Menunggu
Malam harinya gw gak tenang dan ga bisa tidur, kali pertama gw tidur sendirian di kota ini semenjak beberapa bulan lamanya. Ada yang hilang, ada yang aneh, ga ada orang yang tidur di samping gw lagi. Gw meyakinkan diri bahwa gw harus ready kehilangannya. Kami memang sepakat untuk tidak menghubungi satu sama lain kecuali emergency. Itupun harus dimulai dari Zhi, dan bukan gw. Makanan yang gw siapkan pun berasa hambar, mungkin ini rasanya patah hati.. ah sudahlah… bukankah ini memang yang gw inginkan. Manusia memang makhluk yang serakah, tak pernah puas. Bahkan hanya mau menang sendiri. Gw pun mulai meyakinkan ke diri sendiri bahwa ini hanya sementara… tidak lama. Gw anggap memek dan anus Zhi hanyalah anggota tubuh lainnya, seperti tangan atau kaki biasa. Tidak lebih. Kalaupun memang sedang digunakan, itu hanyalah bagian dari penggunaan. Karena hatinya tetap milik gw seorang. Gw pun mulai mencoba mengisi kesibukan dengan ke kampus meskipun belum masuk kuliah, ya sekedar mengunjungi perpustakaan atau ke lab sekaligus bekerja seperti biasa menjadi penjaga kios sushi di sebuah mall.
4 hari berlalu tanpa ada kabar dari Zhi. Gw pun mulai khawatir, apakah dia baik-baik saja. Pagi harinya baru bangun tidur, gw beranikan diri untuk kirim email ke Zhi, dengan satu subjek tanpa ada isi di dalamnya.
Re: R u OK?
J
Malam harinya sekitar pukul 10 malam, gw sedang memanaskan makanan di microwave yang gw beli di restoran Indonesia tak jauh dari stasiun kereta central, terdengar ada seseorang memasukkan kunci ke pintu dan membukanya. Gw berpikir mungkin si gay couple karena mereka tinggal persis di seberang apartemen gw. Tapi anehnya, kok suaranya terdengar sangat dekat apalagi ketika suara pintu mulai dibuka. Pikiran gw cuma terpikir satu hal… Zhi !
Gw pun langsung segera menghampirinya yang sedang membuka sepatu dan memeluknya erat, gw peluk dan angkat sambil mengecup bibirnya. Kami berciuman sangat hot sambil gw senderkan dia ke dinding apartemen yang tidak terlalu tebal itu.
“How are you beib? I miss you so much..” gw bertanya.
“I’m sorry, aku gak berani kontak kamu. Kamu tau kan..” dia menjawabnya.
“Aku datang ke sini untuk menepati janjiku…” dia berbisik sambil mengigit kuping gw.
Di sinilah, si otong yang tadinya melempem pun bangung sekuat-kuatnya. Sarapan pagi pun langsung ambyar mendengar berita itu. Gw angkat Zhi dengan posisi menggendongnya dari depan dan gw jatuhkan di kasur. Saat itu Zhi mengenakan sports bra pink denga ditutupi sweater abu-abu, dengan rok mini dan oversized boots. Dengan mudah gw turunkan rok mininya dahulu dan dia melepaskan sweater beserta sportsbra nya dalam sekali gerakan. Tinggal lah, celana dalam mini berrenda warna hitam. Gw pun berhenti sejenak, jantung gw berdegup kencang bahkan gw bisa mendengar jantung gw berdetak saking kencangnya.
Dimulai dengan ciuman hangat dari bibir kemudian merambat ke payudara tocilnya, tangan kanan gw mulai menggerayangi celana dalam itu. Dan… OMG … it’s wet !!! Basah !!!
Yup, kawan it’s wet… really wet ! Dan itu bukan air, karena itu peju alias sperma… perasaan gw campur aduk dong, cemburu, panas, sekaligus horny luar biasa. Tanpa pikir panjang gw kemudian langsung memasukkan jari gw yang basah tadi ke mulut gw. WTF ! (Gw gak tau apa yg gw lakukan sumpah ! Mungkin karena nafsu aja).
Tanpa pikir panjang, gw langsung turun menghadapnya dan gw turunkan celana dalam hitam basah itu. Pada awalnya gw coba untuk sekedar cium memeknya, tapi gw urungkan niat itu karena bau memek habis ngentot sangat berasa. Gw pun mulai memainkan batang kontol gw dengan menempelkan dan memukulkannya ke bibir memeknya Zhi. Mulailah, gw masukkan perlahan demi perlahan sambil gw masukkan dan gw keluarkan sepenuhnya. Persisi kayak orang yang baru pertama kali ngentot. Kemudian gw genjot langsung dengan RPM tinggi.
“How is it beib?” gw tanya dia. “Ah… uh… papa….” Dia mengerang.
Gimana rasanya? Licin bro… asli licin… hampir kayak ga berasa sebenarnya. Tapi perasaan menjadi seorang cuckold itu ga ada duanya. Saking gw bernafsunya, gak sampai 5 menit gw pun keluar di dalam memeknya. Sesuatu yang terbilang jarang sebenarnya, kecuali lagi benar-benar lelah.
Gw pun seolah enggan untuk mencabut kontol gw dari memeknya, ciuman perlahan dan pelukan pun bertubi-tubi gw lancarkan. Namun, setelah nafsu hilang dari pandangan gw. Muncullah, raut lelah terpancar dari mukanya. Di sini gw sadar, mungkin Zhi sangat lelah meladeni cowok itu.
Gw gak mau egois, gak boleh egois !
“Beib, kalau kamu lelah dan mau aku pijitin?” kata gw.
Dari balik selimut, dia hanya menggeleng sambil terlihat tersenyum.
“Peluk aku aja” dia bilang sambil berpaling, suatu tanda bahwa dia ingin dipeluk dari belakang sampai pagi menjelang.
Pagi harinya gw bangun sekitar pukul 06:30, Zhi sudah tidak ada di tempat. Dia sudah pergi, dan meninggalkan omelet dan roti panggang di kitchen set. Dan ada sebuah notes di sebelahnya bertuliskan.
“I’m sorry, but I need to go now.
Love you.
Z”
Sakit itu merah
Hari-hari selanjutnya gw jalani dengan relatif lebih tenang dari sebelumnya. Mungkin karena “jatah” sudah diberikan atau karena Zhi bakalan pulang 2 hari lagi. Atau entahlah…. Yang pasti perasaan gw sudah tidak lagi karuan jauh berbeda dari sebelumnya.
Hari sabtu pagi atau hari ke-7 gw mendapat telpon dari Zhi, sesuatu yang gw gak harapkan. Ada apa ini?
“Joe, come pick me up (Joe, jemput aku) di apartemen XXX di daerah Southb….” dia pun menutup telpon itu.
Bergegas gw langsung hubungi kawan satu kios mengatakan bahwa hari itu gw ijin gak masuk, sambil gw memesan Uber karena khawatir kalau taksi justru harus menunggu lama. Tidak sampai 15 menit gw sampai di depan apartemen itu, sebelum gw masuk ke dalam. Rupanya Zhi sedang duduk di sebuah kursi (bench) tak jauh dari apartemen itu. Gw pun setengah berlari menghampirinya. Dia duduk dengan mengapitkan pahanya sambil menahan berat tubuhnya di kursi tersebut. Terlihat dia menahan rasa sakit. Ketika kami saling bertatapan, dia pun kemudian mencoba berdiri namun gw tahan.
“What’s wrong beib?” gw bertanya.
“I’ll tell you later, please get me home (Nanti aku ceritakan, bawa aku pulang dulu)” katanya.
Tidak sampai 5 menit Uber membawa kami ke apartemen. Dan gw pun harus sedikit memapahnya untuk masuk ke apartemen. Setibanya di apartemen. Dia menangis seolah marah kepada gw dan memukul-mukul perlahan, di sini gw bingung. Apa salah gw? Yang gw lakukan hanyalah memeluknya secara perlahan sambil raungan kemarahan dan kesedihannya berhenti.
Secara perlahan dia bercerita bahwa semalam ia dipaksa untuk melayani anal tunangannya. Pada awalnya (2 hari sebelumnya pas mereka ngentot itu) Zhi masih berhasil menolaknya, bahkan si cowo dibiarkan untuk creampie di dalam. Namun semalam, tunangannya memaksanya untuk meng-anal-nya dengan paksaan. Sehingga yang Zhi rasakan adalah rasa perih di anusnya dan tidak ada rasa kenikmatan sama sekali.
Sebagai cowok sejati (brengsek sebenarnya) gw mulai mencoba menjadi pahlawan kesiangan. Dengan berpura-pura ingin “memberikan pelajaran ke dia” namun Zhi mencegahnya.
“Ayo aku obati dulu” gw berkata dengan pelan, namun dia hanya diam.
Kemudian, gw coba lucuti celana panjangnya dan celana dalamnya. Zhi pun hanya pasrah. Mungkin dia ingin tahu cowok seperti apa gw ini sebenarnya.
Gw minta dia untuk nungging sambil gw ambil salep Paw-paw (googling aja) dan sedikit dettol untuk mengobati lubang pantatnya. Omg, ternyata benar kawan… it’s bleeding. Ada darahnya sedikit keluar dari lubang pantatnya. Kelihatan bahwa si cowok brengsek itu memang “memperkosa” pantatnya.
Setelah gw kasih salep dan gw obati sedikit.
Gw ke kamar mandi untuk ambil baskom dan mengisinya dengan air hangat dicampur dettol, gw dudukkan Zhi di dalam baskom kecil itu dengan harapan air dettol dapat mengurangi infeksi dan peradangan di anusnya. Sambil sesunggukkan, dia duduk di situ dan gw berusaha untuk menenangkannya….
Hari itu gw merawat wanita yang tidak memiliki status apapun dengan gw, bahkan sudah setengah menjadi milik orang lain. Gila memang….Tapi entahlah.. Cinta itu memang Gila… atau ini bukan Cinta?
Sampai kapan kehidupan ini bakal berjalan terus? Ah entahlah… Gw gak mau mikir itu sekarang.
Notes:
Kenapa tidak menulis dengan sudut pandang Zhi? Gw gak tau apa yang ada di kepalanya dia. Bahkan dia cenderung tidak mau terbuka atas kejadian itu. Gw gak pernah dan gak mau memaksa dia untuk bercerita. Hal ini yang membuat gw gak mau berasumsi apa yang terjadi di minggu-minggu itu.
Terus kok kenapa bisa sampe luka, padahal waktu itu gak luka? Jangankan anus bro, vagina saja bisa luka kok kalau kita paksa untuk masuk. Sebenarnya anal waktu itu tidak bisa dikatakan sempurna, karena posisi kontol yang sudah masuk sebenarnya hanya setengah dan tidak lama. Karena feeling gw merasa bahwa Zhi kesakitan. Makanya langsung gw hentikan kegiatan itu.