Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

BAB XXXIV



Kentalnya sebuah aliran darah



Sosok Dave memang pribadi yang unik. Meski sedang ditimpa masalah, dia tetap saja dengan tenang bisa kerja dan menyembunyikan semua masalah yang dia alami. Baginya, kerja adalah sebuah kewajiban dan priotitas utama yang harus dia selesaikan. Ini yang membuat dia bisa tiba di panggungnya ini selalu lebih awal dibandingkan dengan orang lain.

Etos kerjanya, sikapnya dalam menyikapi masalah, serta kemampuan dia dalam menghadapi sebuah tantangan sungguh diluar dugaan semua orang. Otak pintarnya diasah dengan dibantu teknologi yang sekarang berkembang, membuat dia seperti menjadi profesionalis dengan mentality Jepang namun tetap punya akar sebagai orang lokal. Ini yang membuat dia selalu bisa tampil terdepan termasuk dalam hal mematahkan sekian banyak capaian pendahulunya di Hikaru.

Masalah keluarga dan percintaannya, bagi dia itu menyita isi kepalanya, namun tidak akan menggerus profesionalitasnya dalam bekerja.

Satu hal yang tidak malu dia lakukan ialah mempelajari semua hal, pemikiran, prosedur, hingga hal-hal kecil dari banyak hal yang dia pelajari, lalu itu digabungkan dan dia implementasikan dalam daily programnya dia. Prinsip ATM alias amati, tiru dan modifikasi bukan hal yang jamak untuknya.

Namun tetap saja, Dave hanyalah manusia biasa…..

Hal-hal yang terkadang bukan tanggung jawabnya, tetap harus dia ikut pikirkan juga.

“ kamu harus bisa berdamai dengan dirimu, supaya mudah dalam memutuskan semuanya….” nasehat Keiko pagi ini saat dia menyinggung terkait masalah ini.

Keiko tahu semua masalah Dave, karena memang hanya ke wanita ini dia terbuka dalam banyak hal. Satu hal yang tidak pernah dia ceritakan dengan Keiko hanyalah munculnya Tari dalam hidupnya kembali. Dia tidak ingin melukai hati Keiko dengan cerita seperti ini, karena dia sadar, bahwa Keiko saat ini sudah dalam tahap mencintainya dengan sangat dalam.

“tanya diri kamu sendiri…. dengar kata hati kamu… jangan dengar emosi atau pun orang lain….” sambung Keiko lagi

“karena hanya dirimu sendiri yang tahu, apa yang ingin kamu lakukan…..”

Melihat boss nya yang agak bingung pagi ini, Merry yang sudah beberapa bulan bersama dengan Dave bisa merasakan bahwa ada yang berbeda dengan gelagat boss nya pagi ini. Dia ingin bertanya sebetulnya, tapi agak segan.

Namun setelah beberapa saat, dia bisa melihat bahwa ada yang dipikirkan oleh Boss nya ini. Banyak tanda tangan yang harusnya tidak perlu dia ingatkan, harus di ingatkan lagi, dan bahasa tubuhnya pun sedikit berbeda. Seperti ada yang dia pikirkan.

“maaf Pak…. ada yang perlu saya bantu?” tanyanya akhirnya dia memberanikan diri

“eh….. ngga.. ngga…” jawab Dave sekenanya

Merry enggan mendesak lebih lanjut, meski dia tahu boss nya itu berbohong kepadanya

Namun hingga siang hari masih terlihat ada yang menggelayuti pikiran Dave.

“bapak mau saya pesankan makan siang?” tanya Merry

Dave terdiam agak bengong

“hmmmmm……..”

Merry masih menunggu

“mau makan diluar?”

Diam sejenak

“dimana?”

“ di rumah makan manado bapak mau? Ikannya kan bapak suka?”

Lalu

“oke…. “

“saya kasih tau Pak Sadiman yah…..”

“Mbak Merry makan dimana?”

“eh, paling saya….”

“ayo ikut saya makan diluar…..”

Merry kaget….



************************

“bapak mau saya bantuin?” tanya Merry

Dave masih diam. Dia kahirnya menceritakan semuanya ke Merry, terkait masalah yang sedang dia hadapi.

“mbak Merry bisa jaga ini kan?”

“masyaallah, Pak…. ngga perlu bapak minta pun saya pasti selalu jaga semua rahasia Bapak….”

Dave terdiam sesaat masih sedikit masgul hatinya

“Pak, saya dan keluarga saya sangat berterima kasih ke bapak…. Bapak lihat saya, langsung tarik saya dari admin biasa jadi PA bapak…. kami sangat berterima kasih Pak….”

Memang saat ditawarkan PA yang baru, karena Susy ex PA Direktur yang lama ditarik oleh Mr. Kaede, Dave memilih Merry Fahiza sebagai PAnya. Merry yang tadinya hanya admin biasa di bagian marketing, langsung naik jabatan jadi PA yang kelas jabatannya di level officer.

“masak bapak mau minta tolong saya ngga akan tolong bapak semampu saya?”

Sambil menikmati makan siang, Dave pun bertutur apa yang dia selama ini pendam dan rasakan.

Merry kaget luar biasa. Dia tidak menyangka jika kondisi orangtua boss nya ini ternyata cukup complicated. Dia selama ini berinteraksi dan hanya tahu jika ada ibu dan adiknya saja, dia enggan bertanya terkait dimana ayahnya, hingga saat ini Dave cerita ke dirinya

“mau saya bantu, Pak?”

Dave masih diam

“biar saya cek dan lihat kondisinya…. jika bapak mau….” Tawar Merry lagi

“gimana?”

Merry tersenyum

“biar saya yang kerjakan Pak, nanti saya kasih tahu bapak…..”

Dave terdiam sesaat, sambil menyendok nasinya. Dia tahu Merry bisa diandalkan dalam banyak hal.

“oke….”

Lalu

“makan dulu yah Pak….. “

“makasih Mbak….”

“lain kali, bapak jangan segan kasih tahu saya jika perlu bantuan…..”

“ini kan masalah pribadi saya…..”

“ tetap bapak butuh bantuan juga kan?”

Dave terdiam

“oke….”

“selamat makan…..”

Sambil menikmati kelezatan ikan bumbu woku khas manado

“bonus mau dibeliin apa?” Tanya Dave tiba-tiba

“saya dapat juga yah, Pak?” Merry tahu yang disinggung oleh Dave ialah bonus mereka hasil penjualan di Bali kemarin.

“dapat dong…..”

Merry kaget

“soalnya saya kan cuma PA bapak saja, setahu saya cuma tim marketing yang dapat….”

Dave tersenyum

“ini spesial project, jadi mbak Merry juga dapat…. bukan reguler marketing…”

Dia tersenyum

“udah tahu jumlahnya?”

Merry tersipu malu

“dengar gossipnya saja Pak…..”

Dave tersenyum. Perhitungan bonus hasil penjualan di Bali memang jadi rumor di kalangan tim marketing di Bisnis dan Development department, bahkan angka-angkanya juga beredar, karena hitungan spesial project kali ini hampir selalu sama dengan case sebelumnya, jika ada penjualan atau bisnis baru diluar reguler konsumen yang sudah ada.

“oke angkanya kan?” ledek Dave

“oke banget Pak… kalo beneran….”

Dave tertawa

“mau dipakai untuk apa?”

Senyum Merry muncul tersipu

“palingan buat nambah ayah sama ibu umroh…..”

Meski sering mendengar hal yang serupa, namun Dave selalu menaruh respek yang besar bagi anak-anak yang selalu sayang dan peduli sama orangtuanya.

“ngga beli iphone?”

Merry tertawa

“pengen sih Pak… tapi nanti aja kalo dapat bonus akhir tahun….”

Tetap saja rata-rata karyawan masih doyan dengan brand populer, pikir Dave sambil tersenyum.



********************

Beberapa hari kemudian….

“Pak, sudah saya periksa dan cek ke guru dan sekolahnya…..” ujar Merry sesaat setelah dia menutup pintu kaca ruangan Dave

“oh oke…. trus??” Dave mengangkat wajahnya mendengar info terbaru dari Merry

“ benar sih Pak… biaya sekolah dan biaya kegiatan lain memang tertunggak cukup lama…..”

Dave terdiam

“the good things nya adalah, dia anak yang lumayan pintar… baik dan tidak pernah aneh-aneh… dan punya pergaulan yang bagus di sekolah…..” sambung Merry lagi

“cuma karena sering telat bayar uang sekolah, tidak ikut kegiatan, jadi suka minder…..”

Masih terdiam yang diajak bicara

“bapak mau saya temuin dia dulu?” tawar Merry

Dave masih galau

Disatu sisi dia rasanya masih menyimpan rasa amarah ke ayahnya, Mangara.

Namun disisi lain, dia pun tidak bisa memungkiri jikalau dia memiliki rasa ingin tahu terhadap kehidupan mereka.

“gimana Pak?” tanya Merry lagi

Usul Merry sepertinya layak dipertimbangkan. Memang semuanya harus diselidiki secara seksama, dan harus dicounter lewat sisi yang lain juga. Meski dia yakin Tante Ully tidak akan bohong ke dirinya, walau waktu itu dia masih belum bisa menerima sama sekali usulan Tantenya.

“oke….. coba aja dulu….”

“baik Pak….”

Sebelum Merry berlalu

“Mbak Mer….”

“iya Pak?”

Dave agak galau menatap wajah Merry

“eh….. bolehkah ini hanya menjadi cerita kita saja…..” ujar Dave pelan

Merry tersenyum

“ Pak……” Merry agak mendekat ke arah Dave

“hadirnya bapak, banyak membuat orang-orang seperti kami ini punya harapan….. bahwa yang perform pasti dapat apresiasi…..”

Dave terdiam

“saya banyak berhutang ke bapak….. bapak banyak bantu saya, guide saya, ajarin saya…..”

“ bantu bapak dalam hal ini, sudah jadi kewajiban bagi saya sebagai PA bapak….”

Dave tersenyum

“dan ini hanya diantara kita Pak……”

Dave kini bernafas lega mendengarnya, meski hatinya berkecamuk begitu

“Thanks Mbak Merry…..”



***************************



Mellisa Ailsie Hutasoit.

Demikian nama lengkap anak gadis ini, yang akrab dipanggil Ica.

Dia sedang terpekur dengan seragam SMAnya, dan sedang menghadap guru BPnya, Ibu Ida dan juga wali kelasnya, Ibu Sri.

Dia kaget karena hari ini ada yayasan yang ingin bertemu dengan dirinya, dan Ibu Ida memberitahukan bahwa pihak yayasan ingin berjumpa untuk sekedar briefing atau diskusi terkait keluarga dan kondisii dia.

“mereka hanya ingin wawancara sebentar…. nanti Ibu dan Bu Sri ikut kok….” ujar Ibu Ida mencoba menenangkan Ica.

“kali aja kamu dapat beasiswa…..” timpal Ibu Sri lagi

Ica hanya menundukkan kepalanya. Dia terdiam sesaat, lalu tidak lama kemudian dia menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa dia setuju untuk ikut dengan kedua gurunya ini menemui yayasan yang dimaksud.

Dan pukul 14.00, Ica bagaikan tidak percaya dengan apa yang sedang dia alami sekarang. Dia bersama gurunya dijemput sebuah mobil, lalu berjalan ke sebuah rumah makan mewah yang seringnya dia dengar hanya dari temannya Olivia yang anak orang kaya yang suka cerita kalau dia suka makan di rumah makan ini.

Mereka kemudian disambut oleh seorang wanita cantik dengan dandanan ala wanita karier, dan kemudian mereka masuk ke sebuah ruangan private yang sengaja dipesan sepertinya, untuk kemudian mereka masuk dan duduk di ruangan ini.

“saya Merry….. yang telpon dan bicara dengan ibu kemarin di telepon….” Merry memperkenalkan dirinya ke mereka bertiga

“oh iya, ini saya bersama Mellisa, ada wali kelasnya juga Bu Sri….” ujar Bu Ida

“halo…..”

Dia menyalami semua mereka bertiga

“kita ngobrolnya sambil makan yah…..”

Mereka tersenyum sambil duduk di kursi yang sudah disediakan di ruangan private itu

Melihat menu yang asing, dan angkanya yang diluar nalar bagi dirinya, membuat Ica hanya diam.

“kok diam…. aku pesanin yah….” ujar Merry yang melihat ekspresi diam mereka. Dia tahu dalam kondisi seperti ini, mereka pasti canggung dan bingung memilih apa menu yang hendak mereka pesan.

Suasana agak cair kemudian, dan akhirnya Bu Sri dan Bu Ida memesan makanan mereka, sedangkan Ica dipilihin oleh Merry.

Sambil menunggu makanan datang, mereka berbincang ringan dan mengobrol hal-hal yang sifatnya umum, termasuk kondisi sekolah, dan sesekali Merry bertanya tentang diri Ica, yang semenjak datang, anak itu banyak berdiam diri dan menundukkan kepalanya.

Merry diam-diam hanya melirik ke arah Ica, dan memnag dia akui anak ini mirip sekali dengan adik kandung bossnya, Iva. Hanya saja Iva lebih tinggi, namun kulit Ica lebih putih dibanding Iva, sedangkan raut wajah, mata mereka nyaris sulit ditepis kalau mereka adalah kakak beradik.

“makan dulu yuk….” ujar Merry saat masakan mereka sudah tiba.

Sambil mengobrol ringan, mereka lalu menikmati santapan siang menuju sore itu. Ica perlahan mulai agak cair dan mau menjawab agak panjang kalau ditanya, meski dia dalam hati bertanya tanya siapa Merry ini, dan apa maksudnya mengundang hanya dirinya saja, meski di lain sisi dia senang bisa menikmati makan seenak ini, walau hatinya agak tergores, ingat adiknya Marlon yang pasti suka dengan menu udang seperti yang sedang dia makan.

Sedangkan tanpa mereka tahu, ada sebuah kamera tersembunyi yang terpasang di sudut ruangan, lengkap dengan mic nya, dan itu terhubung dengan ipad milik Dave, yang sedang dalam perjalanan menuju tempat yang sama.

Saya akan tiba sekitar 20 menit lagi

OK Pak

Saya tunggu di ruangan lain saja, cuma mau dengar aja apa yang kalian omongkan

Baik Pak, wa saya jika jaringan terputus nanti

OK


Percakapan lewat whatsapp dengan Merry, saat dia masih dalam perjalanan.

Dave sendiri bingung, apa dia ikut bertemu adiknya, atau seperti apa. Yang jelas dia akhirnya menyetujui rencana Merry, untuk Merry dulu yang bertemu dan menanyakan ke Ica, dan Dave hanya cukup melihat lewat sambungan vidio, setelah itu biar dia yang putuskan apa dia ingin membantu adiknya atau tidak. Yang utama, dia bisa melihat wajah adiknya, mendengar apa yang disampaikan nantinya.

“kamu nama lengkapnya siapa?” tanya Merry setelah sesi makan siang selesai, dan hanya tersisa minuman ringan dan kue

“saya lihat nilai kamu lumayan bagus….”

Ica tersenyum malu

“Mellisa Ailsie Hutasoit, Tante….” jawabnya pelan

“panggilannya?”

“Ica Tante….”

Merry tersenyum

“bapak dan ibu?”

“bapak namanya Mangara Hutasoit, ibu saya Ellen Anggraeni……”

“oh oke…. “

Ica sepertinya agak kurang nyaman ditanya tentang keluarganya, terlihat dari bahasa tubuhnya yang agak kaku

“ sekarang kan sudah kelas 2 SMA, atau kelas XI lah yah…”

“Iya Tante”

“cita-citanya?”

Ica terdiam sejenak, dia menunduk

“ ayo, apa cita-citanya……” bisik Bu Ida memberi dorongan ke Ica, yang entah kenapa mereka percaya akan niat baik Merry, sehingga tidak ada pertanyaan detail, apalagi Merry juga meminta ada pengawasan dari guru nya Ica

Ica terdiam sesaat, lalu

“mau jadi guru, Tante…..”

Merry tertegun sesaat. Rasanya jarang sekarang ini anak-anak seperti Ica di SMA yang punya cita-cita jadi guru, dari sekian banyak profesi yang dinilai lebih menjanjikan dibandingkan menjadi sosok guru.

“ kenapa tuh pengen jadi guru……”

Ica tersenyum malu

“pengen bantu murid-murid kayak Ica aja nantinya……” gadis itu tidak melanjutkan kata-katanya

“boleh tahu, bapak kerja?”

Ica terdiam sesaat, lalu menganggukkan kepalanya

“boleh Tante tahu dimana?”

Diam kembali, lalu dia menjawab

“bapak jadi sopir angkot, Tante……”

“oh…. kalo ibu?”

“ ibu dirumah…. kadang suka bantuin saudara kalau ada kerjaan masak……”

Ica kembali terdiam

Sementara di sebuah mobil yang baru saja tiba di parkiran restoran ini, dada Dave bagaikan berkecamuk dengan banyak pertentangan dalam dirinya, apalagi melihat Ica yang sedang diinterview oleh Merry lewat ipadnya.

“adik kamu?”

“marlon namanya tante, dia kelas IV SD…..”

Lalu

“ Maaf yah Ica… kami dapat info, kalau Ica termasuk murid yang berprestasi…. cuma suka kesulitan dalam biaya SPP yah……”

Ica terdiam, dia menundukkan wajahnya, lalu mengangguk pelan

“boleh saya tahu apa penyebabnya?”

Ica terdiam sesaat

“kalau Ica ngga mau jawab ngga apa-apa….” Merry segera sadar kalau pertanyaannya agak menyimpang

Ica masih terdiam, lalu

“ memang bapak sama mama belum ada uang, Tante…..” ujurnya pelan

“ uang bapak hasil narik kadang hanya cukup buat makan…… meski mama suka bantuin juga, masih kurang……”

Merry terdiam kali ini

“kami dari pihak sekolah sih masih kasih toleransi, Bu….. karena memang Ica termasuk murid yang nurut, dan punya prestasi……” timpal Sri

“oke…. selain SPP, apalagi yang belum Ica selesaikan?” tanya Merry lembut

Anak gadis itu terdiam sesaat, lalu

“ SPP 6 bulan……”

Merry agak kaget mendengarnya

“uang study tour ke Jogja 1,8 juta……. “ Ica agak diam dan menundukkan wajahnya

“uang kas kelas……”

Merry menganggukan kepalanya

“uang pangkal masuk dari tahun lalu juga masih belum……” suaranya agak pelan dan nyaris tidak terdengar

Merry agak heran mendengarnya, kalau sampai uang pangkal tahun lalu saja belum terbayarkan semuanya

“Bapak dan Mama tahu kan?”

“tahu Tante….”

“lalu, tanggapan orangtua Ica…?”

“mau nanya ke Mama sama bapak, takut ngomel……” ujarnya lirih

“bapak hasil narik ngga seberapa, suka sakit juga sekarang……”

Merry tertegun mendengarnya

Sepintas dari dekat dia memang bisa melihat kondisi anak ini seragamnya agak lusuh, sepatunya juga demikian. Sepanjang mereka bicara, Ica lebih banyak menunduk dan meremas jarinya sendiri

“oke sayang…. ngga apa-apa, nanti Tante coba bantuin yah……” ujar Merry

Ica hanya menganggukkan kepalanya perlahan. Sedangkan kedua gurunya meski banyak tahu kondisi Ica, namun tak pelak dibuat terdiam mendengar apa yang diceritakan oleh anak muridnya ini

“ study tour kapan terakhir pembayaran?” tanya Bu Ida

“minggu depan Bu……”

“kalo ngga lunas?” tanya Merry

“ngga bisa ikut, Tante…..” jawab Ica sambil menundukkan wajahnya

Sekilas bisa terlihat wajah sedih anak itu. Matanya terlihat berkaca kaca

“ ngga apa-apa, kamu?”

Diam sesaat

“ngga apa-apa Tante….. Ica ngga bisa paksa bapak sama mama……” airmatanya terlihat mulai menggenangi wajahnya

“tahun lalu ke Kebun Raya Bogor juga Ica ngga ikut…..” dia menceritakan kalau saat masih di kelas X pun dia tidak ikut meski hanya ke Bogor.

“ngga ada keluarga lain yang bantu?” tanya Merry perlahan

“ada Tante…. tapi bapak sudah sering minta bantuan, keluarga lain mungkin bosan…..” gagap suara anak itu

“ lagi pula keluarga bapak dan mama juga kondisinya tidak ada yang mampu, Tan…. “ sambungnya lagi

Merry kali ini hanya bisa menarik nafasnya

Lalu

“kalian hanya berdua kaka beradik?” tanya Merry

Ica terdiam, raut wajahnya agak bingung

“ica….”

“iya Tante…..” gelagapan dia

“kalian hanya berdua……??”

Dave yang sedang duduk kini di ruangan sebelah mendengar, agak deg-degan melihat proses percakapan ini yang dia pantau lewat vidio

Ica lalu menganggukan kepalanya

“hanya kami berdua, Tante…..”

Merry terdiam, dia tahu Ica jawabannya tidak firm

“tapi……” terpotong kata-katanya Ica

“tapi kenapa…..”

Semua terdiam sesaat, Dave pun dibuat agak tegang melihat sosok gadis yang wajahnya mirip sekali dengan Iva itu

“ Ica punya dua kakak lagi……” suaranya perlahan, namun mampu menggetarkan telinga semua yang mendengar, termasuk Dave yang diruangan sebelah

“maksud kamu?” tanya Bu Sri

Ica terdiam, sesekali tangannya melap airmatanya yang kini turun di pipinya

Merry lalu menyodorkan tisu agar Ica bisa menyeka airmatanya.

Terlihat Ica berusaha menahan airmatanya, dan mencoba menenangkan dirinya, lalu menjawab perlahan

“Bapak punya anak dua orang, dari istri Bapak sebelumnya……” ucapan Ica seketika mengagetkan kedua gurunya itu, yang tidak menyangka jika ada kakaknya Ica yang berbeda ibu

“ Ica…. pernah atau sudah ketemu…..” tanya Merry

Gadis itu menggelengkan kepalanya

“tinggalnya dimana mereka….?”

“di Bogor, Bu……”

Dave tercekat mendengar pengakuan anak itu

“kan dekat?”

Ica terdiam

“mereka pernah ketemu dengan Ica, atau tahu dengan kondisi Ica?”

Ica menggelengkan kepalanya

“ica atau mungkin bapak tidak berusaha untuk……” Sri tidak melanjutkan kata-katanya

Ica kembali menggelengkan kepalanya

“tapi Ica kenal mereka…?”

Anak itu mengangguk

“tahu nama kakak Ica itu?” pancing Merry

Kembali dia mengangguk

“siapa…..”

Terdiam sesaat, lalu bibirnya yang kelu menyebut nama….

“bang David Pardamean dan Ka Iva Lasmaria……”

Dada David rasanya bagaikan dihantam godam mendengar pengakuan itu……

“Ica bilang tadi belum pernah ketemu kan?”

Gadis itu menganggukkan kepalanya

“lalu tahu dari mana?”

Diam sesaat

“dari Tante-tante adiknya bapak…….”

“oh…..”

“trus sempat lihat di instagram…..”

Merry kaget

“berteman di IG?”

Ica menggelangkan kepalanya dengan cepat

“ica lihat saja…. ngga berani untuk add…..”

Astaga, ternyata adiknya in suka stalking di instagramnya Iva

“kenapa?”

Kali ini wajah manis itu pecah air matanya dengan sebuah tangisan

“ica takut……..”

Sesunggukan anak itu membuat mereka semua terdiam

Mereka membiarkan dia agak tenang sedikit.

Sedangkan di ruangan sebelah, Dave bagaikan disuguhi sebuah perasaan yang sangat kontras dengan kemarahannya terhadap ayahnya, kini dia sulit menepis rasa haru dan rasa bersalahnya saat menepis keinginan Tante Ully beberapa waktu lalu.

“ica tahu kondisi mereka sekarang?”

Gadis itu mengangguk

“masih kuliah atau suka menikah kakaknya Ica….?” Tanya Bu Ida

Dia menggelengkan kepalanya

“bang Dave baru balik dari Jepang…… Ka Iva punya toko sendiri…..”

Merry tentu tidak kaget. Tapi kedua orang gurunya ini kaget setengah mati.

“kuliah di Jepang? Atau kerja?” tanya Bu Sri

“kuliah, trus kerja…. sekarang sudah pindah ke Indonesia…..”

Kedua guru ini tidak habis pikir, meski mereka sadar pasti ada masalah besar diantara keluarga ini, sampai kedua kakaknya yang sudah berhasil itu seperti tidak mempedulikan adiknya

“ Ica kenal wajah kedua kakak Ica?” Tanya Merry

Dia mengangguk

“lihat di IG yah?”

Dia menganggukkan kepalanya lagi

“kenapa ngga nyoba nyapa?”

“takut Bu…..”

“belum dicoba sudah takut….”

Ica terdiam sesaat

“beberapa minggu lalu, abang Dave sempat datang menemui bapak…..”

Kedua gurunya kaget

“lalu?”

“Bang Dave marah dan meninggalkan bapak begitu saja…..”

Mereka kaget mendengarnya

“abang ninggalin uang, trus pergi setelah marahin bapak….”

Dave tertegun dan hanya bisa menatap layar itu dengan lekatnya

“ica takut, bapak aja dimarahin, apalagi Ica nanti……”

Kembali tangis anak itu pecah

Suasana di ruangan itu menjadi haru biru. Sebaliknya di sebelah Dave pun dibuat galau melihat adiknya itu menangis. Seketika dia bagaikan teringat akan Iva, yang dulu suka nangis jika ibunya belum ada uang disaat dia ada keperluan yang sama dengan yang dialami oleh Ica kali ini.

“sabar yah, Ica…..”

Anak itu menganggukkan kepalanya

“ini anak baik…. nilainya bagus, ngga pernah macam-macam…. tahu diri dengan kondisi orangtuanya, Mbak…..” bisik Sri ke dekat kuping Merry, yang mic nya juga terhubung ke Dave yang mendengarnya dengan jelas

Lalu

“ica……”

Sudah mulai agak tenang anak itu

“ kira-kira, kalau ada abangnya Ica disini….. apa yang Ica mau bilang…..”

Anak itu masih terdiam, dia mencoba menenangkan emosinya

“Ica mau bilang……” agak terpatah

“ica kangen sama abang dan kaka….” jelaga di mata itu muncul

“ica mau ketemu….. kalo diijinkan sama abang…”

“Ica kan ngga salah….. Ica juga ngga bisa pilih siapa orangtua Ica…….” suara dan tangisnya terdengar bersahutan

“ yang jelas…. Ica ini adiknya abang Dave…. adiknya Ka Iva……” tangisnya turun

“kalo abang marah sama bapak….. Ica kan ngga tahu……”

Pecah tangis bocah itu seketika

“Ica mo bilang….. Ica kangen dan mau ketemu abang….”

Tangisnya tidak bisa dia bendung

“ ica lihat di IG… Kak Iva disayang banget sama abang….. Ica juga mau disayang sama abang…..”

Kata-kata polos dan derai airmata itu pun membuat ketiga wanita disitu ikut meneteskan airmatanya. Mereka ikut menangis mendengar kata-kata polos dari lubuk hati anak sekecil Ica.

Dave pun sama, dia tergetar hatinya mendengar curhatan dari adiknya itu. Seketika dia disadarkan bahwa bagaimana pun Ica adalah adiknya. Ada darahnya dia yang mengalir di tubuh anak itu, meski lahir dari rahim yang berbeda, namun tetaplah mereka punya satu marga dan boru dari garis keturunan yang sama.

“ica ngga salah…. “ suara tangisnya masih terdengar

“iya sayang… Ica ngga salah kok…..” bujuk Merry

“tapi Ica takut kalau abang marah……”

Semua terenyuh mendengarnya.

Merry apalagi. Dia tahu bagaimana sayangnya boss nya dia ke Iva. Dari cerita Iva dan ibunya yang sering bertemu atau kontak-kontakan terkait urusan Dave, dia sangat paham karena sering juga dia yang diminta oleh Dave untuk bantu urus atau atur urusan dia yang sifatnya pribadi.

Memang berbeda ikatan emosionalnya dengan Iva, namun rasanya kerinduan dan keinginan Ica juga bukan hal yang aneh, karena bagaimana pun Dave adalah abangnya, satu bapak meski beda ibu.

Anak ini hanya minta diperhatikan, disayang dan mungkin sedikit bantuan dari Dave.

Sedangkan Iva, semua perhatian dan limpahan kasih sayang abangnya memang mengalir lancar, dan meski dia sudah kerja pun dan punya penghasilan, namun tetap saja perhatian abangnya luar biasa mengalir ke Iva, termasuk rencana mau beli mobil baru Hyundai Creta yang sudah dipesan oleh Dave, khusus untuk Iva.

Ica? Melihat seragam lusuhnya, dengar cerita sekolahnya yang menunggak, meski itu salah dari orangtuanya sendiri, namun tentunya tetap saja orang akan lihat Dave sebagai abangnya yang tidak membantu adiknya

“Ica cuma pengen ketemu…….” lirih suara anak itu, tangisnya sudah agak reda

“pengen bilang…. Ica rindu… ica mau ketemu sama abang dan Ka Iva….”

Hening sesaat

“Ica anak bapak…. sama kayak abang juga……”

“meski bapak sudah salah ninggalin abang sama Ka Iva, namun Ica…….” tertahan suaranya

“ica mau bilang…. Ica sayang sama abang dan Kaka……”

Tanpa mereka sadari kalau di ruangan sebelah, kedua mata Dave pun penuh airmata mendengar curahan hati adik tirinya itu.

Dia seketika merasa sudah jadi orang yang egois

Dia sudah menghukum adiknya yang tidak bersalah, hanya karena dendam dengan ayahnya yang sudah melukai hatinya dan ibu serta adiknya

Dave benar-benar galau dan dilema

Untuk apa engkau selalu berdoa setiap pagi dan setiap saat, jika hatimu masih menyimpan dendam ke orang lain? Dia teringat nasehat pendetanya ketika dia mencoba menceritakan keluh kesahnya terkait masalah yang belakangan ini menghantuinya

Tapi kan saya hanya menanggapi tindakan bapaknya yang meninggalkan saya dulu…. demikian pembelaannya. Bahkan mungkin hanya saya dan keluarga saya yang tahu betapa pedihnya waktu kami harus melalui semua itu dengan penuh derita dan airmata

“Dave, apa kamu akan mengampuni bapakmu hanya saat dia menunduk hingga wajahnya ke tanah? Memohon mohon dengan penuh tangis lalu kamu ampuni dia? Atau seperti apa?” kata pendeta Jonatan ketika itu

“Jangan nodai berkat yang sudah Tuhan kasih hanya dengan menyimpan duri dengan tidak mengampuni orang lain…..”

“semuanya memang berat… makanya bawa dalam doa, libatkan Tuhan dalam hatimu……”

Dave terdiam dan hanya meneteskan airmata teringat kata-kata Pendeta Jonatan

“lalu apa kamu mau Tuhan pun berlaku sama terhadap semua pelanggaran dan dosa yang kamu lakukan??”

“ingat Dave, penghakiman itu hak Tuhan….. kita hanya cukup percaya, dan mengampuni……”

“Jangan biarkan kebaikan hatimu…. hari-harimu yang penuh berkat dan doa, lalu dihantui oleh rasa dendam yang Tuhan pun tidak berkenan…..”

Airmata Dave sulit dibendung lagi.

Dia seakan tidak mampu berpikir

Makanan yang sudah dipesan bahkan tidak dia sentuh sama sekali.

Ucapan dan kata-kata pendeta masih terngiang di telinganya, berlarian dan saling mempengaruhi isi kepalanya dengan kenangan pahit yang membelenggu dirinya saat mengingat masa lalunya dengan ibu dan adiknya saat ditinggal ayahnya. Belum lagi rasa egoisnya saat Tante Ully datang memintanya membantu adiknya.

Dan ucapan rindu…..

Kata-kata lugu tentang sayangnya seorang adik yang rindu akan kakaknya

Tangisannya yang mengharu biru saat menceritakan rasanya jadi seorang adik yang tidak dianggap……

“Mama dan Bapak tidak pernah bawa Ica untuk ketemu abang atau kakaknya?” tanya Sri lagi perlahan

Ica menggeleng pelan

“ Mama malu…… disangkanya nanti….” dia tidak meneruskan kata-katanya

“bapak juga takut…… “

Mereka terdiam kembali

“kira-kira, Ica tahu dimana sekarang si abang sama Kaka?” tanya Merry lagi

“maksudnya, kerja atau……” dia ingin seperti mengetes Ica.

Ica menganggukan kepalanya

“Ica cuma dengar Tante Ully cerita….. trus lihat di IG…..” tangannya menghapus airmatanya

“ abang sudah jadi direktur di perusahaan Jepang…….”

Sri dan Ida kaget bukan kepalang. Abangnya direktur di perusahaan asing, lalu adiknya seperti terlihat tidak terurus, rasanya sangat miris

“ka Iva sudah punya usaha sendiri…….”

Diam kembali mereka

“punya foto mereka?” pancing Merry lagi

Kembali anak itu menganggukkan kepalanya

Dia lalu mengeluarkan ponselnya dari kantong saku roknya.

Terlihat Ica menekan agak lama tombol disamping ponselnya. Sepintas terlihat kaca yang sudah retak di layar ponsel itu, dan untuk menghidupkannya pun perlu sedikit usaha, hingga akhirnya layarnya terbuka.

Foto Dave yang sedang berdiri saat memberi keterangan di sebuah konferensi pers, lalu foto dia saat masih di Jepang, serta foto dia berdua dengan Iva di kebun milik Iva, ditunjukkan oleh Ica ke ketiga orang itu

“dapatnya dari mana?”

“Ica ambil di IGnya Ka Iva……”

Mereka terharu dibuatnya mendengar itu

“suka kangen ngga?”

Anak itu menganggukkan kepalanya

“ Ica hanya bisa berdoa selama ini……” airmatanya kembali turun

“Ica tahu, Tante Ully juga bilang…. abang sama kaka aslinya baik banget….. cuma mereka kecewa sama bapak saja…….”

Matanya kembali bertelaga

“ Ica cuma ingin ketemu….dan bilang kalau Ica kangen…..”

Tiba-tiba pintu ruangan pribadi itu terbuka, dan sesosok pria masuk dan langsung merangkul Ica dari belakang. Dia memeluk anak itu dnegan eratnya, sambil terdengar isak tangis mereka

Ica terlihat kaget saat ada yang merangkulnya…… semua juga demikian termasuk Merry yang tidak menyangka jika Dave akhirnya akan masuk.

Ica sempat menoleh ke belakang, dan begitu melihat wajah yang hanya dia lihat di instagram dan disimpannya di dalam ponselnya, lalu kini ada dihadapannya, seketika dia sadar siapa yang memeluknya

“Bang……” bibir kelu yang terkejut

“Bang David……”

Dave hanya menganggukan kepalanya, dan kembali dia merangkul anak gadis itu ke dalam pelukannya. Kursi yang diduduki oleh Ica sampai bergoyang sesaat. Kedua kakak beradik itu saling merangkul dengan penuh haru, seakan air mata dan isak tangis haru campur bahagia menjadi jawaban bagi mereka berdua saat ini….

“Bang… Ica kangen abang….” ujarnya di sela tangisnya yang kini menderu

Dave tidak menjawab, hanya pelukannya yang semakin erat, dan anggukannya yang terlihat, sambil tangannya menepuk punggung adiknya

Mereka bertiga kaget sebetulnya, termasuk Merry.

Namun Merry segera memberi kode, seakan menentramkan keterkejutan kedua guru Ica, bahwa yang mereka lihat sedang memeluk Ica saat ini, itulah David, abangnya Ica. Dan meski terkejut, namun tak urung pertemuan bersejarah penuh airmata itu pun membuat mereka terharu. Mereka sadar bahwa Sang Pemilik Hidup sudah menggerakkan hati mereka untuk kemudian bisa dipertemukan kali ini.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd