Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cinta Terlarang di Negeri Seberang

alur ceritanya menyenangkan. walaupun sex partnya nggak detail2 amat. feeling empathy dan sympathy pelakunya jadi berasa
 
Melbourne, khususnya lingkungan RMIT emang hawa hawa nya bukan utk kuliah.... Kalo winter pengennya ngentot... Evenly bawa kondom di dompet itu udah hal yg biasa.
 
Terima kasih atas perhatian dan komentarnya di thread perdana gw ini. Terima kasih juga atas pertanyaan langsungnya, ada beberapa (2 sih :p) PM yang masuk hanya untuk sekedar menyapa dan sedikit bertanya. Intinya, semua akan selesai dalam beberapa post ke depan.
Saya juga berterima kasih atas masukannya, khususnya ada yang berkomentar terkait “kok sedikit adegan seksualnya” atau posting yang terkesan memaksa. Kenapa sedikit? Karena memang bukan itu tujuan utamanya, meskipun sedikit ingin berbagi cerita ini. Adapun postingan terakhir maksa mudah-mudahan bisa terjawab di babak berikut ini.

Kembali kepadanya
Tak terasa 4 minggu sudah berlalu, kebersamaan dengan istri tercinta pun sudah mencapai penghujung waktu. Malam sebelum keberangkatan, istri gw memunculkan wacana baru. Pillow talk ini merupakan kebiasaan yang memang kami lakukan sebelum tidur, atau memang selepas bercinta.
“Mas, kalau aku ikut bersama mas secepatnya gimana mas?”, dia membuka pembicaraan.
Di sini gw merasa diuji, kalau gw menerima maka gw ga mau kebersamaan bersama Zhiang berakhir secepat itu meskipun gw tau kehidupan seperti ini tidak akan mungkin bertahan lama. Di sisi lain kalau gw menolak, akan menimbulkan kecurigaan. Akhirnya gw jawab seperti ini.
“Boleh aja sih, ide bagus tuh… Tapi bagaimana dengan kontrak kamu?”, gw bertanya.
“Iya sih, tapi aku udah ga peduli. Aku masih kangen sama mas.” Istri gw pun menambahkan.
“Gimana kalau begini, kasih aku waktu untuk mempersiapkan tempat tinggal yang baik, dan persiapan keberangkatan kamu kan perlu banyak biaya dari asuransi, sampai dengan persiapan kegiatan kamu di sana.”, gw menjawab. “Belum lagi, biaya pinalti yang dikenakan ke kamu cukup besar kalau kita bayarkan” gw tambahkan. Akhirnya dia menyetujui usulan gw untuk berangkat nanti pada saat gw siap.


Prolog Zhiang
Sebelum gw ceritakan lebih lanjut tentang kehidupan kami selanjutnya, gw mau bercerita sedikit tentang Zhi (Zhi adalah panggilan sayang gw ke dia, selain Beib). Zhi, saat itu berusia sekitar 27 tahun, sedangkan gw sudah 30 tahun. Sebetulnya, orang Cina daratan gak pernah memanggil dengan potongan kayak gitu. Tapi gw kan gak punya potongan orang Cina sama sekali, jadi gw pikir ga masalah. Zhi (as you may expected) adalah anak tunggal (one child policy masih jalan saat itu).
Orangtua Zhi merupakan pekerja blue-collar workers (pekerja kantoran) yang sedikit berkecukupan namun tidak bisa dikatakan kaya. Mereka berharap Zhi mendapatkan kehidupan yang lebih baik di negeri lain, dan untuk memuluskan harapan itu mereka menjodohkannya dengan seorang cowok yang merupakan “juragan” lah di daerah mereka yang masih merupakan famili jauh. Saat itu, si cowok bekerja sebagai seorang bankir yang cukup sukses. Mereka sudah bertunangan sebelum Zhi kuliah di kota M ini, dengan harapan Zhi tidak “kepincut” orang lain. Zhi pun “dipasrahi” lahir dan batin oleh orang tuanya kepada si cowok. Inilah yang menyebabkan jiwa Zhi sedikit agak goyah dan memberontak dan mengapa dia mau jadi “teman tapi ML” sama gw.
Dia datang ke kota M setahun setengah sebelum gw datang, sekitar tahun 2011 awal. 6 bulan pertama dia lakukan untuk kelas bahasa Inggris dari kampus (mandatory karena nilai IELTS nya kurang), karena memang bahasa inggris dia kacrut banget saat itu. Tapi saat ini sudah sangat bagus (untuk ukuran orang china, dan gak terlalu malu-maluin lah).
Dia ambil S2 jurusan bisnis, berarti 2 semester lebih dulu daripada gw meskipun dia baru ambil matkul ini di semester 3. Sehingga pada saat ketemu gw, dia sudah masuk semester 3 dari 4 semester yang direncanakan. Sekedar informasi, kuliah S2 di sini tidak dituntut untuk membuat thesis, jadi buat loe yang bertanya kok bisa? Silakan cari informasi lebih lanjut di Google ya.
Kalau ada yang bertanya, setelah kuliah kemana dong? Biasanya outputnya ada 2 macam, ada yang balik lagi ke negara asalnya untuk kerja di sana, tentunya dengan penghasilan dan status yang lebih baik, namun lebih banyak yang menetap di negara ini, untuk mencoba peruntungannya dan berharap bisa mendapatkan status Permanent Residentials. Tidak jarang, kuliah di sini hanya sekedar pembuka jalan, sehingga setelah mendapatkan status permanent, mereka biasanya membuka kios atau bekerja di bidang apapun dana bahkan benar-benar tidak ada hubungannya dengan status akademisnya.


Putih
Awal Januari 2013 gw balik ke kota M dengan segudang harapan dan semangat (baca: kehornian) baru. Setibanya di bandara kota M, gw bergegas untuk pulang ke apartemen dimana kepulangan ini gw gak ngasih tau Zhi berharap untuk menjadi surprise. Waktu menunjukkan sekitar pukul 18:30 ketika gw sampai di apartemen dan ternyata Zhi bekerja dan belum pulang, kamar yang rapi dan wangi memberikan energi tambahan akibat jetlag.
Gak sadar sekitar pukul 10 malam gw terbangun, ketika Zhi membuka pintu apartemen dan terkejut melihatku. Spontan dia langsung loncat ke arah gw langsung dengan posisi gw gendong, kami berciuman dengan sangat hot layaknya pasangan yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dengan sigap gw langsung menurunkan celana panjangnya, namun dia mencoba untuk mencegah gw.
“Aku mandi dulu ya..” katanya. “Ga usah sayang, aku udah kangen banget” kata gw melarangnya.
Kemudian gw bopong dia dan gw tidurkan di kasur, lalu gw turunkan celana panjang diikuti dengan celana dalamnya, terlihatlah sebentuk memek berbulu tipis yang gw kangenin. Posisi dia masih menggunakan kaos dan mengenakan bra sport kesayangannya. Kemudian gw turun mencium bibir vagina yang merah itu lalu gw mendapati keadaan yang mengejutkan bahwa OMG, kok memeknya bau sesuaatu yang gw kenal. Kayak bau keputihan… tapi bukan keputihan yang biasa…. Ini bau keputihan berkas sperma laki-laki kayaknya…

Dalam hati gw mikir “Ah gak mungkin, kayaknya ini cuma keputihan biasa… tapi baunya gak gini…” gw berusaha meyakinkan diri gw sendiri, akhirnya gw urungkan niat gw untuk jilmek. Kontol yang masih mengeras ini akhirnya gw gesekkan ke bibir vagina ke kanan dan ke kiri, kemudian gw gosokkan ke atas mengenai ujung itilnya, kemudian gw masukkan “bles… ahh…” Tentunya hentakan demi hentakan pun terjadi, sementara gw berdiri memompa memeknya dengan cepat.

“Ah…. Fuck….. yeah.. it’s good baby…” Zhi mengerang keenakan. Kemudian gw cabut kontol gw sambik minta dia pindah posisi untuk nungging dengan kaki turun dari kasur, sementara kepala ditumpu oleh bantal dan di sini gw melihat ke kontol gw ada semacam beberapa kotoran atau serpihan berwarna putih nempel di batang kontol gw. Gw gak terlalu mikir mungkin ini karena “keputihan” itu. Sebenarnya gw pengen nanya kalau apakah dia sedang keputihan. Tapi gw ga tau bahasa Inggrisnya “keputihan” itu apa, yg pasti bukan whitening kan? Gw berpikir sambil genjot sambil gw remas toketnya dari belakang, suara erangan pun tak terhindarkan “ah ah ah… yeah.. fuck me baby.. “ sambil dia remas bantalnya. Karena kami belum keluar, gw mengisyaratkan untuk pindah ke sofa. Gw duduk sementara dia naik ke atas gw, dan dia menggoyangkan pantatnya maju mundur dan turun naik. Sambil kami berciuman dengan hebat. Tak lama kami pun berpelukan erat sambik melenguh dan melepaskan rindu di kelamin masing-masing. Dan seperti biasanya, dia pun tak mau melepaskan diri dari pelukan gw dengan batang yg masih menancap di memeknya. Dia pun mengedut-ngedutkan kontol gw sambil menikmati momen ini. Lelehan sperma mulai membasahi paha gw dan mengalir ke sofa menambahkan noda sperma yang sudah banyak menempel di sofa itu.
“I love you, beib…” tak sadar gw mengucapkan kalimat itu. “I know”, dia pun menjawabnya.
Ciuman demi ciuman sambil meremas pantat dan payudara kecil tapi montok itu membuat batang kontol gw yang tadi sedikit melempem kembali berenergi. Ronde kedua pun segera dimulai, gw angkat dia dan gw tidurkan di sofa. Awal mula gw hisap tete sebelah kanan dan kiri sambil gw usah bibir memeknya, lalu gak lama gw langsung masukkan kontol gw ke dalam memek yang becek oleh sperma gw. “Ugh… It’s so good”, gw berpikir mungkin ini selalu dirasakan oleh cowok-cowok yang mendapatkan giliran kedua atau ketiga setelah memek pasangannya dipenuhi oleh peju cowok-cowok sebelumnya. Nikmat banget rasaanya, licin banget meskipun masih ngilu karena energi di kontol belum sepenuhnya sempurna. Percintaan ronde kedua ini lebih santai dan slow, karena memang bukan untuk mencari kenikmatan semata tetapi lebih kepada keintiman.

Notes:
Sedikit intermezo, buat para pembaca yang belum pernah menikah ataupun hidup bersama dengan pasangannya bahwa setiap kali kita ngecrot di dalem, sperma kita di dalam vagina perempuan biasanya dapat menyebabkan keputihan. Hal ini yang membuat gw untuk menjadwalkan kapan gw mesti creampie (ngecrot di dalem) karena sampe beberapa hari kemudian gw agak males untuk jilmek, karena bisa menimbulkan bau ataupun bekas sperma sampai beberapa hari kemudian. Meskipun bisa dilakukan perawatan dan dibersihkan untuk menghindari hal tersebut. Tapi karakter Zhi yang tidak terlalu “merawat” tidak seperti istri gw, maka kejadian ini lebih sering terjadi.
 
Gosip-gosip tetangga
Sekitar seminggu setelah kedatangan gw di kota M, building management di apartemen gw mengumumkan bahwa hari itu akan dilakukan “dumping day” dimana kita bisa buang barang-barang berupa elektronik maupun furnitur yang tidak lagi digunakan agar kita bisa membeli barang baru untuk menggantikannya. Hal ini merupakan hal lumrah di negara maju untuk mendorong konsumsi masyarakat sebenarnya. Di hari itu, gw Cuma mau buang beberapa panci yang sudah rusak, beserta doona (selimut tebal) yang penuh dengan bercak bekas sperma, darah menstruasi, bahkan ompol Zhi. Di samping itu ada barang berupa vacuum cleaner murahan yang rusak karena gw beli di K-mart. Setelah gw taruh semua barang itu di tempat pengumpulan, gw naik ke lantai 3 dimana gw tinggal. Gw melihat Nat (Natalie – orang surabaya tetangga sebelah) kerepotan membawa meja tv untuk dibuang dari dalam kamarnya. Gw pun segera menghampirinya, “Hey Nat, aku bantuin bawa ya…”. “Oh iya kak” tambahnya. Dengan tenaga sisa, gw berhasil membawanya keluar dan gw masukin ke lift untuk dikumpulkan di bawah. Setelah itu, kami berjalan sambil naik ke apartemen masing-masing kami pun berjalan sambil ngobrol.
“Ada lagi yang mau dibuang gak?” Gw bertanya. “Udah itu aja kok, makasih lagi ya kak” dia menjawabnya dengan memanggil gw dengan sebutan “kak”.
“Kakak, pulang minggu kemarin kan ya?” dia nanya. “Iya, persis seminggu yang lalu. Kok kamu gak pulang ke Indo?” gw tanya. “Iya aku tau kan aku denger waktu kakak pulang itu. Hehehe….” Dia jawab sambil tertawa renyah. Dia pun menambahkan, “Aku ikut semester summer (semester pendek)”. “Wah mau cepet lulus nih” gw pun menggodanya.
“Oh ya kak, maaf nih sebelumnya. Sebelum kakak pulang, berarti 10 hari yang lalu aku ngelihat pacar kakak pulang bersama cowok malam-malam.” dia mulai bercerita dengan rasa ragu. “Aku tahu kalau itu bukan kakak, karena aku pun satu lift dengan mereka.” Hening pun menghampiri kami. “Tadinya aku pikir itu kak Joe, makanya aku mau sapa. Ternyata bukan” Nat pun menyudahi kalimatnya.
Mendengar kabar itu, seketika gw agak mual, keringat dingin mulai kelihatan di kening gw. Gw pun menjawab sekenanya, “Makasih Nat informasinya, aku masuk dulu ya…” . “Maaf ya kak aku agak lancang, aku tau kak Joe itu orang baik. Makanya aku beranikan diri.” Dia pun menjawab. “Aku mikir selama seminggu ini untuk cerita atau tidak, tapi aku putuskan untuk cerita. Sekali lagi aku minta maaf”. Gw pun hanya menjawab dengan anggukan sambil gw masuk ke dalam kamar apartemen gw.
Di sini, mual gw pun menjadi-jadi. Gw ambil sebungkus Mild yang gw gw simpan di koper gw, lalu gw keluar untuk mencari udara segar sambil merokok untuk menghilangkan penat ini.
Sambil duduk di sebuah taman sekitar 300 meter dari gedung apartemen gw merenung, berarti benar keputihan di memeknya Zhi itu benar bekas sperma orang lain. Tapi memang wajar kalau aja kalau dia sampai main di belakang gw, toh gw malah main di depan nya (sama istri gw). Apakah ini sekedar pembalasan dia? Apa perlu gw balas? Apakah ini merupakan akhir dari hubungan ini? Apakah gw siap kehilangan dia atau lebih tepatnya kehilangan kenikmatan terlarang ini? Membayangkan Zhi berhubungan dengan orang lain, gw sendiri malah ngaceng kenceng gak karuan. Bagaimana cara untuk mengkonfrontasinya. Pertanyaan utamanya adalah, apakah gw siap kehilangan dia? Kayaknya nggak deh… gw masih pengen kehidupan ini bertahan minimal sampai dengan beberapa bulan lagi. Beberapa batang rokok dengan segelas kecil kopi pun sudah habis, dan sorepun menghampiri. Gw bergegas pulang dan mencoba untuk menggunakan pendekatan yang berbeda.

Kejujuran
Zhiang baru pulang sekitar jam 9 setelah restorannya tutup, sebelumnya gw sudah masak makanan untuk makan malam kami. Ketika dia pulang gw sambut dengan senyuman dan bukan muka masam yang mungkin kalian lakukan (gw mau lakukan pendekatan yang berbeda). Setelah dia berganti baju dengan kostum kebesarannya yaitu kaos oblong tanpa bra dan celana pendek. Dia mengambil makanan dan rutinitas malam kami pun dimulai yaitu ngobrol sambil nonton tv.
“Hey beib, aku ada sesuatu yang mau aku tanya.” Kata gw memulai pembicaraan ini.
“Ini serius, tapi aku mohon kamu janji untuk tidak boleh marah ataupun meninggalkan ruangan ini sampai aku selesai” gw nambahin.
“Ada apa ini? Oke aku janji deh” sambil dia minum teh panas kesukaannya.
“Apakah kamu pernah membawa cowok ke kamar ini sebelum aku pulang?” gw mencoba menyampaikan berita ini dengan cepat.
“Aku dapat informasi dari building security” gw pun berbohong.
Seketika ruangan itu diam. Dia melihat tv dengan pandangan kosong. Dengan menurunkan kacamatanya, dia pun mengusap mata sambil menunduk dan kemudian melihat gw sambil berkata.
“I’m sorry Joe, aku gak bermaksud untuk itu…” sambil berkata, tangis pun pecah.
“Aku gak akan berbohong, ya dia temenku satu kerjaan. Dialah yang memasukkan aku untuk kerja di restoran ini.” Dia menambahkan.
“Dia meminta balasan karena sudah membantu aku, dan kami hanya melakukannya satu kali di kamar ini” dia pun menangis.
Kemudian gw ambil hp gw sambil gw tunjukkan terjemahan “keputihan” dalam bahasa korea sambil gw ngomong, “Berarti ketika aku lihat ini “keputihan” di vagina kamu itu sperma dia?”.
Dia pun hanya mengangguk pelan.
Amarah dan panas yang ada di kepala gw pun sedikit mereda ketika dia bercerita bahwa perselingkuhannya bukan disebabkan karena cinta ataupun bahkan kebutuhan melainkan hanya karena keterpaksaan. Tapi hal ini tidak secara otomatis menghapus kejadian ini dari ingatan gw.
“I’m sorry, aku gak ada di sini ketika kamu butuh…” gw cuma bisa menjawab seperti itu. Gw sadar, bahwa kami ini memang bukan pasangan yang memiliki masa depan. Kami pun tenggelam dalam suasana ini. Kiranya memang takdir mempertemukan kami apakah memang kami tak mungkin bersama. Ah sudahlah… biarlah malam menjadi kelam, dan bulan bersinar mebasahi insan yang sedang gundah dengan sinarnya yang temaram.
 
Alur yang indah. Bahasa yang mudah di cerna dan penulis yang tamvan.

Dtunggi update nya .

Selamat zhiang !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd