Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

BAB XXXVII



TANYA YANG SAMA DI DUA BUAH HATI


Apartemen mewah dengan 3 buah kamar itu pagi ini terlihat sedikit ramai dari biasanya, karena ada tamu dadakan yang hadir di unit tempat Dave tinggal pagi ini.

Dave yang sebetulnya sedang bersiap hendak ke kantor, dikagetkan dengan telepon pagi-pagi dari Tantenya Ully, yang ikut juga datang bersama dengan Mangara dan Ellen, untuk menemuinya dan juga ingin menjemput Ica

Wajah kuatir dari Ully dan Robert

Wajah malu dan takut dari Mangara dan Ellen

Dan wajah dingin dari Dave

Itulah gambaran yang tersaji di ruang tamu Dave pagi ini.

“mereka berdua ini sangat menyesal, Bang…….”

Dave hanya diam. Dari semenjak mereka datang dia memang tidak terlihat mempedulikan wajah ayahnya dan istrinya itu

“tadi malam mereka kuatir sekali….. karena baru kali ini Ica hilang dari rumah…..”

“yah karena terbiasa dipukulin…..” potong Dave masih emosi sekali suaranya.

“dan selama ini anak ngga pernah melawan……”

Kedua orang itu hanya diam. Ellen dengan gelisah meremas tangannya. Dia tidak sekalipun mampu mengangkat wajahnya. Hatinya gelisah, galau dan bingung. Dia juga takut menatap wajah Dave, apalagi ini kali pertama dia bertemu dengan anak tirinya itu.

Dave apalagi. Dia sungguh tidak pernah membayangkan melihat wajah wanita yang sudah merobek hati ibunya, merusak rumahtangga mereka sekian tahun yang lalu, dan kini wajah pongah dan dulu seperti tanpa dosa mengambil perhatian seorang pria yang harusnya disediakan untuk anak dan istrinya, harus berada di depan wajahnya dengan penuh penyesalan dan rasa takut.

Suasana hening dan diam sejenak

“seharusnya kalian ngga pernah saya ijinkan datang kesini……” agak bergetar suara Dave

Semua kembali terdiam

Mangara dan Ellen apalagi. Menyesali usulan Ully rasanya pun sudah terlambat. Ully yang melihat situasi ini, kemudian segera menentramkan situasi dengan tone nada yang sedikit rendah

“mereka tahu mereka salah, Bang…..” ujarnya pelan

“makanya mereka datang mau minta maaf…..”

Masih diam Dave

“ini juga…. sudah tua, bandel, ngga ada tanggung-jawabnya sama anak…..” semprot Dave ke ayahnya yang juga tertunduk malu

“ngga mabuk kan pagi ini??”

“David…….” potong Ully

“ jaga bahasa kamu, bang…. bagaimana pun ini bapak kamu….”

Dave tersenyum sinis

“iya… bapak yang ngga ada tanggung-jawabnya……”

Ully memilih diam, dia sadar menjawab semua emosi Dave hanya akan membuat situasi sulit saat ini

“ saya mohon maaf, nak…..” tiba-tiba ucapan itu keluar dari bibir kelu Ellen

“saya salah… emosi dan khilaf…..”

Tangisannya kembali turun seiring dengan ucapannya

“sudahlah… simpan maaf dan air-matanya…..” potong Dave

Tiba-tiba

“selamat pagi……” suara lembut dan halus tiba-tiba muncul dari balik pintu masuk.

Semua terkecuali Dave kaget melihat sosok cantik yang datang.

“halo semua……”

Tari lalu dengan cepat menyalami Dave, mencium pipi kekasihnya, lalu menyalami dan mencium tangan orangtua yang hadir disini, termasuk mencium tangan Mangara dan Ellen, Iva dan juga Robert yang kaget disalami oleh wanita secantik Tari

“dari tadi?”

“eh…… belum lama kok…..” jawaban yang hampir serempak

“makan dulu yah….. pasti belum sarapan……” ujar Tari memecahkan kebekuan yang semenjak mereka hadir terlihat sekali jarak dan dinginnya suasana.

Dia lalu menyiapkan tentengan yang dibawanya tanpa mempedulikan situasi yang tegang diantara mereka.

“ini ada bakmi, nasi, sama pasta…..” dia lalu menata semua di meja makan

Tari seakan tidak peduli dengan tatapan heran dari keluarga Dave yang semua teralihkan dengan kehadirannya.

“Bapak mau apa? Om?”

Bingung

“Tante?”

Akhirnya karena semua bingung Tari lalu mengedarkan satu-satu ke mereka. Dia tahu bahwa mereka berangkat pagi-pagi pasti belum sarapan, makanya saat Dave wa jika ada keluarganya datang, Tari berinisiatif ke RM Sedjuk yang sudah buka pagi-pagi untuk membeli sarapan

Setelah semua kebagian, lalu..

“sayang mau apa?”

“nanti aja….”

“ih, makan atuh…. aku siapin pastanya yah…..”

“eh….”

Tari dengan lincah mengambil pasta, lalu menyodorkan ke Dave yang masih terlihat agak emosi. Dave lalu berdiri dari sofa, dan kemudian berjalan ke arah meja makan, karena yang lain pada makan di sofa.

“ Ica?”

“masih tidur kayaknya….” bisik Dave

“iya sih, obat dokter semalam itu agak keras…..pasti ada obat tidurnya…”

Tari menatap kekasihnya yang sedang menyantap pastanya

“kenapa?” tanyanya melihat Tari yang menatapnya tanpa kedip

Tari tersenyum

“ngga….”

Senyuman kecut di wajah Dave

“aneh…..”

Tari tertawa kecil

“senang aja lihat dirimu…..”

Dave masih dengan mimik wajah yang heran

“makan sayang…..” gurau Tari lagi

“mau disuapin?”

“ngga ah…..”

Senda gurau mereka sedikit banyak menjadi perhatian keempat orang yang duduk di sofa. Meski pada heran melihat Tari karena bagi Ully dia tahu bahwa selama ini belum pernah terdengar Dave punya hubungan yang special dengan wanita, namun tetap saja kehadiran Tari kali ini jadi magnet bagi mereka

“cantik sekali yah pacarnya dia…..” guman Ully

Ellen hanya diam, masih gagap dengan sikap Dave

“ sesuai dengan Dave…….” Timpa Robert

Ully tersenyum

Sementara di meja makan……

“sayang……”

“ya…..”

Tari menyodorkan air minumnya Dave

“jangan marah lagi yah…..”

Dave masih terdiam. Tari lalu membelai lengan Dave dengan lembut

“ kondisi ekonomi dan himpitan kebutuhan, sering buat wanita jadi pendek otaknya….. “ bisiknya lagi

“ini mungkin yang memicu ibunya suka mukulin anaknya……”

Dave masih terdiam

“ kamu marah pun tidak akan menyelesaikan masalah……”

Tatapannya dengan penuh kasih ke arah Dave

“ namun setidaknya hadirnya kamu akan buat mereka aware, untuk tidak melakukan hal yang sama lagi……”

Masih diam

“ngga usah marah lagi yah…..”

Masih terdiam yang diajak bicara

“ jadi selalu David yang baik hati…….” Bisiknya lagi

“Dave yang pemurah dan pemaaf…….”

Diam……

Tatapan Tari yang menuntut jawaban seperti membuat dia luluh.

Tari pun demikian. Dia tahu bagaimana hati dan isi kepala David. Dave bukanlah pria yang keras hati dan menyimpan dendam. Dan kali ini adalah akumulasi panjang dari masalah sekian tahun, ditambah dengan kejadian yang menimpa adiknya, membuat Dave bereaksi lebih represif jadinya.

“sayang lihat kondisi Ica gih……” ujarnya ke Dave

Dave menganggukkan kepalanya

Saat Dave masuk ke kamar, Tari lalu berdiri, membereskan piring sisa makanan dan meletakkan di dekat tempat cucian piring.

“sini Tante….” Ujarnya saat melihat Ellen meletakkan piringnya

“biar saya yang cuci….”

“ngga usah Tante….”

“tapi….”

Tari tersenyum melihat calon mertua tirinya ini. Terlihat rasa sungkan dari wanita ini terhadap dirinya

“ kita pake automatic washer, kok……”

Dia lalu meletakkan semua piring kotor dan gelas di tempatnya, lalu memasukkan ke mesin pencuci piring otomatis, dan kemudian tidak lama keluar lagi dalam kondisi bersih. Ellen dan Ully yang melihatnya hanya tersenyum kecut melihat perlnegkapan canggih ini.

Tari lalu membagikan buah yang sudah dikupas dan selalu ada dalam kulkas, ke empat orang yang sedang duduk

“ sabar yah…… tapi Dave marah tidak lama kok…..” hibur dia

Mereka hanya terdiam

“ Iya Mbak…….”

Tari tersenyum, lalu bangkit berdiri dan masuk ke dalam kamar menyusul Dave dan Ica

“calon mantu kau, bang……” bisik Ully

Mangara hanya bisa diam. Dia dan Ellen senyum kecut antara bingung, kaget, takut dan kuatir.

“ direktur, pintar, wajar punya pacar secantik itu……..” celetuk Robert

“ini bukan dokter yang dulu si inangnya bilang?”

Ully tersenyum

“kayaknya bukan……”

“waduh…..”

“tapi cantikkan ini…..”

“iya yah Mah…. Ini mah kayak artis…..” bisik Robert sedikit cekikikan……

Tiba-tiba Dave dan Tari keluar, dan di belakang mereka muncul Ica

Ellen dan Mangara tertegun melihat anaknya yang keluar dari kamar abangnya dengan kaos yang berbeda, celana pendeknya juga berbeda.

“ka…….”

Ellen tidak mampu menahan dirinya. Dia segera menghambur memeluk anaknya dengan erat

"mama minta maaf Ka......."

Tangis wanita ini pecah seketika saat memeluk anaknya. Bekas lebam akibat pukulannya masih terlihat di sekujur badannya.

Penyesalan, rasa kuatir, dan rasa rindu akan anaknya yang tadi malam berani meninggalkan rumahnya, membuat semua bercampur aduk, dan dia bisa bernafas lega akhirnya bisa melihat anaknya kembali, setelah sempat emosi, kesal dan marah yang sulit dia control, membuat semua jadi lepas kendali.

“mama minta maaf, yah Ka…….” Bujuk mamanya sambil memeluk anaknya. Airmatanya tumpah, sambil tangannya membelai rambut Ica, yang juga ikut meneteskan airmata saat dipeluk oleh ibunya.

“mama janji ngga akan pukulin kaka lagi…….” Suara yang terdengar kalut diantara tangisannya.

Melihat adegan ini, semua yang yang ada disiut pun ikut larut dalam haru. Bagaimana pun ini adalah ibu dan anak, yang meski sering ada pertengkaran dan salah paham bahkan kekerasan, namun tetap saja ikatan antara ibu dan anak tetap selalu ada.

Tari tersenyum lega, dia mengusap punggung Dave dengan penuh kelembutan. Dia sangat bersyukur melihat Dave yang memiliki jiwa besar dan hati yang selalu lembut dan punya rasa sabar yang luarbiasa, sehingga disaat emosinya pun sedang meninggi, tetap dia mampu menjaga itu dan tidak bereaksi berlebihan menghadapinya.



************************

Sementara itu Yudi gusarnya bukan main saat pagi ini dia mencoba datang ke rumah Tari, dan dia tidak mendapati istrinya disitu.

“sudah berangkat pagi-pagi, Pak….” Ujar pembantunya

“tahu alamat kantornya ngga?”

Hanya gelengan kepala dari sang pembantu yang baru kerja 3 bulan dirumah ini.

“bapak sama ibu?”

“bapak keluar kota, ibu juga tadi jalan tidak lama Mbak Tari pergi…..”

Nomornya sudah diblokir oleh istrinya, dan dia bingung untuk mencari istrinya dimana, membuat pengusaha muda ini semakin uring-uringan.

Dia lalu segera kembali ke kantornya, dan dalam perjalanannya dia kemudian mengirim pesan ke pengacaranya Lamson Siagian untuk bisa bertemu. Dan untungnya pengacara perusahaan sekaligus pengacara pribadinya itu available untuk dia temui, sehingga dia tidak perlu menunggu, Lamson segera meluncur ke kantornya saat ini.

“pagi Boss….”

“iya Bang….”

Dia menyambut genggaman tangan pengacaranya itu

“kusut sekali wajahnya…..”

Manyun wajah Yudi

“gimana?”

Mereka masuk ke ruangannya Yudi

“apanya nih?”

Yudi terdiam

“ sudah ada berita dari pengacaranya istri saya?”

“hmmmmm, yup…. Semua sudah set up, kita tinggal tunggu panggilan untuk sidang…”

Yudi duduk di kursinya

“kopi yah….” Perintahnya ke Pa nya

“ saya air putih aja…..” sambil tersenyum Lamson

Yudi masih diam di kursinya

“ gimana? Ada arahan apa terkait proses ini…..”

Masih terdiam Yudi sambil menatap ke arah jendela luar ruang kantornya

“pending dulu deh…..”

“pending?” kaget Lamson mendengarnya

“iya….”

“kenapa Boss?”

Wajar saja Lamson kaget. Karena dulu Yudi bersikeras untuk menceraikan istrinya. Meski istrinya nyaris tidak ada kesalahan apapun untuk dicarikan alasan agar bisa diceraikan. Namun kini saat angin berbalik, malah istrinya yang duluan menggugat, dan Yudi justru hari ini berubah pikiran.

“ngga apa-apa….”

Lamson agak kesal mendengarnya, meski dia juga bingung harus menjawab apa

“harus ada dasar Boss…. Apa dasarnya sampai harus pending…. Jadi kitab isa ulur waktu….. tidak hadir atau apalah nanti….”

“udahlah Bang… tolong bantu saya untuk pending dulu case ini…..”

Lamson terdiam mendengarnya. Dia meski agak geregatan dengan sikap Yudi, namun dia sadar bahwa Yudi selaku kliennya tentu bisa saja berubah sikap, dan bagi dirinya sepanjang semuanya masih tercover biayanya, maka dia akan lakukan apa yang kliennya inginkan.

“baik kalo begitu…..” akhirnya keluar dari mulut Lamson

“nanti saya hubungi abang untuk langkah lebih lanjut……”

Lamson terdiam

“oke…..”

Lalu

“ada arahan lain lagi?”

Hening sesaat

“ saham kita untuk Rika…. Apa bisa batalkan?”

Lamson kaget mendnegarnya.

“dibatalkan?

Seketika dia segera menyadari apa yang terjadi diantara tiga orang ini. Dia segara tahu kalau ada yang berjalan tidak sesuai scenario awal, sehingga semua rencana jadi buyar dan berantakan, dan sang penentu langkah jadi berubah pikiran secara mendadak.

“ hmmmmm…. Agak rumit sih…..”

“rumit?”

“yup…..”

“kalau begitu buatkan semua lebih mudah……”

Lamson tersenyum

“kita beli sahamnya……”

Shit, maki Yudi dalam hati.

“kalau dipaksa dia harus menjual atau kita tarik, akan ada implikasi hukumnya…….”

Yudi sangat menyesali keputusannya ketika itu. Dia tidak menyangka jika niatnya yang awalnya ingin hidup bersama dengan Rika, malah jadi perangkap seperti ini bagi dirinya. 22,5 % share bukan angka sedikit dengan omzet dan keuntungan perusahaannya saat ini, dan pastinya wanita tidak akan bodoh dan dengan mudahnya untuk bernegosiasi untuk hal seperti ini.

“saran abang?”

Minuman mereka datang

“thank you…..” ujarnya ke office boy yang mengantar minuman

Lalu

“saran saya, bayar ke dia……”

“not easy…..” kesal suara Yudi

Lamson tersenyum mendengar suara emosi kliennya ini.

“atau biarin aja seperti itu….. “

“enak aja dia menikmati setiap keuntungan dengan tidak berkeringat……”

Kan dia berkeringat setiap lu genjot, boss…. Bisik hati Lamson, meski tidak terucap

“cari cara lain, Bang…..”

Lamson tersenyum

“oke, nanti coba saya pikirkan……” dia sembarang saja menjawab meski dia pun bingung harus menjawab apa untuk permintaan dari kliennya ini.

Sepeninggal Lamson, begitu banyak pertanyaan mendera hati dan pikiran Yudi. Mulai dari emosinya dia terhadap Rika yang dianggapnya sudah keterlaluan, hingga kelakuan Tari yang kini banyak berubah menurutnya.

Rika baginya sudah saatnya untuk dia tutup buku.

Wanita sialan yang tidak tahu diuntung, menurut hati Yudi. Meski rasa cintanya dan sayangnya ke foto model ini sangat kuat dan dalam, namun kebohongan, pertengkaran dan semua hal yang dia alami selama ini, hanya membuat dia sakit hati dan emosi. Apalagi rumor perselingkuhannya dengan Aldebaran kini semakin mencuat kencang. Bahwa di forum gossip online, foto mereka berdua di Thailand itu ramai dikomentari. Bagi Yudi ini sudah sangat keterlaluan sekali.

I am the one who make her famous. Demikian kilah Yudi. Dan setelah menerima semua kebaikan hatinya, model itu malah berselingkuh dibelakangnya. Makanya dia ingin memberi pelajaran dengan memutus semua dana subsidi, menarik semua fasilitas, termasuk saham yang sudah dia serahkan untuk Rika.

Namun terkait istrinya Tari, ini yang membuat Yudi galau berat. Setelah dia sadar bahwa hanya Tari yang mengerti dirinya, maka dia ingin segera kembali dan mencoba memperbaiki hubungan mereka, meski dia tahu bahwa Tari kini haluannya sudah berubah 180 derajat dari dirinya.

What makes you changed, Baby?

Apa yang membuat drimu berani?

Sekian tahun meski marah Tari tidak berani melawannya, namun kini memblokirnya, kabur dari rumah, bahkan maju untuk menggugatnya di meja pengadilan agama. Ini diluar dari apa yang dia pikirkan sama sekali.

Semua berputar selama dua minggu ini di kepalanya….

Dia ingin tahu apa yang membuat Tari berani memutuskan apa yang dia lakukan saat ini

Setahu dia, Tari di kampus nyaris tidak memiliki pacar sebelumnya. Pacarnya dia dulu di SMA memang ada, tapi putus dan nyaris tidak ada cerita indah.

Cerita indahnya justru banyak hanya yang dia dengar ialah sahabat baiknya dia, yang lulus lalu terbang ke Jepang, yang bahkan saat mereka menikah sosok itu tidak datang sama sekali.

Yudi sempat mendengar cerita dan ledekan kawan-kawannya jika sahabat baiknya itu terluka karena Tari memilih Yudi, makanya dia pergi ke Jepang. Dan bagi Yudi, selain dia merasa sosok itu bukan saingannya, terlebih beda agama, dan juga Tari jelas-jelas memilih dia waktu itu, maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam isi kepalanya untuk tahu siapa dia.

Karena tidak hafal namanya, Yudi bingung bertanya ke siapa, karena semua teman kuliahnya Tari nyaris tidak ada yang dekat dan kenal dengannya. Untung dia ingat, aklau di perpustakaannya di rumah, Tari pernah menyimpan buku alumninya. Dia lalu menelpon ARTnya untuk mengecek buku tersebut, dan untungnya saat Tari kabur, buku itu tidak dibawa.

Dan nama David Pardamean Hutasoit pun dengan mudah dia dapat, setelah ARTnya menyisir isi buku dan nama-nama alumni laki-laki. Dia seketika ingat dengan pria yang bertubuh tinggi agak kurus, dandanannya sederhana, namun tidak mengucap satu kata pun saat bersalaman dengannya waktu dia jemput Tari ketika itu.

Gotcha…….

Ternyata sudah balik di Indonesia, dan dengan mudah dia tahu dimana David ini bekerja.

Shit, bocah ini ternyata sekarang menjadi salah satu direksi di Perusahaan asing. Betapa kagetnya Yudi melihat profilnya. Sosok cupu yang pernah dia lihat dulu, kini memang berubah menjadi sosok yang berwibawa dan berbeda.

Dia mencoba searching terkait kondisi pribadi David. Namun tidak ada satupun medsos yang mencantumkan namanya, namun dalam satu rubrik artikel di wawancaranya dengan sebuah media energy, sosok lajang ini pun dengan mudah ditracing oleh Yudi.

Apa karena dia?

Yudi tidak ingin berandai andai. Namun melihat waktu dimana Tari mulai berani dan meninggalkan rumah, dengan waktu kedatangan David ke Jakarta kembali, memang selisihnya tidak begitu jauh. Dan ini akan jadi salah satu titik yang dia amati dan ingin dia selidiki, karena baginya saat ini ialah bagaimana Tari harus kembali ke pelukannya lagi.

Tari bukan wanita yang mudah tergoda atau jatuh hati. Semua ponselnya dan komputernya selama ini selalu Yudi bisa cek dan buka. Jika dia berubah pikirannya dengan secepat ini, pasti ada sosok lain yang membuat dia nyaman, dan bukan tidak mungkin sahabat baiknya ini yang masih lajang, menjadi alasan bagi Tari untuk berubah. Karena mencintai sosok yang baru bukanlah hal yang mudah bagi istrinya itu.

Otaknya dengan cepat berpikir…..

Dering ponselnya berbunyi…

Muncul nama Rika disana…..

Dengan cepat dia menekan tombol merah untuk mereject telpon Rika……



************************​



Sementara itu ribuan mil jauhnya dari Jakarta……

Mata sipit yang agak sendu terlihat muram hari ini.

Dari tadi malam whatsappnya dia belum juga dibalas hingga siang ini oleh Dave

Hatinya bertanya tanya apa sebetulnya yang terjadi terhadap kekasihnya itu.

Dia mencoba bertanya ke Iva, namun jawaban Iva selalu terlihat manis dan baik, bahkan selalu bilang bahwa hingga saat ini tidak ada wanita lain yang menggantikan dirinya, karena hanya Keiko yang pernah dikenalkan secara terbuka baik ke Iva maupun ke ibunya, meski hanya lewat video call.

Namun tetap saja perubahan sikap Dave yang banyak menghilang, sering lama membalas whatsappnya, menjadi tanda tanya besar bagi Keiko. Karena dia tahu persis kebiasaan Dave selama sekian tahun mereka bersama di Jepang, dan tidak mungkin tiba-tiba Dave berubah tanpa ada sebab yang jelas.

Dia sudah menghubungi ke kantor Jakarta, dan Dave yang biasanya pagi sudah masuk, kini malah belum masuk hingga siang ini. Telepon pribadinya juga tidak diangkat. Membuat hati Keiko gundah gulana jadinya.

What happened, Baby??

Apa yang membuatmu berubah?

Meski otak warasnya menyodorkan alternatif lain. Namun dia tetap sulit memungkiri jika dia berat untuk melupakan Dave. Semua hatinya, pikirannya, bahkan segala-galanya dia hanya inginkan Dave yang ada dalam hidupnya.

What a stupid Japan woman, I am……

Tapi tetap saja dia sulit menjelaskan bagaimana rindunya dia, bagaimana sayangnya dia, dan bagaiman semua isi hidupnya hanyalah kerinduan terhadap Dave yang ada. Rasanya sulit baginya untuk berjalan sendiri tanpa adanya pria yang tanpa malu-malu dia katakan sangat dia cintai dan sayangi.

Putus?

Melupakan Dave?

Mencari pria lain?

Mungkin mudah dan bisa saja dia lakukan. Tapi apa sanggup dia melakukan itu semua??

Saat marah dan emosi bisa saja dia lakukan itu.

Namun saat dia tenang, berpikir jernih, malah sosok pria itu yang selalu mencuri hatinya. Pria yang bahkan sampai harus rela tidak akan siang hanya untuk balik ke apartemennya memastikan dia minum obat dan makan siang saat dia sakit. Pria yang mengerti dan tidak bersuara keras kepadanya selama ini. Pria yang selalu sabar dan selalu ada setiap dia perlu. Pria yang selalu mampu memuaskannya setiap dia ingin bercinta.

Airmata Keiko pun turun

Sakit rasanya saat rindu seperti ini, namun yang dirindukan malah tidak menampakan kerinduan yang sama

Hingga……

Mungkin aku harus ke Jakarta untuk meminta jawaban ini secara langsung. Karena jika setiap di telepon dan di video call, Dave selalu menghindar dan selalu menjawab bahwa semua baik-baik saja. Bahkan saat dia dengan terang-terangan mencoba untuk membuka pembicaraan untuk ke arah yang lebih serius, Dave juga tidak menjawab gamblang. Padahal dia pun siap seandainya diminta harus pindah ke Indonesia bersama Dave.

I’m ready for you, Dave

Ask me whenever you ready…….

Semua rasa dan pertanyaan yang muncul, memang rasanya harus ada jawaban yang tepat dan pasti. Dan bagi Keiko, jawaban ini tidak akan datang jika jarak mereka masih terpisah jauh seperti ini. Dia rindu akan diri Dave secara fisik, dia rindu sentuhan Dave secara langsung, dan dia ingin mendapatkan jawaban ini secara langsung dari bibir Dave.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd