Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

PART X


Berdamai dan Merelakan


Sebuah whatsapp masuk dari nomor yang tidak dikenal siang ini ke ponselnya Aslan, dan sebuah foto yang belum terdownload muncul di pop up layar atas ponselnya.

Asssalamualaikan Bang, mohon maaf yah jika ganggu waktu abang…. Cuma bisa lewat wa ngasih tahunya….

Ini undangan buat abang, dan ke rumah di Bekasi juga aku kirim

Maafin aku yah Bang……




Membaca pesan di pop up wa di layarnya membuat Aslan akhirnya membuka apa yang di kiriman

Undangan Pernikahan

Endah Larasati A.Md.AK

dengan

Zainal Mustamin SE

Dan waktunya dan harinya ialah hari sabtu ini.

Aslan lalu membuka dan membaca whatsapp tersebut

Oke Endah, aku usahakan datang kalo bisa

Makasih Bang…. Pengen nelp abang, tapi maaf waktunya dan suasanya tidak mendukung…. Acaranya dipercapat dari jadwal sebelumnya….

It’s OK Endah, semoga Samawa yah……

Boleh Aku telp sekarang, Bang?

Ya boleh


Ponsel Aslan pun bergetar, dan sebuah nama muncul disita lewat voice whatsapp call, Endah Larasati.

Akhirnya Enda pun menikah dengan orang lain.

Bayangan kenangan mereka saat di Bali membuat Aslan jadi sedikit miris dan bingung. Entah apa yang dia pikirkan dengan kondisi seperti ini. Harusnya hari itu tidak harus dia mengajak Endah ke Bali. Dia merasa ada hubungannya dengan dipercepatnya acara pernikahan ini dengan kepergian dia dengan Endah.

Dia jadi galau dan bingung.

Percakapan panjang tadi lewat telepon pun banyak diisi dengan kesedihan dari cerita Endah.

“kok aku berat untuk mengatakan lanjut terhadap pernikahan ini, Bang……”

Hanya hembusan nafas panjang dari Aslan

“aku bingung harus bilang apa…..” lanjutnya Endah lagi

Semenjak mereka kembali dari Bali, Endah memang sempat bercerita bahwa Jay sedikit curiga dengan Endah, apalagi saat Enda akhirnya berterus terang bahwa ada bantuan dari dirinya terkait pengobatan ibunya, karena tiba-tiba saja Endah yang hendak memakai tabungan dia untuk biaya menikah lalu dipakai sebagai biaya pengobatan, tidak jadi menggunakan uang tersebut, meski pengobatan dan rumah sakit dari ibunya tetap ada.

Gengsi sebagai laki-laki dari Jay, sepertinya tidak terima, dan panjang kali lebar Endah diinterogasi, karena memang sedikit banyak Jay tahu story sebelumnya bahwa Aslan sempat kenal dengan Endah, ada proses perkenalan hingga pendekatan sebelum akhirnya kembali ke Fia untuk memilih hidup bersama Fia.

“ dia mendesak aku dan keluarga agar dipercepat pernikahan ini……”

Keluh kesah dan beratnya perasaan Endah bisa dirasakan oleh Aslan

“ tapi aku ngga mungkin Bang…..”

“aku ngga mungkin batalin ini…. Apa kata keluarga….”

Then you have to go on, Endah…. Bisik hati Aslan

“ tapi meski aku sudah teguhkan hati aku….. aku ngga bisa bohong kalau pikiranku ngga pernah hilang dari mikirin abang…..”

Hantaman bagaikan menghajar isi dada Aslan mendengarnya

“ aku bingung Bang…..”

Aslan mendiamkan dan memilih mendengar dengan sabarnya.

Sesenggukan dan suara tangis diujung sana terdengar seiring dengan beratnya tarikan nafas wanita itu. Wajah cantik yang harusnya dengan mudah menentukan langkah memilih dengan siapa dia hidup, malah kini terjebak di romansa yang tanpa dia sangka malah hadir di ujung penantian akan kesendiriannya.

“ aku harus gimana Bang….?”

Masih diam mendengarkan

“Jay dan keluarganya mendesak, bahkan memaksa pindah gedung asal dapat sesuai tanggal yang mereka mau…..”

Dilema dan tepatnya ialah kebingungan dalam memberi untaian kata, disaat dia ditanyakan pertanyaan yang dia sendiri bingung apa yang harus dia jawab. Dia merasa wajar saja Jay ingin mengikat Endah, karena kecantikan dan paras manis Endah memang sangat memikat, dan pikatan itulah yang menghantarnya untuk membawa wanita itu ke Bali.

“ aku hanya bisa pasrah……”

Aslan yang selama ini hanya diam, akhirnya bicara

“aku minta maaf, Endah…..”

Suara lirih dan nyaris pelan itu malah membuat Endah makin kencang tangisannya.

Mungkin jika perjalanan ke Bali itu tidak terjadi, acara sedih di hari jelang hari bahagia ini tidak akan tertulis dalam kisah hidup mereka. Dan efek dari one night in Bali ini memang kemana mana menjalarnya, bahkan hingga Aslan pun ikut merasakan bahwa perasaannya ikut terbawa dengan kejadian itu.

Tetap saja Aslan merasa sedikit banyak bersalah, karena dia sudah mengambil jatah Jay yang menjadi haknya dia. Dia kuatir akan efek buruk di rumah tangganya Endah kelak. Meski dia masih bingung dengan rasa terhadap Endah, namun melihat atau kuatir dengan tidak mulusnya pernikahan gadis itu, dan ada akibat yang dia timbulkan, membuat rasa miris dan gelisah menerpa hati Aslan.

Selain karena dia merasa sudah melangkah jauh dengan Endah, memang dia tidak bisa memungkiri bahwa Enda memiliki tubuh yang indah dan menawan, dan dia menikmati itu selama mereka bersama, meski cintanya hanya kepada Nafia, namun dia harus mengakui kalau keindahan tubuh Endah memang punya nilai plus tersendiri.

Harusnya aku ngga mencoba itu…. Bisik hatinya dia

“ abang kapan ke Jakarta?”

“kenapa?” tanya Aslan balik

“nanya aja…..”

Aslan terdiam kembali

“abang datang kan nanti….??”

Bingung

“serba salah juga…..”

Endah masih terisak disana

“kalau aku bilang sih datang lah abang……”

Waduh

“ngga apa-apa aku datang…?” tanya dia dengan pertanyaan yang bodoh sebetulnya

“ngga tau Bang……” malah nangis lagi Endah

Bingung dan gelisah

Jika dia tidak datang nanti disangka gimana -gimana. Dia datang pun disangkanya memang mau datang melihat Endah menikah, dan bisa saja menutupi jejak bahwa mereka ada hubungan sebelumnya.

“datang aja Bang…. Mamah sama Papah juga mau ketemu abang…..”

Orangtua sih mau bertemu dengan dirinya, lantas suami kamu? Orangtuanya dia??

Bingung sekali jadinya

“ abang kalo bisa jumat atau kamis sudah di Jakarta yah……”

Nikahannya hari sabtu, kenapa hari kamis dia disuruh datang?

“ aku jemput di bandara yah…..”

Langsung linglung Aslan

“please…. Setidaknya aku bertemu abang terakhir kalinya saat aku belum resmi jadi istri orang lain…..” masih terdengar sesunggukan di sana, meski sudah jauh lebih reda dari sebelumnya.

Siang ini dia menolak ajakan makan siang Rani, termasuk makan malam pun dia tolak dengan alasan kesibukan pekerjaannya. Aslan merasa seperti tidak bersemangat dengan harinya kali ini. Meski bukan kehilangan besar seperti orang yang ditinggalkan kekasihnya menikah, namun tetap saja Aslan merasakan bahwa ada yang sedikit menusuk hatinya saat melihat undangan dari Endah.



*****************************

Aslan, jumat ini jadi kan ke Jakarta? Ada undangan dari dua hari lalu ke rumah, untuk keluarga dan buat kamu

Dia sudah tahu siapa pengirim undangan itu

Iya Ka, nanti jumat balik Jakarta, minggu kan janji mau jemput Kaka dari Persami.

Ravi memang akhir pekan ini ada acara persami.

Ok. See you on Friday

Getaran ponselnya terasa dan terdengar, namun Aslan memilih mendiamkannya.

Tidak lama kemudian extension di mejanya berbunyi

“sore Pak, ada telp dari Bu Adiba…..” Corry, resepsionistnya di line telpon

Adiba? Kenapa dia telpon ke landline?

“oke…”

Lalu

“halo…..”

“ya Ka…”

“gue telp ke hp ngga diangkat?”

“oh… aku baru balik ruangan…”

“hmmmmmmm”

“kenapa Ka…”

“mo nanya… kamu aja kan yang ke kondangan?”

“yah… kalo abah ama umi mau ayo aja….”

“abah ama umi ada acara ke rumah jiddah di Cibanon…..”

“acara apa?”

“pada ngumpul aja, kan Om Thalib mo pergi Umroh…..” dia suka memanggil Om dan Tane untuk Thalib dan Farida.

“jadi mereka kumpul disana…..”

“ yah…. Terserah Ka…..”

“kok terserah sih…. Gue nanya karena gue juga ada acara….” Adiba sering sekali meng kamu kan dan juga meng elu kan Aslan dalam setiap pembicaraan diantara mereka berdua.

“oh silahkan aja…..”

“ gue ngga minta permisis atau ijin ama lu yah…… gue nanya lu kesana apa ngga?”

Aslan tertawa kecil

“oh iya iya Ka…..”

“lu sendiri ke sana?”

Aslan bingung

“apa mau ajak si Lingga itu??’

“apa sih Kak….”

Suara tawa diujung sana. Adiba memang sedikit banyak tahu tentang Rani, karena wanita itu sering sekali menandai dirinya di Instagram setiap kali dia posting dan ada foto Aslan.

“lu ajak dia jangan sampai dilihat anak-anak lho…..”

Aslan terdiam

“iya Ka….”

“ya sudah….. ngasih tau itu aja….”

“oke Ka….”

“masalahnya kalau udah dirumah, tau sendiri anak-anak, ngga boleh ayahnya hilang…..”

Aslan membenarkan

“ repot nanti alasan kamu kesana…. Kalo ade minta ikut kan rusak nanti kencan kamu… “ ujar Adiba sambil setengah tertawa

“ngga sih Ka…..”

“iyalah… sendiri aja ngga apa-apa, atau ajak Linda…..”

Aslan diam

“ya sudah… mau nelpon mau ingatin itu aja… takutnya kamu udah book tiket berdua….”

“ngga lah Ka….”

“iya, kasih alasan yang bagus ke Lingga….”

“aku ngga ajak dia memang dari awal….”

“lho? Ngga marah dia pujaan hatinya kemana mana? Dia nga ikut?” ada nada geli di ujung sana

“pujaan hati apa sih kak?”

“lah, bukannya sudah ditag kemana mana….” Tawa Adiba berderai kembali.

“ngga lah…. Teman biasa itu…..”

“hmmmm…. I hope so…. Karena anak-anak akan perlu jawaban jika kamu bareng dia…..”

Aslan tertawa kecil, dia memang membenarkan apa yang disampaikan oleh Adiba.

“gue itu heran yah…. Perasaan bapaknya sendiri yang buat mereka, mau punya bini baru, jalan ama siapa… mereka cuek aja… giliran pamannya mereka… malah bisa perang dunia lho…..”

Suara gelak tawa Aslan terdengar kembali

“ya, kan ke ka Diba mereka juga marah….” Ledek Aslan

“I’m their mother…. Pasti itu dan wajar….”

“aku ayah mereka juga Ka…. Secara perasaan dan kasih sayang, dimata mereka memang aku sayang anak-anak lah…..”

Adiba yang bingung

“ masalahnya kamu harus pikir masa depan kamu juga…..”

“santai aja Ka… berjalannnya waktu, makin gede, nanti mereka mengerti… termasuk terhadap kaka dan pacar kaka….”

“pacar gue yang mana?” tukas Adiba agak jengkel

“Hardian?”

“ for god sake, Aslan…. He’s not….”

“lho?? Bukannya udah….”

Adiba memotong dengan cepat

“jalan bareng dan main ke rumah bukan berarti pacaran yah….. gue udah tua juga kali untuk pacaran….”

Aslan tertawa, dia tahu bahwa adegan rebut kemarin kemarin itu pasti membawa efek terhadap hubungan mereka. Ribetnya jika punya anak memang demikian, banyak hal yang harus dipertimbangkan, termasuk perasaan anak.

“maaf kalo begitu….”

“hadeuh…. Pusing kalo ingat itu…..” keluh Adiba

Aslan terdiam sesaat

“kalo lu ada disini udah gue ajak ngopi kali…. Udah lama ngga nongkrong ngopi…..” cetus Adiba lagi

“halah… selama disana juga ngga pernah ngajak…”

“ih, gimana mau ngajak… kamu itu suka ngilang diam-diam yah…. Giliran ada, sibuk ama anak-anak…. Emang ngopi sama anak-anak enak apa? Mau santai malah ribet…. Apalagi kalo sama Ade… udah lupa kali dia badannya segede apa tau… minta gendong lah, duduk di pangkuan kamu lah…..”

Aslan tertawa ngakak jadinya

“udah ah… mau nanya itu doang malah kemana mana obrolan kita….”

“siap Ka….”

“ya sudah, gitu aja…..”

Lalu

“kaka emang ngga mau ikut ke kondangan?”

“lah khan gue ngga diundang….”

“itu kan ada undangan buat Abah dan Umi….”

“gue Adiba…. Mereka Jafar dan Anissah…. Beda yah….”

Aslan suka bingung sama wanita sekarang yang terlalu stick to the principle.

“ yah maksud aku, kaka bareng aku aja…..”

Adiba tertawa agak kencang. Jarang-jarang wanita tegas ini tertawa seperti ini

“lu kagok yah jalan sendiri??”

“bukan sih….”

“oh iya…. Ada story sih lu ama dia yah??”

“ngga Ka……”

“ trus?? Kok jadi kepikiran ajak gue??”

“ya ngga terus-terus……”

“gue tahu, paling aman lu ajak gue emang……”

Aslan tertawa kecil

“ngga lah…..”

“iya dong…. Ajak Linda pasti disangka ngga bisa move on…. Ajak Lingga pasti ribut potensinya dengan anak-anak…. Jadi ajak gue yang paling reasonable…..”

“ka… dia itu eks perawatnya Fia…..”

“so?”

“ngga apa-apa, kita kesana aja hargai…..”

Adiba tertawa

“ you never talk to woman the way like you talked to her….. “

Aslan kaget mendapat sentilan seperti itu

“ karena hati kamu cuma ama mendiang, jadi bicara dengan wanita lain jadi aneh….. dan pasti aneh, karena kemarin itu lumayan lama kalian bicara…… “

“ ngga Kaka…..”

“hmmm…. Gue ingat nih…..” adiba tertawa kecil

“ Di blog nya Fia, dia pernah tulis…. Dia hampir membuat kesalahan dengan menghiraukan rasa itu, which mean your love, dengan wanita lain yang dia kenalin, which mean her nurse…. And then, dia sadar dan dia segera ambil dirimu kembali…..”

“No no… ngga gitu Ka…..” potong Aslan cepat yang disambut tertawa oleh Adiba

“jangan-jangan sehari di Bali yang sulit dihubungin itu ada hubungannya dengan yang ketemu malam-malam…..” cecar Adiba lagi sambil etrtawa

“ngga Ka….masyaallah sampe segitunya mikirnya dia yah….”

Adiba tertawa lepas. Dia seperti puas hari ini mengerjai Aslan.

“udah ah…. Aku mau meeting dulu yah Ka….”

“Hei, aku yang nelpon yah… harusnya aku yang putuskan kapan telpon ini berakhir….” Tegas sambil sedikit tertawa

“siap Boss…..”

Adiba kembali tertawa

“ya sudah…. Jadi kita berdua yah….”

“siap Ka….”

“kalo ade ikut yah kita ajak……”

“oke Ka…..”

“dikasih apa nih gue supaya gue mau diajak yah….”

“dikasih apa?”

“ya allah, gue baru sadar sekian tahun dan sudah bebrapa kali gue ulang tahun, lu itu pelit sekali ngasih gue kado yah….”

Asan kaget

“lah kan kaka ulang tahunnya udah lewat….”

“dan lu ngga pernah ngasih kado…”

“ngucap kok…..”

“ pembantu dirumah juga ngucapin kali…. Sama lu ama pembantu dirumah???”

Mak, kumat lagi nih Adiba kalau begini

“ ya sudah, nanti kita ke mall kaka pilih hadiah apa……”

“seriously??”

“jangan mahal-mahal…..”

“oh em ji kamu yah… beliin ipad buat Ravi dan Arvind bisa…. Giliran gue minta kado lu mikir-mikir……”

“ya ampun gusti……”

Adiba tertawa lepas

“senang deh gue sore ini…..”

“iya iya……”

akhirnya

“ya sudah… sana meeting….”

“siap Ka…..”

Sejenak Aslan bisa melupakan rasa gundahnya sesaat, karena telpon dan sedikit omelan dari Adiba penuh canda dari kakak iparnya itu. Dia lalu menelpon ke salah staff nya agar mempersiapan zoom meeting sore ini, dengan semua tim di kantor cabang, karena ada beberapa permasalahan yang timbul di cabang dan juga ada komplainan dari costumer untuk pelayanan mereka.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd