Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Episode 2 : Persetubuhan Nurdin dan Ummu Aisyah

Malam itu, Nurdin masih terjaga di kamarnya setelah pulang dari bekerja di sebuah bank swasta. Ternyata dia masih memikirkan kemolekan dan kesintalan tubuh Ummu Afra. Pikiran itu cukup mengganggunya setelah dia pulang dari rumah Mahmud kemarin dan bekerja hari ini. Meskipun begitu, dia masih bisa mengendalikan diri dengan berbagai kesibukan pekerjaannya dan beraktivitas bersama keluarganya. Tetapi, pikiran itu kembali mengganggunya setelah pulang bekerja. Ingin sekali dia menyetubuhi Ummu Afra, tapi dia masih segan dengan Mahmud, murid mentoring atau kajian yang menjadi kesayangannya yang telah banyak membantunya selama ini terlebih saat dia harus berhalangan hadir mengisi mentoring atau kajian karena kesibukannya di partai atau pekerjaannya. Mahmud sering menjadi pengisi kedua acara itu baik atas inisiatifnya sendiri maupun diminta langsung oleh Nurdin. Tapi, kalau hasrat seksualnya tidak disalurkan, rasanya ada yang kurang. Namun, bila disalurkan, rasanya malu juga. Ah, jadi bingung. Mending ngitung kancing baju aja. Mulai dari kancing atas sampai bawah. Jadi, enggak, jadi, enggak,...

"Eh, stop2, ini mau bikin cerita panas atau milih jawaban pilihan ganda ujian sekolah, Suhu," protes seorang pembaca.
"Oh, iya, ya. Maaf, rekan pembaca, jadi keasyikan. Kan improvisasi buat cerita. Biar gak bosen. Hehe", ujar penulis malu2.
"Ya, gpp, Suhu. Jangan keterusan. Lain kali fokus ke cerita aja, ya. Udah banyak yang nungguin, tuh.", seru pembaca yang lain menimpali.
"Oke2, ceritanya saya lanjutkan, ya. Kita kembali ke laptop, eh, salah, ke lanjutan ceritanya.", seru penulis rada panik sambil mesam-mesem.
"Waduh, hampir aja kita disuguhi acara televisi itu. Eh, bukannya udah ga ada lagi di stasiun TV nya?", timpal pembaca yang baru nongol sambil nepok jidatnya.
"Udah munculnya belakangan, salah lagi", seru pembaca yang baru ngomong karena tadi cuma nyimak aja.
"Iya, ikutan2 aja, nih. Lho, kamu dari mana tiba2 udah di sini?", tanya pembaca pertama yang bingung dengan pembaca yang nongol belakangan.
"Wah, maaf, saya dari tempat yang jauh di suatu tempat di planet bumi. Saya keturunan juragan duren (buah durian, bukan duda keren, lho, hihihi), saya tuh mau jualan durian bermutu tinggi dari pulau sebrang pakai diskon. Pada mau, gak?", tawar pembaca terakhir dengan pedenya.
"Wah, mau2. Berapaan, tuh?", seru para pembaca antusias.
"Ya, harga satunya itu...", jawab pembaca terakhir yang belum selesai karena dipotong oleh penulis.
"Duh, stop, stop, ini kenapa jadi jualan di sini, sih? Kan saya jadi gak konsen nulis. Hayo, mau dilanjutin, gak, nulisnya?", tegas penulis agak sewot.
"Wah, maaf, Suhu. Ini gara2 ada yang promo jualan nih, "tuding para pembaca lain ke pembaca terakhir yang baru nongol. Yang ditunjuk malah tersipu malu2.
"Ya, maaf, Suhu. Namanya juga usaha", ujar pembaca terakhir sambil senyam-senyum.
Ya, udah, gpp. Lain, kali lebih tenang, ya. Saya lanjut lagi nulisnya.
"Siap, Suhu.," koor para pembaca bersamaan.
"Dan, kamu. Sebagai hukuman, tolong beri saya dua durian bermutu tinggi sebagai bekal energi buat nulis lanjutan cerita", tuding penulis ke arah pembaca yang rangkap jabatan (eh, salah, rangkap peranan jadi penjual itu. Jadi kebawa politik, deh. Hehe).
"Baik, Suhu.," jawab pembaca yang bersangkutan sambil tersenyum kecut. Dalam hati ia berkata, "Ya, mau untung malah buntung. Tahu gini, jualannya setelah ceritanya release aja, deh"
Para pembaca lain hanya senyam-senyum tertahan dalam hati berkata,
"Makanya jangan cari kesempatan dalam kesempitan. Lihat2 waktunya, dong. Hehe."

Oke, karena situasi sudah kondusif, balik lagi ke lanjutan ceritanya.

Nurdin ternyata malah makin dalam memikirkan Ummu Afra dan Mahmud serta tercampur pula dengan Ummu Aisyah (istrinya) dan anaknya . Akhirnya, dia memutuskan akan mengeksekusi Ummu Afra dengan beberapa strateginya. Aih, kayak perang aja ada strateginya. Hehe.
"Yes", seru Nurdin agak keras sambil tangan kanannya menggebrak meja bufet agak keras.
"Ah, apa itu?," seru Ummu Aisyah kaget yang baru tidur sebentar sudah bangun lagi karena suara keras dan gebrakan Nurdin, seraya menoleh ke arah sumber suara.
Nurdin yang juga terkejut mendengar suara istrinya itu lalu segera menoleh ke sumber suara dan berkata,
"Duh, maaf, Farah sayang. Ana baru saja dapat ide buat solusi buat les anak kita.", jawab Nurdin agak gelagapan antara jujur dan bohong.
"Oh, begitu, Bang. Ya, udah ana tidur lagi, ya. Udah kecapekan karena kerja tadi", timpal Ummu Aisyah (nama aslinya Farah) karena dia selain bekerja mengobati luka Mahmud, dia juga kelelahan disetubuhi pasiennya tadi siang sampai sore. Ummu Aisyah lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Nurdin dan mulai berusaha tidur lagi.
"Baik, Farah, sayang", seru Nurdin lega. "Huff, hampir aja ketahuan.", pikirnya.
Saat Nurdin berjalan menuju tempat tidurnya, dia melihat bagian belakang tubuh istrinya itu yang cukup mantap dan seksi walau hanya pakai piyama dan jilbab kaus yang lumayan lebar.
"Widih, asyik juga nih buat pelampiasan", pikir Nurdin mesum saat melihatnya.

Nurdin lalu segera berjalan cepat dan duduk di tepi tempat tidur serta menggelitiki bagian samping kiri pinggul istrinya yang mengarah ke atas. Ia tahu hal ini adalah kelemahan istrinya yang sangat tidak tahan dikelitiki bagian2 tubuhnya dan bika kelamaaan istrinya akan insomnia karena masih terbayang rasa kegelian walaupun sudah tidak dikelitiki lagi.
"Aw, aw, Ahaha... Sudah.. Hihi.. Huhu.. Jangan... Hoho... diteruskan, Bang. Oh, oh... Sebentar... Uh, uh... aja, ya... Hehe..., seru Ummu Aisyah kaget sambil tertawa karena tak tahan dengan rasa gelinya. Ia juga tahu itu adalah isyarat bercinta dari suaminya saat diberitahu awal pernikahan dulu.
"Siap, sayang., " sahut Nurdin kesenangan.
Nurdin lalu membalik tubuh istrinya hingga telentang. Tanpa basa basi, ia segera menyampirkan jilbab lebar istrinya itu ke samping, membuka kancing2 bagian depan istrinya, menggeser BHnya ke atas dadanya dan terpampanglah kedua payudara menantang yang sekal dan putingnya yang pink. Dengan semangatnya, Nurdin meremas2 kedua payudara istrinya dan sesekali memintir putingnya sambil membayangkan ini payudara besar dan semok Ummu Afra.
"Oh, nikmatnya", desis Nurdin menikmati.
"Ah, ehm... Enaknya...", gumam Ummu Aisyah menikmati seakan-akan itu diremas dan dipintir oleh Mahmud.
Nurdin lalu menggigiti pelan kedua puting istrinya bergantian. Ummu Aisyah agak kaget, tapi makin menghayati perlakuan suaminya itu. Tiba2,
Cur.. cur...
ASI mengucur pelan dari kedua puting Ummu Aisyah. Ia dan suaminya terkejut walaupun jumlah ASI nya sedikit. Namun, suaminya berkata,
"Wah, apa ini boleh dihabiskan, Far?," tunjuk Nurdin ke arah ASI di kedua puting Ummu Aisyah dan sekitarnya. "Wah, gila bener. Ga nyangka remesan dan pintiran ane bisa hasilin ASI kali ini. Mantap juga tenaga ane", pikir Nurdin GR dan pede.
"Oh, bo... boleh, Bang. Si.. silahkan aja.," sahut Ummu Aisyah setuju. "Wih, ga nyangka remesan dan pintiran Mahmud dan suamiku bisa hasilin ASI. Untung suamiku gak curiga.," pikir Ummu Aisyah lega sambil GR juga.
Tanpa dikomando lagi, mulut Nurdin langsung nyosor, melumat, dan menjilati bergantian kedua puting dan payudara Ummu Aisyah. Dalam sekejap saja, ASI yang jumlah hanya sedikit itu habis oleh Nurdin. Namun, kedua payudara dan puting Ummu Aisyah jadi penuh liur Nurdin walau hanya sedikit. Penis Nurdin jadi ikutan ngaceng dan vagina Ummu Aisyah jadi basah dan keluar banyak cairan kewanitaannya.
Lalu, Nurdin memelorotkan celana piyama dan kolornya serta tampaklah penis yang menegang maksimal. Disorongkannya penis itu ke dalam mulut Ummu Aisyah yang langsung menyepongnya dengan semangat.
"Ah, oh, ", desis Nurdin menikmati. Dalam sebentar aja penis Nurdin makin mengembang dan mengeluarkan agak banyak sperma ke dalam mulut dan masuk ke keringkongannya.
"Nikmatnya. Lumayan juga buat nutrisi tambahan", pikir Ummu Aisyah yang merasakan sperma asin-gurih suaminya.
Merasa ada tegangan kedua di penisnya, serta merta Nurdin mencabut penisnya dari mulut Ummu Aisyah. Lalu, ia memelorotkan celana piyama dan melepas celana dalam Ummu Aisyah. Lalu, ia mengubah posisi Ummu Aisyah jadi menungging. Ia menjilati vagina dan menelan cairan kewanitaan Ummu Aisyah serta memasukkan dua jari serta menekan klitorisnya untuk lebih melebarkan vaginanya.
"Ah, sakit, Bang. Cepetan, dong. Udah gak tahan, nih,," seru Ummu Aisyah dengan binal.
"Oke, sayang. Abang masukin, ya", sahut Nurdin dengan jalang.
Dengan segera Nurdin memasukkan penisnya dalam liang senggama (vagina) Ummu Aisyah dan blosss karena udah licin, penis pun langsung amblas seluruhnya ke dalam.
Nurdin lalu memukul-mukul pantat Ummu Aisyah agar lebih cepat orgasme.
"Ah, ah, Abang nakal, deh.," seru Ummu Aisyah manja saat dipukul pantatnya.
"Ih, kamunya juga bandel, sih.," rayu Nurdin semangatnya.
"Plok, plok, plok." Begitulah suara gesekan dan benturan antara penis dan dinding vagina yang syahdu serta goyangan pantat dan pinggul yang aduhai. Sebentar saja, lalu...
"Ah, Abang, ana mau nyampai.", seru Ummu Aisyah dengan napas memburu.
"Ah, ana juga, Farah. Kita bareng, ya.", sahut Nurdin berdebar-debar. Kemudian,
"Crot, crot, crot." Sperma Nurdin menyembur keluar bercampur dengan cairan kewanitaan di dalam dinding vagina hingga menuju dekat rahim Ummu Aisyah. Seketika mereka berdua langsung lemas seketika. Nurdin segera melepas penisnya yang loyo total. Ia segera berbaring di samping istrinya sambil berhadapan.
"Aishiteru*, Darling**", seru Nurdin tersenyum kepada Ummu Aisyah.
"Wo Ai Ni***, Tresno****," timpal Ummu Aisyah tersenyum juga kepada Nurdin.
Mereka lalu saling berciuman bibir dan mengaitkan lidah walau hanya sebentar. Setelah itu, mereka lalu tertidur sambil berangkulan karena lelahnya bekerja dan bermain sex dengan lamanya.
"Indahnya hidup ini", pikir mereka berdua. Mereka pun tertidur hingga akhirnya bangun menjelang subuh.

....(Bersambung)....
Keterangan :
* dan *** = Saya cinta kamu (*bahasa Jepang, ***bahasa Tiongkok)
** = Kekasih (bahasa Inggris)
**** = Cinta (bahasa Jawa)

Demikian ceritanya, Agan2 sekalian. Mohon maaf, bersambung dulu. Apakah nanti Nurdin berhasil mengeksekusi Ummu Afra? Lalu, bagaimanakah kelanjutan permainan cinta Mahmud dan Ummu Aisyah? Nantikan kisahnya di episode 2 nanti. Selamat menikmati jalan ceritanya. Mohon masukannya juga. :beer: Terimakasih, ya. :)
 
iya sama2 suhu,ane aja udah lupa dulu bacanya dimana cm nyantol pas ada akhwat yg dokter terus exe d ruang praktek,selebihnya lupa suhu....
semangat terus suhu dalam berkarya.....
 
ajib gan........... menurut ane gak masalah kalo ngambil ide dari cerita2 yang udah duluan ada yang penting di jelaskan dari awal supaya gak ada masalah di kemudian hari............ top bos
 
iya sama2 suhu,ane aja udah lupa dulu bacanya dimana cm nyantol pas ada akhwat yg dokter terus exe d ruang praktek,selebihnya lupa suhu....
semangat terus suhu dalam berkarya.....
Ya, sama2, Suhu. Terkadang kita harus baca sejarah untuk menjalani saat ini dan menyongsong masa depan. Terima kasih masukannya dan tetap semangat nulis juga. :beer:
 
ajib gan........... menurut ane gak masalah kalo ngambil ide dari cerita2 yang udah duluan ada yang penting di jelaskan dari awal supaya gak ada masalah di kemudian hari............ top bos
Sepakat, Gan. Kan ada pepatahnya JasMerah (Jangan Sesekali Melupakan Sejarah), Suhu. Ya, terima kasih atas masukannya dan tetap semangat nulis, ya. :beer:
 
Episode 3 : Rencana awal Nurdin terhadap Ummu Afra

Keesokan harinya...

Pagi itu Nurdin sudah mulai melancarkan renacananya. Dia menukar gula biasa dengan gula penguat di dapur. Gula penguat? Itu adalah gula khusus bagi pasangan suami istri yang dapat memperkuat gairah dan stamina saat berhubungan seksual. Komposisinya itu adalah gula pasir biasa dicampur dengan obat perangsang tertentu serta rempah-rempah untuk menghangatkan. Efek obat (gula penguat) nya biasanya berlangsung pelan-pelan tapi pasti tergantung kadar obat, kondisi, dan usia si pengguna. Biasanya efek obat ini akan semakin kuat pada seseorang yang hanya ingin bermartubasi saja atau pasangan muda-mudi yang tengah dimabuk cinta dan bergelora asmara. Nurdin mendapatkan obat itu dari temannya yang bekerja di luar negeri lewat online. Obat ini sangat sulit (bahkan bisa dibilang mustahil) ditemukan di negeri ini karena di negara asalnya obat ini hanya dijual kepada pasangan yang sudah menikah dan sangat membutuhkannya untuk meningkatkan gairah sex untuk bersetubuh bila sebelumnya salah satu atau kedua pasangan memiliki masalah ereksi atau ejakulasi serta kondisi yang lemah atau loyo.

Selain itu, obat ini juga edisi terbatas karena masih bersifat uji coba dan harganya mahal serta persediaannya terbatas. Warnanya sedikit coklat muda, mirip dengan gula pasir tebu merk tertentu. Namun, warna obat ini sedikit lebih pekat dan bisa mengecoh mata orang awam yang melihatnya. Rasa obat ini manis bercampur sedikit pahit. Orang yang meminumnya, baik sengaja atau tidak sengaja, awalnya akan merasa lebih hangat tubuhnya. Lalu, mendadak kemudian timbul gairah dan semangat yang tidak dirasakan sebelumnya, lalu sering kurang sadar (apalagi waspada) dengan keadaan sekitarnya. Bila dia sendiri, dengan sendirinya dia akan bermartubasi dengan meremas penisnya berulang-ulang hingga mengeluarkan sperma (bagi pria) dan meremas payudara dan memeknya sendiri hingga keluar ASI (terkadang) dan seringkali cairan kewanitaan (bagi wanita). Namun, bagi yang berpasangan, baik yang salah satu atau keduanya minum itu, akan tanpa basa-basi akan melampiaskan gairah seksualnya kepada pasangannya baik sukarela atau terpaksa.

Nurdin beruntung bisa mendapatkan obat itu. Dia pernah mencobanya bersama Ummu Aisyah saat meminum obat itu yang dicampur ke dalam teh. Itu dilakukan mereka saat akan berhubungan badan untuk ketiga kalinya karena saat pertama kali mereka malam pertama dan yang kedua kali, hasilnya kurang baik karena mereka sering loyo, pusing, dan mudah capek. Mungkin karena mereka sama2 bekerja dari pagi sampai sore yang banyak menguras tenaga dan pikiran. Akhirnya, keadaan berbalik setelah mereka minum itu. Hubungan seksualnya jadi lancar jaya dan lebih romantis. Hasilnya, kini mereka telah dikarunia 1 orang putri bernama Aisyah Wulansari yang kini berusia 6 tahun dan belajar di kelas 1 SD.

Pagi itu Nurdin menelepon Mahmud untuk menanyakan kesediaan Ummu Afra untuk hari ini mengajar Biologi anaknya yang memang kesulitan pelajarannya di sekolah. Ia juga meminta maaf kepada Mahmud dan minta disampaikan permohonan maafnya kepada Ummu Afra atas kelakuannya saat bertamu ke rumah Mahmud. Mahmud pun mengerti dan menyampaikan permintaan Nurdin kepada Ummu Afra yang ada di sampingnya. Ummu Afra pun mengerti dan memaafkan Nurdin serta mau mengajar anak Nurdin. Lalu, Mahmud menyampaikan jawaban Ummu Afra kepada Nurdin. Mendengar itu, Nurdin pun lega. Rencananya akan berhasil. Pagi itu, Nurdin berangkat bareng Ummu Aisyah karena tempat kerja mereka searah. Aisyah yang masih kecil ditinggal sendiri bersama pengasuhnya karena Aisyah sekolah siang. Pengasuhnya adalah adik perempuan Nurdin bernama Nurul Hapsari. Dia juga berjilbab lebar dan berjubah panjang seperti Ummu Afra dan Ummu Aisyah. Namun, tubuhnya lebih mungil dari mereka dan usianya masih 22 tahun. Dia akan segera menikah dengan calon suaminya yang seorang anggota TNI aktif. Jadi, Nurdin tidak berani macam2 dengan adik perempuannya karena takut dengan calon suami adiknya dan juga ia ingin adiknya tetap perawan saat nanti ML pasca nikah dengan (calon) suaminya kelak.

Satu jam kemudian, Nurul pergi sebentar ke pasar untuk membeli persediaan sembako. Aisyah ditinggal sendiri di rumahnya karena mau les Biologi bareng Ummu Afra yang sebentar lagi datang ke rumahnya. Sebelumnya, dia sudah membuatkan teh (dicampur sedikit gula penguat/obat tadi tanpa sepengetahuannya atau Nurul apalagi Ummu Afra) karena ia sudah diajari orang tuanya sopan santun dan etika terhadap tamu.

Terdengar suara bel pintu dan bunyi salam.
Aisyah segera membukakan pintu. Ternyata itu Ummu Afra.

"Assalamu'alaikum, Aisyah. Apa kabar?", sapa Ummu Afra tersenyum kepada Aisyah.
"Alhamdulillah, baik, Ummu Afra.", jawab Aisyah tersenyum juga seraya mencium punggung tangan Ummu Afra.
Ummu Afra lalu mengelus kepala Aisyah yang terbungkus jilbab lebar sebagai tanda sayang kepadanya. Aisyah juga memakai pakaian longgar (baju sekaligus rok panjangnya). Melihat itu, mata Ummu Afra sedikit berkaca-kaca dan terharu. Ia berharap anaknya, Afra, akan seperti Aisyah saat sudah besar nanti.

Dengan segera mereka pun menuju meja tamu dan mulai les belajar Biologinya. Ummu Afra dengan sabar menjawab banyak pertanyaan dari Aisyah seputar pelajarannya. Dia juga menjelaskan dan memberi tips yang baik untuk pelajarannya. Ummu Afra sempat minum setengah teh yang disuguhkan Aisyah. Namun, dia merasa aneh setelah meminumnya. Tubuhnya mendadak hangat dan kepalanya sedikit pusing. Dia mulai bergairah dan hasrat seksualnya meningkat sedikit demi sedikit. Kedua payudaranya mulai menegang dan putingnya mulai mengeras serta memeknya mulai mengejang seperti akan keluar sesuatu.

"Oh, kenapa ini harus datang saat ngajar les begini?", pikir Ummu Afra bingung.
Melihat itu, Aisyah melongo heran. Kedua tangannya tiba2 menekan kedua payudara Ummu Afra yang semakin menonjol di balik jilbab lebar dan jubah longgarnya. Dia penasaran rupanya.
"Ini kenapa, Ummu?", tanya Aisyah polos.
Mendapat perlakuan dan pertanyaan itu, membuat Ummu Afra kaget tapi ia bisa menguasai keadaan. "Oh, anu, ini, ehm, oh... oh..., Ummu sedang kecapekan dan mau buang air kecil, Syah.", jawab Ummu Afra antara panik dan tenang.
"Oh, begitu, Ummu. Lalu, rasanya ini kenapa tegang dan agak lembut?", tanya Aisyah makin penasaran dan meremas lembut kedua payudara Ummu Afra.
"Oh, ehm, itu karena efek kelelahan dan mau buang air kecil, Syah. Lalu, di mana toilet? Ummu udah gak tahan lagi.", jawab Aisyah susah payah antara ia menikmati perlakuan Aisyah dengan kondisi vaginanya yang akan segera mengeluarkan cairan cintanya seraya melepaskan kedua tangan Aisyah dari kedua payudara montoknya.
"Oh, ada di lantai 2 dekat tangga, Ummu. Sebenarnya di lantai 1 ada toilet tapi lagi rusak dan masih nunggu tukang servisnya. Maaf karena sikap Ais tadi, Ummu.", jawab Aisyah polos dan sedikit menyesal.
"Ya, gpp, Syah. Mungkin kamu belum tahu. Lain kali jangan diulangi, ya. Sekarang kamu cek lagi pelajarannya", sahut Ummu Afra sambil tersenyum menenangkan.
"Oke, baiklah, Ummu. Terima kasih.," timpal Aisyah tersenyum lega seraya menekuni kembali buku pelajaran Biologi dan tugasnya.

Setelah itu, Ummu Afra segera beranjak dan agak terburu-buru menuju toilet lantai 2. Sempat pula ia berpikir,
"Masa Aisyah menjebakku dengan memasukkan sesuatu ke minuman tehku? Tapi, rasanya gak mungkin kalau anak sekecil itu bisa melakukannya. Mungkin ini karena efek atau bekas tadi malam dengan suamiku yang terlalu semangat."
Ummu Afra mulai menaiki anak tangga setapak demi setapak. Namun, rasanya menaiki deretan 11 anak tangga yang terhitung jarak pendek itu terasa agak berat baginya. Mungkin karena efek obatnya yang menguat dan menguasai tubuhnya. Bahkan di pertengahan jalan tangga, Ummu Afra terkejut merasa ada cairan lembab membasahi kedua payudara dan memeknya. Namun, ia lega karena ketebalan bra dan celana dalamnya tidak sampai merembes dan membasahi jubah panjang dan jilbab lebarnya. Akhirnya ia sampai di lantai 2 dan segera masuk ke dalam toilet di dekatnya, menutup pintunya, dan mengunci selot/gemboknya.
"Ah, lega. Sekarang saatnya.", ucap Ummu Afra lirih.

Sementara itu, puluhan kilometer jauhnya nun jauh di sana, sepasang mata tampak berbinar melihat kejadian itu. Lho, kok bisa? Ini bukan gaib, kok. Ternyata dia memasang beberapa kamera CCTV kecil dan nyaris tidak terlihat saking profesional yang memasangnya di tempat tersembunyi. Namun, tetap saja kualitas pengambilan gambar, video, dan perekam suaranya sangat bagus karena itu buatan lokal yang sudah standar internasional karena kerjasama antar negara. Bahkan dia memasang 4 kamera CCTV tersembunyi di toilet sesuai arah mata angin agar hasilnya lebih sip dan mantap. Dan semua CCTV itu terhubung dengan koneksi internet dan sambungaj jarak jauh fiber optic dengan sebuah tablet elektronik yang dipegang oleh orang itu adalah,

"Akhirnya rencanaku akan segera berjalan. Tunggulah tanggal mainnya, Ummu Afra. Nanti kamu tidak berkutik lagi. Hahaha.", seru Nurdin kesenangan namun tetap pelan di dalam ruang manajer bank tempatnya bekerja.

....(Bersambung)....

Sampai segini dulu, Agan2 semuanya. Lalu, apa yang terjadi dengan Ummu Afra? Dan apakah rencana awal Nurdin terwujud? Lanjut lagi nanti di episode 4, ya. Mohon maaf bila ada kekurangannya mulai prolog sampai episode sekaramg (dan mungkin nanti). Mohon masukkannya juga. :beer:
Selamat menikmati ceritanya. Terima kasih. :)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd