Episode 2 : Persetubuhan Nurdin dan Ummu Aisyah
Malam itu, Nurdin masih terjaga di kamarnya setelah pulang dari bekerja di sebuah bank swasta. Ternyata dia masih memikirkan kemolekan dan kesintalan tubuh Ummu Afra. Pikiran itu cukup mengganggunya setelah dia pulang dari rumah Mahmud kemarin dan bekerja hari ini. Meskipun begitu, dia masih bisa mengendalikan diri dengan berbagai kesibukan pekerjaannya dan beraktivitas bersama keluarganya. Tetapi, pikiran itu kembali mengganggunya setelah pulang bekerja. Ingin sekali dia menyetubuhi Ummu Afra, tapi dia masih segan dengan Mahmud, murid mentoring atau kajian yang menjadi kesayangannya yang telah banyak membantunya selama ini terlebih saat dia harus berhalangan hadir mengisi mentoring atau kajian karena kesibukannya di partai atau pekerjaannya. Mahmud sering menjadi pengisi kedua acara itu baik atas inisiatifnya sendiri maupun diminta langsung oleh Nurdin. Tapi, kalau hasrat seksualnya tidak disalurkan, rasanya ada yang kurang. Namun, bila disalurkan, rasanya malu juga. Ah, jadi bingung. Mending ngitung kancing baju aja. Mulai dari kancing atas sampai bawah. Jadi, enggak, jadi, enggak,...
"Eh, stop2, ini mau bikin cerita panas atau milih jawaban pilihan ganda ujian sekolah, Suhu," protes seorang pembaca.
"Oh, iya, ya. Maaf, rekan pembaca, jadi keasyikan. Kan improvisasi buat cerita. Biar gak bosen. Hehe", ujar penulis malu2.
"Ya, gpp, Suhu. Jangan keterusan. Lain kali fokus ke cerita aja, ya. Udah banyak yang nungguin, tuh.", seru pembaca yang lain menimpali.
"Oke2, ceritanya saya lanjutkan, ya. Kita kembali ke laptop, eh, salah, ke lanjutan ceritanya.", seru penulis rada panik sambil mesam-mesem.
"Waduh, hampir aja kita disuguhi acara televisi itu. Eh, bukannya udah ga ada lagi di stasiun TV nya?", timpal pembaca yang baru nongol sambil nepok jidatnya.
"Udah munculnya belakangan, salah lagi", seru pembaca yang baru ngomong karena tadi cuma nyimak aja.
"Iya, ikutan2 aja, nih. Lho, kamu dari mana tiba2 udah di sini?", tanya pembaca pertama yang bingung dengan pembaca yang nongol belakangan.
"Wah, maaf, saya dari tempat yang jauh di suatu tempat di planet bumi. Saya keturunan juragan duren (buah durian, bukan duda keren, lho, hihihi), saya tuh mau jualan durian bermutu tinggi dari pulau sebrang pakai diskon. Pada mau, gak?", tawar pembaca terakhir dengan pedenya.
"Wah, mau2. Berapaan, tuh?", seru para pembaca antusias.
"Ya, harga satunya itu...", jawab pembaca terakhir yang belum selesai karena dipotong oleh penulis.
"Duh, stop, stop, ini kenapa jadi jualan di sini, sih? Kan saya jadi gak konsen nulis. Hayo, mau dilanjutin, gak, nulisnya?", tegas penulis agak sewot.
"Wah, maaf, Suhu. Ini gara2 ada yang promo jualan nih, "tuding para pembaca lain ke pembaca terakhir yang baru nongol. Yang ditunjuk malah tersipu malu2.
"Ya, maaf, Suhu. Namanya juga usaha", ujar pembaca terakhir sambil senyam-senyum.
Ya, udah, gpp. Lain, kali lebih tenang, ya. Saya lanjut lagi nulisnya.
"Siap, Suhu.," koor para pembaca bersamaan.
"Dan, kamu. Sebagai hukuman, tolong beri saya dua durian bermutu tinggi sebagai bekal energi buat nulis lanjutan cerita", tuding penulis ke arah pembaca yang rangkap jabatan (eh, salah, rangkap peranan jadi penjual itu. Jadi kebawa politik, deh. Hehe).
"Baik, Suhu.," jawab pembaca yang bersangkutan sambil tersenyum kecut. Dalam hati ia berkata, "Ya, mau untung malah buntung. Tahu gini, jualannya setelah ceritanya release aja, deh"
Para pembaca lain hanya senyam-senyum tertahan dalam hati berkata,
"Makanya jangan cari kesempatan dalam kesempitan. Lihat2 waktunya, dong. Hehe."
Oke, karena situasi sudah kondusif, balik lagi ke lanjutan ceritanya.
Nurdin ternyata malah makin dalam memikirkan Ummu Afra dan Mahmud serta tercampur pula dengan Ummu Aisyah (istrinya) dan anaknya . Akhirnya, dia memutuskan akan mengeksekusi Ummu Afra dengan beberapa strateginya. Aih, kayak perang aja ada strateginya. Hehe.
"Yes", seru Nurdin agak keras sambil tangan kanannya menggebrak meja bufet agak keras.
"Ah, apa itu?," seru Ummu Aisyah kaget yang baru tidur sebentar sudah bangun lagi karena suara keras dan gebrakan Nurdin, seraya menoleh ke arah sumber suara.
Nurdin yang juga terkejut mendengar suara istrinya itu lalu segera menoleh ke sumber suara dan berkata,
"Duh, maaf, Farah sayang. Ana baru saja dapat ide buat solusi buat les anak kita.", jawab Nurdin agak gelagapan antara jujur dan bohong.
"Oh, begitu, Bang. Ya, udah ana tidur lagi, ya. Udah kecapekan karena kerja tadi", timpal Ummu Aisyah (nama aslinya Farah) karena dia selain bekerja mengobati luka Mahmud, dia juga kelelahan disetubuhi pasiennya tadi siang sampai sore. Ummu Aisyah lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Nurdin dan mulai berusaha tidur lagi.
"Baik, Farah, sayang", seru Nurdin lega. "Huff, hampir aja ketahuan.", pikirnya.
Saat Nurdin berjalan menuju tempat tidurnya, dia melihat bagian belakang tubuh istrinya itu yang cukup mantap dan seksi walau hanya pakai piyama dan jilbab kaus yang lumayan lebar.
"Widih, asyik juga nih buat pelampiasan", pikir Nurdin mesum saat melihatnya.
Nurdin lalu segera berjalan cepat dan duduk di tepi tempat tidur serta menggelitiki bagian samping kiri pinggul istrinya yang mengarah ke atas. Ia tahu hal ini adalah kelemahan istrinya yang sangat tidak tahan dikelitiki bagian2 tubuhnya dan bika kelamaaan istrinya akan insomnia karena masih terbayang rasa kegelian walaupun sudah tidak dikelitiki lagi.
"Aw, aw, Ahaha... Sudah.. Hihi.. Huhu.. Jangan... Hoho... diteruskan, Bang. Oh, oh... Sebentar... Uh, uh... aja, ya... Hehe..., seru Ummu Aisyah kaget sambil tertawa karena tak tahan dengan rasa gelinya. Ia juga tahu itu adalah isyarat bercinta dari suaminya saat diberitahu awal pernikahan dulu.
"Siap, sayang., " sahut Nurdin kesenangan.
Nurdin lalu membalik tubuh istrinya hingga telentang. Tanpa basa basi, ia segera menyampirkan jilbab lebar istrinya itu ke samping, membuka kancing2 bagian depan istrinya, menggeser BHnya ke atas dadanya dan terpampanglah kedua payudara menantang yang sekal dan putingnya yang pink. Dengan semangatnya, Nurdin meremas2 kedua payudara istrinya dan sesekali memintir putingnya sambil membayangkan ini payudara besar dan semok Ummu Afra.
"Oh, nikmatnya", desis Nurdin menikmati.
"Ah, ehm... Enaknya...", gumam Ummu Aisyah menikmati seakan-akan itu diremas dan dipintir oleh Mahmud.
Nurdin lalu menggigiti pelan kedua puting istrinya bergantian. Ummu Aisyah agak kaget, tapi makin menghayati perlakuan suaminya itu. Tiba2,
Cur.. cur...
ASI mengucur pelan dari kedua puting Ummu Aisyah. Ia dan suaminya terkejut walaupun jumlah ASI nya sedikit. Namun, suaminya berkata,
"Wah, apa ini boleh dihabiskan, Far?," tunjuk Nurdin ke arah ASI di kedua puting Ummu Aisyah dan sekitarnya. "Wah, gila bener. Ga nyangka remesan dan pintiran ane bisa hasilin ASI kali ini. Mantap juga tenaga ane", pikir Nurdin GR dan pede.
"Oh, bo... boleh, Bang. Si.. silahkan aja.," sahut Ummu Aisyah setuju. "Wih, ga nyangka remesan dan pintiran Mahmud dan suamiku bisa hasilin ASI. Untung suamiku gak curiga.," pikir Ummu Aisyah lega sambil GR juga.
Tanpa dikomando lagi, mulut Nurdin langsung nyosor, melumat, dan menjilati bergantian kedua puting dan payudara Ummu Aisyah. Dalam sekejap saja, ASI yang jumlah hanya sedikit itu habis oleh Nurdin. Namun, kedua payudara dan puting Ummu Aisyah jadi penuh liur Nurdin walau hanya sedikit. Penis Nurdin jadi ikutan ngaceng dan vagina Ummu Aisyah jadi basah dan keluar banyak cairan kewanitaannya.
Lalu, Nurdin memelorotkan celana piyama dan kolornya serta tampaklah penis yang menegang maksimal. Disorongkannya penis itu ke dalam mulut Ummu Aisyah yang langsung menyepongnya dengan semangat.
"Ah, oh, ", desis Nurdin menikmati. Dalam sebentar aja penis Nurdin makin mengembang dan mengeluarkan agak banyak sperma ke dalam mulut dan masuk ke keringkongannya.
"Nikmatnya. Lumayan juga buat nutrisi tambahan", pikir Ummu Aisyah yang merasakan sperma asin-gurih suaminya.
Merasa ada tegangan kedua di penisnya, serta merta Nurdin mencabut penisnya dari mulut Ummu Aisyah. Lalu, ia memelorotkan celana piyama dan melepas celana dalam Ummu Aisyah. Lalu, ia mengubah posisi Ummu Aisyah jadi menungging. Ia menjilati vagina dan menelan cairan kewanitaan Ummu Aisyah serta memasukkan dua jari serta menekan klitorisnya untuk lebih melebarkan vaginanya.
"Ah, sakit, Bang. Cepetan, dong. Udah gak tahan, nih,," seru Ummu Aisyah dengan binal.
"Oke, sayang. Abang masukin, ya", sahut Nurdin dengan jalang.
Dengan segera Nurdin memasukkan penisnya dalam liang senggama (vagina) Ummu Aisyah dan blosss karena udah licin, penis pun langsung amblas seluruhnya ke dalam.
Nurdin lalu memukul-mukul pantat Ummu Aisyah agar lebih cepat orgasme.
"Ah, ah, Abang nakal, deh.," seru Ummu Aisyah manja saat dipukul pantatnya.
"Ih, kamunya juga bandel, sih.," rayu Nurdin semangatnya.
"Plok, plok, plok." Begitulah suara gesekan dan benturan antara penis dan dinding vagina yang syahdu serta goyangan pantat dan pinggul yang aduhai. Sebentar saja, lalu...
"Ah, Abang, ana mau nyampai.", seru Ummu Aisyah dengan napas memburu.
"Ah, ana juga, Farah. Kita bareng, ya.", sahut Nurdin berdebar-debar. Kemudian,
"Crot, crot, crot." Sperma Nurdin menyembur keluar bercampur dengan cairan kewanitaan di dalam dinding vagina hingga menuju dekat rahim Ummu Aisyah. Seketika mereka berdua langsung lemas seketika. Nurdin segera melepas penisnya yang loyo total. Ia segera berbaring di samping istrinya sambil berhadapan.
"Aishiteru*, Darling**", seru Nurdin tersenyum kepada Ummu Aisyah.
"Wo Ai Ni***, Tresno****," timpal Ummu Aisyah tersenyum juga kepada Nurdin.
Mereka lalu saling berciuman bibir dan mengaitkan lidah walau hanya sebentar. Setelah itu, mereka lalu tertidur sambil berangkulan karena lelahnya bekerja dan bermain sex dengan lamanya.
"Indahnya hidup ini", pikir mereka berdua. Mereka pun tertidur hingga akhirnya bangun menjelang subuh.
....(Bersambung)....
Keterangan :
* dan *** = Saya cinta kamu (*bahasa Jepang, ***bahasa Tiongkok)
** = Kekasih (bahasa Inggris)
**** = Cinta (bahasa Jawa)
Demikian ceritanya, Agan2 sekalian. Mohon maaf, bersambung dulu. Apakah nanti Nurdin berhasil mengeksekusi Ummu Afra? Lalu, bagaimanakah kelanjutan permainan cinta Mahmud dan Ummu Aisyah? Nantikan kisahnya di episode 2 nanti. Selamat menikmati jalan ceritanya. Mohon masukannya juga.
Terimakasih, ya.