Disclaimer:
Cerita ini merupakan penulisan ulang dari kisah sahabat baik gw, berdasarkan tuturan dari dia langsung.
Sebelumnya dia agak berat untuk bercerita, namun atas pertimbangan banyak hal dia mau jujur dan bercerita kepada gw.
Apabila cerita ini menyinggung banyak pihak mohon PM gw langsung, karena gw ga bermaksud untuk itu.
Cerita ini merupakan bagian pertama dari beberapa bagian yang sudah gw siapkan dari cerita sahabat gw.
Sebelumnya perkenalkan nama gw Tejo Harya Kusuma, tapi biasa dipanggil Tejo kalau di Indonesia, atau Joe kalau gw kenalan sama orang luar.
Saat ini gw berusia kurang lebih 37 tahun hidup bersama satu orang anak dengan seorang istri dan sudah menikah hampir 13 tahun lamanya. Gw ingin bercerita tentang pengalaman hidup yang pernah gw alami hampir 7 tahun yang lalu ketika berada di negeri tetangga. Cerita ini terdiri dari beberapa babak, bercerita tentang perselingkuhan, threesome, cuckold, swinger, dan sedikit drama.
Gw tidak meminta pembaca untuk percaya ataupun skeptis terhadap tulisan ini, namun dengan media ini gw ingin menumpahkan uneg-uneg, pikiran, dan rahasia yang ada selama ini di kepala. Cerita gw gambarkan secara detail agar membangun latar cerita yang kuat sehingga pembaca dapat memahami perasaan gw.
Prolog
Semenjak kecil gw dibiasakan hidup mandiri dan selalu berjuang, meskipun terlahir dari keluarga yang tidak miskin namun juga tidak terlalu kaya. Kami menyebutnya berkecupuan. Ayah memiliki perusahaan percetakan yang sampai saat ini masih berjalan dengan segala keterbatasannya, sedangkan Ibu terkadang membantu pekerjaan Ayah atau sekedar memasak katering untuk pesanan tetangga maupun keluarga. Sejak kecil Ayah selalu meminta gw untuk membantu di gudang percetakan tak jauh dari stasiun Semarang Tawang. Bahkan ketika sudah SMA gw sudah diminta untuk mengambil beberapa keputusan dalam hal ketika Ayah tidak berada di tempat. Hal inilah yang membuatku menjadi pribadi pengambil risiko dan cenderung dewasa bertindak. Ditambah dengan fisik blasteran ambon-jawa dengan keturunan jauh chinese membuat fisik gw unik.
Gw menikah pada usia yang cenderung muda, yaitu usia 25 tahun dengan istri yang merupakan teman satu kampus beda jurusan. Gw di jurusan bisnis dan pemasaran, sedangkan istri kuliah di jurusan sastra Inggris. Selepas kuliah gw bekerja di sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang makanan di bilangan Jakarta Timur (kawasan industri) semenjak lulus kuliah di tahun 2002. Jabatan berupa assistant manager di divisi general affairs pun bisa gw dapatkan dengan gaji yang cukup baik. Sedangkan istri masih sibuk dengan kegiatannya bekerja di suatu lembaga pendidikan terkemuka di daerah yang tak jauh dari rumah.
Cerita bermula ketika di awal tahun 2012, gw berkonflik dengan salah seorang direktur yang rupanya ingin mengurangi staf produksi dan staf admin dengan cara yang kasar mengakibatkan mereka untuk resign secara teratur. Namun, jiwa pemberontak dalam diri gw justru berakibat buruk untuk diri gw sendiri sehingga membuat gw dipecat di tahun tersebut. Beruntung, pemecatan tersebut justru membawa berkah karena beberapa informasi terkait client dan kontrak dengan beberapa vendor dan supplier memaksa perusahaan memberikan pesangon yang jauh lebih besar daripada orang lain, sampai-sampai uang tersebut sebenarnya bisa untuk membeli 3 rumah standar di daerah Jakarta Timur.
Keberangkatan itu
Setelah berdiskusi panjang dengan istri (saat itu belum dikaruniai anak) dan keluarga besar, gw memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2 di Australia dengan menggunakan uang tersebut, tepatnya di sebuah kota yang terkenal dengan Best City to Live on Earth nomor 2. Di kampus yang tidak terlalu bagus secara peringkat namun ramah dengan mahasiswa Internasional bernama R**T Uni di jantung kota M. Setelah mengurus Visa dan administrasi kampus melalui agen pendidikan yang berada di Jakarta, tibalah saat yang dinanti pertengahan 2012 sekitar bulan Juli, pertama kali gw mendarat dengan teguran keras dari Customs karena membawa bungkus rokok yang terlalu banyak.
Sebenarnya gw dan istri bukanlah maniak seks yang harus berhubungan badan setiap hari, bahkan cenderung monoton dengan tingkat kepuasan yang biasa saja. Saat itu, gw dan istri juga tidak pernah berpikiran macam-macam. Oleh karenanya, istri juga tidak keberatan ketika gw harus kuliah di luar negeri tanpa kehadirannya. Mengingat ikatan kontrak dengan lembaga tersebut yang baru akan habis 2 tahun kemudian, sehingga tidak bisa menemani kuliah gw.
Awal kedatangan di kota ini, gw tinggal di sebuah apartemen studio (satu bedroom tanpa sekat) lengkap dengan kompor dapur, oven, sink, dan kamar mandi dekat dengan kampus gw, kamar gw pun menghadap ke jalan raya dan tram. Kebetulan tempat tidur sudah tersedia dari ownernya, sehingga gw hanya mengisi yang lain berupa TV, peralatan dapur, mini bar, dst. Selama seminggu penuh gw mengurusi hal-hal sepele seperti itu. Di sini gw berkenalan dengan tetangga kamar yang kebetulan pasangan Gay (yup, you read that correctly) Aussie, seorang cewek bernama Natalia yang kebetulan dari Kota Surabaya, dan seorang pasangan muda-mudi dari Cina yang entahlah namanya.
Pengalaman kuliah di luar negeri memang sangat mengasyikkan, sangat kangen dengan istri dan kami harus Skype (waktu itu belum ada WhatsApp Call) hampir setiap malam. Bahkan tidak jarang kami saling bermasturbasi sambil melihat satu sama lain yang tidak pernah kami lakukan ketika bersama dulu. Pada saat ini karena kami lebih sering berbicara (ngobrol) dan lebih lama (intens) daripada waktu dulu di Jakarta. Kami mulai kembali saling mengenal dan berbicara dari hati-ke-hati. Agak menyesal sih, kenapa tidak dari dulu mendengarkan cerita dari istri sedalam ini, kenapa tidak dari dulu. Ah sudahlah. Di saat ini, kami mulai bercerita tentang apa itu cuckold, kemungkinan melakukan threesome, bahkan sampai pertanyaan bagaimana kalau kami berselingkuh baik itu swinger ataupun hanya selingkuh di belakang. Pembicaraan ini seolah-olah justru membuka mata (saat itu) tentang kemungkinan hal-hal kayak begini. Dan di sinilah warna-warna itu dimulai.