Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

PART L



ADA NAMAMU DALAM SETIAP SUJUDKU



Perut gendut milik Adiba seakan tidak menghalanginya untuk ikut bersama suaminya pagi ini, kebetulan hari Jumat, sehingga dia bisa berduaan dengan suaminya tanpa diganggu oleh anak-anaknya yang sedang sekolah, Adiba meminta waktu untuk ikut suaminya karena sudah 2 minggu lebih Adiba cuti persiapan akan lahirnya anaknya yang kini masuk bulan kesembilan, sekaligus menghitung hari untuk ketambahan anggota keluarga.

Proses renovasi kantor atau tepatnya gedung lama milik Jafar, kini sudah dibangun dengan lebih modern dan lebih bagus dibanding model kantor lama yang seperti gudang. Kini semua direnovasi agar tampilan kantor ini lebih modern dan bagus, sekaligus lebih inovatif dan menarik dilihat.

Masuknya Aslan kedalam management sekaligus membuat suasana dan darah baru muncul. Selain mulai ikut ambil alih semua tugas Adiba selaku direktur utama, beberapa pekerjaan baru yang sedang dikerjakan oleh Aslan pun mulai bergerak perlahan.

Kompleks perumahaan baru atau townhouse yang dikerjakan dengan sahabatnya juga mulai dibangun di Kawasan Cibinong, Bogor. Kantor PT Sinergy Almahyra Lestari di Makasar sudah beroperasi untuk menghandel management dan marketing kawasan timur, dan kantor serta depo di Kendari juga dalam proses pembangunan.

Adiba sangat mensyukuri apa yang saat ini mereka bisa kerjakan dan rasakan bersama. Goncangan dan halangan tetap saja datang, namun entah kenapa dia selalu merasa bisa melewati semua ini bersama Aslan. Solusi dan cara penyelesaian mereka sama-sama bicarakan dan putuskan bersama, bahkan abah dan umi kini lebih banyak hanya menunggu dan memantau semua proses.

Meski bulan ini mereka harus menguras kas mereka untuk investasi dan pembangunan fasilitas kantor, namun kontrak baru, ekspansi pasar, serta hitung-hitungan bisnis yang kini terukur dan sangat tertata, membuat Jafar kini bisa bernafas lega dan tersenyum, karena jika semua lancar maka akhir tahun akan semakin lebar senyuman mereka dengan proyeksi pendapatan yang sudah terbaca secara grafis dan berproses.

“ Yah, warnanya abu-abu mudah aja… “ usul Adiba ke suaminya tentang warna ruangan kantor mereka berdua

“warna pastel ngga mau?”

“ngga ah, abu-abu muda aja lebih enak dilihat….”

Aslan tersenyum mendnegar usulan istrnya

“oke, nanti aku bilang ke kontraktornya…”

Ruang kerja mereka memang disatuin, karena Adiba tidak ingin duduk terpisah dengan suaminya. Dia juga sudah berencana untuk mulai mengurangi waktu kerjanya, dan hanya akan datang sesekali ke kantor, karena dia tahu akan sangat sibuk dengan mengurus ketiga anaknya nanti.

“udah ada ayah yang kerja, aku akan banyak dirumah nanti….” Ujarnya ketika menyampaikan alasannya untuk mulai mengurangi kegiatannya di kantor nanti.

“anak-anak dan suami adalah prioritasku saat ini….” Sambungnya lagi dengan mantap

Meski demikian, untuk pemilihan warna, bentuk kantor dan tata ruangnya, tetap saja Adiba sangat dominan. Hampir semua desain dan model hingga furniture kantor itu ide dan keputusan dari Adiba, yang hanya bisa diaminkan oleh Aslan. Jika Aslan lebih ke fungsi dan kegunaan, maka Adiba konsen ke estetika dan selera yang tepat dimatanya sebagai wanita.


*****************

“sholat Jumat di rumah saja….” Usul Aslan ke Adiba

“oke Yah…”

Mereka berdua pun segera bergegas keluar dari halaman kantor. Jika hanya jalan berdua mereka lebih senang naik CRV. Beda jika sedang dengan anak-anak, Adiba lebih suka naik Alphard yang dibelikan oleh Jafar sebagai hadiah pernikahan mereka.

“kaka sama abang sama jam 1an pulangnya hari ini….”

“oke Mi…”

Aslan tersenyum melihat istrinya yang agak kesulitan menggeser badannya di jok depan, perutnya yang memang sudah waktunya untuk lahiran membuat gerakannya jadi terhambat dan sulit, meski demikian sukacita dan senyuman terus terpancar apalagi jika gerakan si dede bayi bagaikan sedang bergerak senang.

Lengkingan suara Celine Dion terdengar di MP3 Player mobil.

Adiba tersenyum sambil melirik ke arah suaminya yang konsen menyetir.

Lagu yang berjudul I’ll drove all night milik Celine ini memang punya sejarah bagi Aslan dan mendiang, makanya lagu ini ada di list player Adiba dari dulu, dan dia tahu lagu ini dari blog yang ditulis oleh mendiang Nafia tentang lagu ini, bagaimana awalnya lagu dan liriknya ini seiring dengan perasaannya ketika dia mulai mencintai Aslan.

Adiba hanya bisa tersenyum kecil, karena dia sadar bahwa situasi yang berbeda yang dia rasakan sekarang memang jauh dari apa yang dulunya mereka harapkan, dan sekarang semua berjalan begitu saja, dan Aslan pun kini sudah menjadi bagian terbesar dalam hidupnya.

Kini “In The Stars” dari Benson Boone yang mengalun….

“ganti lagunya Yah….” Ujar Adiba tiba-tiba

“kenapa?”

“ngga apa-apa, ganti lagunya….”

Meski tidak mengerti, namun Aslan menekan tombol skip di setang kemudi sambul tersenyum gelang-geleng kepala

“kenapa?” tanya dia melihat suaminya geleng-geleng kepala

“Kenapa apa, Mi?”

“kayaknya ayah ngga suka mami suruh skip?” suara Adiba agak sengit

Aslan tersenyum

“ngga lah Mi…..”

“pasti ini lagu ada memorynya ama yang di Makasar….”

Asaln tertawa mendengar tuduhan istrinya

“mana ada, Mi…”

“boong….”

Aslan hanya bisa tertawa lucu, sementara Adiba manyun dibuatnya

Lalu

“mami….”

Masih diam sambil manyun

“sayang…. “

Tangan Aslan menggenggam tangan istrinya

“ngga ada lagi yang tersisa di hati aku…. Milik keluargaku sekarang semuanya….” Ujar Aslan sambil tersenyum

Adiba masih saja belum lumer, wajahnya masih manyun. Ini membuat Aslan tersenyum dan merasa lucu, meski dia tahu dan sadar bahwa sikap wanita memang biasanya demikian, apalagi dalam kondisi hamil seperti ini, walau sering menguji kesabaran hatinya, tetap saja dengan santai Aslan menghadapinya.

Sedangkan Adiba meski masih kesal, namun tetap saja dia sulit untuk marah lama-lama dengan Aslan.

Akhirnya genggaman tangan suaminya pun dibalas dengan mesra.

Senyumannya merekah sambil menatap wajah suaminya dari samping. Rasanya tidak pernah bosan dia melihat wajah suaminya. Wajah yang dulu identik dengan bandel dan nakalnya itu, kini berubah menjadi wajah yang meneduhkan hati, yang selalu membuat dia jatuh hati dan sulit untuk berpaling untuk tidak mengagumi wajah tampan itu.



**********************


Wajah panik Aslan tidak bisa disembunyikan kali ini

Erangan dan kesakitan yang dialami oleh sang Istri membuat dia stress dan bingung.

Jafar dan Anissah pun sama, dengan cepat mereka lalu bergerak untuk membawa Adiba untuk ke rumah sakit. Semua koper dan tas yang sudah disiapkan untuk lahiran kali ini langsung dinaikan ke atas mobil, dan segera mereka bertolak siang ini ke rumah sakituntuk persiapan kelahiran cucu ketiga mereka.

Sambil menghibur dan menenangkan istrinya yang sudah mulai kesakitan, Aslan jadi tidak tenang dan bingung, karena baru kali ini dia mengalami kondisi seperti ini, kondisi yang sudah pernah dialami oleh Adiba sebelumnya.

Saat Adiba masuk ke ruangan persalinan, Aslan terlihat panik dan stress, sehingga dia memilih untuk tidak ikut masuk ke dalam ruang persalinan, dia hanya menunggu diluar dengan penuh kecemasan dan sambil berdoa agar Adiba diberi kelancaran untuk proses persalinanannya.



*********************


8 jam berlalu

Hingga kini sudah pembukaan yang kesekian pun bayinya belum mau keluar dari Rahim ibunya….

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.45, artinya sudah hampir 8 jam semenjak masuk ke ruangan bersalin, belum ada tanda-tanda suara tangis bayi keluar. Aslan dan keluarga benar-benar panik dan galau dengan kondisi yang ada.

Arvind dan Ravi yang datang dari siang sepulang sekolah, akhirnya diminta pulang dulu oleh ayahnya, karena besok harus sekolah. Meski berat hatinya kedua anak itu, mereka menyetujui untuk pulang dulu dan akan kembali besok

“ayah… besok kalo kaka datang, dedenya sudah ada belum…?” tanya Arvind

“iya Ka… sudah ada…” hibur Aslan, meski bathinnya dan kepalanya juga kacau balau akibat belum ada kejelesan nasib anaknya dan istrinya yang masih bertarung di dalam ruang persalinan.

Anissah dan juga Jiddah yang sudah tiba dari Cibanon pun bolak balik masuk bergantian menemani Adiba, terkadang Aslan masuk sebentar melihat kondisi istrinya, lalu keluar saking takut dan stressnya dia dengan kondisi instrinya yang sedang berjuang kesakitan untuk segera melahirkan buah hati mereka yang masih betah didalam perut ibunya.

Rasa gelisah dan kuatir membuat emosi serta tensi di kalangan mereka jadi sedikit naik. Mungkin hal yang sudah biasa bagi sebagian besar yang punya pengalaman melahirkan anak, namun bagi Aslan ini pengalaman pertama baginya dan dia sangat kuatir dengan kondisi Adiba.

Linda pun datang bersama kekasihnya Kevin.

Setelah memeluk abangnya dan menyapa semua yang hadir, dia hanya bisa termenung melihat kekuatiran akan di wajah sosok yang sangat dicintainya itu. Melihat wajah abangnya pucat, gugup dan bolak balik ke kamar persalinan serta tidak kuat melihat kesakitan yang dialami kakak iparnya, hati Linda bagaikan digerus oleh rasa perih yang sulit untuk dijelaskan.

Dia tahu, ada satu hal yang perlu Aslan lakukan saat ini selain memanjatkan doa

“bang…” sapanya pelan sambil memeluk abangnya dari belakang

“ya De…”

“sabar yah…” sambil menepuk punggung abangnya

“iya De….”

Wajah galau itu terlihat muram dan kuatir dibalik anggukan kepalanya

“abang…. Telpon mama yah…” bujuk Linda

“telpon mama?” tanya balik Aslan bingung

“iya….”

Aslan galau

“sudah di wa tadi….”

“iya, ade juga sudah WA…. Tapi baiknya abang telp…”

Diam sesaat Aslan

“bang?” tanya Linda meyakinkan lagi

Masih diam Aslan

“ Betul Nak…. Telpon mama kamu Ulfa….” Tiba-tiba jiddah yang ada di dekat situ menghampirinya dan mengaminkan usulan dari Linda, yang kebetulan didengarnya langsung

“bagaimanapun, Ulfa harus tahu dan ada disini, karena ini cucunya….” Terang jiddah lagi

“cucu pertamanya….”

Aslan terdiam Kembali, saat tatapan Jiddah dan Linda seakan memintanya untuk segera melakukan hal tersebut.

Lalu…..

“oke…. “ anggukan kepalanya akhirnya bergerak

“aku telp….”

Linda dan jiddah tersenyum lega

Tangan Aslan lalu meraih ponsel yang ada di sakunya, dia membuka kunci layarnya, menscrolling contact yang ada, lalu memencet sebuah nomor.

Telepon berdering dua kali, langsung diangkat diujung sana

“assalamualaikum, Ma….”

“wa’allaikumsalam Bang….”

Suara tangisan pelan Aslan terdengar

“gimana Bang….?”

“baik Ma…..”

Diam sesaat

“sudah lahiran?” tanya Ulfa

“belum Ma….”

“lho? Udah dari siang juga belum?” ada nada kuatir disana

“iya Ma…..”

Diam sesaat diantara kedua anak dan ibu tersebut

Lalu…..

“ade sama Kevin akan jemput Mama yah…..” suara kalut itu akhirnya meminta

“abang ama Diba perlu Mama disini……….”

Permintaan Aslan bagaikan air segar yang mengucur dari pancuran dan membasahi serta mengisi semua tabung kosong air yangs ekian tahun tidak teraliri dan dipenuhi oleh air segar. Semuanya membuat sumbatan yang menyebabkan kemarau panjang itu pun lepas dan mengalir ke semua relung yang selama ini kosong dan hampa.

Sementara itu, airmata Ulfa yang tidak bisa sekalipun memejamkan matanya, tumpah ruah membasahi pipinya dan mukenanya. Dia baru selesai sholat isya, lalu hampir setiap saat dia mengecek ponselnya.

Meski emosinya dan egonya sebagai ibu terkoyak oleh keras kepalanya Aslan, namun tetap saja dalam sujudnya nama anak sulungnya selalu dia sebut.

Anak kebanggaannya

Anak kesayangannya

Anak yang dimana dia duduk selalu dia dengan bangga ceritakan bagaimana bakti dan sayangnya dia kepada ibu dan adiknya

Dan saat anaknya menyampaikan dan meminta doa agar persalinan menantunya, menantu yang tidak dia inginkan awalnya, namun akhirnya tetap saja harus dia bawa dalam doa, karena bayi yang dikandungnya itu adalah cucunya, bayi yang akan membawa Ulfa ke suatu titik yangbaru, yaitu titik sebagai seorang nenek.

Ketukan di pintu kamarnya segera menyadarkannya

“ Ma….”

“iya De…. “ dia bangkit dari sisi tempat tidurnya begitu tahu Linda sudah datang menjemputnya.

“mama sudah siap…..”



*******************

Pelukan dan tangisannya pecah saat tiba di rumah sakit.

Dengan penuh haru dia memeluk anak sulungnya.

Setelah sekian bulan dia tidak pernah memeluk sosok yang sangat dia sayangi ini.

Pelukan dan tangisan seakan tertumpah dengan ribuan makna.

Ada rasa sesal

Rasa rindu

Dan juga rasa cinta dan ikatan yang tidak akan lekang oleh waktu, yaitu ikatan sebuah cinta antara ibu dan anak

“ gimana Diba?”

“belum Ma…..” jawab Aslan pelan setelah dia mengendurkan pelukan ke ibunya

Wanita itu terpukau mendengar sudah 10 jam lebih belum juga keluar sang cucu dari perut ibunya.

Ulfa menyalami semua yang berkumpul disitu.

Airmatanya tumpah kembali saat memeluk besannya Annisah. Kurang lebih 8 bulan mereka tidak saling tegur dan sapa semenjak terakhir berbincang di ruang tamu disaat berita dan rencana Aslan meminang Adiba yang harus berakhir dengan ketidaksepakatan dari Ulfa.

“ mama masuk dulu….” Bisiknya ke Aslan

“iya Ma….”

Ulfa lalu bersama Annisah masuk bersama ke ruangan persalinan untuk menemui dan menemani Adiba.

40 menit berlalu…..

Tiba-tiba suara lengkingan bayi pun terdengar kencang memecah ruangan persalinan. Suara yang sudah ditunggu sekian jam dengan penuh kekuatiran dan resah, akhirnya muncul menyapa dunia untuk pertama kalinya, sekaligus melegakan semua orang yang sudah berkumpul di ruangan persalinan VIP itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd