah hal yang mudah baginya, sehingga wanita seperti Rani justru bisa menembusnya, tentu selain dengan pesona yang dimiliki wanita itu, cara Rani yang dibilang pintar dan percaya diri, itu yang bisa menaklukkan Aslan.

“serius kayaknya nih….”

“nga juga Ka….”

“kok ngga juga? Kamu jangan mainin hati wanita lho….”

“ya… belum ada komitment apa-apa aja diantara kita…. Aku pun rasanya masih bersahabat sama dia…”

Adiba hanya tersenyum kecil

“bersahabat tapi setiap foto kamu di love sama dia, sering tag kamu juga di IG… aku sampai mau tag kamu malu lho….”

“kaka ngga pernah upload foto aku juga…..”

“ih, kamu juga ngga pernah post foto bareng aku….”

Asaln tertawa

“aku khan jarang posting di IG, Ka….”

Adiba senyum sambil agak manyun bibirnya

Lalu….

“kamu harus move on… buka diri…. Kamu masih panjang perjalanannya….”

“nunggu kaka aja…..”

Adiba kaget sambil mendorong bahu Aslan

“trus kalo gue ngga nikah-nikah?”

“ya… aku ngga nikah-nikah juga….” Jawab Aslan cenderung ngasal, tapi membuat Adiba terdiam dan menetapnya dengan tatapan yang aneh.

“ngaco yah…..”

Tawa mereka berdua terdengar berderai kemudian.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd