Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

kok aslan jdi gini.. seorang yg setia tpi "menodai" sampai 2 x untuk seorang yg tidak akan jadi istrinya.. kalo sama org yg bisa jadi istrinya sih tdk apa²..
Sedikit kecewa tpi tetap akan baca kok..
Errr, ini kalo sudut pandang saya sih, emang aslan cuma mau bercinta aja, feelingnya ke endah sebenernya nga sedalem ke istrinya, tapi karena ada yang dekat dan "bersedia" kenapa tidak ? daripada jajan yang nga jelas kan :p

just my 2 cents yah, my personal opinion
 
Errr, ini kalo sudut pandang saya sih, emang aslan cuma mau bercinta aja, feelingnya ke endah sebenernya nga sedalem ke istrinya, tapi karena ada yang dekat dan "bersedia" kenapa tidak ? daripada jajan yang nga jelas kan :p

just my 2 cents yah, my personal opinion
sepakat Suhu

at the end of the day, Aslan just normal human being with 1 stick and 2 balls to play around, and lust inside.....
 
Makin mantap nih suhu @Elkintong Endah sd 2x di ekse oleh Aslan, tp proses eksex gak terlalu mendebarkan krn secara sifat Endah cenderung punya kesamaan dgn Fia dalam bentuk kelembutan dan ketenangan, yg patut di tunggu2 nih klo bisa ekse kak Diba secara meski kak Diba seorang jendes tp kan dari kepribadian dan sifat nyaris bertolak belakang dgn Fia tapi mempunyai kemiripan di wajah membuat imajinasi melayang kemana2 kira2 bagaimana sang sutradara merangkai cerita proses eksenya (klo itu terjadi)..hehehe Salam sehat selalu Hu semoga imajinasinya tepap lancar dan bermain liar kemana2 diluar prediksi para reader.
 
Secara umum memang banyak sekali godaan saat mau menikah. Contohnya si Endah, banyak wanita diluaran sana yang menunggu jodoh yang mereka impikan tapi tak pernah datang. Jadilah dengan keterpaksaan. Pernah mengalami kasus seperti ini... Tapi sedikit berbeda alurnya. Good Job Om Elkintong. Terimakasih updatenya...
 
Wah2 Endah berbulu... Mantab ni sesuai realita bahwa kebanyakan orang hijab numbuhin rambut.wkwkw
 
PART XIII


Mendung di hari Bahagia



Teriakan dan suara lari-larian Arvind di hari sabtu pagi ini terdengar diseantero rumah. Dia dan abangnya bahagia sekali karena ayahnya dari kamis malam sudah ada di rumahnya, dan menjemput dia dan abangnya ke sekolah serta bermain pagi ini bersama dia.

Dari pagi dia sudah bolak balik dari rumah sebelah dan rumahnya dia. Bahkan mau makan pun dia harus dengan Aslan. Dan Aslan yang sudah sebulan lebih tidak bersama anak-anak, seperti berupaya menebus dosanya karena lama tidak menjumpai anak-anaknya ini. Tingkah lucu dan menggemaskan Arvind memang jadi hiburan buat dia. Ditambah dengan sikap Linda, dan mamanya yang menganggap anak ini bagai cucunya sendiri, membuat bonding diantara mereka berjalan dengan sangat baik.

Arvind bahkan dipasar sangat dikenal diseputar warung neneknya. Wajah tampannya serta badannya yang gendut, cara bicaranya seperti orang tua, membuat semua orang gemas denagn bocah ini. Dia sering ikut Ulfa berjualan di toko kelontongnya di pasar terkadang jika diajak Linda menjemput Ulfa.

Pagi ini sepupunya datang menjemputnya, dan dia pun galau

“ayo, bareng kita aja…. Seru tahu….”

“ngga ah… aku mau ama ayah aja…..”

“ah payah kamu mah….”

“iya Vind… ngga seru kamu ngga ikut….”

Neneknya dan Kakeknya ingin ke rumah Jiddahnya di Cibanon, sekalian keluarga berkumpul disana karena ada Talib dan istrinya yang akan berangkat umroh, sekalian mereka kumpul keluarga diluar acara haul kakek mereka yang sudah rutin selama ini.

“abang gimana?” tanya Arvind ke Ravi

“abang ikut Abah aja…..”

Arvind galau

“ aku tanya ayah dulu…” ujarnya dia

“ nanti suruh ayah jemput “ usul Ravi

Arvind berlari ke belakang dimana Ayahnya sedang berkumpul dengan keluarga yang datang ke rumah dan nanti akan sama-sama ke Cibanon

“ayah…. “

“ya De….”

“ ade ikut ama abang sama abah dan umi yah…..”

Aslan tersenyum

“terserah Ade…..”

Mereka yang hadir disitu pada senyum-senyum….

“ tapi nanti ayah jemput ade yah….”

“oke….”

“jam berapa?”

“yah ngga tahu…. Paling sore….”

“oke…. Janji yah?” dia menyodorkan jari kelingkingnya ke ayahnya

“iya janji….” Dia sambil mengacak rambut anak itu

“ horeee….. Arvind ikut…..” teriak sepupunya semua yang ikut dibelakang

Semua yang hadir di ruang makan yang sedang berkumpul tertawa

“ayo ayah…. Ade mau mandi….” Ajaknya dia ke Aslan lagi

“udah mandi sendiri aja, biasanya juga sendiri andinya…” ujar Uminya

“ngga ah, mau ama ayah….”

“ih malu….. udah gede masih mandi ama ayah…”

“biarin aja…..”

Semua tertawa kembali

“ade belum pilih baju, nanti mau samaan ama ayah…..” kilah dia lagi

Aslan mengalah akhirnya

“ayo….”

“eih….. memangnya ayahnya siapa itu?” ledek neneknya Fairuz, yang paling bontot di keluarganya Jafar

“ayah ade lah…..” sambil jalan dan menggandeng Aslan

Semua mereka hanya tersenyum

“ itu Aslan ngga apa-apa si Arvind begitu?” tanya Fairuz lagi ke iparnya Anissah

Anssah hanya tersenyum

“ ngga bisa lepas dia……”

“tapi kan lucu jadinya……”

“itulah… tapi mo gimana lagi….”

“trus rumah sebelah?” tanya Fairuz merujuk ke orangtuanya Aslan

“cucu bersama… sampai dipasar pun semua kenal Arvind…..”

“Ya allah…. Nanti gimana kalo Aslan mau nikah?”

Jafar mengangkat bahunya

“makanya ngga nikah-nikah dia….”

Fairuz tersenyum geli

“ sulit move on dari Nafia yah……”

“sepertinya…..”

Rantang dan container makanan yang sudah disiapkan untuk dibawa akhirnya siap

“ Diba?” tanya Fairuz

“dia mau bareng Aslan, ada acara kondangan di Bogor, dari sana mungkin ke Cibanon….”

Fairuz kaget mendengarnya

“dia berdua atau?”

“iya….. Ulfa lagi ada acara sama Linda….”

Fairuz agak bingung mendengarnya, dia menatap ke wajah abangnya dan kakak iparnya

“don’t ask more, Fai…..” ujar Jafar sambil tertawa kecil sambil berdiri hendak berlalu

“ih, bang…. Ini??” tatapannya masih agak bingung

Jafar tahu kemana arah pertanyaan adiknya

“ngga tahu…. Mereka mau pergi berdua…. Biar aja “

Fairuz etrtawa sambil melirik ke arah kakak iparnya yang tertawa mesem mesem.



***********************

So sweet

Komentar Rani melihat status foto Aslan yang sedang memeluk Arvind

Thank you

Mau jalan?

Iya nanti mau ke Cibanon Bogor, ada acara di rumah neneknya

Mamanya mana?


Aslan tersenyum membaca whatsapp Rani itu

Lagi di Makasar mamanya

Pesan terkirim, dan Aslan dengan buru-buru menghapus pesan itu

Ponselnya bergetar, ada telpon whatsapp masuk, yang diangkat oleh Aslan, karena dia sedang di kamarnya dan Arvind sudah dibawah bersama sepupunya

“halo…..”

“hai….”

“aku udah baca lho…..” dia tertawa di ujung sana

Aslan malu banget, tadinya dia cuma meledek, tapi begitu tahu bakal panjang, dia mencoba menghapus.

“salah kirim itu…..”

“trus mau dikirim ke siapa?”

Aslan bingung

“tadinya mau dikirim kalau mamanya sedang dicari……”

Semakin Aslan malu, Rani bagaikan mendapat angin baik dengan terus meledeknya

“kalau sudah ada yang siap kenapa sih harus dicari cari lagi?”

Aslan tertawa

“besok jadi kan?”

“iya jadi….. sore, malam disana 19.40….”

“superjet?”

“iya…..”

“ngga ambil yang garuda aja?”

“ngga lah….”

“mau aku pesanin?”

“udah aku pesan, it’s oke…..”

Rani tersenyum diujung sana

“ya sudah….. aku jemput yah….”

“oke….”

“bilang sopir ngga usah jemput….”

“iya….”

“oke sayang…. Berkabar yah hari ini…. Aku dirumah aja, mau sama mbak rapihin rumah dan beres-beres….”

“oke….”

Aslan lalu menutup telponnya, dan keluar dari kamarnya. Waktu sudah menunjukan jam 9.05 pagi, dia mau menanyakan jam berapa berangkat ke Adiba, yang sepertinya sedang di ruang gym latihan.

Dengan baju hitam dan legging hitam sedang exercize di ruang gym



Aslan sempat menengok sebentar, lalu karena merasa tidak enak, dia memilih mengurungkan niatnya untuk menyapa Adiba

“ woi…. Ngintip aja….” Sepertinya Adiba keburu melihatnya

“kenapa?”

Aslan akhirnya balik badan lagi dan melongokan wajahnya ke ruang gym yang terletak di lantai 2 dibagian belakang rumah

“ngga apa-apa, anak-anak ke Cibanon aja….”

Adiba tersenyum

“so, cuma kita berdua ke Bogor?”

Aslan menganggukan kepalanya

“ya sudah…. Tumben Arvind oke dengan ini…”

“dia yang mau…”

“oh oke…..”

“ngga apa-apa kan? Tumben dia mau kesana…”

“tapi wanti wanti kita harus cepat nyusul ke Cibanon….”

Adiba tertawa

“Siap-siap aja belum kita… “

Aslan tersenyum, sepintas dia melirik ke paha dan pantat Adiba yang terbungkus legging sport ketatnya, sambil dia minum dari tumblernya

“ mau jam berapa jalan?”

“sesiapnya kaka aja….”

“oke….. bentar lagi aku pendinginan, trus mandi, dandan dan siap-siap…”

“siap….”

“pake mobil aku aja……”

“oke….. “

“ mau pake sopir atau? Biar aku telp….”

Aslan tersenyum

“terserah…..”

Adiba menggelengkan kepala

“kamu mau nyetirin ngga?”

“ngga masalah Ka…..”

“you are too complicated even to decide also….” Keluhnya sambil tersenyum

“iya siap…..”

“nah gitu dong……’

Aslan tersenyum dan balik badan

“gimana mau mutusin punya istri kalo gitu….” Suara Adiba meledeknya dengan suara pelan nyars tidak terdengar

“apa Ka?” tanya dia berbalik badan

“ngga apa-apa…” senyum Adiba terkuak saat tahu ucapannya terdengar oleh Aslan

Alsan menatapnya dengan tatapan yang sedikit lucu dimata Adia

“udah sana…. Mandi dan siap-siap…..” dorong Adiba ke badan Aslan, sambil dia juga keluar dari ruangan gymnya

“ sejam lagi gue siap……”



***************************

Gaun terusan berwarna peach, dengan long coat warna hijau, dengan tas coklat muda, dan kacamata bertengger di atas hidungnya, keanggunan seorang Adiba terlihat sekali siang hari ini. Dan Aslan dengan jas biru, celana biru serta dalaman abu-abu, membuat mereka terlihat sangat chic dan pas dalam balutan busana dan tampilan siang ini.

Rambut gondrong Aslan diikat kebelakang, sehingga tampangnya yang agak k pop jadi sedikit macho.

“duh, yang mau kenikahan mantan…..’

“kaka apaan sih… mantan dari mana juga….”

Keluarga mereka sudah jalan duluan tadi jam 9.30 ke Cibanon

“berapa jam dari sini ke sana?”

“hmmmmm….. 1,5 sampai 2 jam lah….”

“waduh…..”

“ tahu tempatnya?

“waze tahu persis….”

“awas aja nyasar….”

“amanlah….”

Mobil pun keluar dari perumahan dan menuju ke afrah tol. CRV putih milik Adiba kali ini dipakai oleh Aslan dan Adiba

“mobil baru sekarang?” tanya Adiba

“aku lihat beda kemarin di IG…..”

“oh…ngga Ka, si Pak Yahya tadinya beli buat istrinya, karena dia punya Rubicon, dia beli yang Compass, ternyata istrinya ngga suka. Jadi suruh aku pake…..”

“trus yang mobil lama?”

“innova?”

“yup…”

“ada dirumah…..”

“oh….”

“jadi kalo kesana boleh aku pake lah yah….”

“boleh lah….”

“harus ijin dulu ngga?”

Aslan tertawa

“pengen kesana sih… karena pelanggan kita juga banyak tanya kalau kita supply kemana aja…..”

“boleh aja Ka….”

“ya kan ngga mungkin kamu harus kesana kan….”

“managernya kaka lah suruh kesana… Farid, atau si Tommy…. Biar gerak mereka….”

“iya sih….. itu yang sedang aku pikirkan supaya perusahaan ini jalan lebih professional lagi….”

“betul Ka… system lama Abanh memang terlalu melekat disana… jadi kesannya jadi one man show company….”

“betul banget…..”

“nantilah kita diskusikan masalah ini…. Jadi beban juga buat aku….”

“baik Ka…. Jadawalin aja besok mumpung aku disini….”

“iya, kalo kamu ada abah kan pasti dengar masukan kamu….”

“memang selama ini ke kaka?”

“ah, banyak gayanya lah, ini itulah, abah sudah dari dulu seperti inilah…..”

Aslan mengerti dengan gaya management Abah Jafar

“nanti kita bicara sama Abah…..”

“ oke deh…..”

Mobil kini masuk ke area tol Jagorawi

“ mau kopi ka?”

“hmmmm…boleh”

“kita drive thru aja yah…..”

Mereka lalu mampir beli di starbuck

“latte panas…. Vanilla yah…..”

“aku peppermint mocha….”

Setelah selesai pesanan dibuat, mereka kembali jalan

“ anak-anak gimana sama Kaka belakangan ini…..”

“ aku maminya mereka…. Apa yg gimana?” tanya Adiba balik sambil menengok ke arah Aslan

“hmmmmmm…. Maksudku……”

“I’am OK, Aslan….. itu bukan prioritas aku saat ini….” Adiba segera bisa membaca arah pertanyaan Aslan.

Aslan terdiam

“maaf Ka….”

Adiba tersenyum

“ anak-anak, bisnis, itu yang ada di kepala aku saat ini……”

Aslan menganggukan kepalanya

“ kan susah juga aku ini dengan posisi seperti ini…..” guman Adiba sambil meneguk minumannya

“ lagipula aku kadang kurang yakin sih…..”

“kurang yakin kenapa…”

“Ngga apa-apa…..” potongnya cepat mengalihkan

“kamu sendiri gimana?”

Aslan tersenyum mendengar potongan dan cegatan yang cepat dari Adiba

“ masih seperti yang dulu…..” tukas Adiba saat Aslan tidak menjawab pertanyaannya

Adiba melirik sejenak

“susah cari yang kayak Fia?”

Aslan terdiam sesaat

“ngga juga sih Ka…. Mungkin karena selama ini aku hidup hanya berharap dan mencintai Fia…. Jadi semua memang secara tidak langsung jadi terkonsentrasi kesana…..” jelasnya pelan

“jujur aku suka iri dengan mendiang…. Dia punya pria yang mau berjuang untuk dapatkan dia…..” senyuman misterius dari Adiba

“aku ingat dulu debat dengan dia…….”

Aslan terdiam, Adiba menundukan kepalanya

“sekarang sampai anak-anakku sendiri susah hidup tanpa kamu….”

Klakson mobil terdengar kencang dari samping karena hendak mendahului

“ aku juga susah kalo sudah kangen ama anak-anak…..”

Adiba tertawa lepas. Dia tahu bagaiman anak-anaknya dengan Aslan yang saling tergantung satu sama lain.

“iya yah…. Ade itu ampun deh…. Kalo si abang masih agak menegrti… tapi ade ini yang parah…”

“ya gitu…..”

Mereka terdiam sesaat, seakan memikirkan kondisi yang mereka alami masing-masing

“Lingga gimana?”

“hmmmmm… gimana yah…..” Aslan agak kaget ditodong “ ngga gimana-gimana…”

Tiba-tiba ponsel Aslan berbunyi, dan karena diletakan di kotak antara kursi mereka, nama penelpon pun terlihat jelas

“panjang umur memang…..” ledeknya setelah melihat nama Rani muncul

Aslan tersenyum malu

“angkatlah”

“lagi nyetir….”

“apa mau gue yang angkat??” ledeknya lagi

“jangan ka….”

“Wuih, takut ketahuan lagi ama gue??”

“bukan…..”

“trus?”

“yah ngga terus-terus…..”

Adiba tertawa melihat tingkah Aslan. Sedangkan Aslan memilih tidak mengangkat, karena dia tahu akan banyak pertanyaan dari Rani nanti yang muncul. Lagi sama Adiba, trus mau ke kondangan nikahannya Endah, apa ngga mumet kepalanya dia menerangkan semua pertanyaan kritis yang muncul dari mulut Rani nanti??

Sedangkan yang disebelahnya malah hanya tertawa kecil menertawakan sikap Aslan yang dilihatnya lucu.

Mobil sudah keluar dari tol Baranangsiang Bogor, dan kini melaju kearah Ciawi.

“cantik yah si Lingga….”

“hmmmmm…. Cantikan Ka Diba sih kalo kubilang….”

Adiba kaget mendengarnya, matanya mendelik dan menatap ke arah Aslan

“buset… mulai jadi playboy yah sekarang…..” tangannya bergerak menonjok Aslan

“sakit ka….”

“tangan gue kali yang sakit…..” wajahnya agak cemberut

Aslan kali ini tertawa melihatnya

“sebel ah…..”

“kok jadi sebel…..??’

“sebel aja….”

‘Hmmmmm…”

“garing pujiannya…..”

“hahahaha…. Nanti dibilang galak salah, dibilang cantik salah pula…..”

“bukan… aneh aja dengar bahasa lu….”

Aslan tersenyum

“ya sudah, maaf……”

Diam

“ udah mau nyampe…..”

Adiba membuka tas nya, lalu mengambil kaca kecil dan memeriksa riasannya.

“ini pertama kalinya aku ke kondangan diluar Jakarta…..”

“ bukannya sering ke acara-acara yang sejenis sebelumnya?”

“acara biasa aja… bukan nikahan…..”

Aslan hanya terdiam. Dia lalu memarkirrkan mobil di tempat yang masih tersedia, dan merapihkan pakaiannya, lalu menunggu Adiba yang sedang bersiap disebelahnya, mengecek pakainannya, asesoriesnya dan dengan semua perlengkapan wanita

“yuk…..” sapanya

Mereka berjalan bersisian, tangan Adiba tanpa sadar menyentuh lengan Aslan.

Dan karena banyak hadirin yang datang, dan mau tidak mau jadi ikutan untuk antri masuk ke Gedung.

“sini Ka….” Ajak Aslan

Tangan Aslan lalu menggandeng tangan Adiba. Wanita itu hanya diam dan ikut memegang tangan Aslan, karena harus berjalan mengikuti alur para undangan untuk masuk. Dan tentu saja, kedatangan mereka berdua banyak menarik perhatian tamu-tamu yang lain.


Sosok wanita cantik dengan rambut tergerai dan gaya yang modis, dan disampingnya pria tampan dengan kulit putih bersih, rambutnya yang gindrong membuat dia terlihat semakin tampan, dan menarik mata para tamu-tamu lain untuk memandang dua sosok ini

“aslan…..”

Dia menengok

“eh Ka Ita…..”

Ita adalah bagian Keuangan di RS Mitra Medika yang dulu pernah bertemu di Makasar dengan dokter Fia

Mereka bersalaman, dan segera mereka mengenali Adiba yang mereka kenal saat menghadiri pemakkaman Nafia serta beretmu di acara rumah sakit

“ halo Ka…..”

“hai…..”

Saat mereka masuk kedalam, bebeapa suster yang dulu pernah bekerja sama Fia juga nampak menyalami mereka, dan disambut dengan sopannya oleh Aslan dan Adiba. Bahkan beberapa pada minta foto bersama mereka berdua.


Adiba dan Aslan dengan ramah melayani dan menyalami mereka, serta berbicara tentang bagaimana baiknya Nafia, serta dimana mereka sekarang bertugas. Mereka lalu mempersilahkan agar Adiba dan Aslan menyalami pengantennya. Meski didepan mereka ramah dan menyalami keduanya dengan baik, namun dibelakang tetap saja mereka mengerutkan keningnya, melihat kedua orang ini yang bergandengan tangan, sedangkan mereka tahu bahwa status mereka adalah saling iparan.

Dari pelaminan nampak sebuah wajah yang berias cantik, namun hatinya bergetar melihat sang pujaan hati yang hadir namun menggandeng wanita lain. Meski berusaha tegar agar tidak dilihat oleh sang suami, namun perih hatinya tidak bisa dia sembunyikan

“mah, Bang Aslan datang…….” Bisiknya ke mamahnya yang berada disampingnya

Mata mereka, termasuk mata Zainal juga tertuju ke arah dua orang itu. Maklum dandanan Adiba bak artis papan atas, dan sosok tinggi gagah Aslan, membuat keduanya bagaikan pasangan yang serasi dan indah dilihat

“ tamu kamu?” tanya Zainal

“iya….”

“itu Aslan?”

Anggukan Endah sebagai jawaban

Zainal tersenyum sinis

“pacarnya?”

“kakaknya dokter Fia….”

“iparnya dia dipacarin?”

Endah tidak menjawab malah dia sibuk menyalami orang-orang yang datang naik keatas pelaminan

Sementara itu

“cantik juga yah…..” komentar Adiba

Aslan tersenyum

“fans kamu banyak juga…..” ujar dia lagi

“sampe yang sudah bersuami pun pada nyapa…”

Ada Wina yang dulu juga bertemu dia di Makasar, hadir dengan suami dana anaknya yang masih digendong ikut menyapa Aslan barusan

“udah sih Kak…..”

Adiba agak berbisik ke telinga Aslan

“lu beruntung kan ajak gue?? Ngga salting kan lu?”

“iye siap….”

“jangan lupa janji lu…?

“janji apa?”

“janji apa pula….. pake nanya…” sedikit mendelik mata Adiba saat mereka sedang antri

“traktir dan beliin buat gue…. Katanya gue bebas pilih….”

Dia merasa senang bisa mengerjai adik iparnya yang cool ini

“iya siap…..”

Herannya, tangan mereka masih bergandengan saja. Aslan bagaikan enggan melepasnya, dan Adiba juga cuek, malah seperti mempertontonkan ke orang-orang yang memperhatikan mereka

“tatapannya langsung ke gue deh…..” bisik Adiba lagi.

Aslan hanya diam

“orangtuanya juga…..”

“udah sih Ka ah……”

Mereka pun tiba di pelaminan

“selamat yah…..”

“makasih yah Bang…. Sudah datang…..” ada kilat dan rasa yang sulit Aslan terjemahkan di mata Endah saat mata mereka bertemu

“selamat yah Bro….”

“thanks Bro….” jawab Zainal datar

“selamat yah Sus….”

“makasih Ka…..” ada sedikit airmata di mata Endah

“jadi ingat dr. Fia kalau lihat Kaka…..”

Kata-kata Endah seperti sulit diterka kemana arahnya. Aslan membaca bahwa itu sindiran untuk dirinya karena sudah melupakan Fia dan melupakan Endah dengan membawa Adiba. Adiba sendiri membacanya sebagai peringatan bahwa dirinya bukan Fia, dan ada Fia diantara mereka.

Mereka lalu berpamitan turun dari pelaminan

“makasih banyak yah Nak Aslan…..” mata paruh baya itu penuh kehangatan dan ucapan terima kasih

“ini calon istrinya?”

“eh……. Ini….” Terbata suara Aslan

“cantik sekali…..”

“makasih Bu…” ucap Adiba dengan cueknya

Mereka lalu segera turun dan antri untuk makan

“kaka mau makan apa?”

“entahlah…. Aku lihat aja dulu….”

“oke….”

Aslan memilih untuk tidak memperdulikan romansanya dengan Endah, dan saat ini Endah sudah jadi milik orang lain, meski sempat bercinta dengan dirinya, dia merasa bahwa itu adalah sebuah kesalahan yang harus dia kubur dalam-dalam, dan saat ini Endah sudah jadi milik orang lain.

Tidak lama kemudian Aslan sudah dengan piringnya dan nasi sedikit serta lauk, dia nampak mengitari ruangan tatapannya mencari Adiba, sambil sesekali membalas sapaan suster-suster teman Endah yang dulu satu ruangan dengan Fia, dan kadang matanya menatap ke arah pelaminan.

Dia jadi merasa ada rasa bersalah karena sudah mengambil sesuatu yang bukan haknya dia….

“ buah aja?” dia melihat Adiba dengan buah dipiring sedang

“iya…..”

“kenyang…??”

“yup….”

Lalu

“Mata di atas pelaminan mau copot kayaknya melihat kesini terus…”

“ Ka… aku ngga ada hubungan apa-apa….” Berusaha menetralisir

Adiba tersenyum, dia seperti menikmati tatapan yang menurutnya aneh dari sepasang suami istri dipelaminan itu.

“ngga kebayang kalo kamu sendiri ke sini….” Ledek dia

Hadeuh Ka, semua juga tahu kamu kakak ipar gue….. pikir Aslan. Malah mereka bingung kita bisa jalan bareng siang ini kali.

Sementara itu diatas pelaminan

“udahlah Jay….. aku ngga ada hubungan apa-apa…. Dan aku berterima kasih atas bantuannya…”

“iya, tapi mata kamu itu ngga bisa bohong…..”

“aku udah resmi jadi istri kamu sekarang…..”

Perdebatan itu dilihat oleh Aslan, dan dia tahu diri untuk tidak meperpanjang masalah itu dengan berlama lama. Dia lalu menggamit lengan Adiba

“yuk Ka….”

“balik?” tanya Adiba heran

“yup…..”

Dia tahu Aslan agak kurang nyaman dengan suasana disini.

“Yuk…..”

Mereka lalu berjalan perlahan keluar tanpa pamit lagu kearah keluarga di pelaminan.

“yang penting sudah datang menghormati….”

Adiba tersenyum.

Dia tahu bahwa Aslan lebih ke sungkan dan tidak enak sebenarnya ke Enda dan keluarganya. Dia tahu di hati Aslan sulit ada yang bisa menggeser posisi Nafia. Makanya dia santai saja dengan tatapan orang dan pandangan orang yang mungkin aneh melihat mereka berdua datang bersama, bergandengan tangan dan terlihat tidak canggung.

Sedangkan Endah sempat melihat mereka berjalan berdua keluar dari Gedung pertemuan.

Ada apa diantara kalian berdua, Bang? Apa sengaja kamu bertindak seperti itu agar aku lihat? Atau keluargaku dan keluarga suamiku tahu bahwa kamu sudah ada yang baru? Tapi kan itu kakak ipar kamu sendiri??

Hentakan pertanyaan dan rasa bingung mendera sang pengantin wanita ini, tanpa dia sadari bahwa mata disebelahnya juga ikut memperhatikan kondisinya dia. Mata yang penuh cemburu meski dia sudah mengikat Endah dalam ikatan pernikahan secara agama dan hukum, yang harusnya tidak bisa digugat oleh siapapun.



**************************

Riuh rendah anak-anak dan suara tawa keluarga besar Hj. Taha di rumah besar di kawasan Cibanon itu membuat kumpul keluarag ini jadi semarak dan penuh tawa

Di ruang tengah sedang berkumpul semua, Thalib dan keluarga besarnya, lalu Jafar dan istrinya serta kedua cucunya, dan Fairuz dengan suami dan empat anaknya, dua adik perempuan Jafar, Halimah dan Elma juga datang dengan keluarganya semua, sehingga sangat ramai disini semua berkumpul karena 2 hari lagi Thalib akan berangkat umroh sekeluarga.

“Umi Nissa…. Ka diba kemana?” tanya Jena anaknya Talib

“iya…. Kok belum nyampe…” tanya neneknya Fatima

“bentar lagi juga nyampe….”

“ngga bareng tadi?” tanya Farida

“ngga…. Ada cara mereka….”

“ ama siapa Ka Diba, Umi…..”

“ama si abang…..”

Mereka seketika kaget semua

“ bang Aslan?”

Anissah hanya tersenyum agak malu

“iya…. Ada undangan nikah di Tajur situ… susternya Fia nikah….. jadi Diba bareng Aslan…..”

Fatima tersenyum mendengarnya, yang lain juga menundukan kepala dan senyum sendiri

“kenapa?” tanya Jafar agak heran melihat mereka semua

“ngga apa-apa si Bang…..” ujar Farida sambil etrsenyum

“iya tapi semua kok aneh senyumannya….”

Hj. Fatima lalu bersuara

“ngga apa-apa….. baguslah dia temenin Aslan kok……”

Lalu muncul Arvind yang bajunya sudah agak kotor sana sini akibat banyak lari-larian sana sini

“ De…..”

“siap….” Jawabnya sambil mengambil minuman dan bersiap hendak lagi

“eh… sini belum salaman ama Tante……” Ujar Jena

Arvind menengok ekspresi lucunya

“oke…. “ Dia lalu mendekat dan menyalami tantenya

“eh…. Mami mana?” tanya Jena

“lagi kondangan….”

“ama siapa?”

“ama ayah….”

“ayah? Ayah siapa??”

Semuaa yang disitu tersenyum melihat Jena sedang meledek ponakannya

“ayah Aslan lah…..”

“emang itu ayah kamu?”

“iya dong…….”

Semua tertawa melihat tingkahnya dia

“eh, mau ngga punya adik bayi lagi….” Dia kembali meledek Arvind yang sedang memperhatikan anaknya yang masih 3 bulan dan sedang dalam gendongannya

“mau dong…..”

“ nanti minta sama mami yah…..” ledek Jena lagi

“iya…. Nanti mo minta sama mami dan ayah…” ujarnya sambil berlari ke luar rumah lagi

Mendengar apa yang disampaikan Arvind semua tertawa mendengarkannya. Neneknya sampai menutup mulutnya sendiri saking gelinya mendengar apa yang jadi celotehan cucunya itu.

“ucapan adalah doa….” Ujar Farida

“umi ih….” Jawab Talib suaminya

“ih… emang kenapa??”

“ya aneh aja…”

“aneh dimana?? Iya ngga Mbak??” tanya Farida sambil menengok ke Anissah

“satunya janda, satunya duda…. Apa yang salah….??” Wah sudah terbuka nih ceritanya

Anissah tersenyum malu malu, Jafar juga begitu

“ coba Bang…. Gimana menurut abang si Aslan….???’ Tanya lagi ke Jafar

Jafar bingung mau jawab apa

“ semua senang ama dia…. “

Umi Fatima ibu mereka semua hanya tersenyum

“ emang gimana, Nisah??”

“yah…. Ngga gimana -gimana Mi….” jawabnya bingung

“lah, ini jalan berdua?”

“ kan sering jalan mereka berempat….”

“nah…. Trus??”

“yah ngga terus-terus….. tanya abahnya aja nih ah, Mi… pusing Nisah jawabnya….” Dia langsung malu-malu menghindar

Jafar pun demikian

Lalu Hj. Fatima berkata

“kita serahin saja sama Allah….. biar Allah yang atur…..”

“betul Jiddah….” Ucap Jena cucunya

Semua tersenyum

“ Aslan belum punya pacar kan?” tanya Talib

“kalo yang dekat-dekat sih ada aja, tapi dia ngga pernah ngenalin ke kita……” ujar Anissah

“ ke Ulfa juga ngga ada dia ngenalin, atau bilang lagi dekat sama siapa”

Talib menarik nafasnya

“yah, dia terlalu cinta ke Fia……”

Semua terdiam seketika

“iya sih…. Abang itu luarbiasa cintanya ke Ka Fia… 3 tahun ngga ada pikiran mau nikah lagi….” Ujar Jena sambil membetulkan bedang bayinya dia

Semua kembali terdiam seketika, seakan bayangan mendiang Nafia seperti ikut muncul dalam benak mereka

“iya…. Kita berharap yang terbaik aja…..” pungkas Fatima

Lalu

“ tapi ngga apa-apa kan kalo jadian mereka?” goda Farida lagi

Jafar dan Annisah tertawa

“iya Bang??”

Jafar terdiam sesaat, lalu

“yah ngga adil aja buat Aslan sih…… “ akhirnya dia buka suara meski ada senyuman kecil disana

“ cuma kalau memang jodohnya ada…. Khan …..” dia tidak meneruskan kata-katanya

“lagian si Ade ama abang nempel banget sama dia…..” tambah Anissah

“iya yah…. Malah sering ke Makasar mereka berdua….” Tukas Farida

Fatima tertawa kecil

“ Aslan itu ngga pernah marah… ngga pernah bikin susah kami…. Dia selalu anggap kami ini orangtuanya sendiri…. Itu yang buat saya berat untuk minta apa-apa ke dia…..” ujar Jafar

“usaha kami belakangan ini pun berkembang banyak pasarnya juga berkat relasi dia…..”

“kalau sampai begini ini….. saya bingung mau bilang apa ke Ulfa….. kesannya kita nahan Aslan selamanya di keluarga kita….”

Semua terdiam dan sedikit ada rasa haru, sekaligus membenarkan apa yang disampaikan Jafar.

“ih abang… kalo Aslannya mau mah ngapain juga kita ributin yah…. Serahin ke anak aja …” tutur Farida

“ betul Umi….” Sambung Jena

“ iya… kalo ama Aslan kan ngga perlu adaptasi….” Sambung Fairuz yang hanya mendengar dari tadi

Lalu

“sekarang gue tanya ama Mbak Nissah… rela ngga Aslan jadi ama wanita lain???”

Anissah langsung memerah mukanya….

“ayo Mbak?? Gimana??”

“yah ngga gimana gimana…..”

Semua tertawa mendengar celotehan Farida

Lalu

“udah datang tuh……” Jena berkata setengah berbisik ke mereka.

Jena melihat Aslan datang dan diiringi oleh Adiba yang diikuti oleh Arvind disamping nya, celotehan Arvind terdengar melaporkan jika dia mainnya dicurangi terus sama saudara-saudaranya, katanya dia disuruh jadi polisi terus kalau main polisi maling

“assalamualikum….”

“wa alaikum salam…”

Aslan dan Adiba lalu menyalami dan mencium semua orangtua mereka yang ada disitu

“ dari kondangan?”

“iya…. Ngga lama langsung balik…”

“siapa yang nikah?”

“susternya Fia dulu, jiddah….” Ujar Aslan

“boong… mantan fans nya dia….”

Aslan tersenyum sambil melihat ke arah Adiba.

Semua mereka tersenyum gemas melihat gaya mereka berdua ini

Ledekan dari para prangtua pun mulai dilancarkan untuk mereka berdua

“Mbak Diba…. Tadi kata si Ade mau dede bayi….” Ujar Jena

Adiba terkejut mendengarnya

“iya kan De?” pancing Jena lagi

“iya….” Jawab Arvind dengan polosnya

Arvind yang berdiri diantara Aslan dan Adiba, lalu menggoyangkan tangan mereka berdua yang sedang dgandengnya.

“ayah… mami… ade mau dede bayi kayak gitu….” Tuturnya polos.

Adiba bingung, Aslan pun kaget.

Semua yang mendengar pecah tertawa mendengar kata-kata Arvind. Mereka terpingkal pingkal sampai Fatimah tidak mampu menahan ketawanya, dan Adiba tesenyum malu sambil memeluk kepala anaknya dan mengusapnya sambil menahan gemasnya. Aslan sendiri hanya tertawa dengan sedikit malu-malu mendengarnya

“Jiddah, Umi, abah dan Om dan Tante…..” Adiba mencoba mentralisir” nanti dikasih sama Aslan yah…. Calonnya cantik kok….”

Aslan langsung agak protes ke Adiba

“ih kaka yah… sendirinya yang sudah punya pacar juga….” Delik Aslan ke Adiba sambil suaranya dipelanin

“ih, lu tuh yah….” Balas Adiba

Tingkah mereka justru makin jadi bulan-bulanan keluarga mereka

“wah wah, ramai nih mulai ribut……” ledek Farida lagi “udah nanti selesaikan dirumah yah….”

“ngga tan… emang dia udah ada calonnya…..”

Semua kembali bersahutan meledek mereka berdua

“mau ada calon juga…. Kalo Arvind sama Ravi ngga setuju, emang siap ribut sama anak??” cetus Jena

Adiba langsung tersenyum malu banget dirinya

Aslan apalagi, dia bagaikan merah wajahnya karena ditertawakan oleh keluarga besar mereka.

“udah, ayo pada makan semua….. kasian cucuku Aslan dari tadi diledekin melulu…. Ayo…” ajak si Jidda sambil mengulurkan tangan ke Aslan, mengajak ke ruang makan yang terletak di samping ruang keluarga itu, sekaligus menyelamatkan Aslan dari gurauan panjang sepupu Adiba.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd