Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

BAB XXI



Kemarau Menahun, dilindas Hujan Sehari



Kerut wajah Yulinda terlihat agak membentang di dahinya.

Pagi ini dia harus menghadap ke ruangan direksi yang baru, yaitu David Pardamean Hutasoit. Email yang dikirim oleh Dave minggu lalu berbuntut kemana mana. Mr. Hashemoto juga enggan untuk turut campur, dia memilih menyerahkan itu ke HRD dan user untuk menyelesaikannya.

“ini berbahaya Pak…..” tegasnya ke Dave

“Bahayanya?”

“kok bapak nanya balik ke saya??”

Dia memang pantas kesal dengan Dave. Wanita ini merupakan salah satu manager terlama di Hikaru, dan baru kali ini dia senang dapat direktur oranag Indonesia, namun belum sebulan berjalan, dia harus menghadapi persoalan ini.

Pagi ini dia dibuat kesal oleh Dave

Pagi Pak Dave, apa bisa saya ketemu Bapak?

Pagi Bu, silahkan, saya jam 10 selesai meeting

Oke, di ruangan meeting Jupiter yah


Tidak dijawab oleh Dave

Dia kembali mengirim WA ke Dave pukul 9.55

Pak, saya tunggu di Jupiter

Tiba-tiba dia di telpon oleh Merry, PA nya Dave untuk menemui Dave di ruangan-nya

“ini kan rahasia, Pak….”

“disini juga tertutup ruangan nya…”

“tapi kan kacanya kelihatan….”

“kita bicara disini saja….’

Sikap Dave yang agak kaku makin membuat Yulinda kesal.

“dari sisi HRD kita sulit melakukan ini…..”

“melakukan apa?”

“pemecatan ini….”

Dave terdiam sambil menekan jari tangannya sambil tangannya kedua sikunya diletakkan diatas mejanya

“mereka orang lama semuanya…”

“ saya tidak pecat mereka….”

“lalu?”

“yang saya rekomendasikan diterminate itu Aminah….”

“Pak Yunarto dan Surya?”

“itu saya kembalikan ke HRD…”

“trus mau kita apain?”

“itu terserah HRD…”

“pak, ini bukan kepolisian kalau ada perwira tinggi kita bisa taruh ke non job atau tanpa jabatan….”

“saya tahu… makanya saya kembalikan ke HRD…”

“astaga Pak, balikin ke HRD trus mau saya kemanain mereka?”

“itu wewenang kalian…”

“trus wewenang bapak sebagai user?”

Dave tersenyum

“mengembalikan mereka ke HRD yang menghire mereka….”jawabnya kalem

Yulinda rasanya mau pecah kepalanya mendengar penuturan Dave

“saya mau taruh dimana??”

“terserah, kalau perlu psikotest mereka lagi dan pikirkan dimana jabatan yang tepat…” ujar Dave tenang

Geregetan sekali Yulinda rasanya mendengar penuturan Dave.

“ini bahaya jika mereka gugat……”

“gugat apa?”

“gugat masalah pemecatan untuk Bu Aminah, dan gugat ke Pengadilan Hubungan Industri untuk kasusnya Pak Surya dan Pak Yunarto….”

Dave tertawa. Dia tahu ketiga orang ini sangat dekat dengan beberapa orang HRD, termasuk Yulinda, karena satu geng main golf hingga komunitas sepeda.

“lagipula, bapak tidak bsa pertimbangkan dulu dalam 3 bulan kedepan untuk mereka ini? Mereka punya banyak klien lho diluar sana….”

Dave tidak bergeming

“ di kontrak kerja mereka sudah saya baca, dan keputusan saya tidak akan saya tarik….”

Yulinda makin kesal

“tadi saya ditelpon sama HRD pusat…..”

“lalu?”

“saya diminta bicarakan dengan Bapak….”

“yah sudah… ini Ibu bicara dengan saya, dan ini keputusan saya….”

“pak….”

“Bu Yulinda, Pak Surya dan Pak Yunarto silahkan Ibu tempatkan dimana saja, di pabrik atau di kantor cabang, atau sebagai manager di purchasing…. saya tidak perduli…”potong Dave lagi.

Yulinda diam. Dia sadar anak di depannya dia ini meski terlihat pendiam dan sopan, namun punya pendirian yang sulit dibantah.

“jika ada direksi yang membela mereka, silahkan tampung di bagian mereka….”

Kali ini Dave yang agak kesal

“seharusnya Ibu laksanakan fungsi pengawasan di KPI mereka sebelumnya….”

“KPI itu dari user Pak….”

“dan inilah pandangan saya sebagai user….!”

Yulinda terdiam

“ akan ada gejolak di marketing Pak…..”

“saya tidak peduli….”

Akhirnya

“baik Pak…. jika itu keputusan Bapak…..”

“good…”

Yulinda berdiri untuk keluar

“jika Ibu perlu data untuk supporting pemecatan Aminah, saya akan kasih ke Ibu…” ujar Dave tenang.

Yulinda enggan berdebat lagi

“dan jika Pak Yunarto dan Surya menolak mutasi ini…. saya rasa Bu Yulinda tahu aturan dan PP di perusahaan ini….”

Yulinda dibuat kagok jadinya

“tidak perlu saya ajarin Ibu….”

Waniat itu lalu keluar dari ruangan dan berjalan dengan cepat dan wajah masam. Karyawan yang melihat langsung bisa menyimpulkan apa yang terjadi didalam sana, karena gerakan Yulinda saat bicara dengan Dave, terlihat sekali bahwa mereka sedang berdebat, dan tebakan mereka pasti gara-gara 3 orang yang dimutasi serta beberapa orang lain yang masuk daftar untuk dirolling oleh Dave.

Bagi Dave, alasan Yulinda lebih ke perasaan sentimentil saja, karena dia yakin Yulinda paham undang-undang, dan tahu jalurnya. Kekuatiran dia tentang marketing yang akan ada gejolak, dia sangat pahami. Namun Dave sudah berhitung dengan cermat, jauh-jauh hari bahkan sebelum dia masuk ke Jakarta, dia sudah hitung semua planning dan langkah yang akan dia ambil.

Dave sadar, akan banyak atau juga sedikit dari pelanggan yang akan pergi. Namun sebelum itu terjadi, dia sudah menyiapkan langkah pencegahan lebih awal. Pasar yang lebih besar sudah dia terobos terlebih dahulu, dan semua jalan yang akan dia lalui sudah dia pelajari dan analisa, sehingga dia sangat percaya diri jika tindakan yang akan dia ambil, maka ada tindakan lain yang harus dia lakukan, agar secara global, keuntungan perusahaan tidak terpengaruh, malah semakin besar.



*********************

Status whatsapp dari para karyawan yang tidak happy dengannya ada yang mereka hide dari dirinya. Namun ada saja karyawan lain yang usil mengirimkannya status orang-orang itu meski dengan nomor whatsapp yang berbeda ke nomornya Dave.

Direktur baru tolol

Anak kemarin sore baru dapat jabatan belagu

Mampus aja nanti pasarnya akan hancur

Belum lagi satire yang dibungkus ayat-ayat suci termasuk berbicara masalah pemimpin yang zholim

Bagkan ada yang memberi dia julukan Firaun muda

Dave hanya tertawa kecil.

Dia sibuk dengan pekerjaan dan proyek -proyek baru di depannya yang sedang dia garap.

Proyek pertama yang sedang dia rencanakan ialah rencana kerja sama pembangunan PLTS di Pulau Bangka dengan berkapasitas 10 MWp dengan pemerintah Jepang. PLTS ini pembangunan yang melibatkan beberapa perusahaan sebagai Konsorsium, serta PT Prima Bangka sebagai perusahaan yang didirikan atas rencana pembuatan Proyek PLTS ini, dan ada perusahaan dari Indonesia dan Jepang yang turut terlibat sebagai konsultan untuk Joint Crediting Mechanism (JCM) dari Pemerintah Jepang.

Sayangnya, perusahaan dari Jepang kemudian menyatakan mundur dari proyek ini, dan ini dibaca oleh Dave dengan cermat. Beberapa saat lalu sebelum ada statemen resmi perusahaan Jepang mundur, Dave sudah mendapat info, dan dia segera menyusun rencana untuk mangajukan Hikaru sebagi penggantinya, dengan memanfaatkan JICA (Japan International Cooperation Agency) untuk bisa masuk menggantikan perusahaan Jepang sebelumnya.

Dan pagi ini dia mendapat informasi melalui email, bahwa Hikaru kemungkinan besar akan ditunjuk menggantikan perusahaan Jepang sebelumnya, sebagai konsultan dan ini akan jadi portofolio besar bagi Hikaru untuk tender-tender besar lainnya.

Bagi Dave, ini lebih penting dibanding mengurusi karyawan baper yang suka menggosipi atasan. Atau mengurusi anak buah yang tidak perform. Bukan hal yang mudah mengatasinya, namun dia selalu yakin jika langkah yang dia ambil sudah diassess dengan baik, ada planning dan evidence, maka semua akan berada dalam track yang jelas dan hasilnya akan bagus.



*************************

Hi, udah makan?

Whatsapp dari Tari

Beberapa hari setelah pertemuan mereka, Tari memang rajin mengirim whatsapp ke Dave. Pagi hari, siang, sore hingga malam. Bahkan kadang dia menelpon Dave, atau sebaliknya jika Dave tidak mengangkat telpon, maka dia menelpon balik.

Seperti hari ini

Dave

Yes, Ri

Lunch jam berapa?

Jam 12 seperti biasa

Mau lunch bareng?

Waduh, dimana?

Beautika yuk, kan ngga jauh dari kantor kamu

Dave bingung menjawabnya

Kamu emang dimana?

Di grab, tadi dari Juanda mau balik kantor, kepikiran mampir, sekalian minta ditraktir yang janji mau ngajak lunch


Dave galau

OK,

Lalu

Mau ketemu disana atau?

Hmmmmm, malu kalau aku jemput? Atau ada yang marah kalau aku ke kantor kamu?

Ngga sih

Yah sudah, ketemu di lobby aja

OK


Dave lalu menitip pesan ke Merry

“Bu Mer, saya makan siang di luar yah….”

“oke Pak…”

“suruh Pak Sadiman standby di lobby…”

“baik Pak…”

Dave lalu turun ke bawah lewat lift

Dan betapa terpukaunya Dave saat melihat Tari turun dari GrabCar.

Kecantikan dan keanggunannya memang dari dulu tidak pernah lekang oleh waktu. Pernikahannya yang tidak bahagia bagaikan tidak menghapus pesona indahnya yang selalu muncul dan menghiasi rona wajah yang penuh sinar memikat. Turunnya dia dari mobil sempat membuat banyak pria bahkan wanita yang ada disitu terpukau melihat kecantikannya.


Dengan stelan atas bawah yang senada dengan warna hijau muda, Dave tersenyum melihat wanita itu berjalan ke arahnya

“hi….”

“halo….”

Agak kikuk diantara mereka berdua jadinya

Antara mau cipika cipiki, atau salaman. Akhirnya hanya saling berdiri berdekatan dan saling senyum

“yuk….”

“ayo…”

Mobil dinas Dave sudah menunggu

“kiarin nyetir….”

“ngga….”

Lalu

“ke Beautika Pak, depan hotel Millenium, Abdul Muis….”

“baik Pak….”

Senyuman Tari mengembang

“ dari mana?”

“ dari KPPU… “

“oh….”

“ urus kerjasama dengan mereka….”

“sendiri?”

“yup….”

Diam sesaat

“boss nya ibu-ibu…..” ujar Tari

“oh…. trus?”

“ngga terus-terus, ngasih tahu aja….”

“perasaan aku ngga nanya….”

“sebelum ditanya kenapa kesana sendiri, aku jawab dulu….”

Dave tertawa

Senyuman Tari, dan barisan giginya yang putih bersih, bibirnya yang memerah, membuat Dave jadi galau

Sambil antri di depan buffet di rumah makan Beuatika, mau tidak mau mereka sering saling berdekatan dan kadang lengan Dave bersentuhan dengan lengan Tari.

“sinian….” ujar Dave memproteksi Tari agar tidak tersenggol orang lalu lalang

Tari terdiam sejenak, dia teringat dengan bagaimana protektifnya Dave dulu.

Dave lalu sibuk mengambil sendok, menata meja dan makanan serta memesan minuman yang sepertinya lupa tercatat tadi.

Sikap Dave yang seperti ini bagaikan melambungkan Tari kembali ke masa-masa mereka berdua dulu di kampus, ketika makan di kantin, atau makan di mana saja jika sedang berdua, Dave selalu memperhatikan hal-hal seperti ini

“kenapa?” tanya Dave

“ngga apa-apa….” lembut suara Tari

“makan yuk…..”

“ayo….”

Dave lalu menutup mata berdoa

Tari bagaikan dibuat seperti mengulang masa lalu kembali, semua urutan dan rutinitas yang dikerjakan Dave nyaris tidak berubah sama sekali.

“enak ikannya?”

“enak….”

“coba dong?”

Dave menengok ke arah pelayan untuk meminta sendok

“pake itu aja…..”

“sendok ini? Bekas aku?”

“bukannya dulu aku pernah makan dari sendok bekas kamu?”

Dave yang kaget

“kamu juga pernah kan? Makan sendok bekas aku??”

Astaga, kenangan dulu yah…..

Dave akhirnya mengikuti, dia lalu menyuapi Tari

“ngga bawa sakit kan dari Jepang?” sambil tersenyum simpul

Dave tertawa pelan

Sambil makan mereka bercanda canda, sambil mengenang masa-masa dulu. Masa-masa indah mereka berdua dan teman-teman dulu, masa Dave masih terlihat cupu, Tari dengan dandanan cueknya

“kini banyak yang berubah yah…..”

“yup….”

“aku takut tadinya kamu benar-benar berubah….”

Dave tersenyum

“ senang lihat kamu masih seperti dulu….”

Anggukan kepalanya menjawab kini

Setelah menu utama mereka makan, kini kue balapis dan klappertart jadi menu selanjutnya

“ kapan-kapan dinner yah….” usul Tari

“boleh….”

"kalau lunch gini kan kayak dikejar-kejar waktu..."

Tari tersenyum

“kamu ngga dicariin khan?”

“aku? Ama siapa?”

“pacar atau pengagum rahasia kamu….”

Dave tertawa

“ngga lah….”

Lalu

“kamu kali…..”

Tari tersenyum sambil menengguk minumannya

Senyumannya berubah menjadi agak getir kini

“ngga ada yang peduli kali ama aku…..”

“kata siapa……”

“yah… buktinya… sampai sekarang pun sepertinya semua jadi kayak ngga ada artinya…..”

Dave diam, dia bisa merasakan ada nada getir disana…..

“mungkin aku terlalu cepat memutuskan ketika itu…..”

Suaranya agak serak

“ sehingga setelah semua sudah terlanjur terjadi… yah ginilah…..”

Matanya terpaku ke piring makananan yang sudah licin dan sedok dan garpu yang terbalik diatas piring

“kalian ngga bicara?”

Tari tersenyum

“sudah berkali kali…..”

“ tapi yang ada malah sampai seminggu kadang ngga pulang….” sambungnya lagi

Dave terdiam, dia bisa merasakan kekecewaan itu

“aku udah pasrah Dave….. “

Dave tersenyum kecil

“jangan lah…. berjuang dong….”

Tari tersenyum pahit

“aku udah lelah…. bukan cuma dia saja… mertua dan adik-adiknya pun ikut-ikutan meneyerang aku….”

Dave sadar bahwa arah pembicaraan ini akan makin jauh jika tidak disetop

“mau tambah minum lagi?”

Tari menggeleng. Dia segera sadar bahwa ada kurang nyaman di diri Dave jika pembicaraan mereka akan ke arah yang sifatnya melankolis

“kerjaan gimana Dave?” Tari mencoba memutar arah

“Puji Tuhan, berjalan baik….”

“ngga keganggu kan dengan wa aku setiap hari?”

Dave tertawa

“ngga lah…..”

“kapan-kapan, pengen ketemu mama sama Iva….”

Dave terdiam dan kaget

“boleh kan?”

“boleh dong…. “

Tari tersenyum

“takutnya aku ngga boleh main kesana….”

“bolehlah.. aku aja boleh ke Bintaro masa kamu ngga boleh ke Bogor….”

Tari termenung, dia tahu bagaimana pun semenjak pertemuan terakhir mereka, dia bisa lihat Iva dan Berta memang agak berubah dengan dirinya.

Lalu

“kali ini aku yang traktir……” ujar Dave

Tari tertawa kali ini

“makasih yah Dave….”

“kamu nanti diantar sama Pak Sadiman”

“ngga usah, aku naik grab aja….”

“ngga apa-apa…”

“ih, itu kan sopir kantor….”

:”iya, makanya……”

“dave……” potong Tari

“Ri… ngga apa-apa…” Dave sedikit bersikeras

Tari terdiam akhirnya dan mengalah

“pak, nanti antar Bu Tari ke Fatmawati yah….”

“oke siap Pak….”

Tari tersenyum

“thanks yah Dave…. really happy.. bisa lunch sama kamu”

“aku juga senang….”

“kapan-kapan kita dinner lah, biar waktunya agak longgar…”

“boleh….”

Senyuman Dave terkembang

“sekalian, aku pengen beliin sesuatu……”

“apa tuh…..??”

Dave tertawa

“Buat?”tanya Tari

“buat kamu lah…..”

Tari tersenyum dan matanya menyipit, dia jadi ingin tahu

“kamu ingat ngga dulu kamu suka banget sama tote bag…. namun harganya lumayan mahal ketika itu…..”

Tari termenung mencoba mengingat

“waktu itu… aku berpikir… kelak aku aku punya penghasilan sendiri… aku pasti beliin itu buat kamu….”

Tari jadi terenyuh mendengar itu. Seketika dia dibuat galau dan merasa sangat bersalah dengan apa yang dia lakukan selama ini. Dia terlalu cuek dengan perasaan yang dimiliki oleh Dave

“ makasih yah Dave……” senang dengar apa yang dulu Dave hanya simpan dalam hatinya

Anggukan di kepala Dave

Mereka lalu asyik sendiri dengan pikiran masing masing. Sampai akhirnya Dave melirik ke arah Tari dan tepat Tari juga menatap ke arah Dave, dan mereka tersenyum malu sendiri-sendiri jadinya saat tahu diam-diam mereka saling kepergok pandang-pandangan.

“thanks for lunch yah…..”

“sama-sama….”

Sebelum tiba di kantor, Tari sempat mengambil foto selfie mereka berdua lewat iphone nya.

Dave lalu turun di kantornya, dan Tari lanjut ke kantorya kembali. rona wajah bahagia di wajah Tari siang ini. Hampir saja dia memeluk Dave lagi tadi jika tidak malu dengan sopirnya Dave.

Dia lalu mebaals whatsapp dari Wiwik

Baru balik dari Juanda

Pantas gue wa lama balasnya

Tadi mampir lunch sama Dave

OMG?? Serius??

Tari mengirim foto mereka berdua di mobil

Ini aku diantar sopirnya Dave pulang

Ri, are OK?

What do you mean OK?

Hati-hati lho…. ntar kepleset lu ama Dave

Wkwkwkwk, ngga lah

Gue sekarang ngga kuatir sama Dave… gue kuatir ama lu….

Kuatir ama gue kenapa??

Ih, bahaya lu berdua itu tahu

Ngga lah Wik… khan lu tahu Dave sama gue gimana

Justru gue tahu makanya gue kuatir bambang…..


Tari memilih untuk tidak melanjutkan perdebatannya dengan Wiwik di whatsapp. Dia lebih senang dengan suasan hatinya yang kini banyak lebih tenang dia rasakan. Ada rasa bahagia tersendiri yang dia alami saat ini, apalagi semenjak Dave datang, hingga mereka makan siang hari ini.

Rasa bahagia yang tidak pernah dia dapat semenjak rumah tangganya hancur seperti ini. Dia tidak ingin berpikir jauh-jauh kedepan. Baginya, Dave selalu terbuka dan senyum dengan dirinya saat ini, sudah jadi kebahagiaan tersendiri untuk dirinya, dan dia ingin menikmati rasa itu saat ini.

Gue tahu Wik….. tapi semenjak tahun2 terakhir gue berantakan dengan Mas Yudi… beberapa hari ini adalah hari terbaik dalam hidup gue selama ini….

:(

Boleh kan gue merasakan sedikit kebahagiaan ini?


Di sisi lain sana, Wiwik bagaikan tidak bisa membendung rasa prihatinnya. Dia prihatin dengan kondisi sahabatnya Tari, namun dia juga tahu, bara cinta Dave ke Tari, meski sudah dia pendam jauh-jauh, itu bisa muncul kapan saja. Dari jaman di kampus hingga terakhir dia melihat Dave kemarin, dia sadar bahwa ada potensi yang akan jadi masalah kelak. Tari saat ini dalam kondisi demikian, dan dia sepertinya sedang jatuh hati dengan pria yang dia tahu sangat mencintainya.

Ini masalah yang sangat rumit, karena selain status Tari yang masih terikat pernikahan, perbedaan agama, lalu apa orangtua Dave akan terima ini? Lalu apa Dave yang hanya diam-diam selama ini belum ada pasangan selama dia di Jepang? Wiwik kesal membayangkan itu, karena dia tahu bahwa dia yang akan jadi tempat curhatan dan tangan yang ditarik jika kedua sahabatnya ini berjalan ke jalur yang seharusnya mereka tidak boleh lalui.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd