Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Wah..seru ni cerita..Sampek belain marathon baca dari sesi 1 sampai sesi 2.
Semoga segera ada update lagi..😁
 
Maaf udah nunggu lama, k3maren da masalah teknis di web saya lupa password jadi di Prem juga blm update, sekarang udah clear. Nanti malam kita update ya sekaligus di web
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 19


by pujangga 2000



“Pak ada informasi kalau kejadian kemarin ada hubungannya dengan seseorang tokoh yang disegani di sini,” Ujar Sersan Taufik saat menghadap di ruangan Kompol Teguh.

“Maksud anda..” Tanya Kompol Teguh sambil melihat undangan di mejanya.

“Bapak pernah dengar nama Apang Anyang…” sersan Taufik balik bertanya.

Kompol Teguh menatap bawahannya, dia mencoba mengingat nama itu, seolah nama itu terasa akrab di telinganya namun Kompol Teguh lupa dimana dia pernah dengar.

“Apang Anyang, adalah seorang kepala suku yang disegani di salah satu suku di Kalbar ini, dia juga punya organisasi kepemudaan dengan embel-embel padepokan silat, namun yang sebenarnya dia menguasai beberapa wilayah, mungkin sebagian besar di kabupaten ini.” Sersan Taufik menjelaskan secara singkat.

“Menguasai apa?” Tanya Kompol Teguh lagi, cerita anak buahnya itu lumayan menarik perhatiannya. Kompol Teguh memang belum lama bertugas di bumi Kalimantan ini, jadi dia belum mengenal wilayahnya secara komprehensif.

“Organisasinya menguasai berbagai sentra parkir, seperti seluruh mini market yang ada disini, lalu lahan parkir yang ada di sepanjang jalan utama juga mereka kuasai. Konon mereka juga memiliki bisnis koperasi simpan pinjam, yang memberikan pinjaman pada para pedagang di sekitar pasar, ya semacam rentenir pak.” Jawan Sersan Taufik.

“Bagaimana dengan catatan kriminalnya, maksud saya apakah mereka pernah terlibat kasus kriminal.” Tanya Kompol Teguh kemudian.

“Kalau itu sih boleh dibilang katanya pak, maksud saya ada beberapa insiden yang melibatkan organisasi mereka, namun kebanyakan tidak sampai di BAP, karena korbannya takut melapor, atau korban yang terlanjur melapor kemudian mencabut laporannya kembali.” Jawab Sersan Taufik.

“Ohh gitu, apa mereka terkenal kejam sehingga mereka ditakuti?” Tanya Kompol Teguh semakin penasaran.

“Ehmmm…” Sersan taufik melihat kearah belakangnya seolah takut ucapannya terdengar, “kalau itu saya sering dengar cerita seram pak, kalau ada yang berani macam-macam dengan organisasi mereka, maka mereka tak akan segan-segan melakukan operasi nganyau.” Lanjut taufik.

“Nganyau?” Kompol Teguh mengernyitkan kening.

“istilah untuk berburu kepala manusia pak! Pasti bapak paham maksud saya.” Jelas Taufik.

“Apa ada data dari siapa namanya tadi Apang Anyang?” Tanya Kompol Teguh.

“Negatif pak! Laporan intel hanya normatif saja, walau saya yakin banyak insiden kriminal yang melibatkannya, namun semua seolah hanya dongeng yang tak bisa di buktikan kebenarannya, selain disegani, organisasinya juga memiliki hubungan erat dengan penguasa, dan konon juga dengan pihak atasan kita.” Sersan Taufik kemudian menuliskan nama-nama orang penting yang dimaksudkannya.

Kompol Teguh terlihat terkejut membaca nama-nama yang ditulis anak buahnya ini, ada nama-nama terkenal disana, ada yang kini menjadi menteri, anggota dpr, salah satu gubernur di kalimantan, dan yang mengejutkan ada nama jendral polisi juga disana.

“Itu katanya pak, saya gak tahu validitas infonya seperti apa, namun itu isu yang berkembang selama saya jadi abdi negara.” Ujar Sersan Taufik mengambil kembali kertas tersebut, meremasnya dan lalu menyimpannya di saku celananya.

“Kalau benar pelaku tabrak lari itu mencoba melakukan perbuatan cabul terhadap putri Apang anyang, saya rasa polisi tinggal menunggu dua jenazah tanpa kepala suatu saat nanti.” Lanjut Sersan Taufik kemudian.

Tiba-tiba pesawat telpon di meja Kompol Teguh berbunyi, “Halo selamat pagi, oh Siap Ndan..hmmm Baik, saya segera meluncur, siap Ndan, selamat pagi..” Kompol Teguh meletakkan telponnya, “sersan, nanti tolong cari referensi mengenai keluarga Apang Anyang ini ya, sepak terjangnya dan Jaringannya, saya kok jadi penasaran.” Ujar Kompol Teguh, terlihat sersan Taufik menatapnya seolah ragu.

“Tenang saja, hanya sebagai keperluan internal saja, bukan penyelidikan kok, lagipula belum ada keterangan apapun di kasus ini. Oke saya barusan di panggil ke Polda di minta menghadap Direktur Reskrim. Oh ya…Pak Taufik bisa minta tolong kira-kira siapa yang bisa jemput putri saya ya.” Ujar Kompol Teguh.

“Putri bapak Amira? Sudah sekolah ya? Gak apa-nanti saya jemput, sekolah dimana pak?” Balas Sersan taufik.

“Ya Amira, wah jadi gak enak nyuruh pak Taufik..” Ujar Kompol Teguh sambil menyebutkan sekolah Amira dan jam pulangnya.

“Gak masalah pak, sudah tenang saja nanti saya jemput dan antar ke rumah, gak usah dipikirin.” Sahut Sersan taufik, Kompol Teguh tersenyum dan menepuk pundak anak buahnya itu, dari sekian banyak polisi disini, Kompol Teguh merasa Sersan Taufik yang paling dekat dengannya, Kompol Teguh lalu mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada anak buahnya itu.



***​



Semakin mendekati jam kedatangan Murad. Maya semakin tegang, ada perasaan takut sekaligus penasaran di benaknya saat ini, Maya baru saja selsai mandi dan masih mengenakan handuk yang membelit tubuh mulusnya, baru saja Murad menghubunginya lewat chat seolah mengingatkan tentang kedatangannya malam ini,

Murad menuliskan kata-kata yang kurang ajar di chatnya, kata-kata yang gak pantas diucapkan kepada seorang wanita secantik Maya, membaca kata-kata itu saja sudah menjelaskan betapa noraknya bajingan itu, Maya melemparkan hpnya dengan kesal, namun hati Maya berdesir tak karuan, “tunggu ya cantik..gua udah gak sabar jilatin badanlu yang mulus.” Kata-kata seperti itu yang membuat hatinya berdesir, Maya berusaha menghilangkan perasaannya itu, Maya menganggap desiran itu hanya ungkapan ketakutannya, namun jauh di lubuk hatinya entah kenapa kata-kata itu membuat Maya horni, namun Maya berusaha keras tak mengakui suara hatinya yang jujur.

Maya membolak-balikan lipatan bajunya, sekarang Maya menyesal telah lupa membawa pakaian tidurnya, yang ada hanya pakaian tidur yang dipinjamkan oleh Milla, Maya mengambil sebuah lingerie yang tergantung, lingerie itu milik Milla, Lingerie berwarna ungu muda dengan bentuk tanktop terusan sepaha dan rompi tipis, Maya mengernyitkan keningnya, buru-buru di letakkannya kembali lingerie itu.

Maya mengambil tanktop dan hotpant, mau gak mau dia harus mengenakan itu, karena hanya pakaian itu yang ada, sedangkan pakaian lainnya kebanyakan gamis, Maya membuka handuk yang membelit tubuh mulusnya, ditatapnya tubuh telanjang di depan cermin, buah dada yang membulat dengan putting berwarna pucat sungguh teramat indah di pantulan cermin, tanpa sadar Maya meremas buah dadanya sendiri, dipilinnya putingnya hingga tegak meruncing, maya mendesah tertahan, rasa horninya begitu membuncah, sejak terapi hormon Maya semakin gampang horni, perlakuan Murad yang kasar dan melecehkan harga dirinya kembali terbayang di memorinya, dan Maya sulit untuk menyangkal kalau semua itu membuatnya horni, membayangkan pria kampungan seperti Murad menikmati tubuh mulusnya dengan brutal, membuat vagina Maya cepet lembab. Maya meraba vaginanya yang mulai lembab, dia kemudian menggesek-gesek vaginanya perlahan, lambat laun gesekannya semakin cepat, Maya terengah-engah sambil menggigit bibirnya, wajahnya begitu erotis terlihat di cermin, wajah seorang wanita yang tengah dirasuki syahwat yang menggelora, Maya semakin terengah-engah saat dirasakannya puncak kenikmatan akan segera meletup dari organ intimnya, Maya menutup mulutnya sambil mendesis, tubuhnya mengejang, Maya terduduk di kursi, napasnya memburu sesaat setelah orgasmenya datang.

Maya menundukkan wajahnya, dia merasa dirinya sudah seperti wanita yang haus birahi, tiba-tiba suara Murad seolah bergema di kepalanya, “Daripada menolak, lebih baik nikmati saja sayang…toh gak ada jalan lain untuk menghindari gua hahahaha, mendingan kan lu nikmatin daripada melawan napsu lu..nikmatin aja sayang, gua akan berikan surga dunia buat lu hahahaahha..” sisi hatinya seolah mendukung ucapan Murad itu, sisi lainnya menentangnya, dan berusaha menyadarkannya agar tak terlena.

“Udah nikmatin aja, bener kata si bajingan itu, kita gak bisa menghindari ancamannya, trus kita diem aja pasrah, ya udah mendingan nikmatin aja, lagian kita butuh juga..”

“Jangan sampai terlena dengan ucapan baingan itu, dia orang jahat, dia memanfaatkan kelemahan dan kesalahan kita, oke kita turuti mau dia, tapi jangan biarkan kita menikmati semua kejahatan dia pada kita..sadar…jangan terlena..”


Maya juga tak mengerti bagaimana Murad bisa begitu berani mengunjunginya di rumah, apakah dia tak takut kalau nanti Adam tahu? Juga entah darimana bajingan itu tahu jadwal kegiatan Adam, baru semalam Adam pergi ke Singapura untuk mengikuti pertemuan penting dan pulangnya baru esok pagi, sedangkan orang tua Anissa sedang menemani putri mereka di rumah sakit, apalagi para tetangga sini juga bersikap masing-masing, tanpa peduli siapa yang tinggal di sebelah rumahnya, seolah Murad tahu kalau kedatangannya kesini tak akan ada yang memperhatikan atau mempedulikan, Maya uga tahu dia tak bisa berbuat apa-apa dengan ancaman Murad, andai video itu sampai bocor ke publik, maka Maya yakin akan memberi pengaruh negatif bagi Adam, apalagi saat ini banyak pihak yang iri dengan keberhasilan perusahaan Adam, tentunya akan menjadi senjata ampuh buat menghancurkan karier dan perusahaan Adam.

Walau perasaannya pada Adam semakin hambar secara hubungan suami istri, namun Maya sangat menyayangi Adam, Maya merasa telah banyak berbuat salah pada Adam selama ini, perselingkuhannya dengan Anto telah menghancurkan Adam begitu rupa, andai tak ada Anissa disana, Maya tak bisa membayangkan apa yang terjadi dengan Adam.

Anissa, Walau wanita itu merebut suaminya, namun Maya sangat berhutang budi padanya, dia bukan perebut Adam, tapi dia yang menyembuhkan luka Adam, Maya terkadang merasa sedikit cemburu melihat binar mata Adam saat bersama Anissa, ya sedikit cemburu yang dirasakan Maya, selebihnya entah mengapa Maya merasa lega melihat Adam yang begitu bahagia bersama Anissa, setelah melihat Adam sekarang maka Maya merasa sudah saatnya dia menyingkir dari dua orang itu, Maya tak ingin membuat Adam terpaksa membagi hatinya dengannya, Maya tahu benar sifat suaminya itu, Adam tak akan bisa membagi hatinya pada orang lain, dan kini Maya tahu siapa penghuni hati Adam sesungguhnya.

Maya menatap wajah cantiknya di cermin, di usapnya air mata yang menetes di pipinya, semua kini telah terjadi dan tak ada yang bisa diperbuatnya untuk merubah masa lalu, Maya memang merasa bersalah telah menyakiti hati Adam, namun Maya tak merasa menyesal telah mengenal Anto, bersama pria itu Maya menemukan kebahagiaannya, Maya juga tak yakin kalau Anto tak benar-benar mencintainya, namun kenyataan yang membuatnya harus percaya kalau bajingan itu mempermainkannya.

“Andai dia memang tak benar-benar mencintaiku, kenapa saat ku sedih aku teringat padanya, kenapa saat ku merasa takut aku rindu dekapannya yang membuatku merasa aman, ya Tuhan….apa yang merasukiku, hilangkan semua kenanganku bersamanya Tuhan, aku..aku merindukannya Tuhan….” Isak tangis Maya tak terbendung lagi, dia mencoba melepaskan keresahan dalam hatinya melalui tangisan.



***​



“Ini ada panggilan dari Jakarta Guh.” Kombes Ginting meletakkan sebuah amplop berlabel polda metro Jaya.

“Panggilan apa Ndan?” Tanya Teguh.

“Kau bacalah sendiri.” Sahut Kombes Ginting.

“Siap Ndan, Izin untuk membaca surat ini.” Ujar Teguh lalu membuka amplop tersebut, Kompol Teguh kemudian melihat ke arah atasannya itu.

“Kasus apa itu Guh?” Tanya Kombes Ginting.

“114 ndan, kasus terakhir yang saya tangani saat di Jakarta.” Jawab Teguh.

“Ohh yang waktu itu lumayan heboh ya, sampai ada yang mati itu tsknya.” Ujar Kombes Ginting.

“Siap Ndan, benar, dan di surat ini ternyata saya diminta untuk menjadi saksi peristiwa penggerebekan itu.” Sahut Teguh sambil melipat kembali surat tersebut dan dimasukkannya ke dalam amplop.

“Kenapa Guh? Sepertinya ada yang memberatkanmu?” Tanya Kombes Ginting.

“Siap Ndan, masalahnya saya bingung, kalau saya ke Jakarta, bagaimana nanti anak dan ibu saya, apalagi anak saya baru masuk sekolah, Maksud saya yang antar ndan.” Jawab Teguh sambil memijit keningnya.

“Ya juga ya, coba kau cari anak buahmu di polres mungkin ada yang bisa mengantarkan anakmu untuk beberapa hari ini, soalnya panggilan itu juga penting, kau tau kan Truno 1 sudah mencanangkan untuk meningkatkan citra positif Polisi di mata masyarakat.” Ujar Kombes Ginting.

“Siap Ndan, saya pasti akan memenuhi panggilan ini, Cuma sekarang lagi memikirkan supaya putri saya masih bisa sekolah, tapi kalau tak ada yang bisa, ya terpaksa Amira bolos dulu untuk beberapa hari.” Ucap Teguh.

“Ya kau pikirkan lah matang-matang, ya sudah saya ada pertemuan lagi Guh.” Ujar Kombes Ginting kemudian. Teguh bangun dari kursinya dan memberi hormat pada atasannya itu, lalu meninggalkan ruangan kombes Ginting.

“Mas Teguh!” Teguh menghentikan langkahnya saat mendengar namanya dipanggil, teguh menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya, rupanya Briptu Susanti, seorang Polwan berparas cantik, Kompol Teguh tersenyum, “ada apa San?”

Kompol Teguh mengenal Briptu Susanti sejak gadis itu mengikuti pendidikan singkat di Jakarta beberapa tahun lalu, tak disangka ternyata mereka bertemu lagi di Kalimantan, Kompol Teguh sebenarnya tahu kalau gadis cantik ini menaruh hati padanya, namun Kompol Teguh tak pernah menanggapi perasaan gadis itu secara serius, baginya Ibunda Amira adalah satusatunya wanita yang ada dalam hatinya, oleh sebab itu sejak pertama kali bertugas di bumi Kalimantan dan berumpa lagi dengan Briptu Susanti, kompol Teguh seakan menjaga jarak dengan gadis cantik itu, berulang kali Briptu Susanti mengajak Teguh jalan-jalan dengan alasan supaya tahu lebih banyak tentang daerah tempatnya bertugas, namun Teguh menolak, dia tak ingin memberikan harapan pada gadis itu, baginya urusan asmaranya telah usai sejak istrinya meninggal, tak ada niat sedikitpun di hati Teguh untuk merajut cintanya dengan orang lain, baginya prioritas utamanya adalah Amira.

“Mas Teguh, Maaf Pak Teguh, bisa kita bicara sebentar?” Tanya Susan.

“Ehmmm lain kali aja ya, saya terburu-buru.” Jawab Teguh.

“Sebentar aja mas, eh maaf pak!” ujar Susan.

Teguh akhirnya bersedia untuk meluangkan waktunya, dia juga tak ingin membuat dirinya dianggap sombong oleh Susan. Mereka berdua masuk ke sebuah rumah makan, disana Susan menawarkan diri untuk menjaga dan mengantar jemput Amira selama Teguh di Jakarta.

“Gak Usah lah San, nanti repotin kamu.” Teguh menolak secara halus.

“Gak apa kok pak, lagian kan rumah saya searah ke rumah pak Teguh kalau hendak berangkat kerja, beneran saya gak merasa repot kok, daripada Amira harus bolos kan kasihan Pak.”

Teguh menatap wanita cantik di depannya itu, dia sungguh dilema, satu sisi dia ingin menerima kebaikan hati Santi, namun dia juga tak ingin memberikan harapan pada perempuan ini, Teguh tak ingin berhutang budi padanya.

“Beneran San, saya makasih banget, Cuma udah bilang ama sersan Taufik..” Ucapan Teguh terhenti saat Susanti menggelengkan kepalanya.

“Mas Taufik kan rumahnya jauh pak, kasihan juga harus jemput dan antar Amira, apalagi beliau juga punya anak sebaya Amira yang harus diantar sekolah juga, udah pasti repot dong, lagian kenapa sih bapak menolak bantuan saya, apa bapak khawatir jadi gosip? Masa pria seperti bapak masih takut ama gosip dan peduli gitu ama ucapan orang.” Ujar Susanti lugas.

Teguh menghela napasnya, rasanya susah untuk berdebat dengan perempuan ini, “Ya sudahlah kalau emang kamu gak keberatan dan gak kerepotan, ya gak apa, tapi beneran gak masalah kan, maksud saya, gak merepotkan kamu nanti?” Tanya Teguh.

Susanti tersenyum sambil menggelengkan kepala, “No..sama sekali gak. Ya udah nanti kalau bapak sudah berangkat, saya akan mulai tugas saya oke…oh ya saya ada urusan lain pak, selamat siang!” Susanti bangun dari kursinya dan memberikan hormat, Teguh membalas salam hormatnya, Susanti kemudian pergi meninggalkannya tanpa menoleh lagi.


***

Bersambung.
 
next episode part 20
"Maya menggigit ujung jarinya, hatinya terus berdesir tak karuan, pandangan matanya seolah tak yakin dengan jam dinding yang terus merangkak, sudah jam setengah delapan malam, sudah lewat dari jam yang di katakan bajingan itu, namun kenapa malah Maya menjadi resah seperti ini, Maya menatap dirinya di depan cermin, duh baju tidur sialan ini malah mengekspos tubuhnya seperti seolah menawarkan dirinya pada bajingan itu, hotpant yang dikenakannya cukup pendek, belum lagi tanktop dengan tali kecil yang membuat bongkahan patudaranya seolah hendak melompat dari tempatnya.



ilustrasi

Maya mendengar suara motor di depan rumahnya, Maya semakin gugup, namun Maya juga merasa semakin lama dia seperti ini, maka akan semakin lama semua ini akan berakhir, Maya berdiri dan tak lama dia kembali berlari kecil mencari sesuatu dilemarinya untuk menutupi paha mulusnya yang begitu sempurna.

Maya mengintip dari balik gordyn, dilihatnya Murad sedang membelakangi rumahnya, Maya mengirimkan chat pada bajingan itu, “Langsung masuk aja, saya gak enak nanti dilihat tetangga.” Murad membaca chat tersebut dan menyeringai memandang ke arah Maya, bergegas Maya menutup gordyn, terdengar suara gerbang dibuka, Tak terdengar suara motor masuk, rupanya Murad menuntun motornya masuk ke dalam, Maya berdiri di dekat ruang tamu, kembali jantungnya semakin ingin meledak saat wajah jelek Murad menyeringai di balik pintu."
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd