Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

maaf ya belum bisa update karena kesibukan di RL, kebetulan juga ada cerita baru buat di web, intermeso cerita beauty and her beast lover yang menyisakan satu episode final. cerita baru yang gak jauh dari genre cuckold, yang terinspirasi dari cerita-cerita panas yang jadi legenda masa lalu...untuk di semprot mudah2an sabtu besok bisa update episode 20 ini...thanks buat perhatian dan dukungannya, karena tanpa dukungan kalian mustahil saya bisa semangat bikin cerita.
 
semangat suhu
Klo ada rejeki pengen langganan yang disebelah biar lebih up to date
 
Diary Seorang Istri
Part 20



by : Pujangga 2000




Maya menggigit ujung jarinya, hatinya terus berdesir tak karuan, pandangan matanya seolah tak yakin dengan jam dinding yang terus merangkak, sudah jam setengah delapan malam, sudah lewat dari jam yang di katakan bajingan itu, namun kenapa malah Maya menjadi resah seperti ini, Maya menatap dirinya di depan cermin, duh baju tidur sialan ini malah mengekspos tubuhnya seperti seolah menawarkan dirinya pada bajingan itu, hotpant yang dikenakannya cukup pendek, belum lagi tanktop dengan tali kecil yang membuat bongkahan patudaranya seolah hendak melompat dari tempatnya.


ilustrasi

Suara hpnya berbunyi, membuat jantung Maya seolah hendak melompat keluar, dengan tangan gemetar dijangkaunya hpnya, maya menutup matanya dan menghela napas lega, hanya chat jadwal kelas dari gym, Maya meletakkan hpnya kembali, kembali perasaan mendesir semakin menyiksa ulu hatinya, kembali hpnya berbunyi, Maya menatap hpnya kini degupan jantungnya semakin cepat, dan benar saja chat dari Murad, “Hey cantik, gua udah didepan gerbang nih, bukain dong sayang..” Maya merasa jijik membaca chat tersebut, melalui hpnya Maya membuka aplikasi CCTV, dilihatnya bajingan itu tengah berada diatas motor di depan gerbang, sialnya kondisi kompleks juga sangat sepi, Murad terlihat menatap kamera CCTV, pandangannya terlihat garang, helm yang dikenakannya masih menyantol di kepala botaknya.

Maya mengambil remote gerbang di dalam laci kamar riasnya, tangannya terlihat gemetar, Maya menekan suatu tombol di remote tersebut, dalam tayangan CCTV, terlihat seketika gerbang membuka, Murad dan motornya segera masuk ke dalam kompleks.

Maya mendengar suara motor di depan rumahnya, Maya semakin gugup, namun Maya juga merasa semakin lama dia seperti ini, maka akan semakin lama semua ini akan berakhir, Maya berdiri dan tak lama dia kembali berlari kecil mencari sesuatu dilemarinya untuk menutupi paha mulusnya yang begitu sempurna.

Maya setengah kesal ternyata barang yang dicarinya tak ditemukannya di lemari, “Mana sih kain panjang itu, kalau dicari gak pernah ketemu!” Sungut Maya kesal, jantung Maya kembali seperti ingin terbang saat bel rumah yang ditempatinya berbunyi nyaring.

Maya mengintip dari balik gordyn, dilihatnya Murad sedang membelakangi rumahnya, Maya mengirimkan chat pada bajingan itu, “Langsung masuk aja, saya gak enak nanti dilihat tetangga.” Murad membaca chat tersebut dan menyeringai memandang ke arah Maya, bergegas Maya menutup gordyn, terdengar suara gerbang dibuka, Tak terdengar suara motor masuk, rupanya Murad menuntun motornya masuk ke dalam, Maya berdiri di dekat ruang tamu, kembali jantungnya semakin ingin meledak saat wajah jelek Murad menyeringai di balik pintu.

“Wow…seksi sekali…duhh saya seperti sedang ditunggu istri nih…hahahaha.” Ujar Murad terbahak-bahak, Maya hanya diam berusaha menurunkan celana horpantsnya.

Murad duduk di sofa, “Ayo duduk dulu disini…” Murad menepuk sofa disebelah duduknya, “Atau mau langsung kekamar aja sayang.. hahahaha..” Kembali Murad mempermainkan nyali Maya.

Maya tak menanggapi ucapan si jelek Murad, maya kemudian duduk berhadapan dengan Murad, tatapan Mata Murad begitu tajam menatap tubuh Maya dari atas hingga bawah, Maya yang merasa tak nyaman diperhatikan seperti itu, kemudian menyilangkan kakinya, agar bajingan itu tak bisa menatap Vaginanya, namun yang terlihatoleh Murad justru seolah Maya sedang menggodanya dengan memamerkan paha mulusnya.

Murad mengeluarkan sebatang Rokok dari kotaknya, Maya tak ingin melarangnya, percuma melarang bajingan ini, “Paha lu duhhh mulus banget…tuh toket lu udah mau tumpah gitu, lagi pingin ya sayang, pingin dientot lelaki perkasa kayak gua hahahahahah..”

“Eh lu pake pakaian seksi gitu maksudnya mau godain gua ya, hahahaha, udah mulai ngaceng nih gua lihat bodylu, Murad berdiri, diletakkannya rokoknya di asbak, Murad berjalan mendekati Maya, saat itu tubuh Maya terasa kaku, dia hanya bisa pasrah menunggu apa yang akan dilakukan bajingan itu.

Maya tersentak, pori-porinya meremang saat tangan kasar Murad mengelus pundak mulusnya, luar biasa ini, mulus licin lembut banget kaya kulit bayi….” Nurad terus meraba pundak Maya dan lenga mulus perempuan cantik itu.

Maya kembali mencoba menjauhi badannya saat terasa rambut kasar di dagu Murad menempel di pundaknya, “Hmmmmm cantik sekali sayang, gak sabar pengen ngentotin lu nih…” Murad melumat pundak mulus Maya, jari tangannya menyentuh cuping telinga Maya, dan Maya semakin gelisah, Maya merasa bingung dengan reaksi tubuhnya yang malah mrasa nyaman dengan sentuhan jari besar bajingan itu, tak sadar mata Maya terpejam.

Kini Murad mengangkatkedua tangan keatas, mengekspos ketiak mulusnya, “Hmmm udah mandi kan sayang, kalau belum mandi juga gak apa-apa.” Maya dengan refleks bergerak menjauh saat lidah Murad menggelitik ketiaknya, “Hmmm bisa mulus gini ya, lu suka keteklu di jilatin ya sayang..” Maya berusaha menghindari jilatan Murad, Maya begitu kesal dengan tubuhnya yang mulai terangsang dengan perlakuan Murad itu, Maya berusaha keras gejolak syahwat yang mulai melanda.

Bibir tebal Murad dengan brutal menciumi pipi mulus Maya, lidahnya menjilati pipi itu hingga meninggalkan jejak liur, Maya berusaha menghindar saat bajingan itu hendya gak mau ciuman..” Maya berkata pelan dengan suara bergetar.

“Ahhhh!!!” Maya berteriak tertahan saat rambutnya dijenggut paksa oleh Murad, kepalanya kini bertumpu pada senderan sofa, “Gak usah ngatur gua ya…kalau gua mau cium lu ya terima aja, gak usah membantah, paham lo.” Hardik Murad, Maya menggigil ketakutan saat melihat sorot mata preman itu menyala-nyala.

“Lo tuh sekarang budak seks gua, ingat perjanjian kita, atau kita sudahi saja semua ini, tinggal gua sebar aja video lu ini sekarang juga!!” hardik Murad.

Maya menggeleng tanpa suara, Murad kini mulai kembali menempelkan bibirnya di bibir Maya, kali ini Maya membiarkan saja perlakuan bajingan itu, bibir Maya mengatup rapat saat bajingan itu menciumi bibirnya, “Keluarin lidahlu..”perintah Murad, Maya hanya bisa pasrah mengikuti perintah Murad, Maya memejamkan mata saat Murad menghisap lidahnya, terasa lidahnya perih, namun Maya mulai merasa syahwatnya juga semakin menghangat.

Maya berusaha menahan mual saat Murad dengan sengaja mengumpulkan air liurnya dan mendistribusikan pada mulutnya, “Buka mulutlo yang gede..” Maya hanya bisa pasarah membuka mulutnya, dan seketika Maya memejamkan matanya saat Murad meludahi mulutnya dengan liur yang banyak, “telen..” Hardik Murad, Maya berusaha keras membuang rasa jijiknya, dengan susah payah Maya menelan ludah kental Murad.

Murad terkekeh melihat Maya susah payah menelan liurnya, “enak kan..bentar lagi perasaan lu akan horny seperti pelacur yang kepingin dientot.”

Apa yang dikatakan Murad terbukti beberapa saat kemudian, Maya merasa tubuhnya mulai menghangat, Maya juga bingung kenapa saat ini gairahnya malah menggelora, Maya tak tahu kalau Murad mengenakan gel atau cairan yang sama seperti dipakai Anto.

Murad kini melumat kembali bibir ranum Maya, dengan sekuat tenaga Maya berusaha menehan keinginanay untuk membalas lumatan itu, obat perangsang yang dipakai Murad mulai menghasut syahwat Maya.

Murad terus melumat bibir Maya, lidahnya merangsek masuk mencari Lidah Maya, diperlakukan seperti itu membuat Maya kesulitan dan malah spontan memainkan lidahnya saat bertemu dengan lidah Murad, keduanya mulai terlibat dalam ciuman membara, kalau dilihat secara kasat mata, seolah keduanya seperti sedang terbakar birahi, bukan seperti orang yang sedang memaksa atau dipaksa.

Murad melepaskan bibir Maya, kesempatan itu diambil Maya untuk menghirup napas segar, Murad menatap wajah Maya yang sangat dekat itu, bibir wanita cantik itu telah basah oleh air liur keduanya, “Enak kan ciuman, makanya jangan nolak, daripada nolak mendingan nikmatin aja, toh gak ada jalan lain bukan.. hahahahah..” ujar Murad terkekeh sambil menekan pipi Maya dengan sebelah tangannya, sehingga bibir Maya terlihat monyong. Kembali bibir Murad menubruk bibir Maya, dilumatnya kembali dengan penuh napsu bibir merekah wanita cantik itu. Maya tak kuasa untuk menolak lagi, apa yang dikatakan Murad memang benar, bagaimana cara dia melawan semua ini, “Bajingan ini memang benar-benar jahat..” ucap Maya dalam hati, tiba-tiba Maya terkejut dan berteriak spontan, Murad mengangkat tubuhnya dan kini tubuhnya berada dalam gendongan Murad, spontan Maya berusaha berpegangan pada leher Murad agar tak terjatuh, keduanya terlihat seperti sepasang sejoli yang sedang di mabuk asmara, Murad yang bertubuh besar tengah menggendong seorang perempuan dimana perempuan itu melingkarkan tangannya di leher Murad, keduanya saling berciuman, Murad berjalan pelan menuju kamar tidur sambil menggendong Maya dipelukannya.



***



“Jam berapa besok kamu ke Jakarta Guh?” Tanya Ibunya sambil meletakkan secangkir kopi untuk anak semata wayangnya.

“Besok jam 9 bu, mungkin sekitar 3 atau 4 hari Teguh akan berada di Jakarta.” Jawab Teguh.

“Terus yang antar Amira sekolah siapa Guh?” Tanya ibunya yang duduk di hadapan Teguh.

“Teguh udah minta Sersan Arif, tapi kok rasanya sungkan ya, soalnya rumah beliau gak searah rumah kita bu, Arif sih gak masalah, Cuma akunya yang gak enak, apalagi Arif juga punya anak usia sekolah juga.” Ujar Teguh sambil mengambil pisang goreng hangat yang dibuat ibunya.

“Bener juga sih, pasti Arif juga antar anaknya sekolah, trus bagaimana?” Tanya ibunya lagi.

“Tadi pas di Polda, Teguh ketemu Susanti bu, dia yang akan antar Amira nanti..” Jawab Teguh.

“Susanti? Apa ibu pernah ketemu dia? Kok rasanya namanya pernah ibu kenal.” Ucap Ibu.

Teguh memandang wajah ibundanya, tentu saja ibunya tahu tentang nama, tapi sayangnya ibunya tak menyukai Susanti, ada kisah masa lalu yang sebenarnya hanya salah paham.

“Susanti yang dulu pernah datang ke rumah di Jakarta bu, saat ibunda Amira masih ada.” Sahut Teguh.

Air muka perempuan tua itu langsung berubah saat mulai mengingat nama itu, “Susanti yang…” Ibunya tak meneruskan ucapannya, “Bu…apa yang terjadi di masa lalu hanya salah paham bu, Teguh juga tadinya ingin menolak, namun setelah Teguh pikir lagi, Cuma Susanti yang bisa membantu saat ini, Teguh mohon sama ibu, gak usah ungkit masalah masa lalu ya..” tegas Teguh.

Ibunya hanya mengangguk, dia tahu watak anak semata wayangnya itu, saat tak ingin membicarakan sesuatu maka lebih baik tak meneruskan pembicaraan itu. Perempuan paruh baya itu masih ingat siapa Susanti, perempuan yang menurutnya agresif dan tak tahu malu menunjukkan perasaannya pada anaknya, walaupun Susanti tahu Teguh sudah memiliki istri, dan itu yang menyebabkan perempuan paruh baya itu tak suka pada Susanti.

“Coba kalau Mbak Maya gak ke Jakarta, pasti bisa minta tolong dia untuk antar Amira, apalagi dia juga kan kerja di sana.” Ibunya ngedumel sendiri.

“Bu, walaupun Mbak Maya ada disini, Teguh malah yang sungkan untuk minta bantuan.” Ujar Teguh.

“Mbak Maya itu orangnya baik Guh, apalagi dia juga ngajar di tempat Amira, pastilah dia mau bantu..” Balas sang Ibu mulai sewot.

Teguh hanya tersenyum, tak ada gunanya meneruskan pembicaraan ini lebih lanjut, “Teguh istirahat dulu bu.” Teguh berpamitan sambil mencium tangan ibunya.

Teguh memasuki kamar Amira, dilihatnya gadis kecilnya tengah tertidur lelap, Teguh tersenyum dan memperbaiki selimut Amira, diusapnya rambut anaknya dengan penuh kasih sayang, “Ayah sayang kamu nak…” Teguh mengecup kening putri kecilnya, Amira merubah posisi tidurnya sambil memeluk boneka kesayangannya.



***​



“Ahhhh!!!” Maya terkejut saat tubuhnya dilempar begitu saja ke ranjang, Maya beringsut naik keatas dilihatnya Murad mulai membuka kaosnya, kini tubuh hitam besar dengan tatto disekujur tubuhnya, telah bertelanjang dada, Maya meringkuk sambil bersender di kepala ranjang, dia sungguh tak kuasa menatap Murad, Maya merasakan takut yang luar biasa, namun di sela takutnya ada desiran di hatinya yang terus menekan ulu hatinya, Maya terus menunduk melipat tangannya di kedua kaki, “Ahhhh..” Maya berteriak kesakitan saat Murad menarik kasar rambut panjangnya, tubuh Maya sedikit rebah dan pipinya menyentuh sesuatu yang membuatnya tersadar benda apa yang menyentuh pipinya, Murad memegang kedua pipinya, wajah jeleknya menyeringai bagai serigala lapar yang hendak menikmati mangsanya, Murad memaksa Maya untuk melihat benda keras yang tadi membelai pipinya.

Mata Maya sedikit melotot, Maya berusaha memalingkan wajahnya, dan suara kesakitan terdengar lagi dari bibirnya, saat bajingan tengik itu menarik rambutnya hingga wajah Maya tengadah, Murad langsung menyeruput mulut Maya yang sedikit terbuka di lumatnya bibir ranum wanita cantik itu dengan kasar, Maya tak bisa lagi melawan dia hanya bisa pasrah membiarkan bibirnya dilumat paksa oleh Murad.

“Lihat sayang…liat nih kontol super, ini baru namanya kontol super, lu udah ngebayangin kontol ini kan sejak terakhir bertemu, lu udah kepengen di entot sama kontol super gua ini kan hahahaha..” Ujar Murad menyeringai, Maya menggeleng berusaha membantah semua ucapan lelaki bajingan itu, Tiba-tiba Murad menarik kaki jenjang Maya hingga Maya kini terlentang, “Wow paha mulus banget, hmmmm bersih, harum, mulus, jadi gemes pengen jilatin….” Murad mengusel-usel paha Maya dengan bibir tebalnya, tangan Murad kini meraba selangkangan Maya, telunjuknya menyelinap ke balik celana Maya, dan Murad kembali menyeringai mesum sambil menatap wajah Maya.

Telunjuk yang tadi menyelinap di tariknya kembali, terlihat ujung telunjuk itu basah, Murad mengendus telunjuknya, “hmmm wangi banget lendir lu! Wah.. udah basah banget lu…hehehheh, sok nolak padahal pengen…emang dasar pelacur!!! Sini gua mau liat..” Murad segera menarik celana hotpants Maya, walau tak berdaya, namun Maya tak ingin menyerah begitu saja, dia menunjukkan perlawanan dengan menahan celananya yang hampir lepas dari pantatnya. Namun perlawanan Maya hanya sia-sia belaka, tenaga Murad lebih kuat darinya, tak berapa lama celana itu telah lepas dari sebelah kakinya.

Maya menarik celana dalamnya yang sempat ikut melorot, namun tangannya kini di tahan oleh Murad, mata lelaki itu melotot melihat kesempurnaan tubuh Maya, celana dalam mini berenda milik Maya sungguh membuat kontol Murad semakin tegak ngaceng, “Wow…ternyata lu pura-pura aja ya, buktinya lu udah nyiapin pake celana dalam ini untuk bikin napsu gua ya, wow ssssss bener-bener barang impor ini.” Ujar Murad sambil mendekatkan wajahnya di depan belahan vagina Maya yang masih tertutup celana dalam.

“Hmmmmmmmmmmmm wangi….memek juara ini mah…hahahahaha…gua buka ya sayang…” Ujar Murad seolah meminta persetujuan Maya, sekuat tenaga Maya berusaha mempertahankan celana dalamnya itu, namun Murad malah menjilati jari-jari Maya yang tengah memegang celana dalamnya, “Gak apa kok sayang, abang bukain ya, abang pengen liat memek neng lagi…ahhhh…..” dengan sekali hentakan Celana dalam itu robek, murad semakin merobek celana dalam itu hingga memek Maya terpampang jelas, Murad melotot melihat keindahan memek Maya, memek yang mulus tanpa bulu, dengan cuping klitoris yang menonjol, di sela lipatan memek itu terlihat cairan bening, Murad mencungkil cairan itu dan menyeringai menatap Maya, “Bener kan, lu ternyata nikmatin juga kan, pura-pura nolak lu, padahal udah pengen banget diewe sama kontol gua..” kata-kata kasar Murad terus melecehkan secara verbal harga diri Maya.

Maya juga bingung dengan kontradiksi antara hati dan tubuhnya, hatinya benar-benar menolak pelecehan ini, namun tubuhnya seolah meminta lebih, syahwatnya semakin menggelora, setiap sentuhan Murad dan kata-kata noraknya malah semakin melecut syaraf birahinya, lendir yang keluar melelh dari lubang senggamanya adalah bukti tak terbantahkan atas bahssa tubuhnya yang tengah dirasuk birahi.

“Sekarang isep kontol gua dulu, gua ingat sepongan lu mantap juga, ayo cepet..” Murad menyodorkan kontolnya yang hitam berurat ke arah bibir Maya, dengan tatapan menghiba Maya menatap Murad seolah minta di kasihani, namun Murad tak mempedulikannya, ditariknya rambut Maya sehingga bibir Maya kini menyentuh ujung kontol Murad, Maya melihat lubang kencing Murad telah dipenuhi cairan bening precum, “Ayo…cepet….sepong kontol gua…” Murad menghentakkan rambut Maya yang ada digengamannya, Maya menyeringai kesakitan, dibukanya mulutnya, dikeluarkan lidahnya menyusuri kepala kontol yang mirip helm itu, Maya merasakan sesuatu yang aneh di lidahnya, rasanya seperti agak sepat seperti lotion, namun perlakuan Murad yang kasar membuat Maya tak punya pilihan lain selain menuruti kemauannya.

Maya terus memutarkan lidahnya di kepala helm kontol Murad, terdengar Murad mendesis kegelian, dan tiba-tiba Maya merasa degup jantungnya berdetak lebih cepat, ada rasa ingin terus menikmati tekstur kontol itu, deiran hatinya menggila, Maya tanpa sadar melahap kepala kontol itu lalu dihisapnya dalam-dalam hingga pipinya mengempot, tiba-tiba rambutnya ditarik hingga kontol yang ada dimulutnya terlepas. “Wow sepongan lu bikin nyut-nyutan sayang….udah kerangsang ya sama kontol gua…” Ujar Murad meledeknya, Maya hanya menatap Murad dan menggigit bibirnya, matanya sayu, maya mulai terbakar gairah akibat obat perangsang yang di pakai Murad, obat yang sama dengan yang pernah dipakai Anto dulu.

Murad memang mendapatkan rahasia itu dari Anto, saat pertemuan pertama dengan Maya, Murad tak terlalu percaya dengan khasiatnya, namun di pertemuan kedua ini, Murad ingin menjajal kekuatan obat perangsang itu, diam-diam saat membuka celana tadi, Murad mengoleskan cairan obat perangsang itu di kepala kontolnya, dan sebelumnya Murad juga mengoleskan di lidahnya, dan kini melihat Maya dengan tatapan seperti itu, Murad mulai yakin dengan keampuhan obat itu. Murad melihat sinar mata Maya yang menatapnya sayu, Murad yang telah berpengalaman banyak sangat tahu apa makna tatapan itu, itu adalah tatapan seorang wanita yang tengah dirasuk birahi, Murad yakin bahwa malam ini akan menjadi malam panjang bagi mereka berdua, membayangkan Maya ikut menikmati persetubuhan ini nanti, membuat Murad semakin bersemangat, Murad mendekatkan wajahnya ke wajah Maya, kini sikapnya mulai terlihat santai, Murad mengelus pipi maya dengan lembut, dan Maya menutup matanya sambil menggigit bibirnya, di benak Maya sosok Murad kini menjelma menjadi sosok Anto, tanpa sadar Maya memegang tangan Murad yang sedang mengelus pipinya, Mata Maya terbuka, keduanya saling menatap, Murad segera menubruk bibir Maya, dan Maya menyambutnya dengan hangat, keduanya saling melumat dengan penuh gairah, suara kecipak ludah terdengar erotis, malam akan semakin panjang bagi keduanya..



***

Bersambung
 
next episode

Maya menunggu dengan hati berdebar-debar, detik berikutnya Maya menjerit kecil saat Murad malah membalikkan tubuhnya hingga terlentang, Maya melihat ke arah Murad, namun sebentar kemudian pandangannya berpaling, Murad tersenyum melihat wajah Maya yang semakin merangsangnya. “Sudah siap dientot cantik?..” Tanya Murad sambil tersenyum menyebalkan, Maya tak menjawab, wajahnya menoleh ke arah lain, tangannya berusaha menutup mulutnya.

Murad menggesek-gesekan ujung kontolnya ke belahan memek Maya, lendir Maya sedikit menempel di kontol itu, “ayo dong jawab cantik, lu pingin dientot gua kan hahahaha..” Maya tak juga menjawab pertanyaan tolol itu.



“Liat nih memek lu udah menjerit minta diewek…liat memeklu udah banjir gini…” Murad menarik rambut Maya, pundak Maya terangkat, matanya terpejam tak ingin melihat. “Buka matalu, kalau gak mau nurut gua gak segan-segan gamparin muka lu..” Gertak Murad.



----------------------

aihhh akankah maya menyerah dan merelakan tubuh mulusnya dinikmati Murad dengan sukarela, ataukah Maya si cantik jelita bertubuh mulus itu memang menikmati kekasaran lelaki kasar macam Murad ahhhh nantikan episode selanjutnya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd