Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

Dadaku menghangat, tak terasa kedua mataku berkabut.... Oii.. Suhu.. Ada apa ku tengok narasi mu membuat pembaca begini? :cendol:
 
bodat dipakaikan kalung emas kek mana banyaknya tetap aja bodat...
merintis karir membuktikan pada dunia...
kalau dave bisa dan mampu...
 
PART VIII



Waktu yang baru

Hidup yang baru??



12.00 Tokyo

10.00 Bogor



“gimana Bro?”suara dari seberang bertanya

“oke sih….”

“lokasinya juga kan lu tahu…”

“betul….”

“ kecuali lu mo nyari yang di perumahan….”

“ngga lah…. nyokap kayaknya senang di sekitar situ…”

“nah, sudah, cocoklah itu….”

Terdiam sesaat

“harganya berapa mereka buka?”

“luas tanahnya itu 120 m, 8 kali 15, mereka buka di angka 3,5 per meter. Cuma sesuai arahan lu, udah gue tawar, mereka siap di angka 3 juta…. “

360 juta untuk tanah di kawasan Bogor dan tepi jalan yang bisa dilewatin kendaraan, dan dekat dengan rumah kontrakannya, rasanya masuk akal dan cocok dengan budget yang dia miliki.

“ini mereka lagi butuh, dan sudah 6 bulan dilepas belum ada yang nyangkut…..”

“oke Bro, go ahead lah…. “ putus Dave akhirnya

“sip, gue kabarin Iva kalo gitu…..”

“iyo Bro….”

Lalu

“desainnya nanti gue sekalian bahas sama Iva, trus gue kirim ke lu via email yah….”

“oke….”

“angkanya lu oke kan?”

Tawanya terdengar kecil

“udah harga bersahabat itu Bro….”

“iya dah….”

Bonus tahunan selama 2 tahun terakhir, ditambah tabungannya selama bekerja, membuat kali ini dia berani untuk mengambil langkah besar, yang selama ini dia hanya bisa idam-idamkan, yaitu membeli tanah dan membangun rumah untuk ibunya dan adiknya.

Ada rasa yang lega di dalam dada Dave, karena dia yang kini mulai akan diangkat sebagai assisten manager, tetap punya rasa tidak enak hati, karena dia bekerja di Jepang, tapi ibunya dan adiknya masih menempati kontrakan mereka yang lama. Tidak pernah ada keluhan dari mulut ibunya, atau pun Iva. Hanya sesekali kalau ada genteng yang bocor, atau barang elektronik dan kasur misalnya, mereka sudah bicara dengan abangnya untuk minta bantuan.

Omongan keluarga dan tetangga jangan ditanya. Maklum, di kepala orang-orang aklau sudah kerja di luar negeri, bukan kecil gaji bulannya. Itu tidak dapat disangkal oleh Dave untuk ukuran hidup di Indonesia memang sudah termasuk sangat tinggi. Namun biaya hidup di Jepang, dengan biaya sewa apartment yang tinggi dan paling besar menyedot biaya hidupnya, membuat Dave harus pintar-pintar mengakalinya.

Untuk kerja kerasnya pun terbayar oleh waktu.

Menginjak tahun ketiga dia bekerja di Jepang, posisinya membaik, karir menanjak, dan pemasukannya pun ikut terkerek naik. Tabungannya kini semakin bertambah dan rasanya kali ini waktu yang tepat untuk mewujudkan impian untuk orangtuanya punya rumah yang pas.

Bangunan 2 lantai dengan 4 buah kamar yang di desain oleh sahabatnya Dimas, teman main satu SMA, sekaligus tetangga jauhnya itu yang kini jadi kontraktor perumahan, rasanya akan jadi hadiah yang pas untuk ibu dan adiknya, setelah beberapa bulan lalu dia sudah memindahkan lapak ibunya, dari lapak kecil, kini sudah dipindahkan ke kios yang lebih besar, sehingga bisa menjual bumbu dapur dan kebutuhan lainnya selain sayuran.


************************

“makasih yah Bang…..” airmata Iva terlihat berlinang saat sore hari selesai waktu kerja Dave, dia menghubunginya bertepatan dengan dirinya bertemu Dimas dan penjual tanah tersebut di sebuah restoran di kawasan Bogor

“Iva ngga tau harus bilang apa…..”harunya membuncah

“Tuhan selalu baik untuk kita…..”

Dave hanya bisa tersenyum tanpa bisa mengucapkan kata-kata lagi. Emosinya selalu muncul setiap bahas terkait keluarganya.

“mamak pasti kaget dan senang sekali….”ujar Iva lagi.

Gadis itu benar-benar kaget, saat tahu kalau tanah yang tertulis di plang akan dijual yangs etiap hari dia lewatin jika jalan ke kampus yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah kontrakannya, akan jadi milik keluarga mereka.

Dave meminta semua ini dirahasiakan. Dia ingin memberikan surprise untuk ulang tahun inangnya yang ke 57 nantinya, yang dia rasa pembangunan rumah nantinya selesai tidak lama sebelum ulang tahun inangnya ini.

Iva sendiri tidak mampu berkata apa-apa, dia hanya sesekali mengusap airmata harunya, melihat desain rumah yang sudah tergambar rapi, yang diminta abangnya untuk ikut cek dan kasih masukan.

Jelas desain, bahan serta model rumah ini jauh lebih modern daripada rumah yang dibayangkan sebelumnya, yang memang abangnya sempat sampaikan ingin beli rumah untuk mereka keluarga. Yang dibayangkan oleh Iva ialah rumah kecil ukuran 36, yang nantinya bisa direhab sejalan dengan waktu, seperti banyak keluarga-keluarga punya rumah diawal-awal.

Inang pasti bangga dan kaget, Bang, bisik hati Iva

Dia apalagi. Kuliahnya dan biaya hidupnya saja sudah abangnya yang tanggung. Dave bahkan sangat memperhatikan sampai detail penampilan adiknya. Dia seakan ingin balas dendam waktu dia kuliah dulu, yang bajunya nyaris itu-itu saja. Dia banyak meminta adiknya untuk memperhatikan penampilannya, dari pakaian hingga ke sepatunya. Jika di SMA dia hanya punya dua pasang sepatu untuk sekolah dan jalan atau ke gereja, kini hampir selusin sepatunya ada dibeliin abangnya.

Iva ingat ketika Dave membelikan handphone baru untuk inangnya. Dari nangis haru, sampai geli tertawa saat dia mengajarkan fitur-fitur terbaru di ponsel samsung terbaru yang harganya 4 jutaan ketika itu. Handphone yang sangat disayang-sayang oleh ibunya. Apalagi kali ini dia mendengar Dave membangunkan sebuah rumah untuk ibunya, bahkan sertfikat tanah dan rumah diperintahkan Dave untuk dibuatkan atas nama ibunya, Berta Marpaung.

Ini semua doa Inang untuk kita anak-anaknya, pesan Dave

Jika saat ini kita bisa memberi apa yang selama ini kita impikan untuk Inang, artinya waktu Tuhan adalah saat ini kita bisa memberi yang terbaik, ujarnya lagi saat menelepon adiknya kala itu.

Bagi Dave sendiri, ini adalah sesuatu momen yang sudah dia impikan sejak dia masih kecil. Tekadnya untuk bangun dari mimpi buruk yang selama ini lama dia pendam. Mimpi kaum papah seperti dirinya, yang menginginkan impian besar dan perubahan hidup di masa depan yang lebih baik, agar keluarganya bisa hidup lebih layak lagi.

Dia ingat, setiap ada acara keluarga, inangnya dan adiknya, selalu di dapur jadi pasukan tempur bantu-bantu di setiap acara. Seperti yang sudah menjadi aturan umum dimana mana, yang keluarga ekonominya tergolong sulit, pasti selalu jadi ‘pembantu’ dadakan di setiap acara.

Belum lagi cibiran dan omongan keluarga yang seakan jadi juri untuk hidup mereka bertiga. Mulai dari penampilan lah, tinggal di kontrakan lah, hingga kehidupan inangnya dan amangnya yang tidak jelas, karena amang atau ayahnya pergi begitu saja.

Ini yang jadi pendorong terbesar bagi Dave, untuk dirinya bisa bangkit dan bangun, selain dia rindu untuk ibunya dan adiknya punya kehidupan yang lebih layak, dia juga ingin sekaligus membungkam mulut-mulut usil yang selama ini sibuk mengkritisi kondisi keluarganya.

Dia ingin inang punya tempat tinggal yang lebih layak, bukan kontrakan kecil yang suka bocor, yang setiap bulan ketar-ketir jika sudah mau jatuh tempo. Dia ingin ibunya tidur di ranjang yang layak. Dia ingin adiknya pun sama, punya kamar yang pantas, ruang tamu yang layak agar teman-temannya datang dia pun tidak sungkan.

Dia berharap Iva bisa lebih tenang dan nyaman dengan bergaul. Bukan seperti dirinya, yang dilanda krisis percaya diri ketika itu, sehingga karena kondisi ekonominya, dia pun tidak mampu mengutarakan rasa suka terhadap gadis yang dia sukai, dan gadis itu memilih pria lain ketimbang dirinya.

Semua ganjalan dan beban hidup yang selama ini seperti emnjadi halangan dan mimpi buruk baginya, kini perlahan mampu Dave rubah menjadi motivasi indah baginya, sehingga secara lambat laun, kini Dave bisa mengubah semua kondisi keluarganya menjadi lebih baik dengan kerja keras.

Itu semua kebaikan Tuhan, ujar ibunya yang selalu diaminkan Dave

Meski begitu, ada satu hal yang Dave tidak mampu jawab setiap ibunya atau adiknya bertanya. Kesibukan bekerja Dave yang bagaikan robot yang energinya tidak pernah habis, tak pelak menjadi pertanyaan bagi mereka berdua, terkait kehadiran wanita dalam hidupnya.

Menginjak usianya yang 28 tahun, saat semua teman-temannya minimal sudah memiliki pasangan untuk dinikahi, namun Dave masih betah melajang dan belum ada tanda-tanda wanita dalam hidupnya. Padahal di Jepang pun Dave sering ikut acara komunitas warga Indonesia, dan di kantornya pun lewat foto-foto yang suka dikirim Dave, rasanya tidak kurang banyak wanita disana, namun belum ada signal bahwa Dave mampu memalingkan perhatiannya dari mantan wanita pujaannya yang sudah menikah 4 tahun silam.



************************

Tatapannya seperti sedang menikmati pemandangan dari ruang kerjanya yang memang sangat strategis lokasinya, karena di bagian timur terdapat Hamarikyu Garden, dan dibelah barat terdapat Rainbow Bridge, yang merupakan salah satu ikon kota Tokyo, panjangnya hampir 800 meter menghubungkan pulau reklamasi Shibaura pier ke Odaiba, yang terlihat indah sekali jika sudah menggapai malam hari.

“hi….”sapa suara lembut mengagetkan lamunannya

“Hi…”

“go home?”

“now?”

“yes….”

Keiko Yamada nama wanita yang menyapanya barusan dari balik daun pintu ruangannya. Keiko berusia 29 tahun, atau setahun lebih tua dari Dave. Dia masuk bersamaan dengan tahun masuknya Dave ke Hikaru, mereka saling kenal saat orientasi perdana di kantor pusat, sebelum Dave dilempar ke plant selama 6 bulan awal, sebelum ditarik ke kantor pusat lagi.

Lulusan University of Tokyo itu sebelumnya bekerja di Nippon Telegraph, lalu bergabung dengan Hikaru. Dia dipercaya menjadi salah satu tim yang dikirim ke Singapore untuk bekerja di kantor perwakilan Hikaru di Singapore, sebelum balik lagi ke Jepang setahun yang lalu.

Pertemuan mereka di lift, yang diawali dengan senyuman Keiko yang mengenali Dave sebagai orang Indonesia, berlanjut dengan pertemuan yang lebih sering, baik dalam hubungan kerja karena Keiko menjadi salah satu salah satu kacho atau manager di internal audit department, dan Dave yang saat itu baru diangkat menjadi supervisor.

“congratulation anyway….”

“untuk?”

“promosimu….” senyum manis sang gadis

Dave tertawa

“masih trainee manager…..”

“tapi tinggal tunggu waktu akan segera naik jadi manager”

Dave tersenyum melihat wajah polos yang jarang menggunakan riasan berlebihan itu tersenyum, sehingga matanya nyaris sipit dan senyumannya yang indah itu mengalihkan konsentrasi Dave.

“ayo…”

“ayo…”

Dave lalu membereskan tasnya, memasukan laptopnya ke dalam tas, lalu mengambil mantelnya, dan melilitkan syal ke lehernya, dan keluar dari ruangannya menuju lift.

“we need to celebrate….”

“tonight?”

“yes…”

“okay…”

Wabah covid 19 yang mulai reda membuat suasana musim dingin di awal 2022 ini menjadi sedikit longgar, meski pun tetap saja protokol kesehatan dijalankan, namun restoran seperti Oshima Shiodome, kini sudah dibuka kembali dengan prosedur dan penanganan yang masih dibilang ketat.

Keiko duduk tepat di depan Dave, dan tidak lama kemudian dia mulai membaca menu yang ada, bertanya ke Dave, lalu memesan menu makanan untuk mereka malam ini.

Wanita yang aslinya dari Pulau Ishigaki, yang berada di Perfektur Okinawa, atau lebih dekat ke Taiwan, karena berada di selatan Jepang, memang memiliki paras yang menarik, meski matanya tidak sesipit wanita asli Jepang, dan karena dari jaman kuliah dia memang menyukai bahasa Inggris, sehingga kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris pun dia sangat piawai, dan caranya dia dan Dave berkomunikasi selalu dalam dua bahasa, baik Jepang maupun Inggris.

“pesan bir yah…”

“silahkan….”

Keiko tersenyum manis. Dia suka aneh melihat Dave yang tidak pernah menkomsumsi alkohol, baik itu yang ringan seperti bir, atau yang tardisional Jepang semisal sake, sampai ke merk international sekelas whisky dan brandy. Dia juga tidak merokok sama sekali, sesuatu yang jarang bagi kebanyakan pria Jepang yang suka mengkonsumsi alkohol dalam gaya hidup mereka.

“Mr. Kazuya sangat merekomendasikan dirimu….”

“oh yah?”

“yes, he is happy with you….”

Dave tersenyum sambil menata meja makannya begitu pesanannya tiba

“good appetite…”

“selamat makan….”

Sebagai orang yang mengurus internal audit tentu semua berkaitan dengan rekomendasi karyawan di kantor pusat diketahui oleh Keiko, dan dia sangat senang mendengar Dave banyak disukai di lingkungan kantor, terutama prestasinya diakui oleh para petinggi yang satu divisi dengan dirinya.

Ramah, sopan dan jarang bicara seperti tipikal Dave aslinya, namun punya mentalitas dan kinerja serta disiplin ala pekerja Jepang, membuat Dave jadi pekerja yang cepat karirnya naik di lingkungan Hikaru, termasuk didepartemennya. Sehingga saat ada manager lama yang dipromote untuk menjadi kepala cabang di Sapporo, maka Dave pun diproyeksikan untuk menggantikannya, dengan memberinya jabatan trainee manager.

3 tahun berkarya, Dave mampu melompati 4 jabatan mulai dari junior staff selama 6 bulan, lalu naik jadi staff selama kurang lebih 1 tahun, kemudian diangkat lagi menjadi supervisor, hingga kemudian naik jadi traineed Manager.

“tidak ada rencana ke Indonesia?” tanya Keiko

“belum…. “

“tahun lalu kamu bilang mau balik?”

“iya, tapi covid….”

Dave memang sempat ingin kembali tahun lalu ke Jakarta, namun wabah ganas Covid membuat dia mengurungkan niatnya untuk ke Indonesia, dan memilih untuk tetap stay di Jepang dan fokus dengan pekerjaannya, bahkan untuk sekedar berlibur pun dia enggan. Sehingga dia dengan ibunya sudah mau 3 tahun lebih tidak bertemu, dan dengan adiknya Iva malah sudah mau 5 tahun lebih tidak berjumpa langsung.

“enak?” tanya Keiko

“enak banget…”

Wanita itu lalu menyodorkan sumpitnya yang berisi potongan daging dari pringnya ke mulut Dave, yang mau tidak mau harus diterima oleh Dave

“cobain..”

Lalu

“gimana?”

“enak…. agak salty…”

Keiko tertawa melihat wajah Dave yang aneh karena rasa makanan yang kurang pas dengan lidahnya. Meski sudah bertahun tahun di Jepang, belum semua masakan ala Jepang yang pas di lidah Dave, yang sering diucapkan oleh Keiko sebagai Indonesian taste tipically.



********************

“shall we?” tanya Dave, setelah mereka selesai menyantap makanan penutup, lalu Keiko menghabiskan birnya

“let’s go….”

Dave lalu bergegas ke arah kasir, membayar bill makanan mereka, lalu dia membantu Keiko memakai longcoat panjangnya dan sarung tangangnya, memakaikan ke dirinya juga, lalu berjalan keluar dari restoran menyusuri trotoar yang lebar dan nyaman, menuju ke stasiun kereta untuk kembali ke apartemennya.

Keiko adalah wanita cantik ala Jepang, yang menurut Dave punya banyak hal yang membuat dia suka dengan wanita ini. Selain cerdas, ramah, dia juga tidak canggung bergaul dengan Dave dari awal bertemu, mungkin karena dia memang pernah bekerja di luar negeri, dan pergaulannya juga luwes, sehingga mudah saja dia dengan Dave akrab.

Berkulit mulus ala wanita Jepang, mata yang selalu berbinar ketika berbicara dengan Dave, rasanya Dave nyaris tidak pernah melihat wanita ini sedih atau murung. Dia selalu optimis dalam setiap harinya. Ini kali pertama bagi Dave untuk dekat dengan wanita lain selain dengan Tari, setelah dia meninggalkan Indonesia, bahkan saat di kampus yang wanitanya banyak juga disana, namun baru kali ini Dave seperti membuka diri untuk kenal dengan wanita lain seperti Keiko.

Sikap Dave yang pendiam namun tulus, dengan mudah akrab saat Keiko masuk dalam hidupnya dengan gayanya yang ramah. Seketika mereka jadi sahabat akrab, teman diskusi, teman jalan, teman berolahraga bersama baik di outdoor maupun di gym, teman makan, dan nyaris mereka menghabiskan banyak waktu bersama.

Jika dengan Tari maka Dave cenderung minder dan pasif, maka dengan Keiko pun sebetulnya Dave terlihat agak mengganjal diawal kedekatan mereka. Namun sikap Keiko yang sangat welcome dan bersahabat, membuat Dave yang situasinya kini sudah berubah jauh dibanding 5-6 tahun silam, lebih bisa mengimbangi.

Dan bisa ditebak, meski tanpa ungkapan cinta atau kata-kata romantis, sikap dan kedekatan mereka berdua yang kemana mana bersama, akhirnya bermuara ke suatu titik yang dimana mereka berdua dengan secara sadar melakukan itu.

Keiko yang malam itu diantar pulang oleh Dave ke apartemennya, seperti sudah membuka pintu lebar-lebar untuk Dave.

Ciuman pertama yang membara, apalagi kondisi Keiko yang sudah sedikit kena alkohol, dengan cepat mermabta kemana mana, dan Dave pun melepaskan perjakanya diambil oleh Keiko.

Sesuatu hal yang awalnya disesali oleh Dave, namun seiring berjalannya waktu, kondisi ini jadi sesuatu rutinitas yang indah bagi mereka berdua. Dave yang di awal awal selalu terlihat payah dan amatiran, dengan cepat belajar dan menyesuaikan diri dengan Keiko, dan kini dia berubah menjadi pejantan tangguh bagi sang wanita.

Melihat Keiko tumbang dengan penuh kepuasan, menjadi energi tersendiri bagi Dave.

Dan hubungan mereka pun berjalan seperti saat ini adanya. Hubungan tanpa status, yang mereka tahu adalah mereka saling membutuhkan, tidak ada kata-kata cinta, hanya kerja, makan bersama, dan jika saling pengen, maka tinggal pilih, di apartemen Dave, atau di apartemen Keiko.

Sama seperti malam ini

“yours or mine?”

“tempat kamu lebih dekat…”ujar Dave tersenyum

Dia sadar dan tahu, bahwa gandengan tangan yang erat, dan buah dada Keiko yang indah dan sudah mengeras saat menempel di lengannya, seperti menjadi signal bahwa wanitanya ini sedang ingin bercinta dengan dirinya malam ini.

“jalan agak cepat…” perintahnya saat signalnya ditangkap dengan baik oleh Dave. Seakan tidak sabar ingin segera tiba di apartemennya, lalu naik diatas badan Dave, seperti kebiasaannya selama ini yang selalu mengambil komando dalam bercinta dengan pria ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd