Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
hehehehe,boleh itu buat ngerjain temen atau pasangan....
obat untuk kekhilafan yang lebih besar......
;)
 
Woooww jalur kenceng nih...
Bayar tol dulu lah


Lanjut terus
 
Thread nya udah mulai rame, semoga jadi penyemangat buat penulis
 
hehehehe,boleh itu buat ngerjain temen atau pasangan....
obat untuk kekhilafan yang lebih besar......
;)
Maaf, Suhu. Itu sebenarnya rekaan saya sendiri untuk memperkaya cerita. :D

Saya dapat inspirasinya dari madu perkasa yang pernah dipakai di cerita panas lainnya. Coba diracik aja itu gula pasir, obat kuat, dan rempah2 nya secara manual. Mungkin bisa mendekati bentuk dan khasiat obat itu. Semangat2! :semangat:
 
Woooww jalur kenceng nih...
Bayar tol dulu lah


Lanjut terus
Ada2 aja istilah jalur tolnya, Gan. :D

Jangan lupa siap2 sebentar lagi masuk jalur reguler yang banyak macet dan pit stop nya. :Peace:
 
Episode 4 : Kejadian2 Janggal Ummu Afra

Di dalam toilet, Ummu Afra yang sudah tidak tahan lagi dengan desakan cairan yang akan keluar deras dari kedua payudara montoknya dan memeknya yang seksi, dengan segera membuka resleting jubahnya dan resleting rok panjangnya. Dengan segera kedua pakaian itu lolos dari tubuh sintal Ummu Afra. Dia lalu mencantelkan kedua pakaian itu di gantungan pakaian yang menempel di pintu toiletnya. Lalu, jilbab lebarnya tidak dia lepas, tapi disampirkan hingga ke balik punggungnya.

Ummu Afra lalu mematut dirinya di cermin yang ada di toilet itu. Heran juga dia melihat jenis cermin itu karena termasuk jenis cermin panjang yang biasanya hanya ada di kamar pribadi atau di ruang ganti toko pakaian. Namun, dia tak ambil pusing dengan itu. Malah dia senang, karena seluruh tubuhnya sekarang jelas terlihat di cermin itu walau sedikit buram permukaan kacanya. Terlihat dirinya hampir telanjang dengan hanya jilbab lebar yang disampirkan ke belakang punggungnya, BH yang membungkus kedua payudaranya, dan celana dalam yang menutup vaginanya.

"Wow, pemandangan yang hampir sempurna. Ayo buka yang di tengah dan bawah, dong.", seru Nurdin tidak sabaran yang melihatnya lewat monitor tabletnya. Lho, mengapa Nurdin juga tidak menyebut ingin melihat dia membuka penutup atasnya? Rupanya dia lebih terangsang kalau lihat wanita setengah atau telanjang dengan masih memakai jilbabnya.

Seolah menuruti perintah Nurdin, Ummu Afra lalu melepas BH dan disusul kemudian celana dalamnya. Lalu tiba2,

"Srrr... srrr.." dan "Crot... crot..."

Wah, suara apa, tuh?
Ternyata suara pertama itu adalah bunyi ASI yang mengalir deras dari kedua putingnya yang sudah keras pol dan kedua payudaranya yang menegang maksimal. Suara kedua adalah bunyi cairan cintanya yang meloncat aliran derasnya dari dalam vaginanya.

Melihat itu, Ummu Afra sempat kaget. Apalagi saat ia cek bagian dalam bra yang sudah penuh ASI nya yang lengket dan bagian dalam celana dalamnya yang penuh cairan itu. Namun, ia menjadi takjub. Tanpa pikir panjang, ia jilati ASI dan cairan cinta di kedua pakaian dalamnya sampai bersih dengan air liurnya.

"Hm, rasanya aneh tapi nikmat", gumam Ummu Afra tertahan.

Dia tidak sadar ada yang melihat perbuatan mesum (masturbasi) nya lewat kamera CCTV di toilet itu. Senyum Nurdin makin mengembang melihat kejadian itu.

"Wih, ini namanya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.", gumam Nurdin kesenangan. Penisnya sampai menegang karena melihatnya.

Nurdin lalu tambah melongo dan mupeng. Dilihatnya dalam video live (siaran langsung) itu (mirip di siaran TV), Ummu Afra terlihat sedang meremasi kedua payudaranya dan terkadang memintir putingnya dengan cepat dan keras. Rupanya itu untuk mengeluarkan sisa ASI yang ada di kedua puting payudara besarnya. Lalu, ASI itu ditumpahkannya ke ember kosong yang ada di toilet itu. Jumlahnya kira2 1 literan.

"Wow, banyak juga susu ASI nya. Pengen minum, deh.", seru Nurdin geregetan. Dia agak menyesal tidak berada di sana sekarang. Tapi nasi sudah menjadi bubur.
"Mudah2an nanti bisa dan rencana awal ini sukses", lirih Nurdin menghibur diri.

Adegan selanjutnya lebih gila lagi. Ummu Afra lalu mengangkat ember itu dan meminum semua susu ASI di dalamnya sampai habis dan tuntas. Dia agak bersendawa karena banyaknya yang diminum.

Untuk cairan cinta/kewanitaannya, Ummu Afra tidak mau meminumnya karena dia merasa agak jijik walaupun tadi sempat mencicipinya. Dia jongkok di pispot toilet (khusus jongkok) dan mulai meremas vaginanya, menusuk-nusukkan jari-jarinya, dan memukul-mukul kedua pantatnya yang bahenol. Cairan cinta itu mengucur deras dan masuk ke dalam lubang pembuangan pispot itu. Jumlahnya sekitar
500 ml an.

"Ah, sayang banget itu. Kalau ana pasti rela menelan semua cairan cinta itu", gumam Nurdin tertahan.

Setelah itu, Ummu Afra membersihkan ember dan pispot itu dengan cairan pembersih toilet, menggosoknya dengan teliti, serta menyiramnya dengan air yang banyak. Ia juga mengguyur air ke semua bagian tubuh kecuali kepala yang masih tertutup jilbab lebar. Ia lalu berkumur-kumur membersihkan bibir dan mulutnya serta cuci muka untuk membersihkannya dan menggosok kedua payudara besarnya dan memeknya agar bersih dari kedua jenis cairan tadi. Kemudian dia membilasnya dengan air agar lebih bersih.

Karena di sana tidak ada handuk yang tergantung, maka dia terpaksa mengeringkan tubuhnya dengan alat pengering otomatis (untuk mengeringkan tangan) yang ada di toilet itu. Dia geser satu persatu bagian tubuhnya alat (yang mengeluarkan udara agak panas) itu agar semua bagian tubuhnya kering sempurna. Apalagi di bagian kedua payudara montoknya (termasuk kedua putingnya) yang dipegangnya bergantian dengan tangannya dan memeknya yang disorongkan begitu saja. Akibatnya bagian itu semakin nyeri dan sensitif karena udara panasnya.

"Tapi biarlah, yang penting kering", ujar Ummu Afra pasrah.
"Wah, kalau ana akan mengeringkan tubuhnya dengan handuk secara pelan2 dan penuh perasaan.", seru Nurdin dari seberang monitor.

Setelah tubuhnya kering semua walaupun masih sedikit panas (efek dari alat tadi), Ummu Afra segera memakai kembali jubah longgar dan rok panjangnya tanpa memakai bra dan celana dalamnya. Itu karena selain bagian dalam kedua pakaian itu sudah lembab oleh kedua jenis cairan dan air liurnya serta bagian dalamnya serta di bagian luarnya sudah agak basah oleh air di lantai toilet. Untungnya pakaiam Ummu Afra cukup longgar dan tebal. Jadi itu membuatnya agak lega.

Bra dan celana dalamnya ia bungkus dengan beberapa jumlah dan lapis tisu toilet yang ada ada di sana. Lalu, kenapa ia tadi tak mengeringkan tubuhnya dengan tisu toilet saja? Karena ia khawatir jumlah tisu toilet itu tidak cukup untuk mengeringkan tubuhnya dan lagipula orang2 di rumah ini akan curiga karena bila tisu toilet menggunung di tempat sampah tanpa mereka tahu sebab jelasnya. Setelah dirasa aman, ia keluar toilet dan menuruni anak tangga serta menemui Aisyah.

"Kenapa lama, Ummu?", protes Aisyah tak sabaran.
"Maaf, tadi Ummu agak sakit juga jadi mencret2 dan lama di toilet, Syah.", jawab Ummu Afra sekenanya, antara bohong dan jujur karena dia tadi memang 'mencret' kedua jenis cairan tadi.
"Ya, gpp, Ummu. Maaf, karena tadi protes. Semoga cepat sembuh, ya.", seru Aisyah agak menyesal.
"Gpp juga, Syah. Terima kasih, ya", jawab Ummu Afra sambil tersenyum.

Untung dia menyembunyikan bungkusan berisi bra dan celana dalam itu dibalik jubah longgarnya yang juga tebal. Jadi, Aisyah tidak curiga.

"Permisi, Ummu pulang dulu, Syah. Ada keperluan lain.," seru Ummu Afra agak tergesa karena ia masih merasa cairan ASI nya akan keluar lagi dan buru2 mau mengeluarkannya di rumahnya.

"Tidak tunggu Bibi Nurul pulang sebentar lagi dari pasar, Ummu?", tawar Aisyah penuh harap.
"Maaf, Syah. Ummu ada keperluan mendesak. Harap maklum, ya.", jawab Ummu Afra agak dilema.
"Ya, gpp, Ummu. Hati2 saat pulangnya. Terima kasih sudah mau ngajar les Biologi buat Ais.", seru Aisyah tersenyum.
"Ya, terima kasih juga, Syah. Kamu makin rajin belajar juga dan semoga semakin pintar serta membanggakan orang tua.", balas Ummu Afra tersenyum juga.
"Siap, Ummu.," seru Aisyah sambil hormat ala tentara.
Melihat itu, Ummu Afra hanya tertawa kecil melihat tingkah laku lucu Aisyah.
"Ada-ada saja.," pikir Ummu Afra.
Aisyah lalu mengantar Ummu Aisyah hingga ke dekat pintu rumah.
"Kalau begitu, Ummu pulang dulu, Syah. Jaga rumah baik2 sebelum Bibi Nurul dan orang tuamu datang, ya. Assalamu'alaikum.", seru Ummu Afra.
"Wa'alaikumsalam. Oke, Ummu.", seru Aisyah sambil mencium punggung tangan Ummu Afra sebagai tanda hormatnya pada gurunya itu.
Ummu Afra pun membalasnya dengan mengelus lembut kepala Aisyah yang menunduk itu dengan penuh kasih sayang layaknya anak sendiri.

Di lain pihak, Nurdin pun tertawa puas melihat hasil rekaman video itu selama hampir 1 jam. Lalu, dia men-save video itu di tablet dan disimpan juga di situs penyimpanan online GD yang sudah dipasswordnya. Rencana awalnya berhasil gemilang yang akan digunakannya untuk rencana selanjutnya

Setelah itu, mereka pun berpisah setelah Aisyah menutup pintu rumahnya. Ummu Afra lalu berjalan keluar kompleks perumahan itu. Setibanya di depan gerbang kompleks perumahan itu, ia menyetop sebuah bis yang menuju kompleks perumahannya. Setelah naik, ia memilih tempat duduk di bagian tengah bis itu. Suasana bis itu cukup lengang. Hanya ada beberapa orang lain selain dirinya. Rata2 mereka adalah anak sekolah mahasiswa/i, dan orang2 kantor yang akan istirahat siang. Di sebuah halte, naiklah seorang ibu berjilbab lebar dan berjubah longgar sambil membawa bayinya ke dalam bis. Tak disangka, dia dan bayinya duduk di sebelah Ummu Afra. Awalnya kaget, namun Ummu Afra senang karena ada teman ngobrol. Akhirnya mereka pun mengobrol yang diselingi dengan senyuman dan keramahan masing2.

Selain bercerita seadanya tentang dirinya, akhirnya Ummu Afra tahu tentang jati diri wanita teman ngobrolnya. Namanya Halwa Wahyuni. Umurnya 42 tahun. Baru memiliki anak sekitar 6 bulan lalu. Suaminya sedang bekerja jadi TKI di negeri Jiran dan rutin mengirimkan uang per bulan kepadanya dan bayinya. Sebenarnya mereka berdua sudah berusaha punya anak sejak mereka menikah 2 dekade lalu, namun baru akhir2 ini mereka dapat karunia dan amanah memiliki serta menjaga anaknya sekarang. Sekarang dia mau beli susu formula di apotik sekalian cek juga keadaan payudaranya yang sangat sulit mengeluarkan susu ASI. Mungkin karena usianya sudah setengah baya. Dia bercerita sambil berkaca-kaca. Ummu Afra yang mendengarnya pun turut terisak dan mengeluarkan sedikit air matanya. Tiba2,

"Ooeek.. Ooeekk", tangis bayi itu karena ia mulai lapar.
Sontak, semua penumpang dan supir serta kondektue melihat ke arah sumber suara. Halwa jadi malu karenanya. Beberapa agak terganggu dan menunjukkan wajah kurang suka.
"Maaf, maaf, Semuanya. Saya akan segera menyusuinya", seru Halwa agak keras.
Para penumpang, kondektur, dan supir itu pun mengangguk tanda memaafkan dan mengerti. Mereka lalu kembali ke aktivitas masing2.

Melihat itu, tanpa pikir panjang, Ummu Afra lalu menarik resleting jubahnya dan setelah melorot, tampaklah sepasang payudara besar yang menggairahkan meski masih tertutup jilbab lebarnya. Lalu, mereka mulai berbisik-bisik agar penumpang2 lain, supir, dan kondektur tidak mendengarnya.

"Biar saya saja yang menyusuinya, Wa.", tawar Ummu Afra.
"Wah, apa gpp, Riz? Maaf, kalau ngerepotin, ya.", tanya balik Halwa antara kaget, bingung, dan lega.
"Ya, gpp, Wa. Kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa", seru Ummu Afra meyakinkan.
"Baiklah kalau begitu. Ini.", jawab Halwa seraya menyerahkan bayi laki2 nya ke pangkuan Ummu Afra.
Ummu Afra segera menyambutnya dan segera menyusui bayi itu untuk mendapatkan asupan gizi lewat susu ASI nya. Bayi itu mendadak diam begitu menyusu pada Ummu Afra. Dia menyedotnya dengan kuat karena saking laparnya dan karena sifatnya sebagai laki2. Ummu Afra agak kaget tapi lega karena beban di payudara kanannya mulai berkurang. Namun bagaimana dengan payudara kirinya yang masih penuh ASI dan ingin keluar. Untungnya,
"Riz, bolehkah saya minta ASI mu di sebelahnya untuk persediaan?", tanya Halwa memastikan seraya mengeluarkan pemompa ASI dan botol susunya.
"Oh, boleh banget, Wa. Silahkan saja. Tapi tolong tutupi, ya.", jawab Ummu Afra seraya meminta.
"Beres, Riz. Tenang aja.", seru Halwa menenangkan.

Halwa lalu menyingkap dan menyampirkan jilbab lebar Ummu Afra ke arah kanan untuk memudahkan usahanya. Ia lalu menutup gorden jendela supaya bayangan mereka tidak kelihatan dan menutup pandangan dari arah kursi penumpang lain dan jalan dalam bis dengan jilbab lebar dan jubah longgarnya. Untungnya, kursi bis itu cukup tinggi sehingga menutup mereka dari pandangan orang lain dari bis itu.

Dengan perlahan-lahan, Halwa memompa payudara kiri dengan alat pompanya sehingga putingnya mengeluarkan ASI lalu seraya dengan telaten memindahkannya ke dalam botol susunya. Diperlakukan seperti itu sebenarnya Ummu Afra agak malu karena ini di dalam bis yang sedang berjalan takut ketahuan orang lain dan sedikit terangsang karena kedua putingnya disedot bayi dan alat pompa ASI dalam waktu bersamaan. Untungnya itu bukan dalam rangka hubungan sex, jadi ia masih bisa menahannya. Akhirnya bayi itu selesai menyusui dan proses pompa ASI selesai di waktu bersamaan. Ummu Afra lega karena kedua payudaranya normal lagi tidak terbebani ASI lagi. Ia jadi teringat bayinya di rumah yang sedang dijaga mertuanya yang subuh tadi baru datang dari kampung halamannya. Mungkin ia juga sedang butuh ASI.

Ummu Afra lalu menaikkan jubah longgarnya lagi dan menutupi kedua payudara montoknya serta merapikan jilbab lebarnya lagi hingga sempurna menghalangi kedua gunung kembar itu di balik jubah longgarnya.

"Terima kasih sudah menolongku dan bayiku, Riz. Btw, kenapa kamu tadi gak pake bra?", seru Halwa sambil penasaran.
"Ya, sama2, Wa. Maaf, tadi bra kulepas karena tadi mendadak ASI ku keluar dan takut merembes hingga ke jubah dan jilbabku. Maklum, saya ini ibu menyusui yang juga punya bayi.", jawab Ummu Afra agak panik.
"Ya, gpp, Riz. Tapi lain kali kamu bawa bra cadangan buat jaga2 kalau begini lagi. Kan riskan juga walau jubah longgar dan jilbab lebarmu cukup tebal.", saran Halwa menerangkan.
"Oke, Wa. Saya patuhi itu. Oiya, ini kartu nama dokter wanita kenalanku. Semoga bermanfaat, ya.", kata Ummu Afra menyarankan sambil berpikir juga akan bawa celana dalam cadangan.
"Oh, terima kasih, Riz. Bagaimana caraku membalasnya?", jawab Halwa kebingungan seraya menerima kartu nama itu.
"Gpp, Wa. Kamu juga sudah menolongku dengan mengeluarkan ASI ini sehingga tidak membasahi pakaianku. Yang penting kita jaga komunikasi dan silaturrahim, ya. Oke?", seru Ummu Afra lalu bertanya sambil tersenyum.
"Siap, Riz.," seru Halwa meyakinkan sambil tersenyum.
Mereka lalu saling bertukar nomor HP. Dan sebentar lagi kompleks perumahan di mana Ummu Afra dan keluarganya tinggal.
"Assalamu'alaikum, Ukhti Halwa. Afwan, ana duluan. Kalian hati2 selama perjalanan." seru Ummu Afra kepada Halwa dan sambil mengelus kepala bayinya tanda sayang.
"Wa'alaikumsalam, Ukhti Rizka. Na'am. Jazakillah. Anti juga, ya.", jawab Halwa.
Mereka juga cipika-cipiki sebagai tanda kasih sayang persaudaraan. Indahnya.

Setelah membayar ongkos perjalanan bis kepada kondektur, Ummu Afra turun dari bis, menyusuri jalan kompleks perumahannya, dan akan masuk ke dalam rumahnya. Namun, pintu rumahnya terkunci. Ia jadi bingung karena tidak bawa kunci rumah cadangan. Lalu, ia melihat memo yang terselip di bawah pintu rumahnya, mengambilnya, dan membacanya. Ia tersenyum kecut melihatnya karena rasa rindu pada bayi dan mertuanya tertahan sementara. Lega karena rupanya mertuanya membawa cucunya (bayi Ummu Afra dan Mahmud) ke posyandu untuk pemeriksaan rutin dan sebentar lagi akan kembali. Ia pun mengambil kunci rumahnya yang diselipkan di balik (bawah) pot mawar di samping kanan pintu rumahnya (yang disebutkan juga dalam memonya). Setelah itu ia membuka pintu rumah dan masuk ke dalam lalu mengunci pintu rumahnya. Segera ia masuk ke dalam kamarnya dan mengeluarkan bungkusan pakaian dalam dan melemparnya ke tepi kanan bawah tempat tidur. Ia pun meletakkan tasnya di atas meja buffet. Dengan rasa lelah yang luar biasa, ia pun segera merebahkan diri di ranjangnya yang empuk dan sedikit memikirkan beberapa kejadian yang aneh tapi nyata tadi juga peristiwa yang menyenangkan. Tak lama kemudian, dia pun tertidur dengan nyenyaknya sampai terbawa mimpi.

....(Bersambung)....

Sekian dulu, Agan2 sekalian. Bersambung lagi ke episode 5. Maaf bila ada kekurangannya. Mungkin saya rehat dulu, update ceritanya agak lebih lama dan, jumlah update ceritanya berkurang dari biasanya. Itu supaya bisa lebih konsentrasi dan leluasa nulis lanjutan ceritanya. Mohon masukannya juga. :beer:
Selamat menikmati jalannya cerita. Terima kasih. :)
 
Terbaik.... cume saran ane, enggak perlu detail terangkan keadaan bh yg basah teruk atau jumlah ASI @ cecair nikmat yg kluar dong.... cukup sekadar "cecair nikmat rizka mencurat keluar byknya...." maaf jika ada yg salah.
Karya yg wajib ditugguin....... :hore:
 
Terbaik.... cume saran ane, enggak perlu detail terangkan keadaan bh yg basah teruk atau jumlah ASI @ cecair nikmat yg kluar dong.... cukup sekadar "cecair nikmat rizka mencurat keluar byknya...." maaf jika ada yg salah.
Karya yg wajib ditugguin....... :hore:
Ya, gpp, Suhu. Mohon maaf juga karena saya secara sadar atau tidak sadar mengulang kata/kalimat yang sama/mirip atau detil. Semoga ke depannya saya bisa terus memperbaiki dan meningkatkan mutunya (contohnya kata/kalimat yang efektif dan efisien) agar semakin baik ceritanya. Terima kasih atas masukkannya dan apresiasinya. :) Jadi makin semangat untuk update ceritanya (masih dipersiapkan bahan2nya). :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd