Elkintong
Senpai Semprot
BAB XXV
Your strengh is your weakness
Your strengh is your weakness
SQ 958 yang sedang membawanya kembali ke Jakarta, seakan ikut membawa kegundahan hati bagi Dave. Dia tidak tega melihat Keiko yang tidak lepas memeluknya sambil menangis sebelum masuk ke gerbang keberangkatannya menuju ke Tokyo tadi pagi.
Rasanya sulit dipungkiri kalau perasaan Keiko sudah berubah jauh dibandingkan saat mereka masih bersama di Jepang dulu.
Keiko pun ikutkan kepo dengan siapa yang menelponnya pagi-pagi. Sesuatu hal yang selama ini tidak pernah dia lakukan.
Karena semenjak tadi malam, hingga pagi Tari beberapa kali menghubunginya. Bahkan saat ini dia sudah menuju ke bandara untuk menjemput Dave hari ini.
Dia merasa berdosa karena seperti sudah mempermainkan perasaan dua wanita yang dia sukai keduanya sebetulnya.
Di satu sisi Keiko adalah wanita hebat yang selama ini mendampinginya dan melihat dirinya dengan apa adanya dia. Membantu percaya dirinya untuk tumbuh dan bangkit, membuat dirinya merasa menjadi pria yang luar biasa yang seperti dia rasakan saat ini. Dia tahu betapa Keiko punya peran yang sangat dalam untuknya.
Hubungan mereka yang tadinya rekan kerja, menjadi teman baik, hingga berakhir dalam hubungan yang lebih jauh. Tidak ada kata cinta, kata jadian, kata komitmen untuk dibawa kemana, hanya ada rasa saling membutuhkan saja. Padahal dalam setiap hubungan dan perjalanan bersama, sebuah komitmen dibutuhkan agar bisa seiring.
Bercintanya mereka pun kini jauh berbeda. Ada ikatan emosional di dalamnya. Bukan hanya sekedar nafsu dan birahi yang seperti mereka lakukan selam ini, namun sudah sampai ke taraf yang lebih jauh. Keiko bahkan sudah tidak pernah meminta agar Dave menggunakan pengaman. Rintihan dan caranya melayani Dave, sudah terlihat jauh lebih dalam.
Meski berbeda budaya, warna kulit dan latar belakang, bahkan kepercayaan yang berbeda. Karena meski orangtuanya menganut kepercayaan Shinto, namun Keiko adalah sosok yang berbeda dan tidak percaya akan adanya kehidupan lain setelah meninggal. Namun tetap dia sangat menghormati semua atribut keagamaan dari Dave.
Sayangnya ke Keiko memang ada dan tumbuh, seiring dengan makin dia menyadari bahwa ada rasa yang sama di diri Keiko.
Tapi belakangan ini rasa lain, rasa yang pernah ada dan membara dalam hatinya, kini mulai mengusik dirinya kembali.
Kehadiran Tari membuat tembok besar yang dia bangun sekian tahun, seakan roboh seketika. Jauh-jauh dia pergi meninggalkan Indonesia, selain mengejar cita-citanya, dia juga ingin mengubur dalam-dalam kenangannya bersama Tari.
Mengubur cintanya yang tidak tergapai saat itu.
Namun kembalinya Tari dengan situasi yang berbeda, membuat pagar yang tinggi dia bangun seakan runtuh seketika
Wajah cantiknya yang kini selalu dengan penuh senyum setiap menatapnya
Gigi rapi dan bibir indah yang dulu memikat Dave
Manjanya dia yang selalu membuat Dave susah untuk bilang tidak
Itu semua seakan seperti ombak besar yang meluluhlantakan istana pasir yang susah payah dibuat Dave di tepian pantai.
Bahkan terlihat sekali kalau Tari seperti mengundangnya untuk lebih jauh bertindak, karena memang Tari kini sudah jelas tahu bahwa Dave sangat mencintainya, bukan hanya menduga seperti dulu mereka di kampus. Dan dia seperti memberi ruang yang luas bagi Dave untuk melangkah.
Someone wifes
Different bachground and religion
Semua sering hadir dalam benak Dave.
Dan ini yang membuat dia pusing. Karena jujur dalam hatinya, dia tidak bisa menafikkan bahwa rasa cintanya yang dulu dia berusaha padamkan, bisa berkobar kembali kapan saja, meski dia selalu berusaha untuk menghindari itu, karena dia sadar akan sulit bagi mereka dengan kondisi saat ini untuk bisa berjalan bersama.
Dia ingat pembicaraannya dengan Keiko tadi pagi di kamar
“kabarin aku kalau sudah tiba di Jakarta…”
“i will…”
Diam sambil tetap menatap wajah yang badannya sedang ditimpahnya
“ Dave…”
“yes….”
“kalau kamu sudah ada yang lain…… kasih….”
“ngga ada yang lain….” potong Dave cepat
Keiko tersenyum mencoba memahami
“ waktu, jarak, dan keseharian akan bisa mempengaruhi perasaan orang…..”
Dave tersenyum
“ kamu bicara tentang aku atau kamu?”
Keiko agak merenggut wajahnya
“ kepala aku selalu berpikir tentang kamu…..”
Dia membaringkan kepalanya ke dada telanjang Dave
“ aku tidak tahu kalau kamu….”
Dave membelai rambutnya dengan lembut
“ kita bersama selama 3 tahun, apa ada pernah aku melihat wanita lain….”
“beda Dave… di Tokyo dan Jakarta… Jakarta kamu punya banyak kenangan, banyak yang kenal dan lebih mudah bahasa dan kesempatan….”
Dia memeluk tubuh telanjang yang baru memberinya kenikmatan itu
“ tapi masih Dave yang sama……” ucapnya memberinya ketenangan
Masih diam wanita itu
“i hate this feeling lah….” keluh Keiko pelan
Dave hanya bisa diam. Dia sendiri pun bingung harus bilang apa dengan situasi ini. Melangkah lebih jauh dengan Keiko dia perlu mengkondisikan banyak hal. Orang tua, adat, negara, dan terutama yang perlu dia atur ialah perasaannya sendiri. Apa dia sudah yakin akan melangkah dengan Keiko?? apa dia sudah yakin dengan apa yang dia rasa??
Pengumuman dari announcer di cockpit, sedikit membuyarkan lamunannya. Pesawatnya sebentar lagi akan segera landing di Cengkareng, setelah kurang lebih 1 jam 40 menit dia menempuh perjalanan dari Changi.
************************
Hari ini sebetulnya adalah hari ulang tahun Yudi yang ke 36 tahun.
Namun yang terjadi adalah sang istri sedang berdiri di bandara, menunggu pria lain yang belakangan ini mengisi hati dan pikirannya.
Selamat ulang tahun,Mas. sehat dan sukses selalu
Makasih Yang.
Lalu
Kamu dimana Yang?
Whatsapp Yudi hanya dibaca oleh Tari, tanpa dibalas lagi.
Hubungan mereka sudah berada di titik nadir dan sudah dalam kondisi emergency. Diam -diam Tari sudah mulai berkonsultasi dengan salah satu pengacara, untuk mempersiapkan gugatan perceraian dengan Yudi.
Sementara Yudi sudah seperti lupa daratan dengan kekasih gelapnya itu. Model dan juga pemain FTV yang masih berusia 23 tahun, yang pernah dilabrak oleh Tari, nampak masih sering wara wiri dengan suaminya itu. Bahkan dalam satu postingannya di IG, terlihat dia ikut hadir di sebuah pertandingan basket IBL, dimana salah satu tim itu apparelnya disponsori oleh apparel milik Yudi, dan artis itu menjadi brand ambassadornya.
Dulu sakit sekali setiap mendengar ada gosip atau rumor terkait Yudi dengan wanita itu. Namun sekarang Tari sudah tidak memperdulikannya lagi.
Tolong yah, masih ingat kan kewajiban sebagai istri? Suami ulang tahun itu harusnya di rumah.
Whatsapp dari mertuanya, yang juga hanya dibaca dan tidak dijawab. Karena kalau dijawab akan panjang perdebatannya. Tari enggan menanggapi ocehan mertuanya yang perempuan terutama, yang suka menyalahkan dirinya terkait masalah rumah tangganya dengan Yudi.
Aku sudah bertahan sekian lama. Memaafkan dan mencoba mengerti. Mengikuti apa yang Mas Yudi mau. Menerima perselingkuhannya dengan wanita itu, dengan dalih dia tidak bisa memberikan keturunan. Namun yang terjadi ialah tetap saja dia yang disalahkan, dan dianggap tidak kompeten dalam mengurus suami yang super sibuk bekerja, padahal dia tahu sering tidak pulangnya Yudi, bukannya bekerja tapi sibuk melanglang buana entah kemana dengan selingkuhannya.
Kepergian Tari dari rumah beberapa bulan lalu pun bagaikan dianggap blessing in disguise bagi Yudi. Dia semakin leluasa, bahkan dia tidak pernah mencari Tari ke rumah orangtuanya. Sehingga bagi Tari, ini sudah keputusan yang tepat baginya untuk mulai menginisiasi perceraiannya, toh Yudi pun secara agama sudah berkali kali mengucap kata talak kepadanya.
Tari bahkan sudah tidak berharap akan uang bulanan dari suaminya. Atm, buku tabungan dan bahkan mobile bankingnya sudah dia copot untuk yang uang bulanan dari Yudi. Penghasilannya dari usahanya dia sekarang meski masih belum lancar, tapi cukup baginya. Toh mobil dari Papa dan Mamanya bisa dia pakai, rumah dia juga bisa tinggal di rumah orangtuanya, atau di rumah pribadinya dia yang dulu dibeliin Papa di kawasan BSD.
Berpisah dengan Yudi secara materi, Tari tidak akan kekurangan apa-apa.
Seorang anak kecil berlari memeluk ayahnya yang baru muncul dari pintu kedatangan. Tari tersenyum melihat pemandangan itu, dan ibunya lalu menyusul memeluk suaminya. Sepertinya sang ayah adalah buruh migran atau mungkin pelaut yang baru pulang. Anak dan istrinya memeluk sang ayah, sambil menangis haru. Anaknya digendong dan diciumin terus sama sang ayah, lalu mereka berjalan sambil mendorong trolly.
Tari merasa iri dengan pemandangan barusan.
Matanya masih memandang ke arah pintu kedatangan. Dia membiarkan beberapa mata yang menatapnya dengan tatapan berbagai macam arti. Tari sudah terbiasa dengan tatapan genit, dan juga dengan berbagai macam gaya para pria, termasuk semenjak dia memegang peranan di kantor. Namun bagi Tari, hatinya sudah beku terhadap yang demikian. Dia hanya kini memandang ke satu tujuan, satu sosok, sosok yang kini sedang dia tunggu kedatangannya.
Dia merasa aneh hari ini. Dia sampai beberapa kali ganti baju untuk memantaskan dirinya. Padahal dari dulu mana pernah dia memikirkan ini saat masih jaman kuliah dengan Dave. Namun kini dia merasa lain. Dia tahu, Dave kini bukan Dave yang dulu. Gayanya sudah jauh berbeda, cara berbicaranya yang dulu agak lembut dan malu serta cenderung tidak percaya diri jika bertatapan dengan dirinya, kini sudah berubah sama sekali.
Dan ini yang membuat Tari seperti semakin sulit lepas. Dia sadar bahwa cintanya Dave ke dirinya tidak mungkin hilang. Kalaupun dia marah dan sakit hati, dia yakin itu akan hilang dan terbasuh dengan baik, jika Tari mampu mengobati rasa sakit itu dengan perhatian yang dia miliki sekarang.
Ada rasa bangga dan senang di hati Tari, karena Dave mulai bisa menerimanya kembali, meski belum ada pembicaraan apa-apa, atau tarikan ke arah yang samar, tapi dengan dibolehinnya dia menjemput, Dave mulai mengajaknya makan siang atau dinner, Tari merasa bahwa peluang itu tetap terbuka.
Perbedaan dan segara hal lain, dia tidak ingin pikirkan lebih dulu saat ini
Memperbaiki hubungan, membangun kembali rasa percaya dan rasa sayang yang dulu ada, itu yang paling penting. Selanjutnya, semua akan ada jalan keluarnya bagi Tari. Asal mereka berdua punya niat yang bagus, pasti Allah bukakan jalan untuk mereka, demikian pikirnya
Bunyi getaran di iphone
Dimana?
Dia mengetik
Di pintu depan pas keluar
OK
Dan tidak lama kemudian sosok tu keluar bersama beberapa kerumunan orang.
Tari segera menghampirinya, memberinya senyuman, lalu memeluk pria itu.
Dave agak gelagapan meski kemudian membalas pelukan Tari
“dari tadi?”
Tari menganggukan kepalanya
“30 menit yang lalu lah….”
Dave lalu berjalan beriringan dengan Tari
“kita naik shuttle ke parkiran….”
“oke….”
Tidak lama kemudian mereka sudah tiba di parkiran tempat mobil Dave menginap selama di tinggal ke Singapore
“ Udah makan?”
Tari menggeleng
“mau makan bareng kamu kan….”
Senyumannya terpamer dengan giginya yang rapih dan bibirnya yang merekah
“kenapa?”
Dave menggeleng
“salah baju aku?”
“ngga…..”
“ini kan aku pake blaser biar ngga terlalu terbuka…”
“iya ngga apa-apa….”
Pakaian Tari yang dengan kaos ketat dan belahan dadanya agak renda tertutup dengan blaser.
Dia ingat dulu Dave sekali kalinya komplain dulu karena Tari pake baju ketat dan jadi suitan pria usil saat dia mengantarnya mencari buku di kawasan Jatinegara.
“dulu pernah komplain kan…..”
“iya dulu…..” agak malu dia menjawab
“trus sekarang?”
Dave hanya tertawa kecil. Dia seakan menghindari pancingan Tari. Dia memilih berkonsentrasi ke jalanan yang agak sepi.
“makan dimana?”
“terserah….”
Kalau bahasa terserah bakal panjang urusannya
“Mang engking?” ledek Dave mengingat tempat makan favorit di UI, yang sekali kalinya dia masuk makan karena tepat ulang tahun Tari waktu itu
“ayo….”
Tapi
“macet ngga Depok?”
Dave membenarkan
“telaga Sampireun aja yah…..”
“di mana?”
“bintaro….”
“oke boleh… sekalian antar dirimu…”
Agak manyun Tari
“oh, jadi aku jemput, ajak makan trus aku diantar pulang?”
Dave jadi bingung
“ngga…..”
“trus?”
“ngga apa-apa….”
Masih agak manyun
“aku kan pengen berduaan hari ini…..”
Dave agak luluh jadinya
“ya sudah…..”
“abis makan jalan dulu yah…..”
Dave tersenyum
“Ok…..”
Kali ini Tari tersenyum lebar
***********************
Lobster bakar seafaood dan gurame bakar cobek menjadi menu makan mereka berdua sore ini.
Tari makan dengan lahapnya
Sedangkan Dave masih dengan rasa bersalahnya. Dia baru saja memberi tahu ke rumahnya bahwa dia agak telat datang karena harus mampir ke apartemennya untuk membuat laporan, sehingga malam mungkin tiba di Bogor. Bahkan Dave kemungkinan absen ke gereja hari ini, karena masih bersama Tari
“enak banget….” komen Tari
Dave hanya tersenyum
Sambil makan mereka berbincang banyak hal. Tari menceritakan kesibukan-nya dan planningnya untuk kantornya, termasuk pembenahan seperti apa yang diusulkan oleh Dave
“papa sangat senang, Dave…..”
“oh oke….”
“aku pun jadi bersemangat……”
Dave tersenyum kembali
Lalu
“makasih yah Dave…..”
“untuk…?” dia menengok sejenak ke arah wajah Tari
“untuk semuanya……”
Tatapan Tari kini dengan senyuman penuh arti ke arah Dave
Sementara tanganya yang belopatn bumbu lobster, sibuk mencocol sambal dan mencampurnya dengan nasi, lalu menyuapkan ke mulutnya, sambil matanya tetap dengan binar yang sama.
****************************
“nonton?”
“Equalizer yah?”
Dave tersenyum
“yuk….”
“sini aja yah….”
Jarak Talaga Sampireun dengan Bintaro Xchange memang dekat sekali
“oke….”
Mereka jalan ke parkiran, lalu masuk ke mobil
“dave…..”
“ya?”
“hmmmmm…. jangan segan tegur aku kalo kamu ngga nyaman dengan dandanan atau busana aku yah…..”
Dave kaget mendengarnya
“oke kok….”
Tari tersenyum lembut
“kamu selalu bilang oke dari dulu…”
Dave terrtawa kecil
“aku ingat kamu kesal aku pake baju ketat dulu…..”
Dave agak malu mengenang masa itu
“aku tahu kamu kesal karena aku disuitin ama orang-orang….”
Lalu
“aku pengen nyaman saat bareng kamu……” lembut suara Tari, namun cukup menohok hati Dave
“aku juga pengen kamu nyaman sama aku….”
Dave tercenung mendengar apa yang disampaikan oleh Tari. Dia tahu bahwa banyak hal yang kini berubah dari diri Tari, dan dia menyadari bahwa ada sebuah celah yang sangat terbuka yang kini mulai dilebarkan jalannya lewat sikapnya Tari.
Mobil keluar dari parkiran dan menuju jalan raya
“ aku nyaman-nyaman aja kok…..”
Tari tertawa kecil kali ini
“mulut kamu sama hati kamu suka beda, Dave……” ceplos Tari
Dave kembali bagai tersudut
“susah untuk jadi orang yang terbuka?”
Diam sesaat, sambil tersenyum
Tari meliriknya seperti menunggu jawaban
“ Ngga juga sih…. “
“trus?”
“yah, dirimu cantik kok pake baju apa aja….”
“hmmm…. basi dah….”
Dave tertawa
Mobil masuk ke parkiran, berputar beberapa saat lalu parkir di lot yang tersedia
Melihat Danzel Washington yang semakin menua, namun memiliki kualitas akting yang keren, memang berbeda dengan sewaktu mereka menonton sequel pertamanya dulu, bagaimana dengan sigapnya Robert McCall dengan saktinya membantai para mafia Rusia. Di dalam bioskop sesekali mereka membahas relasi film ini dengan film pertamanya.
“makasih yah Dave…..” ucap Tari saat mereka dalam perjalanan pulang menuju rumah Tari
“sama-sama….”
Lalu
“sebenarnya hari ini ulang tahunnya Mas Yudi…..” ujar Tari lirih
Dave agak kaget mendengarnya
Tari hanya diam, matanya menatap ke depan seperti kosong
“ aku ngga tahu gimana nantinya hubungan aku dengan dia…..”
Hening sesaat
Kamu aja ngga tau, apalagi aku, Ri… bisik hati Dave
“aku cuma ingin segera selesai saat ini…..”
“karena aku ingin segera memulai hidupku yang baru…..”
Mata itu terlihat mulai berkaca saat menatap ke arah Dave
“aku ngga mau menghabiskan waktuku yang berharga hanya menunggu suamiku sadar dari perselingkuhannya dan kembali ke diriku dalam kondisi sakit……”
Dave terdiam. Dia tanpa sadar teringat kondisi ibunya, yang menderita sekian tahun menanti dan bersabar dengan perbuatan ayahnya, yang hingga saat ini belum juga kembali, bahkan tidak pernah kembali
“toh, dia juga sudah tidak perduli dengan aku……..”
Perih di balik suara itu
“dulu aku menganggap bahwa aku akan jadi permaisuri di hatinya……”
Senyumnya terlihat pahit
Dave hanya bisa menahan nafas, membiarkan Tari menumpahkan uneg-unegnya
“ aku ngga pernah menyadari bahwa aku sebetulnya sudah jadi putri di hati orang lain….” tatapannya ke Dave kini mengandung banyak artian
“aku malah tidak mempedulikan itu……”
Mata itu agak berlinang
“ sayangnya waktu ngga bisa diputar lagi……”
Dave tersenyum kecil
“seandainya waktu bisa diputar kembali…..” ada rasa sesal di suaranya
“Ri…..” potong Dave
Tari tersenyum pahit
“ aku hanya bisa berharap bisa memperbaikinya nanti….” mata yang tadi berkaca, kini mulai berbinar
“ maafin aku…. kalo terlalu banyak bicara….” dia menundukkan wajahnya agak malu karena dari tadi dia bicara terus dan Dave hanya mendengarkan saja
“it’s oke…..” jawab Dave
“kamu pendengar yang baik….” Tari menggigit bibirnya sambil melirik ke arah Dave
“dan kamu pembicara yang baik….” balas Dave yang dibalas dengan cubitan Tari di lengannya
“suka gitu…..”
Tari merasa sangat bahagia karena bisa bersama dengan Dave hari ini. Entah kenapa dia merasa berbeda kondisinya jika sudah bersama Dave. Sekian tahun bersama, dia tahu dan kenal baik dengan pribadi Dave, dan dia selalu yakin pria itu tidak akan pernah membiarkan dia jatuh, dilukai, bahkan selalu berusaha membuat dia senang, seperti waktu mereka bersama di UI dulu.
“Dave…..”
“iya…”
Suasana sudah mulai gelap saat mereka masuk ke kompleks perumahan Tari di sektor 3
“ hmmmmm…. aku nanya boleh ngga?” tanya Tari
“yup…. silahkan….” senyum Dave
Tari diam sesaat, lalu
“ kamu….. kamu ngga marah kan kalau aku akan lebih sering minta waktu kamu….” agak tersendat Tari saat mengucapkan kata itu
“kamu ngga marah kan kalo aku pengen ketemu kamu?”
Dave menatap wajah Tari
“dave…..??”
Matanya seakan meminta jawaban
Dave menggeleng
“beneran?” tanyanya lagi ingin memastikan
“yup……”
Wajah Tari menunduk, ada rasa lega disana
“aku jujur… hampir putus asa Dave……”
Kini sedih kembali suaranya
“menghadapi masalah rumah tangga ku seperti ini…….”
Hening dan terdiam
“namun kamu hadir…..”
“buat aku…..” suaranya kembali menyendat
“ ini jadi hal terindah buat aku……”
Dav terdiam kembali mendengar lontaran kata-kata Tari
“ tadinya aku pikir…. kamu akan marah dan tidak akan menemui aku lagi……”
Mata itu penuh harap menatap Dave
“ meski aku tahu…. hati kamu ngga akan mendendam seperti itu ke aku…..”
“namun tetap saja ada rasa takut dan ragu di hati aku….”
Lalu
“namun saat melihat kamu lagi….. aku hanya bisa bilang makasih……”
Senyum tersungging tipis penuh rasa bahagia di bibir Tari
“ makasih sudah kasih kesempatan aku untuk tebus kesalahan aku….”
Dave hanya diam. Dia lalu menganggukan kepalanya. Anggukan yang membuat hati Tari lega dan bahagia rasanya.
Lalu
“ngga mampir?”
Dave tersenyum
“ngga… lain waktu….”
“sudah ditunggu sama inang dan ade yah?”
Dave menganggukkan kepalanya
“oke……”
“maaf yah… kalo aku terlalu manja……”
Dave tertawa
“ngga lah….”
Lalu
“hati-hati baliknya Dave…..”
“iya…..”
“telpon aku kalau sudah nyampe dir rumah….”
“iya…..”
Tari tidak bisa menahan dirinya kini. Dia lalu membuka sabuk pengaman, lalu bangkit dari duduknya dan berbalik sedikit ke arah kanannya, dia memeluk Dave yang tidak mampu menolak pelukan Tari.
“makasih Dave…..” bisiknya di kupingnya
“makasih untuk hari ini….”