Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

PART VII



DOSA KECIL



Telpon di meja Adiba tiba-tiba berbunyi.

“Bu Diba…..”

“yes Sarah….” Telpon dari resepsionist

“ada Pak Hardian datang….”

“di kantor?”

“iya ini di depan, di lobby….”

Sarah, resepsionis Adiba memberitahu jika ada tamunya yang datang.

“oke, suruh tunggu sebentar yah…..”

“baik Bu….”

Kantor sekaligus gudang ini berdiri 2 tahun lalu. Sudah ada semenjak 5 tahun yang lalu, namun setelah Adiba pindah ke Jakarta kembali, maka kantor sekaligus gudang ini dibuat untuk bisa mengakomodir semua kepentingan perusahaan. Selain kantor yang terdiri dari 2 lantai untuk management dan staff di bagian sisi barat, di bagian sisi utara memanjang ke selatan itu ada gudang yang besar untuk menampung semua produk lube oil yang mereka ageni.

Tidak lama kemudian Adiba keluar

“hai….”

“ hai Diba….”

“kok ngga bilang-bilang….” Wajah heran melihat pria ini datang

“mo kasih kejutan aja…. Tiba-tiba mampir….”

Adiba tersenyum melihat wajah campuran Jawa dan Minang itu yang sedang melelang senyuman dan sinar matanya terpancar dibalik kaca mata minusnya

“ ngopi yuk…..”

“ngopi?”

“lagi banyak kerjaan….?”

“ngga sih…. “

“ then come on…..”

Adiba tersenyum sesaat, lalu menganggukan kepalanya

“disini aja yah…..”

“oke….”

Mereka lalu berjalan keluar dari kantor, dan segera naik ke mobil Mercy GLC 200 milik Hardian menuju ke café kopi yang mereka suka datangin yang tidak jauh dari kantor Adiba.

“tumben tiba-tiba……” cetus Adiba “ sorry, latte panas, less sugar….. “ sambungnya ke pelayan café

“pengen ketemu aja….. aku black coffe….”

Mereka lalu menyerahkan daftar menu kembali

Bisnis dan keseharian jadi pembicaraan yang mereka bahas sore ini. Bincang ringan yang memang mereka suka bahas secara rutin dalam setiap kontak mereka atau sekedar minum kopi seperti ini.

Hingga kemudian

“ anak-anak sehat?”

“ya sehat…..”

“kamu?”

“sehat…. Seperti yang kamu lihat”

Adiba tertawa kecil

“ siapa nama pamannya?”

Seperti dugaan Adiba, Hardian pasti akan tanya masalah ini.

“ Aslan…..” senyuman tersungging di bibir Adiba

“oh…….”

“kenapa? Tiba-tiba kesini mau tanya itu?”

“oh bukan…..” elak Ardian

Adiba menarik nafas agak panjang, lalu

“ anak-anak semenjak kita pisah….. memang seperti kehilangan figur ayah…..” akhirnya dia mulai membuka sekat itu

“ dan disaat yang bersamaan juga kami keluarga kehilangan adikku satu-satunya……”

“dokter Fia…..?? ” tanya Ardian

“yup…..”

Seteguk kopi untuk melegakan sedikit

“ Aslan tadinya dibenci sekali oleh keluarga kita…. Termasuk aku… “

“dia tetangga, dan usianya jauh dibawah Fia….”

“namun hebatnya dia hanya ada Fia didalam hatinya…..”

“kegigihannya mendapatkan Fia… akhirnya membuat dia diterima oleh keluarga kami…. Sampai akhirnya maut yang memisahkan mereka……”

Pahit getir yang dirasakan oleh Adiba saat membahas itu

“abah bahkan mau menjarain dia dulu…….” Agak rendah intonasi suara Adiba “ tapi dia tetap berjuang untuk dapatkan Nafia….. very rare man actually….”

Tatapan Adiba kini agak serius

“ Aslan kemudian tetap jadi bagian keluarga kami…. Dan dekat dengan anak-anak saat kami kembali dari Singapore…. Hingga sekarang….”

“aslan bahkan hingga mau 3 tahun, punya pacar pun belum….. dia lebih memilih menghabiskan waktu dengan anak-anakku… dan ini yang buat mereka lengket dengannya….”

Hardian agak terdiam, lalu

“tapi apa ini OK dengan kamu?”

“Ok? What do you mean OK?” tanya Adiba balik

“ya… dengan kondisi seperti ini…..”

Adiba tersenyum

“anak-anak bahagia… Aslan juga bantu kita sering…. Meski dia tidak kalah sibuknya…..”

“oh…. Kerja dimana?”

“ dia manage perusahaan survey….. dari staff biasa hingga being on top….”

“tipikal serius dalam banyak hal…. Termasuk karir dan keluarga….” Lanjutnya lagi

Hardian tertegun

“aku tahu kemana arah kamu mau nanya….” Gelak Adiba muncul sesaat

“ he is my sister love of her life…. Dan cintanya hanya untuk adikku…..”

“so…. No chance lah…… “

Ucapan Adiba sedikit membuat Hadiam tersenyum dalam hatinya

“kami semua kagum akan cintanya ke adikku….. bukan berarti aku harus kesana kan…..” cetus Adiba sambil tersenyum simpul.



********************




Endah yang keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk, membuat mata Aslan bagaikan ingin copot.

Dengan setengah malu-malu dia menatap ke arah Aslan.

“airnya dingin ngga?”

“ngga…. Hangat kok….” Ujar Aslan yang sudah didalam kolam renang.

Dan saat handuknya dilepas, Aslan bagaikan mau loncat melihat wanita yang selama ini dia lihat berpakaian Muslimah dengan hijab dikepalanya, kini bagaikan model Baywatch turun ke pantai. Keindahan tubuhnya yang putih mulus, dan bongkahan dadanya serta segitiga terbalut bikini, mambuat Aslan bagaikan berhenti bernafas.

Enda dengan lincahnya menceburkan diri ke kolam.

Dia tertawa lepas dan bergerak berenang, meski private pook ini hanya kecil ukurannya, namun tidak mengurangi kebahagiaannya dalam berenang.

“ayo Bang…. Renang….” Ledek dia ke Aslan yang hanya bersandar di didnding pinggir kolam.

Aslan hanya tersenyum

Endah lalu bolak balik, smabil seseklai memainkan kakinya saat dia mnegapung. Sliuet badannya di dalam air sangatlah kontras dengan beningnya kolam. Butiran air yang menerpa kulit indahnya yang memang alami tanpa polesan klinik kecantikan, membuat wanita ini terlihat natural.

Mata indahnya dan rambut hitam legammnya yang selama ini tersimpan dibalik hijabnya, kini terbuka bebas. Termasuk ketiak indahnya yang beberapa kali terlihat terbuka saat dia mnegayunkan tangannya.

“abang ngga renang…”

“berendam aja udah cukup….”

“ayo atuh…..”

Endah lalu berenang mendekati Aslan.

“enak airnya…..”

“iya segar….”

Kini Endah menapak di dasar kolam yang lumayan dalam, dia menggapai pinggiran kolam dan tangannya bertumpu disitu

“ baru kali ini aku bisa merasakan enaknya hotel semwah ini……”

Aslan tertawa

“maksih yah Bang….”

“iya…”

“udah ajak aku kesini…..”

Aslan tersenyum menganggukan kepalanya.

Dia bisa melihat ada sisi yang lain dari Endah yang tiba-tiba keluar hari ini. Sisi sensual dan liarnya muncul saat berdua, yang memang Aslan tidak sangka di awal, namun didepan matanya kini dia dengan gamblang bisa melihat bahwa mata indah, rambut legam, dan tubuhnya yang mulus alami itu, seperti mengundang dirinya untuk mendekat.

Tak ayal ini membuat alam laki-laki Aslan pun bergeliat. Tubuh indah yang hanya berbalut bikini, dan wajah cantik dengan tatapan indah yang kerap menatapnya, membuat Aslan seperti dilambungkan kembali ke masa-masa dimana dia bercinta dengan Fia sebelumnya.

Wanita ternyata jika sudah menemukan lawan yang dia anggap layak untuk dirinya, maka sisi yang tidak pernah muncul bisa segera terlihat dengan cepatnya. Nafia yang lembut pun bisa ganas di atas tempat tidur, itu sebabnya Aslan tidak kaget dengan perubahan dari Endah

Yang kini sulit dia bending itu adalah hasratnya kini yang terbawa dengan suasana, dan iramanya sebagai laki-laki, yang punya sisi maskulinitas, seperti dituntun untuk menuju ke suatu titik, titik yang selama ini pria sulit hindari, yaitu pusaran birahi.

“abang ngga renang… cuma berendam…”

Endah yang tiba-tiba sudah disampingnya

Aslan menggeleng

“ayo…. “ Enda mencoba menarik Aslan untuk beregrak berenang

Akhirnya Aslan pun ikut bergerak.

Gelak tawa girang dari Endah terdengar saat sang singa itu lalu bergerak dari ujung kolam ke ujung yang lain untuk mennggapai pinggiran hingga beberapa putaran. Dia sennag karena akhirnya Aslan mau untuk merenangi kolam kecil itu dan tidak hanay sekedar berendam semata.

“hmmmmm…….” Aslan tiba di sisi Endah, yang hanya tersenyum melihatnya bolak balik

“enak kan….”

Senyum manisnya tersungging di bibir saat Aslan mengibaskan rambutnya kebelkang dengan tangan.

Dada bidang, lengan yang kokoh serta tatapan tajamnya memang sering mebius wanita, termasuk sore ini, matanya bagaikan menghujam ke mata Endah, yang berbinar-binar melihat betapa jantannya pria yang didepannya ini. Ototnya terlihat sehat, wajahnya yang fresh karena kena air kolam, menambah eksotisme sang duda ganteng ini.

“ngga muter lagi?” tanya Aslan lembut

“ngga…..”

Wajah mereka berdua kini berjarak sangat dekat

Endah membuang wajahnya dengan tersipu saat tatapan mata Aslan seperti singgahke balahan dadanya

“ jelek yah baju renangku?”

“bagus kok….” Sanggah Aslan

“iya… tadi ragu mau beli yang mana… adanya yang ini yang warnanya pas….” Dia menerangkan seakan memberi justifikasi atas pilihan baju yang sebenarnya dia yang pilih sendiri

“bagus…. Cantik….”

“makasih Bang…..”

Dia hanya tertunduk malu smabil menggigit bibirnya sendiri.

Tangan Asan lalu terulur, seakan meminta tangan Endah untuk bersentuhan, dan saat Endah membalas dan menyambut, tangan itu lalu berpegangan dengan lembutnya, dan jarak mereka berdua semakin mendekat, dan makin merapat, hingga kulit mereka saling bersentuhan, bersamaan dengan mendekatnya wajah Aslan ke Endah.

Wajah Enda menengadah ke wajah Aslan, dan kini tangan Aslan bukan hanya menggenggam tangan Endah, tapi kemudian merayap ke belakang punggungnya, dan kemudian merengkuhnya ke dalam pelukannya, yang disambut dengan reaksi gembira lewat balasan lingkaran tangannya ke lehar Aslan.

Bibir macho itu lalu menempel lembut di bibir indah yang merekah…..

Sentuhan lembut yang terlepas sesaat, yang kemudian diikuti oleh menempelnya bibir Aslan ke bibir Endah, yang kini lebih lama, dan lebih intim, bersamaan dengan rengkuhan yang semakin erat, serta makin panasnya lidah dan bibir yang saling memberi signal kenikmatan, sambil berpelukan erat di dalam kolam renang itu yang sesekali airnya beriak mengikuti gerakan penghuninya.

Matahari yang semakin turun di sisi barat pulau dewata bagaikan hendak bersembunyi dari kemesraan dua insan yang sedang berpagutan dan saling meremas dan bertukar kenikmatan lewat lidah dan bibir, serta sentuhan tangan kekar itu ke seonggok daging lembut yang mengeras saat tersentuh, dan sensitive saat ujung jempol Aslan menyentuh puncaknya yang berukuran kecil, namun sensitive dari balik bikininya yang mini itu.

Enrangan lembut wang wanita dan helaaan nafas berat terdengar…..

Lehernya yang putih mulus pun jadi sasaran lidah nakal sang duda, membuat matanya terpejam meresapi kenikmatan yang diberikan oleh raga jantan yang memang sering dia rindukan dalam helaan nafasnya

Kolam yang tadi beriak itu kini dingin

Dua individu yang dimabuk asmara kini sudah keluar dari situ, dan arena nya kini pindah ke Kasur besar berukuran king size, yang kini saling bertindihan dengan badan yang diseka handuk seadanya, dan semua helai pakaian yang dipakai untuk berenang kini teronggok di lantai kamar.

Tubuh mulus putih nan indah itu terbaring pasrah

Tubuh kekar dan keras itu kini berada diatasnya, memainkan peranan sebagai predator ranjang, dengan membari sentuhan dan sapuan dari bibir, lidah dan tangannya, membuat rintihan dari wanita itu terdengar lirih dan menggugah selera bercinta yang sudah sekian tahun tidak dirasakan oleh Aslan.

Buah dada dengan pentil kemerahan bagaikan dot bayi yang tidak bosan-bosannya diemut, dan dimainkan dengan gigitan dan jepitan lembut bibirnya, serta permainan lidahnya yang bergerak liar saat menjepit dengan bibir, menggelitik ujungnya, yang membuat wanita itu makin tenggelam dan masuk ke pusaran birahinya.

Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi.

Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis.

Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu.

Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya.

Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini.

Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya.

Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar.

“sakit….???” Suara tanya dengan nada kuatir ditengah birahi, yang terasa jantan ditelinga Endah

“perih dikit…..” bisiknya lagi samlil merangkul lehernya Aslan dan mukanya disembunyikan di balik leher macho itu.

Urat kejantanan yang menegang dan berukuran sedikit diatas rata-rata, memang sering membuat nikmat bagi para permainan cinta, namun juga perlu perjuangan untuk para pemula yang hendak merasakan nikmatnya sebuah kobaran birahi.

Setelah agak sedikit tersendat, akhirnya semuanya bisa masuk dengan lancar, dan pandangan serta ada genangan airmata di pelupuk sang gadis, yang kemudian tersenyum untuk memberi semangat agar pejantannya memulai acara perburuan menuju puncak asmara.

Lenguhan dan suara rintihan manja mengiringi indahnya bersatunya tubuh dua insan ini. Pantat seksi milik Aslan itu diremas oleh tangan Endah, seakan gemas, perih, namun dibalut oleh rasa ingin memebri bagi ornag yang dia cintai, membuat kenikmatan bercinta itu yang dominan disaat seretnya pergesekan kedua organ intim itu.

Pelukannya erat sekali, ciumannya juga menempel dengan ketat.

Ciumannya mendarat di pipi dan kadang leher Aslan, sambil merasakan tekanan yang bergantian masuk dan ditarik di dalam gua kenikmatannya yang basah, merekah dan bahkan tanpa dia sadari secara naluriah dia memainkan urat-urat di lembah nikmatnya untuk menjepit urat yang tegang dan seperti mengorek kelembutan struktur kewanitaannya itu.

Goyangan yang tadi pelan kini semakin kencang namun tetap beraturan

Buah dada yang indah menempel di dada kekar sang pangeran, membuat cairan kenikmatan makin membanjiri lubang kenikmatan Endah, yang membuat gerakan maju mundurnya Aslan semkin lancar, meski jepitan erat urat yang mencengkramnya sering membuat dia kaget dan memicu stimulus untuk meledakan bara cinta dalam kenikmatan bersatunya tubuh dua insan ini.

Dan fase orgasme yang kedua pun dirasakan duluan oleh Endah, yang titik lemahnya dari tadi selalu tersenggol oleh kerasnya urat yang menghujam lubang kenimatannya. Pelukan dan teriakan histeris terdengar sambil dia menancapkan gigitannya di pundak Aslan, yang kembali melemparkan dia terdampar di pulau kenikmatan untuk kedua kalinya.

Hal ini kemudian diikuti oleh sang pria, dia menggapai keindahan bercinta yang mendekapnya, dibarengi dengan eratnya pelukannya ke tubuh indah wanita yang dibawah badannya itu, membuat dia bagaikan terbang ke langit ketujuh, sebuah keindahan yang sekian lama dia tidak rasakan.

Cairan kental yang sekian tahun mengendap, yang terakhir dipersembahkan untuk mendiang istrinya, itu akhirnya pecah berhamburan.

Dan dengan cepat dan masih adanya kesadaran di kepalanya dia, dia menarik keluar lebih dahulu, dan urat itu bagaikan kapal yang keluar dari pelabuhannya bersandar dan membuang sauh di teluk di depan dermaga.

Perut indah Endah yang masih bergetar sesekali pun jadi tumpuan dimana sekian banyak ceceran kenikmatan dari Aslan yang akhirnya harus ditumpahkan di perut mulus rata dan indah itu. Cairan yang tumpah bersamaan dengan pelukan erat Aslan, serta teriakan kecilnya tepat ditelinga dan leher Endah, yang disambut dengan pelukan oleh sang gadis

Lunglai dan tumbang sambil saling menatap ke loteng kamar hotel

Hening sesaat…..

Suara nafas berburu yang sedang ditenangkan bersama, sambil mencoba menyadarkan diri masing-masing setelah terhempas oleh gelombang kenikmatan yang baru saja mereka raih hampir bersamaan.

Ada airmata di pelupuk mata sang agdis

Ada rasa gundah gulana di isi kepala sang duda

Entah apa yang membuat mereka yang barus saja melakukan ritual penuh nikmat, namun akhirnya tumbang dengan pikiran masing-masing, meski ujung kenikmatan baru saja mereka raih.

Aslan segera sadar, dia lalu memeluk tubuh gadis disampingnya, yang kemudian terdengar suara tangis lembut di telinganya

“makasih yah…..”

Anggukan dari sang gadis sebagai jawaban….

“maafin aku…”

“untuk apa…?’

Aslan terdiam sesaat

“ yah untuk……”

Bibir Endah segera menyumbat bibir Aslan

“aku ikhlas bang…….” Airmata dan getaran bibir itu menjawab apa yang jadi pertanyaan besar di kepala Aslan setelah kemudian ciumannya lepas dari bibir Aslan.

“justru aku yang minta maaf ….. sudah membawa abang sampai ke tahap ini…..”

Aslan menjadi serba galau mendengarnya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Endah, dia pun merasa sudah merampas hak Fia, meskipun mendiang yang sudah pergi sekian tahun, tapi tetap saja dia bisa merasakan ada kegugupan dan rasa berat di hati Aslan, yang dengan mudah ditebak oleh Endah sebagai rasa bersalahnya dia.

“it’s oke….. “

Jemarinya membelai wajah gadis cantik itu yang kini bergring dibawahnya, smabil menatapnya dengan tatapanyang sulit diartikan, yang dimaksdukan untuk menentramkan hati Endah.

“ sudah terjadi….. “

Pelukan Endah lalu membungkus riuh rendah hati Aslan yang masih galau dan bingung. Wanita itu seperti ingin memberi dukungan dan juga harapan bagi Aslan akan masa depannya yang baru, dan juga ingin memberi ketenangan dari rasa bersalah Aslan yang merasa bahwa dia tidak mampu menahan biarahinya saat mereka berdua

“aku memang suka sama abang……”

“aku pasrah bang…..” lanjutnya lagi dengan mata yang masih tergenang telaga haru

“aku bahagia kok…… sangat bahagia….”

Aslan hanya bisa diam, sambil memeluk wanita itu.

Aslan dibuat galau dengan apa yang terjadi barusan. Pengorbanan besar Endah dirasanya mungkin berlebihan bagi dirinya

Malam mulai menyapa pulau dewata yang indah itu. Mereka masih merasa lemas dan lunglai, pelukan dari masing-masing saling memberi kekuatan dan rasa tenang, meyakinkan pasangannya bahwa semua akan baik-baik saja, dan apa yang mereka lakukan itu adalah rasa saling sayang dan saling ingin menyenangkan pasangannya, setidaknya malam ini mereka adalah pasangan yang saling memberi sebuah rasa baru dalam hubungan mereka, meski mereka tahu bahwa endingnya akan sulit ditebak dan diraih.

Tanpa mereka sadari bahwa ponsel mereka berdua sudah dihujani berbagai miss called dan juga whatsapp dari masing-masing sosok yang ingin tahu apa yang terjadi, dimana, dan sedang apa orang yang mereka cintai, tanpa tahu bahwa ada selembar dusta yang mereka sudah lemparkan untuk meyakinkan sosok-sosok itu bahwa mereka sedang dalam koridor kesibukan masing-masing, dengan alasan yang masing-masing pun berbeda.
 
Dear Para Suhu.....

di cerita ini hamba membawa sisi human seorang Aslan.....
sisi dimana dia tetaplah seorang pria yang punya raga, juwa dan juga nafsu dan kodrat yang dia tidak bisa hindari

rasa cintanya yang tidak pernah hilang kepada mendiang Nafia, tetap akan abadi.....
namun life must go on......

aslan tetaplah seorang laki-laki.... yang pada akhirnya butuh pendamping......

dari banyak clue sebenarnya suhu-suhu bisa menebak kemana arahnya cerita ini..... tapi mari tunggu, diakhir siapa yang manjadi jodh dari semua tokoh yang ada.....


salam hormat


Elkintong
 
Kali ini kalimat yang menerangkan sedang bercinta nya agak puitis ya suhu @Elkintong, biasanya gamblang banget

Tapi gapapa suhu, keren kok 🔥
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd