Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CONGORIS (By : FigurX)

Bimabet



PART 2 : LIKE A STONE
Koyo watu nyemplung neng banyu, plungg!!



Scene 2, Still Tresno
____________________



"Aku Masih Sayang" ST12

Kau rinduku jiwaku indah memanggil dirimu
Mataku terbangun untuk menanti
Menantimu
Jangan pernah kau ragukan cinta yang sesungguhnya
Itu bisa menghancurkan semua
Bukan begitu

Aku sungguh masih sayang padamu
Jangan sampai kau meninggalkan aku
Begitu sangat berharga dirimu
Bagiku
Dan kupastikan saja dihatimu
Kan kukorbankan semuanya untukmu
Sungguh kuberharap kaupun begitu
Padaku

Coba kau rasakan cinta yang begitu kan
Mengesankan
Yakin pasti dapatkan kemesraan yang penuh bintang



----------


Bisa dibilang, ini adalah cinta pertamaku sejak aku benar-benar tumbuh dewasa. Memang saat SMP, atau SMA, aku pernah beberapa kali jatuh cinta. Namun cinta saat itu masih tergolong cinta monyet. Cinta yang lebih identik dengan suka-suka. Cinta yang lebih pantas disebut sebagai teman bermain yang paling dekat. Bukan cinta dua sejoli yang di hatinya telah terselip birahi dan di dalam buah zakarnya telah tertanam sel untuk membuahi.

Mengapa harus Ita??
Mengapa aku harus mencintai orang yang yak mencintaiku??

Butuh sejuta upaya untuk melupakannya. Dan sepuluh upayapun tak mampu aku hadirkan.

Aku yang lugu saat menginjakkan kaki pertama di ibukota jawatimur, tak berniat sedikitpun untuk mempermainkan cinta. Bagiku cinta adalah ketulusan. Aku aku telah terlalu polos mencintai tanpa belajar cara mengobati.

Cowok kan gampang, ditolak ya cari lagi!!

Sori, itulah aku. Aku terlalu mengagungkan cinta. Aku mencintai tak hanya wajahnya. Aku mencintai dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya. Aku mencintai luar maupun dalam tubuhnya. Aku mencintai senyumnya. Aku mencintai arogansinya. Aku mencintai kedaerahannya. Aku mencintai ke-ego-an nya. Aku mencintai apa adanya yang ada pada dirinya.

Budak cinta??

Hahaha.. Mungkin itu jauh lebih baik daripada penjahat cinta. Aku rela airmataku untuk cinta. Aku rela buku puisiku dipenuhi coretan muntahan perasaan.


Namun..

Kenyataan kini berbeda. Sehebat apapun perjuanganku untuk cinta, tak akan berarti bagi Ita. Se-sekarat apapun hatiku karena cinta, Ita tak akan datang membalutnya.

Tapi bodohnya aku, aku sulit melupakannya. Bahkan mungkin untuk selamanya.


----------

Aku tersedak rindu,
Terperangkap sembilu,
Terpenjara dalam benteng kalbu.

Tapi aku suka,
Aku senang menderita,
Aku menikmati perihnya rasa,
Aku bangga mencintainya.


----------

"Sudahlah No!!" bisik hati kecilku sendiri.

Ookk!
Aku akan berhenti mengharapkan cintanya. Toh kenyataan sudah cetho ter welo-welo (sudah sangat gamblang) bahwa Ita menolakku. Ibarat lomba lari, ini sudah sampai finish. Juara sudah ditentukan, dan bukan Seno juaranya.

"Tapi yang jelas dia belum punya suami, masih ada kesempatan!!" sisi hatiku yang lain berusaha bertahan, menahan, berjuang sampai titik puncak perjuangan.

Hmmm...masa depan tak ada yang tahu, bisa saja Ita kelak luluh. Entahlah...

Pikiran dan hatiku berkecamuk. Semua hanya karena satu kalimat. Kalimat yang aku sendiri susah untuk mengejawantahkan,
"Aku cinta dia, untuk selamanya!!"

----------

"Aku Cinta Dia" Chrisye

Di saat kau berjalan
Di depan rumahku, Penuh gaya
Tersita pandanganku hingga ku terpesona
Siapakah dirimu hatiku ingin tau, segera

Siapakah namamu, dimana rumahmu, Sebutkanlah
Kuingin berkenalan, Terimalah salamku
Gayamu dan wajahmu Terbawa dalam mimpi
Diriku, dimabuk asmara

Hati yang berbunga,
Kala pandangan pertama
Oh Tuhan tolonglah,
Aku cinta, aku cinta dia



Klik link dibawah ini untuk merungokkan...

Aku Cinta Dia

----------

Mungkin aku tak bisa memilikinya. Tapi aku mampu untuk memiliki rasa ini dalam dada, selamanya.


----------




"No...mungkin ini terlalu mendadak. Tapi gue ga ada pilihan lain. Waktu sudah sangat mepet bro. Lu coba aja dulu bisa match ga ama dia," ucap Yosi sesaat sebelum mereka memulai penampilan di kafe bos Edwin.

Aku hanya mengangguk. Dicoba aja dulu.

Lagu pertama...
Lagu kedua...

Ke sembilan..

Aman..

Bahkan lebih dari sekedar aman. Suara cewek ini luar biasa. Dia sangat paham posisinya sebagai penyanyi kedua. Sama sekali ia tak ada dominasi. Harm tipisnya mengiringi di setiap nada yang aku ambil. Sesekali aku menahan diri dan meminta dia untuk masuk lead pada bait tertentu.

Untuk lagu bertema duet, porsinya juga pas. Ia mampu mengambil tone yang menghasilkan resonansi bersama. Getarannya membuat pendengar merinding. Match!!

"Wah mantap mbak!!" ungkapku pada penyanyi yang malam itu dibawa Yosi entah darimana. Bahkan aku kenal saja belum.

"Makasih mas e, suara pean juga keren. Bikin merinding," jawab si cewek berbinar.

"Ooh sori...kenalkan ini Shinta. Dia teman gue dari jakarta yang sekarang kuliah di Surabaya, tapi beda kampus sama kita. Dia dulu vokalis grup band gua pas SMA. Nah berhubung bos Edwin minta sesekali ada penampilan duet, yah akhirnya gue ajak Shinta nemenin Seno. Sesekali aja, mungkin sebulan sekali dia ikut kita tampil disini," teranglah akhirnya, dia adalah Shinta.

Ehh stopp bro..!!

---Gausah bayangin nama Shinta itu orangnya cantik, seksi, cihuii... lepaskan angan-anganmu!!. Jangan juga berpikir Shinta bakal gantiin Ita di hati Seno. Terlalu klise banget kalau abis patah hati lalu ada gadis kahyangan datang menghampiri.

---Intip dulu dah penampakannya biar enak..





Nah, sejak perkenalan itulah, kami, Sonyk band perlahan mulai akrab dengan Shinta. Beberapa kali kami bertemu dalam sesi latihan, atau kadang hanya ngumpul bareng di Zangrandi sambil ngomongin musik.

Kesibukanku dalam nge-band, ditambah part time di PT. RDG membuatku mulai bisa menambal perih hati dan melupakan sejenak sosok Ita.

Dan lagi, ada kelas khusus dari Yosi yang cuma setengah jam setiap hari untuk mendidikku dalam ber-attitude. Dari gaya pakaian, cara bicara, cara menghadapi lawan bicara, berbicara di depan umum, dan lain sebagainya diajarkan Yosi kepadaku. Yosi yang sedari bayi sudah mrocot di ibukota negara memiliki pengalaman dan ilmu yang cukup bisa untuk ditularkan. Beberapa artis bahkan adalah teman Yosi, sehingga Yosi cukup tahu bagaimana artis biasa bersikap.

"Broo...kabar gembira. Kakak gue di jakarta dapet info dari salah satu dapur rekaman jika mereka sedang membidik grup band baru buat di orbitkan. Kayaknya kita perlu kirim sampel ke kakak gua!" Yosi dengan wajah pemuh semangat bercerita kepada kami. Tak hanya Yosi, kami semua turut bahagia mendengar berita tersebut. Bayangan kami untuk menjadi grup tenar asal Surabaya seperti Padi sepertinya dapat terwujud.

"No...bukannya aku mencari kesempatan dari deritamu yah, sori, tapi koen kan pinter nulis puisi No. Coba kisah sedihmu bersama Ita itu tuangkan dalam lirik. Kita bikin sampel pakai lirik itu. Aku yakin kans nya akan lebih besar kalau pakai lagu itu!!" Obeng yang biasanya hanya diam dan ikut saja, kali ini ia angkat bicara.

"Setujuu!!" jawab Raka dan Yosi berbarengan.

"Hmmm..berattt rek rek jalukanmu (permintaanmu). Iyoh wes tak cobae (iya udah akan ku coba)," jawabku dengan berat hati.


--------


[POV Inul]


Seno... kasihan kamu sob!!. Ditolak Ita, didepan umum pula. Tapi jujur, akau jadi ragu. Iyahh bener, ragu. Aku menjadi ragu untuk mendekati Rani setelah melihat nasib Seno.

Seperti Seno, aku juga sebenarnya juga sudah memiliki ketertarikan ke Rani sejak awal semester satu. Namun yang beda, Rani ada respon, bukan seperti Ita. Beberapa kali aku juga sempat jalan dengan Rani atas permintaan dia sendiri. Aku tahu jika ia nyaman saat jalan denganku. Tapi aku belum tahu pasti bagaimana isi hati Rani.

"Nul...pulang sendiri?" sapa Rani saat aku melangkah meninggalkan kampus seorang diri.

"Hehe iya Ran. Udin mbuh nandi (ga tahu kemana). Seno, sekarang jarang pulang ke kosan. Yah pulang sih, tapi malem banget. Dia katanya kerja dimana gitu. Gapapa sih, buat hiburan Seno, kasihan dia kalau bengong terus gara-gara patah hati," jawabku.

"Iya kasihan Seno. Aku juga ga habis pikir dengan jalan pikiran Ita kok bisa setega itu ke Seno. Ehh Null...temenin nonton aja yuk. Aku juga sendirian nih. Ita jalan ama Abul mbuh kemana. Dewi, udah pulang tadi dijemput kakaknya!" ajakan Rani yang selalu aku tunggu-tunggu. Siapa yang tak mau jalan sama si cantik dan bintang kelas ini. Kecerdasannya mungkin jauh diatasku.

Aku dan Rani yang sama-sama tak memiliki sepeda motor langsung saja menghentikan sebuah bus kota yang melintas. Justru berduaan naik angkutan umum menjadi sensasi yang indah dan akan menjadi kenangan tersendiri.

Saat nonton bioskop, aku bisa menilai bahwa Rani sebenarnya tidak begitu tertarik menikmati filmnya. Rani hanya sedang mencari momen bersama. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah, dia hanya kesepian dan butuh teman, ataukah memang dia ingin berduaan denganku?. Masih cukup sulit dicerna.





Satu poin yang cukup menggembirakanku. Rani memcondongkan tubuhnya kearahku sambil matanya tak lepas dari latar bioskop yang kami tonton. Perlahan tapi pasti, kecondongan tubuh itu berubah menjadi sandaran kepala Rani di pundakku.

Sandaran kepala itu berlangsung cukup lama tanpa ada diantara kami yang inhin bergerak merubah posisi. Hingga pada satu momen dimana film sudah mendekati akhir, dimana pasangan pemeran dalam film itu sedang berpelukan mesra, Rani tiba-tiba sedikit mendongak dan menoleh kepadaku. Jarak kedua wajah kami tak lebih satu jengkal.

Dengan tekad bulat aku semakin mendekatkan bibir ke bibirnya. Rani tak bergeming. Hingga saat bibir kami hampir bertemu dengan jarak sudah sangat dekat, tiba-tiba...

Byarr..

Lampu bioskop menyala menandakan film telah usai. Tak mau kehilangan momen, cepat kubelokkan bibir untuk mengecup pipinya dan cepat pula kutarik. Dapat ku lihat wajah yang memerah sebelum kemudian ia berdiri dan bergegas mengajakku keluar ruangan bioskop.

"Null..suwun yo (makasih ya)," hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir Rani sesaat kami turun dari bis kota dan melangkah kearah kosan.

"Aku yang makasih," jawabku.

Kami tersenyum bersama, kemudian melangkah menyusuri setapak menuju kosan Rani.


----------


Bersambung Ke
Next Apdet ↪
 



PART 2 : LIKE A STONE
Koyo watu nyemplung neng banyu, plungg!!



Scene 2, Still Tresno
____________________



"Aku Masih Sayang" ST12

Kau rinduku jiwaku indah memanggil dirimu
Mataku terbangun untuk menanti
Menantimu
Jangan pernah kau ragukan cinta yang sesungguhnya
Itu bisa menghancurkan semua
Bukan begitu

Aku sungguh masih sayang padamu
Jangan sampai kau meninggalkan aku
Begitu sangat berharga dirimu
Bagiku
Dan kupastikan saja dihatimu
Kan kukorbankan semuanya untukmu
Sungguh kuberharap kaupun begitu
Padaku

Coba kau rasakan cinta yang begitu kan
Mengesankan
Yakin pasti dapatkan kemesraan yang penuh bintang



----------


Bisa dibilang, ini adalah cinta pertamaku sejak aku benar-benar tumbuh dewasa. Memang saat SMP, atau SMA, aku pernah beberapa kali jatuh cinta. Namun cinta saat itu masih tergolong cinta monyet. Cinta yang lebih identik dengan suka-suka. Cinta yang lebih pantas disebut sebagai teman bermain yang paling dekat. Bukan cinta dua sejoli yang di hatinya telah terselip birahi dan di dalam buah zakarnya telah tertanam sel untuk membuahi.

Mengapa harus Ita??
Mengapa aku harus mencintai orang yang yak mencintaiku??

Butuh sejuta upaya untuk melupakannya. Dan sepuluh upayapun tak mampu aku hadirkan.

Aku yang lugu saat menginjakkan kaki pertama di ibukota jawatimur, tak berniat sedikitpun untuk mempermainkan cinta. Bagiku cinta adalah ketulusan. Aku aku telah terlalu polos mencintai tanpa belajar cara mengobati.

Cowok kan gampang, ditolak ya cari lagi!!

Sori, itulah aku. Aku terlalu mengagungkan cinta. Aku mencintai tak hanya wajahnya. Aku mencintai dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya. Aku mencintai luar maupun dalam tubuhnya. Aku mencintai senyumnya. Aku mencintai arogansinya. Aku mencintai kedaerahannya. Aku mencintai ke-ego-an nya. Aku mencintai apa adanya yang ada pada dirinya.

Budak cinta??

Hahaha.. Mungkin itu jauh lebih baik daripada penjahat cinta. Aku rela airmataku untuk cinta. Aku rela buku puisiku dipenuhi coretan muntahan perasaan.


Namun..

Kenyataan kini berbeda. Sehebat apapun perjuanganku untuk cinta, tak akan berarti bagi Ita. Se-sekarat apapun hatiku karena cinta, Ita tak akan datang membalutnya.

Tapi bodohnya aku, aku sulit melupakannya. Bahkan mungkin untuk selamanya.


----------

Aku tersedak rindu,
Terperangkap sembilu,
Terpenjara dalam benteng kalbu.

Tapi aku suka,
Aku senang menderita,
Aku menikmati perihnya rasa,
Aku bangga mencintainya.


----------

"Sudahlah No!!" bisik hati kecilku sendiri.

Ookk!
Aku akan berhenti mengharapkan cintanya. Toh kenyataan sudah cetho ter welo-welo (sudah sangat gamblang) bahwa Ita menolakku. Ibarat lomba lari, ini sudah sampai finish. Juara sudah ditentukan, dan bukan Seno juaranya.

"Tapi yang jelas dia belum punya suami, masih ada kesempatan!!" sisi hatiku yang lain berusaha bertahan, menahan, berjuang sampai titik puncak perjuangan.

Hmmm...masa depan tak ada yang tahu, bisa saja Ita kelak luluh. Entahlah...

Pikiran dan hatiku berkecamuk. Semua hanya karena satu kalimat. Kalimat yang aku sendiri susah untuk mengejawantahkan,
"Aku cinta dia, untuk selamanya!!"

----------

"Aku Cinta Dia" Chrisye

Di saat kau berjalan
Di depan rumahku, Penuh gaya
Tersita pandanganku hingga ku terpesona
Siapakah dirimu hatiku ingin tau, segera

Siapakah namamu, dimana rumahmu, Sebutkanlah
Kuingin berkenalan, Terimalah salamku
Gayamu dan wajahmu Terbawa dalam mimpi
Diriku, dimabuk asmara

Hati yang berbunga,
Kala pandangan pertama
Oh Tuhan tolonglah,
Aku cinta, aku cinta dia



Klik link dibawah ini untuk merungokkan...

Aku Cinta Dia

----------

Mungkin aku tak bisa memilikinya. Tapi aku mampu untuk memiliki rasa ini dalam dada, selamanya.


----------




"No...mungkin ini terlalu mendadak. Tapi gue ga ada pilihan lain. Waktu sudah sangat mepet bro. Lu coba aja dulu bisa match ga ama dia," ucap Yosi sesaat sebelum mereka memulai penampilan di kafe bos Edwin.

Aku hanya mengangguk. Dicoba aja dulu.

Lagu pertama...
Lagu kedua...

Ke sembilan..

Aman..

Bahkan lebih dari sekedar aman. Suara cewek ini luar biasa. Dia sangat paham posisinya sebagai penyanyi kedua. Sama sekali ia tak ada dominasi. Harm tipisnya mengiringi di setiap nada yang aku ambil. Sesekali aku menahan diri dan meminta dia untuk masuk lead pada bait tertentu.

Untuk lagu bertema duet, porsinya juga pas. Ia mampu mengambil tone yang menghasilkan resonansi bersama. Getarannya membuat pendengar merinding. Match!!

"Wah mantap mbak!!" ungkapku pada penyanyi yang malam itu dibawa Yosi entah darimana. Bahkan aku kenal saja belum.

"Makasih mas e, suara pean juga keren. Bikin merinding," jawab si cewek berbinar.

"Ooh sori...kenalkan ini Shinta. Dia teman gue dari jakarta yang sekarang kuliah di Surabaya, tapi beda kampus sama kita. Dia dulu vokalis grup band gua pas SMA. Nah berhubung bos Edwin minta sesekali ada penampilan duet, yah akhirnya gue ajak Shinta nemenin Seno. Sesekali aja, mungkin sebulan sekali dia ikut kita tampil disini," teranglah akhirnya, dia adalah Shinta.

Ehh stopp bro..!!

---Gausah bayangin nama Shinta itu orangnya cantik, seksi, cihuii... lepaskan angan-anganmu!!. Jangan juga berpikir Shinta bakal gantiin Ita di hati Seno. Terlalu klise banget kalau abis patah hati lalu ada gadis kahyangan datang menghampiri.

---Intip dulu dah penampakannya biar enak..





Nah, sejak perkenalan itulah, kami, Sonyk band perlahan mulai akrab dengan Shinta. Beberapa kali kami bertemu dalam sesi latihan, atau kadang hanya ngumpul bareng di Zangrandi sambil ngomongin musik.

Kesibukanku dalam nge-band, ditambah part time di PT. RDG membuatku mulai bisa menambal perih hati dan melupakan sejenak sosok Ita.

Dan lagi, ada kelas khusus dari Yosi yang cuma setengah jam setiap hari untuk mendidikku dalam ber-attitude. Dari gaya pakaian, cara bicara, cara menghadapi lawan bicara, berbicara di depan umum, dan lain sebagainya diajarkan Yosi kepadaku. Yosi yang sedari bayi sudah mrocot di ibukota negara memiliki pengalaman dan ilmu yang cukup bisa untuk ditularkan. Beberapa artis bahkan adalah teman Yosi, sehingga Yosi cukup tahu bagaimana artis biasa bersikap.

"Broo...kabar gembira. Kakak gue di jakarta dapet info dari salah satu dapur rekaman jika mereka sedang membidik grup band baru buat di orbitkan. Kayaknya kita perlu kirim sampel ke kakak gua!" Yosi dengan wajah pemuh semangat bercerita kepada kami. Tak hanya Yosi, kami semua turut bahagia mendengar berita tersebut. Bayangan kami untuk menjadi grup tenar asal Surabaya seperti Padi sepertinya dapat terwujud.

"No...bukannya aku mencari kesempatan dari deritamu yah, sori, tapi koen kan pinter nulis puisi No. Coba kisah sedihmu bersama Ita itu tuangkan dalam lirik. Kita bikin sampel pakai lirik itu. Aku yakin kans nya akan lebih besar kalau pakai lagu itu!!" Obeng yang biasanya hanya diam dan ikut saja, kali ini ia angkat bicara.

"Setujuu!!" jawab Raka dan Yosi berbarengan.

"Hmmm..berattt rek rek jalukanmu (permintaanmu). Iyoh wes tak cobae (iya udah akan ku coba)," jawabku dengan berat hati.


--------


[POV Inul]


Seno... kasihan kamu sob!!. Ditolak Ita, didepan umum pula. Tapi jujur, akau jadi ragu. Iyahh bener, ragu. Aku menjadi ragu untuk mendekati Rani setelah melihat nasib Seno.

Seperti Seno, aku juga sebenarnya juga sudah memiliki ketertarikan ke Rani sejak awal semester satu. Namun yang beda, Rani ada respon, bukan seperti Ita. Beberapa kali aku juga sempat jalan dengan Rani atas permintaan dia sendiri. Aku tahu jika ia nyaman saat jalan denganku. Tapi aku belum tahu pasti bagaimana isi hati Rani.

"Nul...pulang sendiri?" sapa Rani saat aku melangkah meninggalkan kampus seorang diri.

"Hehe iya Ran. Udin mbuh nandi (ga tahu kemana). Seno, sekarang jarang pulang ke kosan. Yah pulang sih, tapi malem banget. Dia katanya kerja dimana gitu. Gapapa sih, buat hiburan Seno, kasihan dia kalau bengong terus gara-gara patah hati," jawabku.

"Iya kasihan Seno. Aku juga ga habis pikir dengan jalan pikiran Ita kok bisa setega itu ke Seno. Ehh Null...temenin nonton aja yuk. Aku juga sendirian nih. Ita jalan ama Abul mbuh kemana. Dewi, udah pulang tadi dijemput kakaknya!" ajakan Rani yang selalu aku tunggu-tunggu. Siapa yang tak mau jalan sama si cantik dan bintang kelas ini. Kecerdasannya mungkin jauh diatasku.

Aku dan Rani yang sama-sama tak memiliki sepeda motor langsung saja menghentikan sebuah bus kota yang melintas. Justru berduaan naik angkutan umum menjadi sensasi yang indah dan akan menjadi kenangan tersendiri.

Saat nonton bioskop, aku bisa menilai bahwa Rani sebenarnya tidak begitu tertarik menikmati filmnya. Rani hanya sedang mencari momen bersama. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah, dia hanya kesepian dan butuh teman, ataukah memang dia ingin berduaan denganku?. Masih cukup sulit dicerna.





Satu poin yang cukup menggembirakanku. Rani memcondongkan tubuhnya kearahku sambil matanya tak lepas dari latar bioskop yang kami tonton. Perlahan tapi pasti, kecondongan tubuh itu berubah menjadi sandaran kepala Rani di pundakku.

Sandaran kepala itu berlangsung cukup lama tanpa ada diantara kami yang inhin bergerak merubah posisi. Hingga pada satu momen dimana film sudah mendekati akhir, dimana pasangan pemeran dalam film itu sedang berpelukan mesra, Rani tiba-tiba sedikit mendongak dan menoleh kepadaku. Jarak kedua wajah kami tak lebih satu jengkal.

Dengan tekad bulat aku semakin mendekatkan bibir ke bibirnya. Rani tak bergeming. Hingga saat bibir kami hampir bertemu dengan jarak sudah sangat dekat, tiba-tiba...

Byarr..

Lampu bioskop menyala menandakan film telah usai. Tak mau kehilangan momen, cepat kubelokkan bibir untuk mengecup pipinya dan cepat pula kutarik. Dapat ku lihat wajah yang memerah sebelum kemudian ia berdiri dan bergegas mengajakku keluar ruangan bioskop.

"Null..suwun yo (makasih ya)," hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir Rani sesaat kami turun dari bis kota dan melangkah kearah kosan.

"Aku yang makasih," jawabku.

Kami tersenyum bersama, kemudian melangkah menyusuri setapak menuju kosan Rani.


----------


Bersambung Ke
Next Apdet ↪
Ditunggu nih karya ny Seno
Bisa2 kalau di kirim ke label,laku kang buat diorbitkan
Hhehehehehe

Suwun wes update,tak enteni nenene
Soale tak rasak2ne kok lumayan suwi g update
Peno sehat kan Cak?
Mugi2 RL e lancar,dadi iso nyambi nulis dan update terus

Selamat Hari Raya Idul Fitri Cak
Mohon Maaf lahir batin yo Cak...
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @FigurX ..
Memang susah seh,
Karena dulu Aku jg ngalamin kayak Seno gt,
Cinta pertama..
Semua cewek kayak tertutupi,
Setelah berjuang selama 4 tahun dari SMA sampe kuliah,
Pada suatu titik "kejut" yg hatiku ga bisa menerima,
akhirnya sadar,
Bahwa dia memang tercipta bukan untukku..
Akhirnya bisa move on jg..
Dan bisa membuka hati untuk yg lain..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Dan maaf lahir dan batin buat semua di sini yak..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd