Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

Bimabet
BAB XXV



Your strengh is your weakness



SQ 958 yang sedang membawanya kembali ke Jakarta, seakan ikut membawa kegundahan hati bagi Dave. Dia tidak tega melihat Keiko yang tidak lepas memeluknya sambil menangis sebelum masuk ke gerbang keberangkatannya menuju ke Tokyo tadi pagi.

Rasanya sulit dipungkiri kalau perasaan Keiko sudah berubah jauh dibandingkan saat mereka masih bersama di Jepang dulu.

Keiko pun ikutkan kepo dengan siapa yang menelponnya pagi-pagi. Sesuatu hal yang selama ini tidak pernah dia lakukan.

Karena semenjak tadi malam, hingga pagi Tari beberapa kali menghubunginya. Bahkan saat ini dia sudah menuju ke bandara untuk menjemput Dave hari ini.

Dia merasa berdosa karena seperti sudah mempermainkan perasaan dua wanita yang dia sukai keduanya sebetulnya.

Di satu sisi Keiko adalah wanita hebat yang selama ini mendampinginya dan melihat dirinya dengan apa adanya dia. Membantu percaya dirinya untuk tumbuh dan bangkit, membuat dirinya merasa menjadi pria yang luar biasa yang seperti dia rasakan saat ini. Dia tahu betapa Keiko punya peran yang sangat dalam untuknya.

Hubungan mereka yang tadinya rekan kerja, menjadi teman baik, hingga berakhir dalam hubungan yang lebih jauh. Tidak ada kata cinta, kata jadian, kata komitmen untuk dibawa kemana, hanya ada rasa saling membutuhkan saja. Padahal dalam setiap hubungan dan perjalanan bersama, sebuah komitmen dibutuhkan agar bisa seiring.

Bercintanya mereka pun kini jauh berbeda. Ada ikatan emosional di dalamnya. Bukan hanya sekedar nafsu dan birahi yang seperti mereka lakukan selam ini, namun sudah sampai ke taraf yang lebih jauh. Keiko bahkan sudah tidak pernah meminta agar Dave menggunakan pengaman. Rintihan dan caranya melayani Dave, sudah terlihat jauh lebih dalam.

Meski berbeda budaya, warna kulit dan latar belakang, bahkan kepercayaan yang berbeda. Karena meski orangtuanya menganut kepercayaan Shinto, namun Keiko adalah sosok yang berbeda dan tidak percaya akan adanya kehidupan lain setelah meninggal. Namun tetap dia sangat menghormati semua atribut keagamaan dari Dave.

Sayangnya ke Keiko memang ada dan tumbuh, seiring dengan makin dia menyadari bahwa ada rasa yang sama di diri Keiko.

Tapi belakangan ini rasa lain, rasa yang pernah ada dan membara dalam hatinya, kini mulai mengusik dirinya kembali.

Kehadiran Tari membuat tembok besar yang dia bangun sekian tahun, seakan roboh seketika. Jauh-jauh dia pergi meninggalkan Indonesia, selain mengejar cita-citanya, dia juga ingin mengubur dalam-dalam kenangannya bersama Tari.

Mengubur cintanya yang tidak tergapai saat itu.

Namun kembalinya Tari dengan situasi yang berbeda, membuat pagar yang tinggi dia bangun seakan runtuh seketika

Wajah cantiknya yang kini selalu dengan penuh senyum setiap menatapnya

Gigi rapi dan bibir indah yang dulu memikat Dave

Manjanya dia yang selalu membuat Dave susah untuk bilang tidak

Itu semua seakan seperti ombak besar yang meluluhlantakan istana pasir yang susah payah dibuat Dave di tepian pantai.

Bahkan terlihat sekali kalau Tari seperti mengundangnya untuk lebih jauh bertindak, karena memang Tari kini sudah jelas tahu bahwa Dave sangat mencintainya, bukan hanya menduga seperti dulu mereka di kampus. Dan dia seperti memberi ruang yang luas bagi Dave untuk melangkah.

Someone wifes

Different bachground and religion

Semua sering hadir dalam benak Dave.

Dan ini yang membuat dia pusing. Karena jujur dalam hatinya, dia tidak bisa menafikkan bahwa rasa cintanya yang dulu dia berusaha padamkan, bisa berkobar kembali kapan saja, meski dia selalu berusaha untuk menghindari itu, karena dia sadar akan sulit bagi mereka dengan kondisi saat ini untuk bisa berjalan bersama.

Dia ingat pembicaraannya dengan Keiko tadi pagi di kamar

“kabarin aku kalau sudah tiba di Jakarta…”

“i will…”

Diam sambil tetap menatap wajah yang badannya sedang ditimpahnya

“ Dave…”

“yes….”

“kalau kamu sudah ada yang lain…… kasih….”

“ngga ada yang lain….” potong Dave cepat

Keiko tersenyum mencoba memahami

“ waktu, jarak, dan keseharian akan bisa mempengaruhi perasaan orang…..”

Dave tersenyum

“ kamu bicara tentang aku atau kamu?”

Keiko agak merenggut wajahnya

“ kepala aku selalu berpikir tentang kamu…..”

Dia membaringkan kepalanya ke dada telanjang Dave

“ aku tidak tahu kalau kamu….”

Dave membelai rambutnya dengan lembut

“ kita bersama selama 3 tahun, apa ada pernah aku melihat wanita lain….”

“beda Dave… di Tokyo dan Jakarta… Jakarta kamu punya banyak kenangan, banyak yang kenal dan lebih mudah bahasa dan kesempatan….”

Dia memeluk tubuh telanjang yang baru memberinya kenikmatan itu

“ tapi masih Dave yang sama……” ucapnya memberinya ketenangan

Masih diam wanita itu

“i hate this feeling lah….” keluh Keiko pelan

Dave hanya bisa diam. Dia sendiri pun bingung harus bilang apa dengan situasi ini. Melangkah lebih jauh dengan Keiko dia perlu mengkondisikan banyak hal. Orang tua, adat, negara, dan terutama yang perlu dia atur ialah perasaannya sendiri. Apa dia sudah yakin akan melangkah dengan Keiko?? apa dia sudah yakin dengan apa yang dia rasa??

Pengumuman dari announcer di cockpit, sedikit membuyarkan lamunannya. Pesawatnya sebentar lagi akan segera landing di Cengkareng, setelah kurang lebih 1 jam 40 menit dia menempuh perjalanan dari Changi.



************************

Hari ini sebetulnya adalah hari ulang tahun Yudi yang ke 36 tahun.

Namun yang terjadi adalah sang istri sedang berdiri di bandara, menunggu pria lain yang belakangan ini mengisi hati dan pikirannya.



Selamat ulang tahun,Mas. sehat dan sukses selalu

Makasih Yang.


Lalu

Kamu dimana Yang?

Whatsapp Yudi hanya dibaca oleh Tari, tanpa dibalas lagi.

Hubungan mereka sudah berada di titik nadir dan sudah dalam kondisi emergency. Diam -diam Tari sudah mulai berkonsultasi dengan salah satu pengacara, untuk mempersiapkan gugatan perceraian dengan Yudi.

Sementara Yudi sudah seperti lupa daratan dengan kekasih gelapnya itu. Model dan juga pemain FTV yang masih berusia 23 tahun, yang pernah dilabrak oleh Tari, nampak masih sering wara wiri dengan suaminya itu. Bahkan dalam satu postingannya di IG, terlihat dia ikut hadir di sebuah pertandingan basket IBL, dimana salah satu tim itu apparelnya disponsori oleh apparel milik Yudi, dan artis itu menjadi brand ambassadornya.

Dulu sakit sekali setiap mendengar ada gosip atau rumor terkait Yudi dengan wanita itu. Namun sekarang Tari sudah tidak memperdulikannya lagi.

Tolong yah, masih ingat kan kewajiban sebagai istri? Suami ulang tahun itu harusnya di rumah.

Whatsapp dari mertuanya, yang juga hanya dibaca dan tidak dijawab. Karena kalau dijawab akan panjang perdebatannya. Tari enggan menanggapi ocehan mertuanya yang perempuan terutama, yang suka menyalahkan dirinya terkait masalah rumah tangganya dengan Yudi.

Aku sudah bertahan sekian lama. Memaafkan dan mencoba mengerti. Mengikuti apa yang Mas Yudi mau. Menerima perselingkuhannya dengan wanita itu, dengan dalih dia tidak bisa memberikan keturunan. Namun yang terjadi ialah tetap saja dia yang disalahkan, dan dianggap tidak kompeten dalam mengurus suami yang super sibuk bekerja, padahal dia tahu sering tidak pulangnya Yudi, bukannya bekerja tapi sibuk melanglang buana entah kemana dengan selingkuhannya.

Kepergian Tari dari rumah beberapa bulan lalu pun bagaikan dianggap blessing in disguise bagi Yudi. Dia semakin leluasa, bahkan dia tidak pernah mencari Tari ke rumah orangtuanya. Sehingga bagi Tari, ini sudah keputusan yang tepat baginya untuk mulai menginisiasi perceraiannya, toh Yudi pun secara agama sudah berkali kali mengucap kata talak kepadanya.

Tari bahkan sudah tidak berharap akan uang bulanan dari suaminya. Atm, buku tabungan dan bahkan mobile bankingnya sudah dia copot untuk yang uang bulanan dari Yudi. Penghasilannya dari usahanya dia sekarang meski masih belum lancar, tapi cukup baginya. Toh mobil dari Papa dan Mamanya bisa dia pakai, rumah dia juga bisa tinggal di rumah orangtuanya, atau di rumah pribadinya dia yang dulu dibeliin Papa di kawasan BSD.

Berpisah dengan Yudi secara materi, Tari tidak akan kekurangan apa-apa.

Seorang anak kecil berlari memeluk ayahnya yang baru muncul dari pintu kedatangan. Tari tersenyum melihat pemandangan itu, dan ibunya lalu menyusul memeluk suaminya. Sepertinya sang ayah adalah buruh migran atau mungkin pelaut yang baru pulang. Anak dan istrinya memeluk sang ayah, sambil menangis haru. Anaknya digendong dan diciumin terus sama sang ayah, lalu mereka berjalan sambil mendorong trolly.

Tari merasa iri dengan pemandangan barusan.

Matanya masih memandang ke arah pintu kedatangan. Dia membiarkan beberapa mata yang menatapnya dengan tatapan berbagai macam arti. Tari sudah terbiasa dengan tatapan genit, dan juga dengan berbagai macam gaya para pria, termasuk semenjak dia memegang peranan di kantor. Namun bagi Tari, hatinya sudah beku terhadap yang demikian. Dia hanya kini memandang ke satu tujuan, satu sosok, sosok yang kini sedang dia tunggu kedatangannya.

Dia merasa aneh hari ini. Dia sampai beberapa kali ganti baju untuk memantaskan dirinya. Padahal dari dulu mana pernah dia memikirkan ini saat masih jaman kuliah dengan Dave. Namun kini dia merasa lain. Dia tahu, Dave kini bukan Dave yang dulu. Gayanya sudah jauh berbeda, cara berbicaranya yang dulu agak lembut dan malu serta cenderung tidak percaya diri jika bertatapan dengan dirinya, kini sudah berubah sama sekali.

Dan ini yang membuat Tari seperti semakin sulit lepas. Dia sadar bahwa cintanya Dave ke dirinya tidak mungkin hilang. Kalaupun dia marah dan sakit hati, dia yakin itu akan hilang dan terbasuh dengan baik, jika Tari mampu mengobati rasa sakit itu dengan perhatian yang dia miliki sekarang.

Ada rasa bangga dan senang di hati Tari, karena Dave mulai bisa menerimanya kembali, meski belum ada pembicaraan apa-apa, atau tarikan ke arah yang samar, tapi dengan dibolehinnya dia menjemput, Dave mulai mengajaknya makan siang atau dinner, Tari merasa bahwa peluang itu tetap terbuka.

Perbedaan dan segara hal lain, dia tidak ingin pikirkan lebih dulu saat ini

Memperbaiki hubungan, membangun kembali rasa percaya dan rasa sayang yang dulu ada, itu yang paling penting. Selanjutnya, semua akan ada jalan keluarnya bagi Tari. Asal mereka berdua punya niat yang bagus, pasti Allah bukakan jalan untuk mereka, demikian pikirnya

Bunyi getaran di iphone

Dimana?

Dia mengetik

Di pintu depan pas keluar

OK


Dan tidak lama kemudian sosok tu keluar bersama beberapa kerumunan orang.

Tari segera menghampirinya, memberinya senyuman, lalu memeluk pria itu.

Dave agak gelagapan meski kemudian membalas pelukan Tari

“dari tadi?”

Tari menganggukan kepalanya

“30 menit yang lalu lah….”

Dave lalu berjalan beriringan dengan Tari

“kita naik shuttle ke parkiran….”

“oke….”

Tidak lama kemudian mereka sudah tiba di parkiran tempat mobil Dave menginap selama di tinggal ke Singapore

“ Udah makan?”

Tari menggeleng

“mau makan bareng kamu kan….”

Senyumannya terpamer dengan giginya yang rapih dan bibirnya yang merekah

“kenapa?”

Dave menggeleng

“salah baju aku?”

“ngga…..”

“ini kan aku pake blaser biar ngga terlalu terbuka…”

“iya ngga apa-apa….”

Pakaian Tari yang dengan kaos ketat dan belahan dadanya agak renda tertutup dengan blaser.

Dia ingat dulu Dave sekali kalinya komplain dulu karena Tari pake baju ketat dan jadi suitan pria usil saat dia mengantarnya mencari buku di kawasan Jatinegara.

“dulu pernah komplain kan…..”

“iya dulu…..” agak malu dia menjawab

“trus sekarang?”

Dave hanya tertawa kecil. Dia seakan menghindari pancingan Tari. Dia memilih berkonsentrasi ke jalanan yang agak sepi.

“makan dimana?”

“terserah….”

Kalau bahasa terserah bakal panjang urusannya

“Mang engking?” ledek Dave mengingat tempat makan favorit di UI, yang sekali kalinya dia masuk makan karena tepat ulang tahun Tari waktu itu

“ayo….”

Tapi

“macet ngga Depok?”

Dave membenarkan

“telaga Sampireun aja yah…..”

“di mana?”

“bintaro….”

“oke boleh… sekalian antar dirimu…”

Agak manyun Tari

“oh, jadi aku jemput, ajak makan trus aku diantar pulang?”

Dave jadi bingung

“ngga…..”

“trus?”

“ngga apa-apa….”

Masih agak manyun

“aku kan pengen berduaan hari ini…..”

Dave agak luluh jadinya

“ya sudah…..”

“abis makan jalan dulu yah…..”

Dave tersenyum

“Ok…..”

Kali ini Tari tersenyum lebar



***********************

Lobster bakar seafaood dan gurame bakar cobek menjadi menu makan mereka berdua sore ini.

Tari makan dengan lahapnya

Sedangkan Dave masih dengan rasa bersalahnya. Dia baru saja memberi tahu ke rumahnya bahwa dia agak telat datang karena harus mampir ke apartemennya untuk membuat laporan, sehingga malam mungkin tiba di Bogor. Bahkan Dave kemungkinan absen ke gereja hari ini, karena masih bersama Tari

“enak banget….” komen Tari

Dave hanya tersenyum

Sambil makan mereka berbincang banyak hal. Tari menceritakan kesibukan-nya dan planningnya untuk kantornya, termasuk pembenahan seperti apa yang diusulkan oleh Dave

“papa sangat senang, Dave…..”

“oh oke….”

“aku pun jadi bersemangat……”

Dave tersenyum kembali

Lalu

“makasih yah Dave…..”

“untuk…?” dia menengok sejenak ke arah wajah Tari

“untuk semuanya……”

Tatapan Tari kini dengan senyuman penuh arti ke arah Dave

Sementara tanganya yang belopatn bumbu lobster, sibuk mencocol sambal dan mencampurnya dengan nasi, lalu menyuapkan ke mulutnya, sambil matanya tetap dengan binar yang sama.



****************************

“nonton?”

“Equalizer yah?”

Dave tersenyum

“yuk….”

“sini aja yah….”

Jarak Talaga Sampireun dengan Bintaro Xchange memang dekat sekali

“oke….”

Mereka jalan ke parkiran, lalu masuk ke mobil

“dave…..”

“ya?”

“hmmmmm…. jangan segan tegur aku kalo kamu ngga nyaman dengan dandanan atau busana aku yah…..”

Dave kaget mendengarnya

“oke kok….”

Tari tersenyum lembut

“kamu selalu bilang oke dari dulu…”

Dave terrtawa kecil

“aku ingat kamu kesal aku pake baju ketat dulu…..”

Dave agak malu mengenang masa itu

“aku tahu kamu kesal karena aku disuitin ama orang-orang….”

Lalu

“aku pengen nyaman saat bareng kamu……” lembut suara Tari, namun cukup menohok hati Dave

“aku juga pengen kamu nyaman sama aku….”

Dave tercenung mendengar apa yang disampaikan oleh Tari. Dia tahu bahwa banyak hal yang kini berubah dari diri Tari, dan dia menyadari bahwa ada sebuah celah yang sangat terbuka yang kini mulai dilebarkan jalannya lewat sikapnya Tari.

Mobil keluar dari parkiran dan menuju jalan raya

“ aku nyaman-nyaman aja kok…..”

Tari tertawa kecil kali ini

“mulut kamu sama hati kamu suka beda, Dave……” ceplos Tari

Dave kembali bagai tersudut

“susah untuk jadi orang yang terbuka?”

Diam sesaat, sambil tersenyum

Tari meliriknya seperti menunggu jawaban

“ Ngga juga sih…. “

“trus?”

“yah, dirimu cantik kok pake baju apa aja….”

“hmmm…. basi dah….”

Dave tertawa

Mobil masuk ke parkiran, berputar beberapa saat lalu parkir di lot yang tersedia

Melihat Danzel Washington yang semakin menua, namun memiliki kualitas akting yang keren, memang berbeda dengan sewaktu mereka menonton sequel pertamanya dulu, bagaimana dengan sigapnya Robert McCall dengan saktinya membantai para mafia Rusia. Di dalam bioskop sesekali mereka membahas relasi film ini dengan film pertamanya.

“makasih yah Dave…..” ucap Tari saat mereka dalam perjalanan pulang menuju rumah Tari

“sama-sama….”

Lalu

“sebenarnya hari ini ulang tahunnya Mas Yudi…..” ujar Tari lirih

Dave agak kaget mendengarnya

Tari hanya diam, matanya menatap ke depan seperti kosong

“ aku ngga tahu gimana nantinya hubungan aku dengan dia…..”

Hening sesaat

Kamu aja ngga tau, apalagi aku, Ri… bisik hati Dave

“aku cuma ingin segera selesai saat ini…..”

“karena aku ingin segera memulai hidupku yang baru…..”

Mata itu terlihat mulai berkaca saat menatap ke arah Dave

“aku ngga mau menghabiskan waktuku yang berharga hanya menunggu suamiku sadar dari perselingkuhannya dan kembali ke diriku dalam kondisi sakit……”

Dave terdiam. Dia tanpa sadar teringat kondisi ibunya, yang menderita sekian tahun menanti dan bersabar dengan perbuatan ayahnya, yang hingga saat ini belum juga kembali, bahkan tidak pernah kembali

“toh, dia juga sudah tidak perduli dengan aku……..”

Perih di balik suara itu

“dulu aku menganggap bahwa aku akan jadi permaisuri di hatinya……”

Senyumnya terlihat pahit

Dave hanya bisa menahan nafas, membiarkan Tari menumpahkan uneg-unegnya

“ aku ngga pernah menyadari bahwa aku sebetulnya sudah jadi putri di hati orang lain….” tatapannya ke Dave kini mengandung banyak artian

“aku malah tidak mempedulikan itu……”

Mata itu agak berlinang

“ sayangnya waktu ngga bisa diputar lagi……”

Dave tersenyum kecil

“seandainya waktu bisa diputar kembali…..” ada rasa sesal di suaranya

“Ri…..” potong Dave

Tari tersenyum pahit

“ aku hanya bisa berharap bisa memperbaikinya nanti….” mata yang tadi berkaca, kini mulai berbinar

“ maafin aku…. kalo terlalu banyak bicara….” dia menundukkan wajahnya agak malu karena dari tadi dia bicara terus dan Dave hanya mendengarkan saja

“it’s oke…..” jawab Dave

“kamu pendengar yang baik….” Tari menggigit bibirnya sambil melirik ke arah Dave

“dan kamu pembicara yang baik….” balas Dave yang dibalas dengan cubitan Tari di lengannya

“suka gitu…..”

Tari merasa sangat bahagia karena bisa bersama dengan Dave hari ini. Entah kenapa dia merasa berbeda kondisinya jika sudah bersama Dave. Sekian tahun bersama, dia tahu dan kenal baik dengan pribadi Dave, dan dia selalu yakin pria itu tidak akan pernah membiarkan dia jatuh, dilukai, bahkan selalu berusaha membuat dia senang, seperti waktu mereka bersama di UI dulu.

“Dave…..”

“iya…”

Suasana sudah mulai gelap saat mereka masuk ke kompleks perumahan Tari di sektor 3

“ hmmmmm…. aku nanya boleh ngga?” tanya Tari

“yup…. silahkan….” senyum Dave

Tari diam sesaat, lalu

“ kamu….. kamu ngga marah kan kalau aku akan lebih sering minta waktu kamu….” agak tersendat Tari saat mengucapkan kata itu

“kamu ngga marah kan kalo aku pengen ketemu kamu?”

Dave menatap wajah Tari

“dave…..??”

Matanya seakan meminta jawaban

Dave menggeleng

“beneran?” tanyanya lagi ingin memastikan

“yup……”

Wajah Tari menunduk, ada rasa lega disana

“aku jujur… hampir putus asa Dave……”

Kini sedih kembali suaranya

“menghadapi masalah rumah tangga ku seperti ini…….”

Hening dan terdiam

“namun kamu hadir…..”

“buat aku…..” suaranya kembali menyendat

“ ini jadi hal terindah buat aku……”

Dav terdiam kembali mendengar lontaran kata-kata Tari

“ tadinya aku pikir…. kamu akan marah dan tidak akan menemui aku lagi……”

Mata itu penuh harap menatap Dave

“ meski aku tahu…. hati kamu ngga akan mendendam seperti itu ke aku…..”

“namun tetap saja ada rasa takut dan ragu di hati aku….”

Lalu

“namun saat melihat kamu lagi….. aku hanya bisa bilang makasih……”

Senyum tersungging tipis penuh rasa bahagia di bibir Tari

“ makasih sudah kasih kesempatan aku untuk tebus kesalahan aku….”

Dave hanya diam. Dia lalu menganggukan kepalanya. Anggukan yang membuat hati Tari lega dan bahagia rasanya.

Lalu

“ngga mampir?”

Dave tersenyum

“ngga… lain waktu….”

“sudah ditunggu sama inang dan ade yah?”

Dave menganggukkan kepalanya

“oke……”

“maaf yah… kalo aku terlalu manja……”

Dave tertawa

“ngga lah….”

Lalu

“hati-hati baliknya Dave…..”

“iya…..”

“telpon aku kalau sudah nyampe dir rumah….”

“iya…..”

Tari tidak bisa menahan dirinya kini. Dia lalu membuka sabuk pengaman, lalu bangkit dari duduknya dan berbalik sedikit ke arah kanannya, dia memeluk Dave yang tidak mampu menolak pelukan Tari.

“makasih Dave…..” bisiknya di kupingnya

“makasih untuk hari ini….”
 
Bimabet
BAB XXVI



Dilema



Rapat Board of Director dan Dewan Komisaris serta president director dari kantor Jepang pagi ini berlangsung agak panas.

Kotaro Kanegawa, yang dulu menjadi manager HRD, saat ini sudah naik jabatan menjadi direktur HRD, agak keberatan dengan usulan dari Dave terkait ekspansi bisnis yang sedang dia jalani, terutama di bidang marketing.

Ada dua usulan besar Dave, pertama membeli naming right atau hak penamaan atas gedung yang mereka sewa, sehingga nama Hikaru akan terpajang di top floor gedung mereka selama 10 tahun kedepan.

Lalu dia mengajukan Focus Discussion Group dengan mengundang para stake holders, pemerintah dalam hal ini Kementrian BUMN, Kementrian Perdagangan, Kementrian Perindustian dan Kementrian Desa, serta perwakilan kebupaten dan kota seluruh Indonesia, ditambah tamu undangan yang punya relevansi dengan market mereka.

“FGD? In Bali? Berapa banyak biaya yang kita akan habiskan untuk FGD sebesar ini?” Mr. Kanegawa bertanya.

Kotaro Hayama, Presiden Director dan Hayaka Hashemoto, Managing Director Hikaru Indonesia, serta Chinami Etsuka, Group Finance Director merupakan tokoh sentral yang ikut hadir dalam rapat penting ini.

“lalu apa yang kita dapat dengan naming right sebesar ini?” Tanya Kotaro Hayama

Dave yang menjadi pencetus acara dan penggagas ide ini pun menjawab lewat presentasi singkatnya

“ Shachou-san, ijinkan saya menjelaskan….”

“ point 1 adalah Awareness dan Eksposure…..”

“ Telah kami singgung sebelumnya bahwa naming right ini menjadi media promosi yang efektif. Dengan memberikan nama perusahaan kepada gedung ini, perusahaan akan dapat meningkatkan kesadaran merek atau Brand Awareness Hikaru. Nama perusahaan akan terlihat, terdengar secara konsisten, eksklusif oleh banyak orang termasuk ke jaringan kita dan calon klien potensial…”

“ lalu point nomor 2 ialah Citra positif dan Engagement”

“ Dengan terhubung ke gedung dan lokasi yang strategis seperti ini membuat perusahaan kita akan memiliki reputasi baik atau popularitas tinggi, perusahaan dapat mengambil manfaat dari asosiasi positif ini. Ini dapat membantu membangun citra positif bagi perusahaan di mata konsumen”

Diam semua mendengar pemaparan Dave.

“ Naming rights ini juga dapat membantu perusahaan membedakan diri dari pesaingnya. Ketika perusahaan dapat di identifikasi dengan tempat atau acara tertentu, Hikaru akan menciptakan ikatan emosional dengan konsumen yang dapat membedakannya dari pesaing yang tidak memiliki hak penamaan semacam itu”

“ Tempat atau acara dengan naming rights sering kali mendapatkan liputan media secara luas, terutama jika itu adalah tempat atau acara yang populer. Ini memberikan perusahaan eksposur yang lebih besar daripada iklan tradisional, atau model marketing yang standard seperti yang selama ini kita lakukan….”

“ Dan terakhir ialah Platform dan Value…”

“ Naming rights memberikan platform yang kreatif bagi perusahaan untuk berinovasi dalam kampanye pemasaran kita. Ini dapat mengintegrasikan merek kita ke dalam berbagai aktivitas promosi dan acara yang terkait dengan tempat atau acara di gedung ini….”

Pemaparan Dave memang sudah melalui kajian yang mendalam dan penuh perhitungan. Sehingga semua apa yang dia sampaikan rasanya sangat relate dan masuk akal, meski perusahaan harus merogoh kocek yang dalam untuk keperluan dia dalam hal naming right ke gedung baru mereka ini. Dan dalam skala lokal, nasional, atau bahkan internasional dapat meningkatkan nilai merek perusahaan. Nama perusahaan menjadi lebih berharga karena terkait dengan sesuatu yang signifikan.

“untuk FGD?” Tanya Kotaro Hayama lagi

“Target saya 2,2 triliun dari penjualan paket PLTS untuk 100-120 ribu unit ke pelanggan bebas kita dalam waktu 1 tahun kedepan…..”

Semua terhenyak mendengar

“it’s too high….” ujar Mr. Hashemoto

“ kami sudah menjual 2830 unit semua produk kita dalam sebulan terakhir ini… naik dari bulan sebelumnya 1400 unit, atau 870 unit dari bulan sebelumnya lagi, sebelum saya masuk…”

Mendengar datanya, agak ribut sedikit

“itu dengan marketing yang belum optimal…..”

Terdiam semuanya.

Lalu dia melanjutkan lagi

“kerjasama dengan ACCESS (Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality) untuk pengadaan PLTS di bagian timur Indonesia dan Papua Nugini, dengan total nilai semua 26, 8 milyar”

“lalu kita juga akan segera closing sebagai konsultan dan juga pengadaan solar panel di proyek PLTS 8,2 Megawat di Ameroro, Sulawesi Tenggara…..”

“Lalu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar di Ladongi yang bernilai sekitar 278 milyar, hampir dipastikan kita akan memenanginya….”

“seberapa pasti?” tanya Mr. Hayama

“sangat, karena pesaing kita gagal mencapai kualifikasi yang diminta PLN…..”

“ dan target saya lewat FGD ini kita akan bisa meraup 3,5 trilyun kesepakatan baru dalam 2 tahun kedepan lewat kerjasama dengan pemerintah daerah dan swasta…..”

“ini bombastis sekali…..” Chinami Etsuka, Finance Director yang merupakan satu-satunya wnaita di level direksi di kantor pusat Tokyo

“sepakat…. makanya dalam 2 bulan ini saya bisa mencapai target 2 tahun tim bisnis yang lama capai…..” ujarnya dengan dingin

Diam sesaat. Meski ada nada yang berbeda, namun apa yang disampaikan oleh Dave lewat data yang ada, memang demikian adanya.

“ ini proyeksi yang bisa kita ukur sebetulnya, namun saya mengingatkan agar ini dilakukan secara prudent dan kajiannya sangat dalam, sehingga resiko gagalnya harus kita minimalisir…”

Hayaka Hashemoto lebih banyak diam dalam meeting kali ini. Dia seperti tidak bisa mendebat permintaan anggaran dari Dave, baik saat mereka rapat internal mereka di Jakarta, maupun saat rapat koordinasi dengan kantor pusat, Tokyo lewat zoom seperti ini.

4 proyeksi marketing ini sebetulnya yang mulai dibangun oleh Dave semenjak dia masih di Tokyo. Ini sudah berjalan begitu dia mendapat kabar akan dipindahkan, Dave sudah memulai kajian dan melempar bola kemana mana, sehingga bahkan bisa dibilang lebih cepat dari yang diperkirakan

“ sebetulnya proyeksi ini masih perlu kita kaji lagi….” Chinami berkomentar

“memang dalam sudah ada perbaikan, termasuk PLTS di Bangka, kerjasama dengan Island Group, serta pembelian dari Timor Leste…..” sambungnya

“tapi ini bersifat insidentil, bukan lewat proyeksi yang terprogram dan marketing yang disusun oleh Bisnis Development…..”

Dave tersenyum. Dia tahu, calon president direkturnya ini memang sangat ketat jika masalah keuangan, dan sangat detail dengan semua program dan perencanaan, sehingga dia akan jadi sangat kritis jika sudah bicara financing.

“saya sepakat…. “ potong Dave

“ tapi mereka tidak akan datang ke produsen yang tidak punya kualitas dan perencanaan yang baik, jika di produsen pertama mereka gagal dapat apa yang mereka cari…..”

“ ini dua hal yang berbeda, jangan samakan keberuntungan dengan hasil lewat program yang dirancang….” sergah Chinami lagi

“dari 4 kesempatan yang datang, keberuntungan hanya akan sekali…. 3 kali itu karena kualitas….”

“lalu apa yang membuat anda yakin proyeksi dan dana besar untuk marketing ini bisa berjalan sesuai rencana?”

Dave tersenyum

“ Jika kita tidak mau spend untuk marketing purpose, kita tunggu pembeli datang saja…” datar Dave menjawab

“saya tanya seberapa yakin anda terkait proyeksi bisnis ini?”

“ Sangat yakin…..”

“indikatornya apa?”

“ kita tidak bisa capai tujuan kita hanya dengan bermimpi….”

“saya tanya indikatornya apa? Jangan bawa masalah mimpi ke forum meeting sebesar ini….”

Dave agak panas hatinya, meski dia tahu Chinami memang terkenal sebagai wanita ganas dalam hal menghadapi koleganya

“ Kita menghabiskan dana besar untuk permintaan proyeksi departmen anda, kalau gagal bagaimana?”

Diam sesaat Dave, menarik nafasnya sebelum menjawab

“tidak mungkin saya minta anda mundur?” cecar Chinami lagi

Diam kembali

“Dave - san…. are you OK?” sindirnya saat Dave terdiam cukup lama

Dave tertawa sedikit mendapat sindiran dari Chinami

“Ok, saya tanya sedikit, apa ada Direksi di semua cabang Hikaru yang bisa menjual seperti apa yang saya lakukan dalam waktu dua bulan?” balas Dave akhirnya

Diam semuanya

“No one… “ jawabnya sendiri

“ semua proyeksi marketing yang saya jabarkan sekarang ini, sudah kami kaji, baik internal di department saya, maupun dengan mengkompare nya lewat kompetitor kita…..”

“acuan dan langkah preventatif pun sudah saya jabarkan jika plan A, B dan C gagal….”

“jika proyeksi sedetail ini, dan audiens dan pasar yang kami bidik juga masih diragukan, kenapa penjualan sekian tahun yang stuck dan hanya berjalan tipis malah ditolerir?”

“anda jangan bawa kegagalan pendahulu anda untuk membenarkan proyeksi anda….”

“tidak…. tapi jika pencapaian sebelumnya tidak bisa saya compare, lalu dari mana tolak ukurnya saya pakai, atau kita semua pakai, untuk ukur apa yang saya capai sekarang?”

“Ok cukup….” potong President Director, Kotaro Hayama, dia seperti tidak nyaman dengan perdebatan yang terjadi tanpa ada ujung pangkal selesainya dimana.

“ kita tidak akan melangkah jauh jika masih bahas perbedaan marketing cost dengan hasil yang akan kita dapat nantinya…..”

Semua diam

“Chinami….” tegas suaranya

“ Ya mr. Presdir….”

“siapkan semua keperluan yang dibutuhkan Dave-san….”

Diam semuanya

“Ya Mr. Presdir…”

“hitung EBITDAnya nanti untuk kita bisa tahu capital intensive kita, terutama untuk Jakarta Office…..”

“ Noted Mr. Presdir…”

Lalu

“Dave-san…”

“Ya Shachou-San…”

“ pertajam lagi proyeksi anda, segera kirimkan ke Level 1,2, dan 3, untuk saya approve.”

“terima kasih Shachou-san….”

Lalu terdengar suara

“ijin Mr. Presdir….”

“silahkan Mr. Hashemoto….”

Managing directornya sendiri yang kini ingin bicara

“Dave-san, saya kuatir dengan produk Tiongkok saingan kita, ini apa sudah kamu pelajari bagaimana target kamu dengan persaingan dengan mereka?”

Hashemoto wajar kuatir, dia berkali kali dijegal oleh pesaingnya itu

“thanks Mr. Hashemoto….” jawab Dave

“ kualitas dan teknologi kita jauh didepan, lalu nama baik dan purna jual kita juga sudah saya terangkan dengan jangka waktu yang lebih lama akan menguntungkan dibanding mereka beli murah, namun daya tahan mereka tidak berumur panjang……”

“ harga kita?” tanyanya lagi

“kita gandeng perbankan untuk pembiayaan agar bisa meringankan pembeli…. menguntungkan mereka, perbankan untung, dan kami juga untung….”

Semua terdiam. Mereka dibuat takjub dengan pemaparan Dave dalam memberikan presentasi. Bahkan sampai resiko dan sistim pembayaran pun sudah dipikirkan oleh Dave, untuk mencegah semua resiko yang muncul.

Akhirnya Mr. Kotaro Hayama pun bersabda

“oke, saya rasa apa yang disampaikan oleh Dave bisa kita pahami… ini investasi besar di bidang marketing yang baru kali ini mungkin kita laksanakan, namun saya harap bisa berejalan sesuai dengan harapan kita….”

“saya harap, semua berjalan lancar dan penjualan kita di Indonesia bisa berjalan seperti yang kita harapkan….”

“ terima kasih, Mr. Presdir….” ucap semua yang hadir

Rapat pun ditutup, meninggalkan kelegaan di sebagian pihak, terutama Dave dan Ratih yang ikut hadir, namun sedikit banyak juga ada yang kuatir, termasuk Mr. Hashemoto. Laporan yang dia terima dari anak buahnya selain Dave, memang agak membuat dia ragu terkait planning dan proyeksi marketing Dave.

Ada dua hal yang bikin dia agak berkerut dahinya, sekaligus lama memutuskan apa ini dibawa ke forum CEO dan Presdir untuk final approval.

Pertama ialah membeli hak nama atas gedung tempat kantor mereka yang baru selama 10 tahun, sesuai dengan durasi sewa mereka disini. Dan yang kedua ialah pengadaan FGD yang besar di Bali, dengan mengundang pihak swasta, PLN, hingga Kementrian perdagangan, perindustrian, BUMN, hingga pemda dan pemkot. Belum lagi gaya Dave dalam memimpin departmennya yang dia lihat tidak bisa merangkul anak buahnya yang sudah lama bekerja di Hikaru.

Acara besar yang memakan biaya hingga 7,2 milyar yang rencananya akan dilaksanakan di Sofitel Nusa Dua Bali, merupakan proyek mercusuar marketing bagi Dave, yang dia harapkan akan mendatangkan kerjasama kontrak kerjasama untuk Hikaru sebesar 3,5 trilyun untuk semua lini bisnis mereka, baik untuk konsultan, pembangunan dan pengadaan, hingga penjualan produk milik Hikaru.

Proses ini bahkan semenjak setahun lalu sudah mulai digagas oleh Dave. Secara diam-diam dia memulai survey, dan kemudian menuangkan ini dalam bentuk marketing assesmen, yang kini akan dia eksekusi menjadi marketing planningnya kedepannya.



*****************

Selesai rapat, Direktur Tekhnik, Horashi Fujimori memanggil Ratih Savitri, yang kini menjabat sebagai Marketing General Manager, bersamanya juga dipanggil Surya dan Yunarto, yang sebetulnya masih menjabat sebagai GM, namun sudah dicopot dan tidak dianggap lagi oleh Dave.

“ini apa coba planning kalian?” tanya dia ke Ratih

Ratih diam saja, di dalam ruangan ini ada 4 orang lain selain dirinya yang punya isi kepala berbeda dan tujuan yang tidak sama dengan dirinya, sehingga dia enggan untuk menjawab.

“ buang uang dan buang energi…. kita akan hanya buang waktu dan tidak akan ada satu pun kontrak kerja yang ditanda tangani…..”

Masih diam Ratih

“ini bukan main-main biayanya, namun planningnya seperti presentasi ke klien kecil….”

“saya bahkan tidak diajak bicara….” urainya lagi

“ kebiasaan boss lu….” seringai Yunarto menimpali

Mr. Fujimori, selaku penanggung jawab bagian teknik dan produksi, memang layak kuatir. Karena sekian tahun dia sudah melihat bagaimana produksi dan semua bisnis Hikaru, sering kali dilibas penjualannya dan tendernya kalah dengan perusahaan yang memiliki produk buatan Tiongkok, kalaupun dapat yang harganya bagus, kalah dengan perusahaan Jepang lain.

Perasaan tidak nyaman dari Mr. Fujimori pun seperti dimanfaatkan oleh Surya dan Yunarto, untuk berlindung dan juga untuk berusaha menjegal rencana Dave. Karena bagi mereka Dave seperti duri dalam daging bagi mereka.

“ini pengalaman kita selama ini…” ujar Fujimori lagi

“kita selalu kalah dengan kompetito kita apalagi dari Tiongkok….”

“kenapa kamu tidak bilang ke Dave?” sergahnya lagi

Rati bingung kenapa dia yang jadi tertuduh. Kenapa juga Mr. Fujimori tidak bicara langsung dengan Dave sebagai sesama direksi?

“ini sampai gagal, bahaya kita semua…..”

Ratih diam sambil membiarkan Mr. Fujimori terus berkicau dan mengomel

“lu harusnya kasih tahu…. anak muda nafsunya gede…. giliran gagal tinggal resign….” tutur Yunarto

“tapi warisan kita yang sudah kita bangun bertahun tahun hancur di tangan anak muda yang sok tahu…” Surya terlihat kesal.

“apa jadinya kalau sampai acara itu gagal?”

“iya, atau market yang dia mau capture ternyata tidak sesuai?”

Mendapat berondongan pertanyaan dan seakan disalahkan dengan planning Dave, Ratih lama-lama juga kesal jadinya

“Mr. Fujimori, sebaiknya bapak bicara dengan Pak Dave…. ini sudah beliau kaji dan exercise berkali kali…..” tukasnya agak tajam

Fujimori terdiam

“pak Surya dan Pak Yunarto juga…. jangan ajak saya ke masalah kalian dengan si Boss….”

“itu boss lu… bukan boss gue…”

“ya udah…. bicara ama dia….” sengit suara Ratih.

“jangan saya yang bapak kejar….”

Ratih layak kesal dan marah, karena semua ini hasil pertimbangan dari Dave, dan dia hanya membantu memberi masukan dan mengerjakan apa yang digagas oleh Dave.

Lalu

“saya permisi Mr. Fujimori…”

Dia lalu bangkit dari kursinya dan keluar dari ruangan Fujimori, dan saat dia keluar tanpa dia sadari, mata Dave menatapnya dari pintu ruangannya. Senyuman sinis dari bibir Dave, karena dia tahu pasti Ratih diinterogasi oleh Fujimori, karena dianggap dia GM yang dekat dengan Dave.

Office politics, bisik hati Dave. Dia heran juga rekomendasinya ke HRD belum juga ditindaklanjuti oleh HRD, bahkan anak buah yang diangkatnya seperti dibiarkan kerja sendirian, cenderung diganggu malah oleh orang-orang lama yang dia pinggirkan.

Dia sangat membenci yang namanya politik kotor di kantor. Semua kajian dan planning dia bahkan dibuka dan dishare ke seluruh GMnya sebelum dia ajukan ke Direksi dan level 1 dan 2, tidak ada tanggapan berarti, namun saat dia sudah share dan dimeetingkan, tetap saja banyak yang tidak happy dan berusaha mengganjalnya.

“no worries, Dave…” ujar Keiko saat dia menelpon barusan

“thanks Sweetie….”

“ jalan saja dengan program kamu, masalah ada perdebatan di level direksi, itu hal biasa….”

“iya sayang…”

“justru kamu harus membuktikan bahwa semua yang di kritisi Chinami itu bisa kamu jawab dengan hasil yang bagus….”

“sure ….”

“semangat yah…”

“iya sayang….”

Lalu

“kamu harus segera bereskan departemen kamu….”

“iya sayang….”

“mereka masih tetap merongrong kamu dengan sikap dan gaya mereka yang selalu menentang program kamu….”

“penjualan aku meningkat….” jawab Dave

“iya, tapi tidak akan optimal kalau tim kamu juga masih tidak 100 persen dukung kamu…”

“iya sweetie….”

Lalu

“do you missed me?” goda Keiko

Dave tersenyum

“a lot….”

Keiko tertawa mendengarnya

“take me over then….”

“I will… someday….”

“always someday….” merajuk suaranya Keiko

Dia tahu Dave masih banyak pertimbangan untuk mengajaknya ke Indonesia. Dia pun demikian, masih belum bertemu waktu yang tepat untuk mengunjungi Dave di Jakarta. Meski hatinya selalu dibuat rindu oleh Dave.

Sementara Dave tiba-tiba dikagetkan dengan beberapa foto yang dikirimkan di WAnya

Foto taman di rumah Tari, yang sudah berubah total dari yang biasa dia lihat jika mengantar Tari pulang.

Dan makin kaget lagi saat melihat status whatsapp Tari

Makasih yah adikku yang cantik, Iva Lasmaria Hutasoit, yang sudah make over taman di rumah. Thanks Daiva Garden, amazing works

Lalu foto Tari sedang merangkul pundak Iva juga ikut muncul.

Meski Tari sudah memberitahunya kalau akan menggunakan jasa Iva, namun tetap saja Dave terkejut mendengarnya. Dia tahu, pasti ada sesuatu yang melatarbelakangi Tari sampai harus memanggil Iva untuk mendandani tamannya. Dengan kekuatan finansial orangtuanya, bahkan dirinya sendiri pun, dia yakin Tari bisa cari penyedia tenaga landscape yang punya nama dan sudah terkenal.

Dave makin dilema belakangan ini jadinya. Di satu sisi dia seperti tidak ingin mengecewakan Keiko yang sudah luar-biasa mendampinginya, bahkan seperti sudah membuka hatinya untuk Dave secara terbuka. Namun disisi lain, dia juga sulit memungkiri jika pesona Tari yang selama ini dia kagumi, kini hadir lagi, memberinya hari baru, semangat baru, dan juga sebuah nuansa cinta lama yang bisa kapan saja bersemi kembali.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd