Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

Status
Please reply by conversation.
Malming sepi
Nunggu apdet aja sambil ngaduk kopi pahit
 
mohon maaf baru update lagi soalnya lagi sibuk menamatkan cerita ini di sebelah. sudah tamat di episode 50
*
*
*


BAB. 17 Pesta Maksiat

Waktu menjelang senja dari arah perkampungan nelayan, berjalan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh seorang gadis muda yang rupawan. Rambut hitamnya yang panjang tergerai melambai dengan indah mengukiti gerakan meringankan tubuhnya. Gadis cantik yang tidak lain adalah Telasih, dia tak butuh waktu lama telah sampai ke pusat kota raja.

Ketika hari sudah sangat gelap, Telasih melompati dinding tembok istana dengan mudah. Tanpa kesuliatn dia melewati para penjaga. Selanjutnya dia menyusup ke pemukiman para pekerja. Dari Barda dia mendapat informasi bahwa ayahnya jadi tukang kebun istana. Tapi soal ibunya Telasih tidak mendapat info yang memadai. Yang pasti ibunya itu ada juga di istana tapi terpisah dan tidak tinggal bersama.

Telasih cemas kalau sampai ibunya ternyata dijadikan gundik oleh pejabat istana. Tapi Telasih akan berhati-hati dulu dan mencari kebenarannya. Dia juga harus memastikan di bagian istana mana ibunya tinggal dan jadi apa di sana. Setelah memastikan lokasi ibunya Telasih berencana akan menyelamatkan ibunya dulu ke tempat aman baru itu dia akan bikin perhitungan dengan orang-orang istana.

Telasih telah sampai di atap bangnan berupa barak untuk para pekerja rendahan. Dia melompat dan melesat menuju ke bilik ketiga dari ujung timur bangunan barak para pekerja itu. Itu sesuai dengan informasi yang diberikan ki Pardi ayah Barda. Karena ki Pardi pernah bertemu dengan Ki Jara ayah Telasih. Kebetulan para penghuni barak sudah di biliknya masing-masing dan tidak terlihat lagi orang yang berkeliaran di sekitar barak para pekerja istana itu.

“tok tok tok...”

Telasih mengetuk pintu bilik itu.

“Siapa ?” Tanya orang dari dalam bilik.

Telasih mengenal suara itu. Jadi memang benar ki Jara ayahnya tinggal di dalam bilik itu.

‘Aku, ayah... Telasih!”

“Apa...?”

Segera pintu bilik terbuka. Dari dalam bilik terlihat seorang lelaki paruh baya. Benar dia adalah ki Jara ayah Telasih.

“Telasih anakku. Cepat masuk!”

“Ayah..” Telasih berhambur masuk dan memeluk ayahnya.

Mereka berpelukan hangat saling melepas rindu.

“Kamu kemana saja? Ayah dan ibumu sampai putus asa mencarimu.”

“Ceritanya panjang ayah, tapi kemana ibu ?”

“Ayah susah menceritakan soal ibumu.”

“Kenapa ayah?”

“Ibumu sudah tersesat!”

“Tersesat? Tersesat kenapa ayah?”

“Dia jadi gundik patih Arya Weling!”

Telasih meski sudah menduga seperti itu tapi tetap kecewa dan sedih karena dugaannya benar. Walau begitu dia yakin ibunya terpaksa menjadi gundik lelaki jahat yang adalah patih kerajaan. Kedua ayah dan anak itu terus bercerita hingga larut malam. Kemudian Telasih meminta ayahnya menunjukan arah tempat ibunya kini tinggal di dalam istana.

“Kamu mau apa kesana? Itu tempat berbahaya dan dikawal pendekar-pendekar sakti.”

“Ayah tak perlu khawatir aku bisa menjaga diri.”

“Kamu jangan gegabah anakku. Meski kamu memiliki ilmu bela diri tapi pendekar istana ini adalah pendekar pilihan yang kejam. Mereka akan membunuh musuhnya tanpa ampun.”

“Ayah tahukan bahwa melewati tembok istana saja sudah ada pengawalan ketat tapi aku bisa lolos dengan mudah ayah. Aku akan menyelamatkan ibu.”

Ki Jara tahu bahwa dia tidak bisa mencegah keinginan anak perempuannya itu. Bersikeras melarang hanya akan menimbulkan perdebatan yang bisa saja membangunkan orang-orang di bilik sebelahnya. Dia hanya bisa berharap bahwa anaknya memiliki kesaktian melebihi pendekar-pendekar istana. Meski dia ragu akan hal itu.

Larut malam ini tanpa adanya bulan terasa sangat gelap. Tapi karena ini adalah istana kerajaan maka ada pelita di beberapa titik bangunan memberi penerangan. Desir angin malam memberi suasana seram. Meski Telasih kini bukan wanita biasa lagi melainkan seorang pendekar namun susana malam ini tetap memberi ketegangan baginya. Sesuai petunjuk ayahnya dia melompat lompat di antara atap bangunan dengan ilmu meringankan tubuh tingkat tingginya menuju ke istana kepatihan.

Tepat di sebuah atap bangunan di samping istana kepatihan tempat tinggal Patih Arya Weling Telasih berhenti. Dia mengamati bangunan istana patih yang kini begitu berkuasa d kerajaan. Terlihat ada penjaga yang masih dengan ketat mengawal istana sang patih. Mereka adalah pendekar-pendekar pilihan. Namun mereka tidak menyadari kehadiran Telasih.

Dari bangunan yang Telasih tidak tahu kalau tempat siapa dia mencari celah untuk masuk kedalam gedung milik patih Arya Weling itu. Setelah ada kesempatan dia melesat dan dengan cepat membobol sebuah jendela di sisi belakang paling kiri bangunan istana kepatihan. Dan dia bergelantungan laksana kelelawar di langit-langit bangunan yang berhasil dia masuki. Dia kini berada di sebuah ruangan yang terlihat seperti kamar tidur megah tapi tak ada orang di tempat ini.

Dengan pendengarannya yang tajam Telasih bisa mengetahu bahwa di ruang lain istana kepatihan ini sedang berlangsung sesuatu yang membuat Telasih merasa risih memikirkannya. Sebagai wanita dewasa Telasih paham suara apa itu. Semoga itu bukan ibunya, batin Telasih. Dia kemudian melesat ke ruangan lain lagi dengan tetap bergelantungan di langit-langit gedung seperti kelelawar. Suara-suara yang di dengar Telasih semakin keras dan bersahut-sahutan. Membuat Telasih semakin Risih mendengarnya sekaligus semakin cemas.

Akhirnya Telasih memutuskan pergi ke sumber suara itu. Ternyata suara itu berasal dari ruang aula utama kepatihan. Meski sudah menduga apa yang akan dilihatnya tetap saja Telasih sangat terkejut saat benar-benar melihat apa yang terjadi. Di aula kepatihan terlihat dengan jelas sebuah hal yang sangat tabu, adegan persetubuhan yang dilakukan oleh lebih dari dua orang. Bukan hanya antara sepasang manusia lelaki dan perempuan. Entah bagaimana otak Telasih mencerna apa yang terjadi. Ada lima wanita dan hanya tiga laki-laki. Mereka sedang melakukan pesta maksiat yang sangat menjijikan bagi Telasih.

Yang tidak bisa diterima oleh Telasih adalah dia melihat dengan jelas salah satu wanita itu adalah ibunya. Wanita berusia 43 tahun itu sedang duduk diatas tubuh seorang lelaki dalam keadaan tanpa busana. Ibu Telasih itu tidak nampak seperti seorang wanita yang dipaksa berhubungan intim. Melainkan seorang yang sangat menikmati persetubuhan itu sendiri.

Telasih benar-benar kecewa dan marah. Dia yang berharap ibunya jadi gundik karena terpaksa melihat itu semua menjadi muak. Ibunya bukanlah terpaksa tetapi sangat menikmati. Terlihat dari wajahnya bagai seorang pelacur yang dimabuk birahi. Telasih sangat emosi ingin sekali dia menghajar mereka yang dilihatnya sedang bermaksiat itu.

Tapi kemudian dia berpkir Kalau seperti itu yang akan dia lakukan sama saja akan mempermalukan ibunya juga. Sama saja dengan membuka aib keluarganya sendiri. Dia tidak ingin itu terjadi karena walau apapun juga dia sangat menyayangi ibunya. Mungkin saja ibunya mengalami sesuatu hingga menjadi seperti itu.

Tujuannya kesini adalah untuk menyelamatkan ibunya. Tapi keadaan saat ini tidak memungkinkan. Ibunya akan malu dan menolak bila dia tiba-tiba melesat dan menarik ibunya untuk lari dengan tubuh bugil. Orang-orang yang sedang berpesta maksiat itu tidak menyadari kehadiran Telasih. Dengan hati penuh amarah dan kecewa gadis itu melesat kembali ke luar gedung kepatihan. Dia memilih untuk pergi dulu dan memikirkan kembali bagaimana cara menyelamatkan ibunya.

Telasih dengan ilmu meringankan tubuhnya sampai di atap gedung dekat kepatihan. Ketika dia hendak melompat lagi ke atap gedung lainnya tiba-tiba sebuah angin pukulan yang mengadung tenaga dalam sangat tinggi mengarah kepadanya dari arah belakang.

Telasih berbalik dan menangkis serangan itu dengan ajian perisai dewa perang. Tapi penyerangnya itu tetap meneruskan serangannya dengan ganas. Sehingga Telasih harus mengibaskan lengannya menangkis serangan itu yang berupa cakaran maut yang begitu cepat mengarah kelehernya.

“Blam....!”

Pertemuan lengan Telasih dan penyerangnya menimbulkan dentuman hebat. Penyerang itu jumpalitan mengendalikan tubuhnya yang terdorong kebelakang akibat tangkisan bertenaga dalam milik Telasih. Sementara Telasih merasakan tangannya membentur sebuah kekuatan dahsyat hingga dia juga agak terdorong beberapa jengkal ke belakang.

Telasih bisa melihat bahwa yang bertarung dengannya adalah seorang wanita muda berparas biasa saja namun terlihat anggun. Pakaianya mewah seperti pakaian kaum bangsawan berwarna merah. Hanya sekejap Telasih mengambil kesempatan melihat musuhnya karena telah datang serangan bertubi-tubi meluncur kearahnya. Telasih merasa tidak perlu sungkan-sungkan untuk menurunkan tangan kejam pada wanita ini. Karena dari semua serangannya wanita itu memang begitu ganas dan mematikan.

Telasih turunkan jurus andalanya Tarian Dewa Perang. Atap gedung tempat pertarungan berhamburan keudara dan dengan kibasan lengannya Telasih mengarahkan pecahan atap genting itu meluncur kearah wanita berpakaian ala bangsawan berwarna merah itu. Wanita itu hanya berdiri tegak tanpa berkelit sambil memekik. Akibat pekikannya membuat ratusan bahkan ribuah keping pecahan atap genting itu hancur jadi abu tepat sejengkal di depan tubuh wanita berbaju merah itu.

Pertarungan kedua wanita itu kontan membuat banyak orang terbangun dari tidurnya. Mereka keluar dari gedungnya masing-masing dan menyaksikan pertarungan dahsyat yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya.

Tanpa percakapan sama sekali kedua wanita itu terus bertarung. Telasih kini telah menggunakan jurus lima jemari Dewa. Namun wanita berbaju merah itu tetap saja masih bisa meladeninya dengan serangan balasan yang tidak kalah berbahaya. Hingga Telasih memutuskan untuk menggunakan jurus pamungkas. Ilmu Tapak Dewa Menampar Bumi.

Telasih berjumpalitan di udara dan mendarat di taman depan gedung kepatihan. Dengan setengah berjongkok gadis itu hantamkan telapak tangannya ke tanah disertai pekikan yang sangat keras mengandung tenaga dalam.

“Blarrrrrr...”

Terdengar bunyi ledakan keras akibat hantaman telapak tangan telasih ke tanah. Disusul dengan keluarnya asap panas dan goncangan keras dalam jangkauan seratus tombak kearah sekeliling Telasih berdiri. Hebatnya Telasih melakukannya hingga tiga kali di tempat berbeda dengan meloncat loncat. Akibatnya sungguh mengerikan. Puluhan orang istana yang berada di sekitar pertarungan tewas mengenaskan.

Tapi gadis berbaju merah hanya sekedar kaget saat serangan awal jurus Tapak Dewa Menampar Bumi tapi serangan kedua dan ketiga dia hadapi dengan gagah berani. Hingga kedua tapak tangan mereka bertemu dan mengakibatkan dentuman dahsyat yang membuat keduanya terlempar jauh. Telasih yang terlempar beberapa tombak bisa mengendalikan tubuhnya dan berjumpalitan sebelum mendarat dengan kedua kakinya.

Tapi sesaat kemudian ratusan anak panah menghujam kearahnya hingga Telasih kembali keluarkan ajian perisai dewa perang. Anak panah itu rontok dan hancur sebelum menyentuh tubuhnya. Namun menyusul serangan tombak itu melesat kearahnya belasan orang dengan pengerahan tenaga dalam cukup tinggi menyerangnya.

Telasih memilih untuk melesat pergi meninggalkan pertarungan karena tidak ingin menambah korban jiwa. Dia juga sudah merasa kelelahan mengeluarkan ilmu-ilmu dengan tenaga dalam tingkat tinggi.

***

“Ambalika apa yang terjadi?” Patih Arya Weling yang telah berpakaian keluar sambil berteriak.

Di samping dia ikut berdiri wanita yang adalah ibunya Telasih. Dia juga telah mengenakan pakaianya.

“Eh ayah dan bibi Kinasih, ada serangan penyusup barusan.” Sahut Gadis yang disapa dengan nama Ambalika.

Arya Weling menatap kesekeliling dan melihat bangunan yang hancur serta korban jiwa yang berjatuhan. Dia benar-benar terkejut dan langsung cemas ketakutan karena baru kali ini serangan penyusup bisa mengakibatkan hal mengerikan seperti ini. Demikian pula dengan Kinasih ibunya Telasih dia sangat ketakutan dan wajahnya pucat pasi.

“Penyusupnya sudah ditangkap?” tanya Arya Weling dengan ketakutan.

“Dia sudah lari ayah.”

“Berapa orang mereka putriku?”

“Hanya satu tapi ilmunya demikian tinggi. Aku yang pernah bertarung dengan tokoh-tokoh ternama rimba persilatan dan mengalahkan mereka semua tidak pernah terpikir ada yang sesakti wanita tadi.”

“Wanita?”

“Iya ayah. Aku berpikir orang sakti diluar sana tinggal ki Wajrapani, Dewa Maut dan Bidadari Hati Beku ternyata ada lagi yang tidak aku kenal tapi sedemikian sakti.”

“Kenapa tidak kau kejar anakku?”

“Percuma ayah. Dia larinya sangat cepat. Tapi ilmunya tidak lebih tinggi dariku ayah. Aku masih bisa menghadapinya.”

Ternyata gadis berbaju merah yang bertarung dengan Telasih tadi adalah Ambalika putri dari patih Arya Weling. Entah darimana dan berguru pada siapa dia hingga bisa punya ilmu setinggi itu. Padahal ayahnya malah tidak memiliki ilmu silat sama sekali. Karena memang tidak berminat sama sekali dengan dunia persilatan. Setelah memerintahkan para abdi untuk memperbaiki keadaan dan mengurus korban baik korban jiwa maupun yang terluka parah mereka kemudian masuk kedalam gedung kepatihan.

“Ayah pikir yang bertarung di gunung merapi tempo hari itu adalah yang mulia prabu Wijayakarana, ternyata itu kamu ya?”

“Iya ayah aku sampai dijuluki iblis betina bergaun merah oleh orang-orang persilatan yang bodoh. Kenapa ayah sampai berpikir itu si raja banci?” tanya Ambalika.

“Sttttt pelan-pelan kamu bicara. Jangan sembarang sebut yang mulia seperti itu.” Ujar patih Arya Weling.

“Dia sama sekali tidak peduli soal kerajaan ayah. Dia hanya peduli sama Ranggawuni. Dasar banci.”

“Cukup Ambalika sekali lagi kau tidak perlu menyebut yang mulia seperti itu.”

Ambalika sebenarnya masih ingin berbicara lagi tapi dia mematuhi perintah ayahnya.

***

Sadawira berjalan terhuyung-huyung karena luka parah dan kehabisan tenaga bahkan darah. Setelah lari sekian jauh dan lama dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya sekuat mungkin Sadawira akhirnya tumbang.

Dia sadarkan diri saat berada di sebuah kamar yang ternyata adalah sebuah penginapan dan yang membuat Sadawira kaget setengah mati adalah tepat didepan matanya duduk seorang wanita yang beberapa hari lalu bertemu dengannya.

“Kamu sadar juga akhirnya. Aku menemukan kamu pingsan di tengah hutan. Emang kamu ketemu musuh tangguh ya?” tanya gadis itu.

Sadawira hanya bisa menggelengkan kepala karena mengingat apa yang dia alami membuat dia kecewa dan sangat sedih. Kalau saja dia telah berhasil membunuh Mahesa yang licik maka dia rela kalau nyawanya melayang saat itu juga. Tapi sebelum membunuh orang licik itu dia belum lega hatinya.

“Oh iya sebenarnya aku tidak perlu banyak tanya dulu sama kamu. Aku kasih hawa murni dulu biar kamu bisa mendingan.”

Tanpa menunggu persetujuan Sadawira gadis itu menempelkan telapak tangannya ke dada pemuda itu. Sebenarnya sesuatu yang kurang pantas seorang gadis menyentuh tubuh pemuda yang bukan keluarganya. Apalagi pemuda itu baru dikenalnya. Tapi entah kenapa dia merasa harus menolong anak muda itu.

Sadawira hanya pasrah menerima saja apa yang dilakukan oleh gadis itu. Dia menerima penyaluran hawa murni dari gadis itu seraya mengenang para wanita yang sebelumnya dekat dengannya. Terlintas bayangan Andini sang Bidadar Hati Beku, entah dimana dia sekarang. Bagaimana nasibnya setelah pertarungan di lereng gunung di tepi jurang itu. kemudian bayangan Telasih melintas di kepalanya. Namun Sadawira langsung berusaha mengusir bayangan wanita itu.

Bersambung.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd