Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Guys ada yg kyk gue ngga? Setiap cerita ini update. Gue selalu baca sedikit demi sedikit dan pelan2 meresapi setiap kata dan ujung2 nya takut ud sampe di ahir chapter. Krn mungkin ceritanya sangat bagus jadi kudu dinikmati pelan2
 
PART XL



Kabut di Simpang Jalan



Airmata turun terus dari mata indah sang pemilik

Dia seperti tidak mampu menahan kesedihan yang dia rasakan

Rasanya ingin dia melempar semua rasa yang di miliki ini ke sebuah kubangan yang kemudian dilewati orang dan dipungut, sehingga tidak ada bekas dirinya seperti saat ini, rasa sakit dan sedih yang mendalam yang harus dia rasakan untuk kenyataan yang tidak adil baginya

Aku mencintaimu tanpa syarat

Aku sayang dan siap memberi semua apa yang bisa aku lakukan untuk kamu

Tapi kenapa begitu tega kamu tepikan semua ini??

Hujan deras dari balik jendela seakan merestui semua rasa sakitnya dengan menumpahkan amarahnya lewat deras nya titik air ke muka bumi. Bau tanah dan tanaman tercium semerbak wangi di hidung pecinta hujan, namun tidak baginya.

Semua yang dirasakan saat ini tidak mampu menahan sakit hatinya.

Marah terhadap perasaannya yang tidak mau kompromi dengan nisi kepalanya yang ingin ini berlalu. Semakin dia geser dan alihkan, semakin pula rasa sakit ini menusuk hatinya. Dia tidak menyangka jika dia harus mengalami rasa sakit sedalam ini karena sebuah arah dan haluan cintanya yang dia salah letakkan.

Bukan kamu yang salah, Lingga

Lalu siapa yang salah?

Salah Aslan yang tidak peduli dengan dirinya?

Salah Tuhan yang membiarkan rasa cinta ini tumbuh?

Kenapa harus kamu sih Aslan? Kenapa harus kamu yang tusuk hati aku dengan rasa sakit ini??

Pedihnya sakit yang dirasakannya membuat semua tubuh dan jiwanya pun bagaikan ikut berkompromi dengan semua itu. Makan dia pun enggan, kerja pun dia malas untuk keluar, dan bahkan berpikir jernih pun dia sulit melakukannya.

Pelariannya semenjak kemarin ke rumah orangtuanya di Maros tidak banyak membantunya. Dia hanya berdiam di kamar, menangisi tragisnya kisah cintanya yang harus gagal atau pun sepertinya menuju kegagalan.

Selama ini dia selalu kuat setiap berakhir kisah cintanya dengan pria-pria sebelumnya. Bahkan dengan Hari, pria yang begitu berkesan baginya pun dia merasakan sebagai hal yang biasa saat putus cinta, meski dia pun sedikit galau saat itu berakhir.

Namun saat dia mengetahui bahwa ada jiwa lain yang dipandang dengan lebih indah oleh pria yang diyakininya akan jadi imam untuk hidupnya kelak, justru itulah yang membuatnya porak poranda bagaikan kapal karam dihantam badai di-tengah lautan.

Apa sih kurangnya aku, Aslan?

Sampai kamu harus bela-belain mengejar hati janda itu?

Usianya jauh di-atas kamu

Anaknya dua

Kakak ipar kamu sendiri juga

Apa yang membuat dia sebegitu spesialnya sih?

Air-matanya kembali turun, meski sweaternya sering dipakai untuk membersihkan aliran itu di-pipinya.

Dan setelah beberapa hari dia memberi waktu untuk Aslan, bukannya pria itu menghubunginya kembali meminta maaf dan kemudian mengajaknya bicara dengan elegannya dan bahas hubungan mereka kedepan, justru kejutan lain yang dia dapati.

Pak Aslan barusan ke Jakarta, Ka.....

Ada dinas?

Ngga ada sih Ka, soalnya dia beli tiket sendiri tadi

Taunya dia ke Jakarta?

Aku nguping dia bilang ke Ka Yani tadi


Hati Rani seketika hancur mendengar dan membaca whatsapp dari Judith, PA Aslan yang selama ini menjadi mata-mata Rani untuk mengawasi Aslan di kantor.

Kekecewaannya semakin dalam saat tahu bahwa bukan lari ke pelukannya untuk membicarakan semua hal yang terjadi selama ini, Aslan malah pergi ke arah sebelah tanpa bicara dengan dirinya dulu. Rasanya dia ingin teriak dan mengumpat dengan kerasnya.

Kamu itu cantik Rani

You are so talented

Pria mana yang tidak ingin punya pasangan seperti kamu?

Teori memang mudah, tapi dia yang menjalaninya itu yang sulit

Sosok Aslan yang dingin dan menantang memang sudah membetot hatinya. Membuat semua rasa yang dimilikinya bagaikan beku terhadap mata yang lain. Dia temukan semua ada di Aslan selama ini.

Sosok tampan yang karismatik

Mata yang hanya memandang ke dirinya, sebelum hadirnya Adiba lewat anak-anaknya

Karir dan personalnya yang selalu memukau

Kejantanannya yang selalu buat dia puas di atas tempat tidur

Pria yang bagaimana yang bisa menandinginya di-mata Rani selama ini?

Menepikan semua rasa dengan tangisan mungkin itu yang bisa dia lakukan sekarang. Berharap Aslan akan berbalik dan berjuang untuknya juga rasanya sudah terlihat dari caranya pergi tanpa memberitahunya.

Apa mungkin dia mencoba menyelesaikannya di sana?

Iya jika dia menyelesaikan dan memilih aku sebagai pelabuhan yang abadi. Jika dia ke-sana untuk menegaskan hubungan mereka? Apa aku harus tetap berharap agar Aslan kembali ke pelukan aku? Bathin Rani bagaikan ingin menjerit.

Suara hujan kian deras menyerbu ke tanah, pepohonan dan tanaman yang juga tertimpa curah air dari langit pun saling berisik suaranya, seakan ikut merasakan bagaimana kerasnya dentuman kesedihan di hati Rani, kesedihan panjang yang selama ini tidak pernah dia lalui dan haturkan untuk sosok lain, dan hanya sosok Aslan yang membuat dia terlihat jadi wanita yang bodoh, karena harus meratapi diri menjadi pihak yang kalah dan gagal dalam memperjuangkan cintanya.



**************************

Pagi-pagi Adiba sudah dibuat uring-uringan.

Dia menelepon dan mengirim whatsapp ke Aslan dan belum dibalas juga dari dia bangun tadi. Sambil menahan kekesalannya, Adiba memilih untuk mandi. Tadi sebelum mempersiapkan anak-anak, dia sempat mengirim wa pagi -pagi, dan setelah anak-anak berangkat sekolah, dia kembali mengirimkan whatsapp, dan belum juga dibaca.

Dia lalu memilih pakaiannya untuk ke kantor pagi ini. Sudah 3 hari dia tidak masuk kantor, sehingga pagi ini dia sudah enakan, dia ingin ke kantor seperti biasa. Sejenak dia memperhatikan dirinya di cermin besar di ruang wardrobenya. Semua pakaiannya dibuka dan dilempar ke ranjang pakaian kotor. Tidak ada perubahan berarti, perutnya masih terlihat belum banyak berubah, meski dia tahu ada bibit di dalam perutnya itu kini.

Adiba tidak menyangka akan mengalami lagi sesuatu hal yang sudah 7 tahun lebih tidak dia rasakan, dan kini rasa itu dia kembali temui kali ini.

Anak kamu, ayah.... bisik nya sambal membelai perutnya

Resiko ini memang sudah dia duga semenjak rasa dan emosi mulai bermain dalam hubungan mereka. Dia sulit mengendalikan dirinya jika sudah bersama Aslan, dan begitu juga Aslan jika sudah bersama dirinya. Rasanya memang jika buang diluar dan didalam itu beda banget.

Senyuman malu-malu Adiba muncul. Dia seketika merasa hangat rahimnya, dia ingat bagaimana jika tubuh jantan itu sudah telanjang, selalu buat dia tidak kuat melihatnya, dan jika lidahnya sudah bermain menjamah tubuhnya, lalu batang perkasa yang selalu keras itu mengobok oboknya, tidak pernah gagal buat dia orgasme.

Adiba segera masuk untuk mandi, sejenak dia melupakan itu sesaat, dia segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya, nanti dia ingin ke kantor, mengerjakan semua kerjaan dia dan kemudian menelpon Aslan. Situasinya dia saat ini membuat dia ingin segera ada kejelasan nasibnya, dan dia perlu komitment dari Aslan.

Sementara itu, sebuah mobil taksi online tiba-tiba berhenti di-depan rumahnya Jafar.

“assalamualaikum...”

“wa-alaikumsalam.... eh Bang... baru datang?”

“ia Mi….”

“ langsung dari Makasar?”

“iya Mi....”

Aslan langsung mencium tangan Anissah.

Wanita itu lalu memeluk Aslan dengan eratnya, dia bagaikan menahan harunya melihat anak ini. Anak yang dibenci banget dulu, namun kini seperti jadi anak kesayangan mereka di keluarga disini.

“abah?”

“ada lagi sarapan.....”

Aslan lalu beranjak ke belakang, dia lalu menyapa dan mencium tangan Jafar

“ baru datang?”

“iya Bah....”

“belum ke-sebelah?”

“langsung ke sini dulu....”

“sarapan lah....”

“iya Bah, tadi makan di pesawat juga.....”

Jafar hanya bisa terdiam dan tersenyum melihat Aslan. Dia percaya anak ini akan bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi, itu yang membuat dia hanya diam saat Anissah memberitahu kondisi terakhir anak mereka saat ini.

“ke atas lah.... Diba kayaknya dari tadi nelpon kamu, agak kesel karena belum balas WA dan angkat telpnya....” ujar Anissah

“iya Mi.....”

“berapa lama disini?”

“ngga tahu Mi..... sampai minggu mungkin...”

“oh yah sudah....”

“saya keatas dulu, Bah... Umi....”

“iya Bang....”

“ ngga ngantor udah mau 3 hari tuh.....”

Aslan terdiam dan menganggukan kepalanya

Ada semacam kesepakatan yang tidak tertulis sepertinya antara mereka dengan membiarkan dan terlihat jika orangtuanya Adiba sudah tahu apa yang terjadi ke Adiba. Meski mereka sadar akan dosa besar yang sudah anak mereka lakukan, namun akan lebih baik mereka bertanggung-jawab atas apa yang sudah terjadi

Mendengar ketukan di pintu kamarnya, Adiba membukanya dan betapa kagetnya dia melihat kekasihnya di depan pintu kamar

“ayah......”

“asalamualaikum Mami....”

“wa alaikumslaam Ayah....”

Adiba mencium tangan Aslan, lalu memeluknya dengan pelukan erat penuh kerinduan

“dari tadi ditelepon juga..”

“kan di pesawat....”

“di taksi bukannya telepon....”

“sudah mau kesini juga.....”

Adiba memeluknya dengan erat

“udah makan?”

“udah dipesawat....”

“mami?”

“malas makan, suka keluar lagi.....”

Aslan tertawa kecil mendengar kondisinya Adiba

“katanya jumat kesini....”

“lho, ngga suka aku datang hari ini?”

“suka dong.....” dia memeluk lagi “senang banget malah…”

“kalo bisa ngga usah balik Makasar lagi....”

Aslan tertawa mendengarnya

“baru mandi?” Aslan lalu jalan dan duduk di kursi kamar

“iya....”

Adiba masih dengan jas mandinya

“ngantor?”

“terserah Ayah......”

Aslan tersenyum

“kok?”

“yah ayah mau ngantor ayo.... mau ngamar juga ayo....” goda Adiba

Aslan lalu menarik Adiba kedalam pangkuannya. Pelukannya dengan erat sambil membelai punggung Adiba

“maafin aku yah.....”

“maafin untuk apa?”

“maafin, sudah buat ayah jadi banyak pikiran......”

Aslan membelai rambut Adiba, mata wanita tegar itu agak berair seketika.

“jangan bilang gitu.......”

Adiba terdiam sesaat

“sudah terjadi...dan ini khan salah kita berdua semua... kita harus tanggungjawab.....”

Tatapan itu masih berkaca kaca menatap wajah tampan di depannya ini

“ mami takut sayang....” keluh sedih terdengar

“takut kenapa?”

Adiba tidak langsung menjawab, dia memeluk dan bersandar di bahu Aslan

“ takut Ayah harus hadapi banyak tekanan gara-gara ini......”

“lalu ayah ngga kuat…. trus ninggalin aku….”

Sentuhan dan sapuan lembut di punggung Adiba untuk menenangkannya

“ asal mami ada disamping aku,,, aku selalu akan siap hadapin apapun itu.....”

Meski pelan suaranya, namun kata-kata itu bagaikan memberi Adiba sebuah dorongan yang kuat dan keras untuk optimis dan kuat menghadapi semua kemungkinan di depannya

“kalo mama ngga setuju...??” tanyanya sambil setengah sedih tatapan nya

“kita kasih pengertian....”

Adiba terdiam

“aku takut mama ngga setuju.... “

Aslan memeluk Adiba dan sambil tersenyum lembut

“belum juga kita tanya.... kok sudah menyimpulkan demikian.....”

Kali ini tekanan mental memang ada di Adiba. Sitausi dan posisi dia yang selama ini tidak pernah ada dalam pikirannya, akhirnya menghampirinya saat ini. Selama ini dia selalu percaya diri dengan apa yang melekat di dirinya. Wanita hebat, pintar, pimpinan di kantor, bisa dapat apa yang diam au meski statusnya dia sebagai janda dengan anak dua.

Namun saat dihadapkan dengan posisi seperti saat ini, dia bagaikan dihempaskan dari langit ke bumi. Segera dia sadar bahwa lemah sekali posisi nya dia. Cintanya yang perlahan tumbuh dan berakar di dirinya, justru itu yang kemudian membuatnya jadi lemah dan serba salah dalam melangkah.

Gara-gara terlalu cinta, terlalu bawa perasaan, dia akhirnya mengalami hal yang tragis yaitu hamil diluar nikah. Dan posisi seperti sekarang ini, yaitu mencintai Aslan, adik iparnay sendiri, yang usianya jauh lebih muda, lalu harus meminta restu dari calon mertuanya yang selama ini tidak ada di pikirannya dia sebelumnya, atau bahkan di pikiran Ulfa bahwa mereka akan jadi mertua dan menantu sungguhan.

Memikirkan semua ini membuat Adiba jadi sulit untuk berpikir jernih. Rasa superiornya selama ini berubah jadi inferior, dan kuatir jika kenyataan pahit yang dia takutkan akhirnya terjadi.

Jika mama Ulfa tidak setuju, Linda pun demikian, lalu Yahya dan Fitri, dia takut akan mengubah pandangan Aslan, lalu kemudian Aslan akan berpikir berkali kali untuk melanjutkan hubungannya dengan dirinya, apalagia da Rani yang jelas lebih muda, cantik, dan tidak ada beban masa lalu bahkan anak yang harus dibawa.

“mami.....” suara Aslan sedikit meredahkan emosinya

“ya Yah.....”

Aslan memegang kedua pipi Adiba

“aku datang malah nangis....”

Adiba terdiam sesaat

“takut aja.....”

“takut kenapa.....”

Buliran yang jatuh di pipi dihapus oleh jempol tangan Aslan

“takut ayah berubah pikiran, lalu meninggalkan kami berempat.....”

“berempat?”

Adiba berubah wajahnya

“ini ngga dihitung?” dia nunjuk ke perutnya yang disambut senyuman Aslan

“hitung dong.....”

Aslan memeluk wanita cantik yang masih menimpanya diatas kursi sofa di kamar itu

“mami.....”

Diam Adiba

“aku datang hari ini.... karena ingin menunjukkan ke mami, dan ke keluarga apa yang sudah jadi komitmen aku selama ini......”

Adiba kini mengangkat wajahnya

“ kita harus tanggungjawab atas kesalahan kita.....”

Adiba menatap wajahnya dengan penuh haru

“nanti sore Mama pulang dari pasar, kita temui dan bicarakan.....”

Adiba tiba-tiba merasa sangat plong mendengar kata-kata Aslan

“yakin kan?”

“yakin dong Mi......”

Tapi masih saja dia ragu

“kalo mama ngga setuju?”

Aslan tersenyum dan mencium bibirnya Adiba lembut

“kamar ini indah sekali yah..... “

Adiba masih kurang menangkap apa maksud Aslan

“ terlalu indah kalau ditinggali hanya sendiri.....”

Adiba memeluk Aslan dengan eratnya kini

Dia kuatir dan galau serta takut jika orangtua mantunya akan menolak dan marah setelah tahu bahwa dirinya sudah hamil, lalu akan mendorong Aslan untuk meninggalkannya

“kita sudah salah, namun calon bayi ini tidak salah......” tatapannya seperti memberi kekuatan bagi Adiba untuk hanya memandangnya semata, jangan melihat yang lain.

“dan ini buah cinta kita.......”

Aslan memeluk Adiba kini dengan pelukan hangatnya

“kita nikah sederhana saja sudah cukup buat aku.... asal sah dan ayah jadi suami aku.... “ pinta Adiba

Aslan tersenyum dan mengaggukan kepalanya

“ayah mau khan jadi imam aku? Jadi ayah sesungguhnya untuk anak-anak aku?”

Aslan tersenyum dan mencium bibirnya Adiba

“ mami bertanya hal yang ngga perlu ditanyakan.... sudah telat juga bertanya demikian....”

“iya, tapi aku perlu jawaban.....” rajuk Adiba

Aslan tersenyum

“mau dong..... “

Adiba memeluknya dengan erat kembali

Hatinya kini sedikit lega, kepulangan Aslan melihatnya hari ini, dan rencana Aslan nanti malam mau bicara dengan Mama dan Linda, rasanya sudah cukup membuat dia lega.

“mau ngantor?” tanya Aslan setelah beberapa saat mereka menikmati saling berpelukan berdua

“ngga ah.... malas.....”

“ini direktur gimana sih?”

“tadinya mau jalan, tapi ada ayah.... aku jadi malas....”

Aslan tertawa

“ayah mau mandi?”

Aslan bengong sesaat

“dari pesawat lho, jalan dari subuh....”

“ya sudah..... “

“mandilah, nanti aku siapan pakaian dan handuknya.....”

Aslan tersenyum mendengarnya

“kan aku udah jadi istrinya ayah....” senyuman lebar Adiba manja

“oke....”

Lalu

“abis mandi tengokin yah.....” Adiba berbisik lembut

“siap......”

Adiba tertawa lagi dan kemudian beranjak bangun, dia ke kamar sebelah untuk mempersiapkan pakaian Aslan, sekalian mengambil handuk untuk kekasihnya itu, sementara Aslan masuk ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan dirinya.



**********************

Hati Ulfa dibuat tidak tenang hari ini. Kondisi tokonya yang ramai pun tidak mampu menghilangkan wajahnya yang agak tegang dan galau hari ini. Dia hanya memantau saja anak buahnya yang sedang melayani para pembeli.

Whatsapp panjang dari Rani tidak ayal membuatnya jadi galau dan bingung.

Dia sungguh tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya. Meski belum terkonfirmasi dari mulut anaknya, namun gerakan dan cara mereka dalam keseharian memang terlihat ada yang berbeda diantara Aslan dan Adiba.

Bahkan Adiba ke dirinya pun agak berbeda belakangan ini. Hal yang sama juga juga dirasakan oleh Linda. Ada rasa dan cara yang berbeda dari diri Adiba yang membuat mereka jadi bertanya tanya, karena terlihat sekali ada perbedaan besar dibanding sebelum-sebelumnya dia dengan gaya cueknya, dan meski punya hubungan baik, namun cara Fia dan Adiba sangat berbeda dalam memperlakukan dirinya sebagai orangtua.

Telepon dan whatsapp ke Aslan juga belum diangkat dari tadi.

Dia ke Jakarta, Mama.... demikian bunyi WA dari Rani

Telepon Mamanya, telepon Yahya dan Fitri juga tidak diangkatnya. Ini yang membuat Ulfa bingung karena tidak biasanya Aslan yang sangat bertanggung jawab terhadap semua hal terutama kerjaannya lalu menghilang dan tidak menjawab semua telepon dan pesan yang masuk.

Berat rasanya hatinya sebag ibu untuk menerima kenyataan ini.

Saat mengijinkan Aslan menikah dengan Fia yang 6 tahun lebih tua saja waktu dia sudah berat. Sekarang jika dia diminta untuk menyetujui hubungan Aslan anaknya dengan Adiba, jelas berat bagi dirinya untuk setuju.

Usia, gaya hidup dan cara pandang, dan kesan anaknya seperti terikat di keluarga disebelah menjadi faktor-faktor yang membuat dia berat untuk setuju. Ditambah lagi dengan hatinya yang sudah tertambat ke sosok Rani, dia seperti sudah menganggap Rani itu sebagai menantu idaman.

Adiba memang cantik dan menawan. Namun tetap saja usia mereka jauh berbeda, dia takut kelak anaknya akan sulit diimbangi oleh Adiba nanti 5-10 tahun kedepan. Lagipula seperti ada kesan bahwa Aslan tidak bisa mencari wanita lain sampai kaka beradik anaknya Jafar semua dinikahinnya, disaat dia punya posisi hebat, berhasil dalam karir, ganteng dan banyak wanita muda dan masih single yang menginginkannya.

Sulitlah baginya untuk menyetujui hal ini.

Dulu dia minta dengan Nafia, Ulfa karena sayang anak dan tidak ingin mengecewakan anaknya, maka dia pun merestui, dan meski mendiang sudah pergi, namun hubungan mereka masih baik. Dan kebaikan hubungan itu lalu dimanfaatkan oleh Adiba untuk dijadikan alasan agar dia bisa punya hubungan dengan Aslan, sungguh sulit dia menerima itu.

Dan hingga kini dia sudah ke lima kalinya menghubungi Aslan, masih belum diangkat.

Dan tadi lewat pembantu rumah tangga di-sebelah, dia pun dikonfirmasi, bahwa Aslan tiba tadi pagi, dan langsung naik ke-atas.

Ulfa semakin tersinggung jadinya. Datang diam-diam tanpa memberitahu ibunya sendiri, malah bukan ke rumah menemui dia dan Linda, tapi langsung ke rumah sebelah, yang meski itu mertuanya, namun rasanya ada ketersinggungan di hati seorang ibu seperti Ulfa mendapati kenyataan bahwa dia sebagai ibu, justru perannya seperti tidak dianggap oleh Aslan.

Dan Adiba sepertinya tidak berbuat apa-apa untuk menyadarkan Aslan bahwa cara diam-diam seperti itu bukanlah cara yang baik dan akan membuat situasi malah jadi buram, karena Ulfa sebagai ibu merasa perannya selama ini seperti dinafikan oleh anaknya yang dia inginkan punya haluan yang berbeda dengan apa yang Aslan pikirkan saat ini.

Dan kembali dia menengok ke ponselnya

Whatsappnya masih juga belum dibaca, dan telepon belum dibalas atau ditelepon kembali.

Hati Ulfa seketika jadi pilu dan kecewa, dia merasa anaknya kini semakin jauh dan banyak berubah, bahkan untuk hal penting seperti ini pun dia tidak diberitahu, dan datang ke Bekasi, rumahnya sendiri sudah bukan prioritas utamanya lagi, dia lebih mementingkan keluarga di-sebelah untuk disapa dulu, ketimbang menyapa mamanya sendiri.
 
Mami Diba kemana ya ga muncul", apa sedang meminta Restu ke mama Ulfa?
Suhu, baru Selasa kemarin saya update..... kok dibilang ngga muncul2?


semoga ada update malam ini
saya paham dengan rasa pengen tahu dan penasaran suhu2 sekalian......

tapi perlu juga diingat, semua komen saya pasti baca kok.... termasuk komen suhu yang ngejar-ngejar update.....

saya punya reallife juga.... ini berkali kali saya sampaikan.....

mengetik cerita, memikirkannya, lalu mengeditnya sebelum tayang juga perlu waktu, Suhu.....


saya berani taruhan lah, apa ada penulis yang punya cerita sebanyak saya di forum ini? dan diupdate secara teratur seperti saya?

hehehheheheh...... sekali lagi saya mengerti rasa penasaran suhu-suhu sekalian.... tapi please lah mengerti juga kondisi kita....



Thank you, Suhu
 
Ayok hu mama ulfa harus tegas dong, tolak aja si diba biar seru ada bumbu bumbunya 😁😁😁.

Masa high quality jomblo harus takluk sama janda 2 anak, apa kata dunia nanti....

Kasih alasan apa kek, agar si Aslan ngak nikah sama diba.
Kalo aku si alesannya mama ulfa kasih ijin dengan syarat aslan menikahi rani dulu... Baru adiba... Jadi kesannya adiba ini istri kedua gitu yaaa... Truss...
Ketemu sama endah yg sudah menjanda karena di talak suaminya...
Bingunglah aslan untuk meminta ijin menikah ketiga kalinya...
Jadi poligami dong yaa...
Wkwkwk
 
Bimabet
Aslan itu orang yang bertanggung jawab.. setiap langkahnya pasti telah diperhitungkan, termasuk menghadapi Ibu Ulfa, Linda, Rani, Yahya, Fitri.. dll.

Hanya satu yang belum diantisipasi, Endah. Apakah sosok ini akan menjadi twist? Atau hanya figuran yang numpang lewat?

Sangat menarik menanti lanjutannya.

🙏🙏🙏 Terima kasih suhu @Elkintong atas ceritanya yg luar biasa ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd