Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

PART V



Keraguan di tengah Kehangatan



“ayah……”

Teriakan Arvind yang masih duduk di kelas 2 sekolah internasional Islam itu terdengar kencang saat melihat ayahnya yang menjemputnya hari ini. Dia sedikit menarik celananya yang agak kedodoran dan sambil memegang tali tas nya yang tergantung di punggungnya, lalu langsung menghambur dan memeluk Aslan.

“ gimana sekolahnya….?”

“seru ayah…..” sambil menurunkan tasnya untuk dipegang ayahnya.

Tas gembloknya segera pindah tangan

Mereka lalu bergandengan tangan menuju mobil yang terparkir

“abang nanti dijemput juga?”

“iya… ade khan jam 11, abang jam 1, jadi ade duluan dijemput….”

“oke… tapi ade ikut yah kalo jemput abang….”

“iya…..”

Dia lalu sibuk memeluk dan bermanja ke sosok yang dia anggap ayahnya itu

“abang curang kalo main ama Ade…..” laporan dia ke Aslan

“curangnya?”

“iya…. Kalo main game kan harusnya sudah kalah tuh…. Tapi dia masih ada aja nyawanya lagi…..”

Aslan hanya tersenyum mendengar laporan Arvind.

“nanti kita ke nenek aja dulu yah…..”

“kok ke nenek dulu? Ade khan harus ganti baju dulu…..” kening Aslan agak naik

“tadi sarapan ade belum habis…. Makanya ade mau mampir ngabisin sarapan Ade…..” celotehnya lucu sambil senyum dan memegang seatbeltnya.

Aslan agak curiga sama nih bocah. Memang dibanding kakaknya yang rajin main bola, badan Arvind agak lebih gendut dan lebih doyan makan. Kalo di rumah Maminya suka nahan-nahan dan tidak semua apa yang dia mau diikuti. Tapi dirumah Ulfa neneknya, semua aturan dilanggarnya.

“suka ngga tega lihat dia kalo udah lapar minta makan…..” kilah Ulfa dan Linda

Meski agak mendumel dalam hati, Adiba agak segan protes, karena pernah Arvind sakit dan tidak mau makan, sehingga sempat Ulfa menegurnya saat itu. Kalau anak sudah sakit malas makan dipaksa makan, giliran anak sehat dan mau makan dilarang larang.

Lalu ponsel Aslan berbunyi, dan nama Adiba muncul dilayar video call. Karena dia sedang menyetir, maka dia menyuruh Arvind untuk angkat

“assalamualaikum Mami…”

“wa’alaikumsalam De…..” wajah Adiba agak kaget melihat yang mengankat telpon itu Arvind

“lho De? …. Sama ayah?”

“iya…..”

Dia lalu menghadapkan layar ponsel ke arah Aslan, yang kemudian mengangkat tangannya melambai ke arah kamera

“halo Ka…..”

“hmmmmm… udah nyampe aja ngga ngabarin…..”

“sorry….” Ucapnya sambil senyum dan membagi konsentrasi ke jalanan

“ udah dulu yah Mi….” kata Arvind

“eh, kok ditutup?”

“kan ayah lagi nyetir….”

“ih kamu yah, kalo sudah ada ayah suka sombong ama mami…..”

Arvind tertawa memamerkan senyumannya

“kaka jam berapa pulang?”

“kaka jam 1 Mi…..”

“ya sudah…. Mami lagi dijalan juga nih…..”

“mau kemana Mi?”

“mau pulang lah….”

“Bukannya mami kerja?”

“ih… mami mau pulanglah…..”

Arvind agak manyun. Dia memang jika sudah ada Aslan datang, dia malas jika ada maminya. Banyak aturan yang dia tidak dilarang jika bersama ayahnya

“oke…. Aslan, jumpa dirumah yah….”

“Oke Ka…..”



**************************


Dibanding sang adik, badan kakaknya ini lebih tinggi sedikit dari mendiang. Wajah mereka memang agak mirip, meski sekilas terlihat ada gurat ketegasan dibalik sorot mata wanita ini, dibanding mata teduh milik adiknya.

167 cm, dan berat badan mencapai 58 kg, dia masih berusaha keras untuk bisa turun hingga 55 kg. kegagalan dengan suaminya dulu sempat membuat dia depresi, namun dengan segera dia bangkit. Berat badannya dulu sempat melejit hingga mendekati 68 kg, kini digenjot habis hingga kini bisa turun di angka 58 kg.

Jika dilihat sepintas, penampilan yang sophisticated dan selalu modis, Adiba memang tidak kalah dengan gadis muda. Badannya masih bagus, penampilannya terjaga, serta kemampuannya dalam bersosialisasi selalu menonjol dan membuat orang sellau berpikir bahwa wanita ini cerdas.

Vest blazer tunik hijau tanpa lengan membalut tubuhnya, dipadu dengan dalaman putih, dan rambutnya yang agak diponi depannya, membuat Aslan sedikit tersenyum karena gaya korea ternyata menjamur dimana mana, dan wanita pada suka dengan model poni, termasuk Adiba.

“hai…..” sapanya sambil menempelkan pipi kiri dan kanannya ke pipi Aslan

“halo Ka….”

“kenapa?” tanyanya melihat tatapan Aslan yang sambil tersenyum

“ngga apa-apa….”

“kamu senyum gaje gitu….”

“ngga ah….” Hindar Aslan

“ada yang salah dengan penampilan aku?”

“ngga…”

“trus?”

“ngga apa-apa, poninya keren…..”

“ih…. Kalo gitu besok ngga poni-ponian lagi…..”

Aslan langsung tersenyum

“ngga lah Ka… bagus kok…”

“menghibur ah……”

Hubungan mereka berdua memang lebih dekat lagi setelah kepergian Nafia. Meski masih terlihat ada jarak, namun Adiba sudah banyak merubah sikapnya yang dulu terkenal tinggi hati, dan agak jutek dengan orang lain. Kini dia lebih ramah dan soft ke banyak orang, meski ketegasan dan sikap mandirinya masih terlihat dalam kesehariannya.

Dia pun banyak belajar dan diskusi dengan abahnya, dan juga dengan adik iparnya Aslan terutama dalam bisnis dan menghadapi konsumen-konsumen, yang merupakan hal baru bagi dirinya setelah kegagalannya dengan Anand, dan kembali ke Jakarta.

Menyesuaikan diri semuanya dengan hal baru jelas sedikit berat buat Adiba, meski kemudian dia mampu mengatasi itu. Termasuk bagaimana dia bisa menerima pilihan adiknya, bahkan kemudian malah berbalik kagum akan kepribadian Aslan. Dia bahkan berbalik jadi sangat mengagumi bagaimana Aslan memperlakukan adiknya hingga hari terakhir bahkan melewati masa-masa itu pun hingga saat ini, keagungan cinta Aslan membuat dia miris dengan dirinya yang harus dicampakan oleh suaminya yang dulu dibanggakan oleh keluarganya.

Kini dengan adanya anak-anak, mereka lebih banyak berbincang atau diskusi masalah bisnis atau masalah anak-anak. Bahkan Adiba sudah menutup pintu rapat dengan Anand, karena Anand pun seakan tidak peduli dengan ekdua anaknya, malah sibuk mengurus kedua anak barunya dari istrinya yang sekarang.

Hanya dia sedikit heran dengan Aslan yang sepertinya tidak bisa move on. Kalau dia karena ada anak-anak yang dia harus lihat, dan juga mencari pria yang mau terima anak-anaknya juga. Tapi Aslan bisa dibilang ringan saja langkahnya, dan bisa dengan mudah mencari pasangan baru.

Tiga tahun rasanya bagi orang yang sudah pernah merasakan nikmat berumah tangga pastilah sulit untuk bisa bertahan seperti itu. Bagi Adiba sendiri, biarpun dia juga rindu akan kehangatan dalam bercinta, namun sakit hati, kesibukan bekerja, serta trauma masih lebih besar faktornya untuk memulai hidup baru.

Ada beberapa pria yang mendekatinya. Mulai dari brondong, yang sudah matang hingga duda. Maklum, kecantikan Adiba pun sangat menyihir mata pria, di usia yang sangat matang, badannya tetap terjaga, kulit mulus dan bodynya yang padat berisi, serta kulit mulus, dengan mata yang indah, melengkapi jabatannya sebagai pengusaha wanita, membuatnya sering dilirik para pria mapan.

Dari antara banyak pria itu ada satu sosok yang sedikit agak gencar dan terlihat serius mendekatinya. Mulai dari seringnya menghubungi, bertukar kabar, hingga sering mengajaknya keluar minum kopi dan kongkow bareng.

Hardian Wicaksono, keluarganya memiliki jaringan restoran ayam bakar, dan dia duduk sebagai salah satu direksi disana. Dia termasuk pria yang punya nyali untuk mendekati Adiba yang memang terlihat selalu memasang jarak dengan semua lawan jenisnya saat berinteraksi, bahkan dalam bisnis pun dia selalu terlihat menjaga semua keramahan hanya dalam koridor bisnis.

Pendekatan Hardian cukup menyentuh Adiba, dan dia pun secara perlahan mencoba untuk membuka hati. Mereka sudah sering jalan berdua, meski hanya sebatas makan siang atau dinner, atau sekedar ngopi di dekat kantor Adiba.

Kedua anaknya yang laki-laki ini menjadi dilemma tersendiri baginya, jika dia hendak mengenalkan sososk pria baru dalam hidupnya. Karena sebelum kehadiran Hardian, ada Samsyu Riza, pengusaha lube juga yang pernah berkunjung ke rumah, dan dari gelagatnya memang ingin dekat dengan Adiba, tapi mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari anak-anaknya.



*********************

Lagu Nobody Compares to you dari Gryffin terdengar dengan volume rendah di sound system mobil Wuling Almaz nya Aslan. Mobilnya kini sudah ada dua yang terparkir di rumahnya, dan kini dipakai untuk menjemput Ravi yang pulang siang ini.

Arvind duduk dibelakang sambil memainkan game di tabsnya. Sementara Adiba duduk disamping Aslan yang sedang menyetir mobilnya.

“ lagunya keren….. “ ujar Adiba memecah obrolan diantara mereka

“yup……”

Diam lagi

“ suka kangen yah……”

Aslan menghela nafasnya… mengiyakan apa yang disebut Adiba.

“ iya……”

Sesaat bayangan mendiang seperti lewat diantara pikiran mereka

“udah ah…… we have to move on……” ujar Adiba yang agak jadi melankolis

Aslan menganggukan kepalanya pelan

“kamu juga harus bisa gerak lho……” dia menatap Aslan yang sedang berkonsentrasi menyetir

Hanya diam yang dia temui

“ aku harap demikian, Ka……”

“you have to……”

Senyuman dan tepukan lembut di lengan Aslan. Sesaat mereka saling bertatapan, dan saling tersenyum.

Ka Diba, kadang senyumanmu mengingatkan aku dengan Fia. Wajah mereka memang banyak kemiripan sebagai kakak beradik, meski sikap dan cara memandang hidup banyak yang berbeda, termasuk dalam bersikap dan bertutur kata

Teriakan senang Arvind karena berhasil membuka kunci ke stage berikut untuk game nya sedikit mengalihkan perhatian mereka

“ade…..” tegur Dia

Anak itu cuek dan kembali konsentrasi dengan gamenya.

Ravi tentu sangat senang melihat ayahnya datang menjemputnya. Pelukan dan berondongan kata-kata dan pertanyaaan antusias darinya menghujani ayahnya. Dia sangat gembira karena sore ini dia jadwal main bola, jadi ayahnya bisa ikut mengantarnya

“ iya…. Ayah yang antar…..”

“kok main bola?” protes Arvind

“kita temanin abang dulu nanti sore….. baru ke mall cari mainan ade yah….”

“oke…..”

“janji?” dia menyodorkan jari kelingkingnya ke ibunya

“janji…..” sambut Adiba dengan melingkarkan kelingkingnya ke anak bungsunya.

Suasana ceria segera muncul di dalam mobil. Dan Adiba lalu mengambil ponselnya, lalu mengabadikan potret kebersamaan mereka siang ini di mobil.

Dan foto itu kemudian dijadikan status whatsappnya

Happy banget anak-anak… dijemput ayahnya dan maminya…. Now heading to lunch and football game for abang…..

Status dan fotonya itu tentu segera dilihat banyak orang di kontak whatsappnya.

Girang betul kalo ada Aslan

WA dari Abah

Alhamdullilah Jiddah senang lihatnya, ajak Aslan ke Cibanon kalo ada waktu

WA dari nenek mereka

Dan kemudian muncul sebuah whatsapp

Hi Diba, your ex?

Adiba tersenyum

Nope. My ex was half Indian.

Then who is that?

Kids ayah, they use to call ayah for their uncle, my late sister’s husband

I see. Looks happy family

Thanks Hardian. We aren’t what you think about anyway


Tidak dijawab lagi oleh Hardian.

Mobil masih melaju dengan kecepatan sedang, mereka hendak makan dulu sebelum pulang ke rumah dan sore mengantar Ravi main bola.

“ayah telpon….” Ravi mengingatkan Aslan bahwa ada telpon masuk, karena telpon milik Aslan ditaruh di kotak dibawah layar multimedia di tengah antara kursi depan.

“biar aja, nanti ayah telpon balik…..”

Dan mata Adiba sempat melirik ke arah layer ponsel itu.

Nama Endah Larasati muncul.

Hmmmmmmm, sepertinya dia pernah dengar nama itu, bisik hati Adiba

Namun dia enggan bertanya lebih lanjut kepada Aslan. Seperti dia juga menjaga privasinya, maka dia pun tidak ingin mencampuri privasi Aslan.

Dan setiba di restoran, saat mereka sedang memesan makanan, Aslan membuka whatsapp dari Endah

Bang, nanti sore atau malam bisa ketemu ngga?

Lalu

Bang, aku telp tapi ngga diangkat

Aslan tersenyum

Maaf, tadi lagi nyetir jemput Ravi. Boleh saja, tapi malaman yah, anak-anak sudah tidur aku baru bisa keluar

Oh baik Bang. Kabarin aja yah…. Dekat2 sini aja yah, biar abang ngga kejauhan juga

OK


Sudut mata Adiba memperhatikan gerak gerik Aslan. Dia ingin bertanya, tapi akhirnya diurungkan niatnya. Melihat kegembiraan anak-anak makan bersama, bagi dia sudah sangat cukup.

Satu hal yang dikuatirkan oleh Adiba ialah jika Aslan sudah punya pasangan baru, anak-anaknya apa bisa menerima itu?? Di mata mereka Aslan adalah sosok ayah untuk mereka, dan tidak boleh dibagi oleh siapapun.

Arvind saja sering ngamuk ke Linda, jika gadis itu sudah meledeknya. Linda sering pura-pura memeluk Aslan, dan bilang Aslan itu kakaknya dia. Tapi Arvind sering marah dan melarang Auntinya memeluk Aslan. Meski belakangan ini sudah agak berkurang rasa cemburunya, karena dia tahu akhirnya bahwa Linda adalah tantenya sendiri.

Lalu jika dengan wanita lain?

Adiba sulit membayangkannya. Baginya saat ini anak-anaknya jauh lebih tergantung ke Aslan dibanding ke mantan suaminya, bahkan dengan dirinya sendiri sebagai ibu pun sering kalah jika sudah ada Aslan. Mereka cenderung ikut dengan Aslan jika harus memilih hendak pergi dan tujuan dia dan Aslan berbeda.



*************************

Pukul 21.05 Aslan keluar dengan mobilnya menuju ke Kawasan Sumarecon Mall, Bekasi.

Adiba yang di kamar saat keluar tidak menemukan Aslan di ruang tamu. Dan saat dia mengetok pintu kamarnya, malah si Mbak Ning bilang kalau Aslan tadi keluar sebentar mau bertemu temannya dia diluar.

Padahal Adiba ingin mengobrol dengan Aslan, terkait masalah kantor dan juga terkait anak-anak yang dia ingin menambah les untuk Ravi karena tahun depan sudah kelas 6 dan juga Arvind yang ingin dia kasih les bela diri.

Namun karena dia tidak bilang juga tadi pas mereka sedang bersama, mungkin Aslan berpikir tidak ada agenda lagi, dan dia bebas untuk keluar rumah.

Dan Aslan saat tiba di Sumarecon, ternyata yang akan ditemui sudah disana.


Endah Larasati​

Dia masuk dan segera menuju ke Pancious, tempat mereka janjian. Pukul 21.30, last order dan jam 10 malam pasti tutup.

“maaf yah….. “ dia menyalami dan sedkit merengkuh pundak sang gadis karena merasa bersalah sudah membuatnya menunggu

“ngga apa-apa….”

Dia lalu memesan menu dengan cepat

“ gimana Mamah?”

“alhamdulillah sudah membaik Bang…..”

Endah belakangan ini merubah panggilannya jadi abang ke Aslan. Dia sendiri sudah keluar dari RS Mitra Medika 10 bulan yang lalu, dan kini bekerja di klinik dekat rumahnya, karena permintaan dari calon suaminya yang ingin Endah tidak bekerja shit lagi seperti di RS dulu.

“aku minta maaf yah Bang…. Mungkin lama aku baru bisa balikinnya…..”

Mata sendu dibalik wajah sedih itu nampak memelas

“hei…. Siapa yag minta ganti sih…..” balas Aslan lembut

“tapi uang 30 juta bukan uang kecil Bang…..”

“udahlah…. Yang penting Mamah sudah sehat…. Yang bantuan aku jangan dipikirkan lagi yah…..” hiburnya

Makanan Riccota Rusberry Pancake nya muncul

“makan yuk….”

“selamat makan Bang…..”

Endah dengan penuh rasa haru dan rasa bahagia melihat wajah Aslan yang muncul kali ini dihadapannya. Wajah tampan itu kini terlihat semakin matang, semakin memikat hati para wanita, dan membuat dia jadi berdebar debar melihatnya

“ kapan jadinya kalian berdua?”

“apanya?”

“nikahnya…..”

“ngga tau Bang…..”

“kok ngga tau?”

Endah tersenyum malu

“galau….”

Aslan tertawa

“jangan galau lah……”

Mereka tertawa bersama

“rencana sih 3 bulan lagi……”

“oh gitu…..”

Lalu

“disini kan?”

“di Bogor Bang… tempatnya Jay…..” Jay merupakan panggilan akrab Zainal, calon suaminya Endah.

Harusnya mereka sudah menikah beberapa bulan yang lalu, namun karena Mamahnya Enda masuk rumah sakit, maka terpaksa tertunda. Dan biaya yang dikumpulkan oleh Enda jadi terpakai untuk pengobatan mamahnya, karena tidak tercover oleh BPJS. Dan hal ini sempat menimbulkan keributan kecil antara Jay dengan Endah.

Di tengah kalutnya Endah mencari tambahan biaya, dia teringat dengan Aslan. Hubungan baik mereka yang sering bertukar pesan, terutama di hari-hari penting dan istimewa, membuat dia membuang rasa malunya, dengan mengirimkan WA ke Aslan.

Pendapatan Aslan baik dari pekerjaannya yang utama, dan juga pembagian sharring dengan usaha dari mertuanya Jafar, tentu bukan hal yang sulit untuk membantu Endah. Dia langsung mengirmkan jumlah yang lebih dari cukup untuk membantu Endah, yang membuat Endah jadi tidak habisnya berterima kasih untuk bantuannya.

“ abang balik kapan?’

“hmmmmm… besok mungkin…..”

“anak-anak Ka Diba lengket yah sama abang…..”

Aslan tertawa

“iya gitulah…. Hiburan juga buat aku…..”

“iya lucu-lucu….”

Lalu

“mamanya ngga lengket?”

Aslan terdiam sesaat dan menatap wajah Endah sambil senyum

“lengket juga…. Sebagai kakak…..”

Endah tersenyum simpul

“ pengen ke Makasar sih…..” ucap Endah pelan namun cukup membuat Aslan sedikit tersedak.

“tapi kalo ngga boleh ngga apa-apa….”

Aslan kembali tersenyum.

Wanita di depannya ini sebenarnya sangat menarik. Dibalik hijabnya itu, wajah cantiknya memang sangat menawan hati pria normal. Kulitnya putih dan bersih, matanya juga bening, membuat wanita ini menarik dipandang

“ nanti dicariin sama Jay…..” kelakar Aslan

“ngga lah…. “

“kok ngga?”

“aku bilangnya mau ke rumah nenek di Kuningan…..”

Aslan terdiam

Lalu, sambil mengaduk minumannya

“pengen ngobrol lama aja ama abang……” setengah menunduk malu dia

“ tapi kan di Makasar pasti abang ketahuan nanti kalo aku kesana…..”

Aslan mengiyakan dalam hatinya, dia tahu gerakannya di Makasar pun sulit, meski sebenarnya tidak ada yang larang bagi dirinya untuk jalan dengan siapa saja.

Meski agak ragu dan galau, namun ada bagusnya juga dia refreshing. Kan liburan biar hanya sehari rasanya cukuplah untuk mencharge otaknya.

“ apa mau ke Bali?” tanya Aslan

Bukan hanya Endah yang terkejut, Aslan pun sebenarnya terkejut dengan ucapannya

“mau atuh…..” jawab Endah cepat

Aslan tersenyum

“sehari cukup kan……”

“cukup sih….” Agak malu Endah menjawab.

“ya sudah…. Wa in ke aku KTP nya, biar aku pesanin tiketnya…..”

Endah girangnya luar biasa, akhirnya dia bisa juga ke Bali. Kaget, namun senang luar biasa, apalagi dia kan jalan bersama Aslan.

“berdua aja kan?” tanyanya memastikan

“iyalah….. mau ajak Jay?”

“jangan atuh…..” jawabnya sambil tersenyum simpul “kan maunya berdua abang aja….”

“makanya……”

“takutnya anak-anak pada ikut…..”

“mereka sekolah…..”

“oke Bang…..”

Aslan sungguh tidak habis pikir kenapa dia berani mengajak Endah ke Bali. Dia bagaikan berada di posisi dilematis karena mengajak Endah. Ini merupakan kali pertama dia jalan dengan wanita lain keluar kota dan hanya berdua. Selama ini jika dia liburan ke puncak atau Bandung, selalu bersama sama dengan anak-anak.

Bahkan dengan Rani pun hanya seputar Makasar saja dia beraninya jalan meski berdua. Namun dengan Endah yang akan menikah beberapa bulan kedepan, dia malah berani mengajak wanita itu ke Bali.

Ah, kan cuma jalan saja berdua, anggap saja seperti sekarang ini makan berdua seperti ini, bedanya tempatnya yang pindah ke Bali.

Tapi khan nanti nginap dimana coba? Pikiran Aslan segera bercabang.

Namun melihat senyum dan bahagia di wajah Endah, dia jadi enggan untuk mengakhiri kebahagiaan itu. Dia melihat suasana hati dan senyuman Endah berubah total dari pertama dia datang, hingga saat mendengar bahwa mereka berdua akan terbang ke Bali besok.

“aku ambil cuti dadakan bisa kok…..” jawab Endah

Waktu yang hanya sejam rasanya kurang bagi mereka yang semenjak Aslan membantunya jadi sering berkomunikasi lewat whatsaap dan telpon itu. Endah merasa menunggu hampir 40 menit rasanya berjam jam, dan ngobrol sejam rasanya baru 5 menit.

Mereka lalu jalan berdua kedepan

“naik apa kesini?”

“naik grab tadi…..”

Tiba-tiba getaran ponselnya mengagetkan dia, nomor Adiba yang muncul di layar

“ ayah….. dimana?”

Ternyata Arvind mencarinya

“oh… lagi ketemu teman…. Bentar lagi ayah balik….”

“ade tungguin yah…..”

“oke sayang….”

Lalu diambil alih sama Adiba

“lagi dimana?”

“lagi ketemu teman di Sumarecon…..”

“dia kebangun…. Nyari ayahnya ngga ada…..”

“iya iya…. Ini mo balik….”

“ya sudah… maaf yah…”

“ngga apa-apa Ka….”

Endah meliriknya sejenak

“maaf yah… ngga bisa antarin pulang…. Si Arvind kebangun nyari….”

“ngga apa-apa Bang… aku naik grab aja….”

“oke deh…..”

“KTP udah aku kirim barusan….”

“oke…. Besok kita pesawat siang yah…..”

“ Oke…”

Setibanya di lobby mall, Endah lalu menyalami dan mencium tangannya sebelum naik ke mobil grab carnya. Aslan tertegun melihat itu tundukan badan Endah saat mencium tangannya…. Sekilas dia jadi ingat bagaimana Fia dulu suka melakukan hal yang sama terhadap dirinya….

“Pamit yah Bang…. Asssalamualikum….”

“wa’alaikumsalam Endah….”
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd