Iliana Desy Prameswari
Ah mas... shhhh.... aduh... mas jangan keras-keras nyedotnya ugh... desahku
Habis gemesin deh tetek ade ini ucap kekasihku, Rian
Slurp slurp mmm... nyammm... ahhhh... dia mengenyot terus susu ku, tanganku mengocok batang penisnya yang baru saja mengeluarkan laharnya didalam mulutku
Tangannya lalu turun dan turun kebawah, mengelus selangkanganku. Terasa aneh tapi aku menikmatinya. Tiba-tiba aku tersadar ketika pahaku dibuka, dan mas rian mencoba mencopot celana dalamku.
Mas ade mohooon... ucapku sambil menggeleng kepala
Ta.. tapi yang sudah kepalang tanggung yang, mas pengen banget... ucapnya
Tapi mas sudah janji kalau akan mengambilnya setelah menikah, plis mas tepati janji mas... ucapku
Kulihat kekecewaan di wajahnya, aku memang sudah di ubun-ubun tapi aku masih mampu menahan gejolak dalam dadaku. Dia kembali menyusu sebentar dan baru kemudia dia ke kamar mandi. Aku rapikan pakaianku dan bangkit dari tempat tidur.
Ade buatkan teh hangat ya sayang? ucapku
Iya, jangan manis-manis ucap mas rian, sedikit ketus, kurasakan kekecewaanya
Iya... aku keluar menuju dapur
Hei kak Desy... iiih wajahnya seneng banget deh, habis dapat jatah nih ya...Ucap adik kosku, dia masih SMA
Yeee... sok tahu kamu, sudah sana masuk ke kamar ditungguin tuh dari tadi pagi sama yayang ucapku
Yaaaah kalau itu mah gak nungguin kak, tapi istirahat habis 3 ronde semalam kak ucapnya
Kamu itu masih kecil udah doyan banget ucapku
Yeee... bukan doyan kak, kebutuhan hi hi hiUcap adik kosk yang langsung pergi ke kamarnya
Aku kembali melangkah dan ku dapati mas rian keluar dari kamar. kulihat dia tampak buru-buru. Langsung diminum teh hangatku sambi berdiri.
Mas keluar dulu sudah ditunggu ucapnya
Gak makan dulu mas? ucapku
Gak... dah sayang cup.. ucapnya sembari mengecup keningku
Kulihat langkah cepatnya dan menghilang dengan motor sportnya. Aku kembali ke kamar dan termenung melihat isi kamarku. Mengingat apa yang baru saja aku lakukan, aku merasa bersalah pada diriku sendiri. Bagaimana tidak pacarku selalu meminta dan memintanya, tapi untuk yang satu ini maaf aku tidak bisa memberikannya sekarang. Dalam hening aku memilih untuk belajar kembali, apa lagi kemarin Arta sudah mengajariku banyak hal.
eh, Arta... bathinku
Entah kenapa aku tiba-tiba teringat akan lelaki culun itu, dia sedikit menyita perhatianku. Cara dia berbicara memang terlihat asli tapi kadang juga terlihat dibuat-buat. Terkadang pula dia lupa akan siapa dirinya. Hmmm, pertama kali dia menjawab pertanyaan bu anglin, culun sih tapi cara dia menjawab. Ah, tak tahulah, kenapa aku malah memikirkan lelaki yang seharusnya tidak aku pikirkan.
Sebuah buku aku keluarkan, secarik kertas kecil ikut terjatuh. Aku rebahkan punggungku di atas bantal, duduk melihat secarik kertas, yang aku mencoba mengingatnya. Ah, ini punya Arta...
Setiap saat, entah kenapa, kenangan itu selalu hadir
Tangis sedih, tangis bahagia
Tawa sedih, tawa bahagia
Selamat tinggal,
Goodbye to all those rainy nights
Goodbye, so long, I'm moving on
Dua kalimat terakhir seperti kutipan sebuah lagu, tapi lagu apa ya? Kalau dilihat lagi tampaknya arta memang anak yang pandai dalam bahasa juga. Buktinya dia bisa mengartikan nama Dini, Dina dan aku. Dua kalimat terakhir yang membuatku penasaran, ku ketik semua tulisan itu di gugle, dan enter.
Suka musik
rock ternyata dia? Hahaha baru kali ini lihat culun tapi suka
rock!...
Goodbye? Did you have something that you hide Ar? bathinku dan aku tersenyum
-----
Aku pulang ke kontrakan dan berisitirahat karena luka-luka yang aku dapatkan. Kubasuh dengan air dan ku obati, pasti besok mereka berdua marah-marah. Ah, terserah lah karena memang aku tidak bisa menghindari semua yang terjadi. Lelah aku tertidur, hingga aku sadari aku terbangun pukul 9 malam. Enak juga ternyata tidur habis maghrib tapi sialnya perut terasa sangat lapar. Aku segera bergegas mencari angkringan diluar komplek RT-ku tanpa berdandan culun.
Di pinggir jalan, di sebuah warung angkringan. Ada beberapa yang mengenalku karena kejadian tadi ketika aku berkelahi dengan bang jali dan Mas Reman. Dengan dua bungkus nasi teri dan segelas wait cofee aku mencari tkar yang masih kosong. Kulahap dengan mantap dan duduk bersandar pada sebuah bangku tembok, namanya juga pinggir jalan.
Ssssshhh... aaaaah.... asap dunhill menari di atas kepalaku. Menikmati malam hari, kuraih hape jadulku dan kulihat sudah menunjukan jam 11 malam.
Brakk... seseorang melemparkan sebuah wadah yang berisi dokumen di sampingku dan kemudian berjalan ke angkringan untuk memesan sesuatu. Sebuah foto terlihat jelas olehku, karena ada dua foto yang keluar dari tanpa aku menariknya keluar. Kulihat sebuah foto jejak sepatu yang aneh di foto itu . sebuah jejak kaki yang berada di sebuah tanah kering. dan satunya lagi sebuah foto kaki yang terikat. Aneh karena memang aku tidak tahu maksudnya itu apa. He he he...
Kamu yang mengeluarkan fotonya? ucap lelaki tadi, yang membawa segelas minuman hangat
Eh, maaf mas, tidak kok, tadi fotonya keluar sendiri sewaktu mas melemparkannya ucapku
Owh... kenapa memandangnya seperti itu? ucapnya duduk disebelahku
Masnya fotografer? ucapku polos
Bukan, itu foto bukti pembunuhan tadi ucapnya, aku sedikit terkejut ketika mendengar kata pembunuhan
Owh... berarti mas polisi ucapku, sambil melihat foto itu kembali
Ya, ... ucapnya, singkat
Kenapa dipandang terus ada yang aneh? ucapnya, memandangku dengan tatapan tajamnya
Eh... i.. iya... merasa aneh saja ucapku
Yang jejak kaki itu, jejak korban sebelum bunuh diri dan yang satunya kaki korban yang mengikat kakinya sendiri kemudian terjun dari tebing dan jatuh ke laut ucapnya
Owh ya mas... kok diceritain ke saya? ucapku melihat lagi
Paling kamu juga gak mudeng, dan kamu juga gak bakalan tahu. Beritanya belum ada di media, sekalipun tahu ya gak masalah kan? ucapnya aku masih melihat dua foto itu, tiba-tiba tanganku menarik foto kedua yang tertumpuk sedikit oleh foto pertama
Ada yang aneh? ucap lelaki tersebut
Iya mas... balasku spontan
Apa? ucapnya
Foto jejak sepatu, aneh saja mas ucapku
Ha ha sok tahu banget kamu, itu orangnya memang berencana bunuh diri. Dia ikat kakinya, dan kemudian memutarkan lakban di kedua tangan yang disatukan. Jadi tangannya satunya di lakban dulu baru satu tangannya di satuakan kemudian lakbannya di ayun berputar melalui dua tangannya. Baru kemudian dia melompat-lompat hingga dia jatuh ke tebing ucapnya
Mas... ucapku
Ya ucapnya menyeruput minuman hangat
Sruuupttt... mas-nya menyeruput minuman hangatnya.
Berarti dia mengikat dan melakban tangannya di pinggir tebing kan? Dan kemudian melompat-lompat menuju pinggir tebing setelahnya dia melompat dari tebing begitu? ucapku
Iya... seperti foto jejak sepatu yang kamu lihat, itu bekas jejak sepatu dia melompat ucap masnya. Foto
Kalau misal melompat dan berniat bunuh diri, tak mungkin ada jejak kaki miring mas ucapku
Bisa saja kan, mungkin dia hampir terpeleset ucapnya
Mungkin juga ada orang yang mengancamnya di belakang agar korban tetap melompat ke depan terus ucapku
Ha ha ha ha... kamu itu bisa saja, semua orang mengira dia dibunuh tapi kenyataanya tak ada orang disana. Penjual warung berkata, dia melihat perempuan itu bersama temannya datang lalu temannya ke warung, dan perempuan tersebut kemudian masuk kedalam tempat wisata sendirian. Temannya menunggu di warung dan hanya diam tanpa berbicara sedikitpun, hingga kurang lebih jam 8 temannya mengajak penjual warung mencari perempuan tersebut karena curiga temannya tidak kunjung kembali ucapnya
Kenapa mas bisa yakin kalau orang itu bunuh diri ucapku
Karena penjual itu bilang tidak ada orang lain masuk, kecuali perempuan tersebut dan temannya yang datang. Perempuan tersebut keluar dari mobil bersama temannya, perempuan itu yang mengemudi karena keluar dari pintu kanan mobil
Penjual juga bilang kalau pada malam ini, sepi pengunjung ya seperti biasa tempat itu terkenal angker kalau malam minggu. Biasa mitos, ya akhirnya tidak ada yang datang kalau pas malam minggu ucap masnya
Kalau bunuh diri, berarti dia mengikatkan tali yang ada di kakinya sendiri terebih dahulu kan? ucapku menunjuk ke tali yang diikat mengelilingi keseluruh betis korban sehingga kakinya rapat.
Iya... ucapnya, dengan asap keluar dari mulutnya
Bentuk ikatannya itu adalah ikatan mati dan itu sulit dibuka. Diikat sekali kemudian diikat lagi seperti ketika kita mengikat sesuatu agar permanen. Sisa talinya sedikit, kalau memang korban sendiri mengikat kakinya terlebih dahulu seharusnya bentuk ikatannya adalah huruf V jika dilihat dari arah kita atau dengan kata lain dari depan ikatan (korban), tapi pada foto itu bentuk ikatannya adalah huruf V terbalik... ucapku, dan seketika itu masnya melihat foto itu kembali
Begini mas maksudku ucapku, sembari mengambil seutas dari anyaman tikar yang sudah rusak. Aku mengikatkan tali pendek itu di jempol kakiku, ikatan permanen.
lihat mas, kalau mas melihat ikatan tali ini, mas pasti akan melihat huruf V bukan. Itu jika aku yang mengikat sendiri, tapi maaf mas, coba mas mengikat tali ini di jari saya ucapku, karena tak enak jika aku menyuruhnya mengikat di jempol kakiku. Lelaki ini kemudian mengiyakannya.
sekarang mas lihat, jika mas yang mengikatkan pada benda atau bagian tubuh orang, pasti bentuk ikatannya berbentuk huruf V terbalik, ketika mas melihatnya jelasku kepada mas-nya.
Dia menatapku tajam, dan kulihat wajahnya seperti melihat sebuah jawaban.
Cepat tanya lagi... ayo cepat! pasti ada yang aneh lagi kan? Ayo cepat tanya! aku akan menjawabnya! ucapnya keras dan tampak bersemangat
Eh... mas itu kan cuma anu mas... ucapku
Cepat! bentaknya sembari memegang bahuku
I.. iyaa mas... lepasin dulu tangan mas ucapku
Oh maaf... cepat ada yang mau kamu tanyakan lagi? ucapnya sembari memperlihatkan foto
Huft... aku kembali melihat foto-foto itu...
Mas... ucapku
Ya bagaimana? ucapnya
Apa tidak ada jejak lain selain jejak sepatu korban? ucapku
Tidak ada, semua jejak sepatu disitu menunjukan jejak sepatu korban. Awalnya jejak sepatu itu seperti jejak kaki melangkah kemudian, ada bekas orang duduk dan jejaknya kemudian berubah menjadi jejak sepatu yang berjajar dengan jarak tertentu, atau lebih tepatnya jejak sepatu korban yang melompat. Jika dilihat ya memang setelah kaki terikat dia kemudian melompat-lompat ke arah tebing jelasnya kepadaku dengan sangat antusias
Berarti mereka tidak mencari bukan? ucapku
Eh... benar apa katamu.... hmmm.... tapi kalaupun tidak mencari berarti itu tetap dianggap bunuh diri karena tidak ada orang yang ada disitu ucapnya
Foto ini, ini sepatu siapa? ucapku
Ah, itu tadi teman korban berada dekat dengan mayat korban jadi ikut kefoto ucapnya
sepatunya sama ucapku, dia mendelik kearahku dan otakku semakin berputar
Sebentar mas, ada dua kemungkinan karena ini sepatunya sama dan kelihatannya ukurannya sama. Yang pertama seperti yang aku bilang tadi mas, ada kemungkinan diancam disuruh melompat kemudian dia mencoba memohon ampun kepada orang yang dibelakangnya yang membawa senjata. Dan... ucapku terhenti dahiku mengrenyit
Apa ayo katakan? ucap masnya
Yang kedua adalah, korban dipingsankan terlebih dahulu dan diikat oleh pelaku. Jejak sepatu didepan bekas dimana ada orang duduk seperti jejak sepatu terbalik mas. Seperti ini, korban dipingsankan dari belakang, kemudian korban didudukan dengan posisi kaki tertekuk. Pelaku kemudian bergerak didepannya, sehingga terdapat jejak kaki berjajar mengahadap ke korban. Pelaku yang didepannya kemudian mengikat tangan korban dan juga mengikat kaki korban dengan tali. Setelahnya korban diangkat oleh pelaku dengan membuat jejak sepatu dengan jarak tertentu seperti melompat-lompat. Ada bekas jejak kaki bergeser, mungkin pelaku mengalami ketidak seimbangan ketika mengakat korban. Coba mas lihat... pada jejak sepatu yang didepan bekas tempat korban duduk, seperti ganda, ada yang mengarah ke korban ada yang mengarah ke tebing jelasku
Dan ada lagi mas, mengenai jejak sepatu juga kenapa tidak ada jejak sepatu yang lain disana. Bisa juga orang yang berada dibelakangnya menginjakan kakinya pada bekas injakan kaki korban sehingga bisa dikatakan kalau tak ada jejak lain selain korban. Karena bisa saja dari awal pelaku mengikuti gerakan langkah kaki korban. Bukan begitu kan? Karena sepatu mereka sama, dan kelihatannya ukurannya pun sama
Berarti, tentang mereka mencari korban adalah bohong, jika mereka mencari seharusnya ada jejak kaki disana. Entah itu jejak sepatu teman korban atau jejak (sepatu/sandal) penjual warung. Dilihat dari foto, tebing itu tidak ada pembatasnya dan daerah tebing berupa tanah kering dan sedikit lunak bisa mencetak sebuah jejak sepatu. Jika dilihat dari foto tersebut, mereka bohong... ucapku
Benar, memang dari tanah lunak bisa dibilang bukan tanah keras dan kemungkinan satu, dua itu bisa masuk ucap masnya
Tinggi tebing berapa mas? ucapku berlanjut tanpa memberinya waktu berpikir
Hampir 30 meter lebih dan korban ditemukan berada di bawah tebing tersangkut karang ucapnya
Berapa yang turun kesana? Ada berapa banyak orang yang berada diatas? ucapku
2 orang, diatas hanya aku dan teman korban serta 3 orang dari rumah sakit ucapnya
Apa benar penjual warung itu berkata perempuan itu datang bersama si teman? ucapku
Hmm... begini dia bilang ketika aku mengintrogasinya tadi...
oOo
Tadi perempuan itu datang bersama temannya, perempuan itu mengemudi karena dia keluar dari pintu kanan mobil. Kemudian temannya langsung ke warung dan duduk sambil memainkan sematponnya. Perempuan tersebut langsung masuk saja tanpa menemani temannya. Temannya memesan kopi hitam. Perempuan itu aneh, memakai jaket berkerudung sejak keluar mobil, tangannya juga pakai sarung tangan
Jam berapa itu?
Sekitar jam 7 malam tadi, temannya langsung menuju warung saya
Apa benar tidak ada orang yang datang ke tempat ini?
Kalau malam minggu pasti tidak ada, sedari siang memang tidak ada orang. saya jualan dari siang mas sampe malam jam 3 malam. Kalau sabtu begini ya dagangan ndak bakal ada yang beli
Apa benar tidak ada orang yang datang?
Ya jelas mas, yang buka gerbang saja tadi datangnya bareng saya. Dan saya itu selalu di warung mas
oOo
Mas... apa yang mas pikirkan ketika melihat korban? ucapku
Maksud kamu? ucapnya
Lihat mas... ucapku sembari memperlihatkan foto korban yang menggunakan jaket sport yang kebesaran dengan penutup kepala, tangannya mengenakan sarung tangan dan juga kakinya mengenakan sepatu cat warna hitam biru.
Aku tidak mengerti, jelas itu adalah korban dan korban adalah seorang perempuan ucapnya
Kalau aku pertama kali melihat korban pasti aku akan mengira dia adalah laki-laki. Dilihat dari tinggi badan sesuai dengan data pada berkas mas, tingginya adalah 160 cm. Itu cukup untuk seorang lelaki mas
Jika memang perempuan tersebut menyapa penjual warung, baru aku percaya penjual warung itu tahu bahwa dia perempuan. penjual warung bilang, kalau korban langsung masuk ke tempat wisata bukan. Ingat mas, penjual warung mengatakan perempuan tersebut keluar dari mobil bersama temannya. Berarti dia tahu kalau itu perempuan, dan anehnya kenapa dia bisa tahu kalau sejak keluar dari mobil... orang yang keluar dari pintu kemudi adalah perempuan, padahal semua tubuhnya tertutup, dan pasti yang pertama kali melihatnya, akan mengira itu lelaki, jika dilihat dari apa yang dia pakai ucapku. Masnya langsung saja duduk dan memandangku kosong.
Benar apa katamu... pertama kali mayat korban diangkat ke atas, aku mengira itu adalah laki-laki bahkan 3 orang dari rumah sakit mengira itu juga lelaki. Tapi setelah dibuka kerudung jaketnya baru aku tahu itu adalah perempuan. Setelahnya karena tidak ada orang disana selain korban aku menyimpukan bahwa itu bunuh diri dan mayat dibawa ke RS. Aku langsung kemari karena sudah ada wakil di RS ucapnya
Mungkin penjual warung tersebut menyembunyikan sesuatu dari mas, bisa juga setelah kejadian temannya yang mengatur alibi. Setelah dia masuk, membunuh, dia melakukan deal dengan penjual warung ucapku
Ikut aku... ucapnya, membereskan berkas
Woi... bang dul, kopinya aku bayar besok sekalian punyanya masnya ucap masnya
Iya bang ucap penjual warung
Eh mas mau kemana? ucapku ketika tanganku ditarik
Sudah ayo ikut! Bentaknya
Masuk kedalam sebuah mobil sedan hitam, aku duduk disamping pak kusir yang sedang bekerja. Eh salah, duduk disamping masnya yang tampak serius. Mobil melaju dengan kencang.
Kita masih punya waktu, aku harap penjual warung itu belum pulang ucap masnya
Lha TKP-nya mas? ucapku
Sudah aku beri garis polisi ucapnya
Lha mas mau ngapain?Ucapku
Ya mengintrogasi! ucapnya
Ndak bakalan ngaku dia, sekalipun analisa tadi benar. Kan itu hanya analisa, bisa saja dia mengelak kalau teman korban yang memberi tahu ucapku
Ciiiiiiiiiiiiiiit...
Terus bagaimana?! teriaknya ke arahku
Ya... nan nanti aku yang ngorbol mas... benar tidak kalau si temannya datang langsung ke ke warung ucapku
Bagus
you emang
smart! ucapnya, kembali menjalankan mobilnya
Lampu merah, masih saja ada yang bergerak di kota besar ini, mobil tampak masih lalu lalang. Kulihat jam digital di mobil masnya menunujukan pukul 00.30. kulihat ke kiriku, membuang pandangan melihat pemandangan. Mataku terbelalak... ketika melihat sebuah mobil sedan putih, kaca sopir terbuka. Tampak seorang wanita...
Mirip sekali... bathinku
Mobil berjalan...
Mas sebentar.... itu itu... ucapku
Kamu itu.... kita sedang dalam tugas! Masalah cewek nanti saja! ucapnya, aku kembali bersandar dan mengelus kepalaku. Dengan kecepatan seperti michael schumacher, ndak juga sih, mobil melaju dengan kencang.
Siapa namamu? ucap masnya
Arta ucapku
Oke Arta, namaku Jiwa... ucapnya, kembali mengemudi brutal!
Mobil berhenti kejauhan...
Pakai ini, kamu dari sini jalan kaki menuju warung itu ucapnya, memberi sebuah mikropon kecil kepadaku
Dan lakukan tugasmu, aku akan mengawasimu ucapnya kembali
Iya... iya... tapi aku dianter pulang lho mas... ucapku sedikit takut, dia mengangguk
Aku melangkahkan kaki santai, sambil bersiul-siul menuju warung. Terlihat dari kejauhan penjual warung itu santai tetap di warung angkringannya. Sambil bernyanyi-nyanyi aku melangkah dan melompat seperti Ababil. Dan kuhampiri warung tersebut...
Pak, masih buka? ucapku
Masih mas? ucapnya
Wait kofi pak ucapku, sembari duduk dan melihat beberapa makanan ringan
Oke, anget pa panas? ucapnya
Panas pak... ucapku kemudian melihat ke gerbang yang ada di dekat warung, memang jika dilihat dengan jelas bapak penjual warung ini bisa melihat ke arah pintu dengan jelas.
Waduh jam berapa ini yah? ucapku
Jam 1 malam mas kurang 10 mennit ucapnya
Wah, bapaknya update sekali ucapku
Ya jelas, ini ada jam digital beli Cuma 30rb mas ucapnya
Mas bukan orang sini? lanjut bapaknya
Iya pak, saya orang tengah agak ketimur pak, kuliah pak. Lha ndak ada kerjaan ya saya jalan-jalan pak. lha bapaknya? ucapku
Asli sini mas, pantes logatnya kok bukan logat orang sini? balasanya
Sepi ya pak? Itu kenapa ada garis kuning pak? ucapku
Sepi mas, itu tadi ada pembunuhan mas ucapnya
Pembunuhan? Kenapa bisa tahu pembunuhan, dari keterangan mas jiwa itu adalah bunuh diri bathinku
Pembunuhan pak? Lha siapa pak yang dibunuh?Ucapku
Wah gak tahu mas ucapnya
Dagangannya masih banyak ya pak? ucapku
Iya mas... saya buka dari siang mas, baru ada orang mampir ya jam 8 lebih 15 menit mas ucap
Wah lha pantes ya pak, dagangannya masih banyak. jam segitu baru ada yang beli ucapku
Iya mas, wah memang parah mas kalau malam minggu. Selalu saja seperti itu mas, penghasilan berkurang mas. Ini masih beruntung mas jam 8-an tadi ada pengunjung ucapnya
Jam 7 menurut penuturannya kepada mas jiwa, dan jam 8 menurut penuturannya padaku. Berarti memang ada yang disembunyikan oleh penjual warung tersebut. Penjual warung ini memiliki akses untuk mengetahui waktu dengan tepat karena ada jam digital di tempat dagangannya yang hanya bisa dilihat olehnya. Jika aku samakan dengan jam pada hapeku ketika dia menyebutkan jam satu malam kurang 10 menit, benar-benar cocok dengan jam di hapeku.
Ndak ada cewek ya pak? ucapku, kunaikan kakiku dan kupeluk, tidak sampai mengenai dadaku
Ya ndak ada mas, tadi ada cuma mati ucapnya
Cewek? Yang mati tadi cewek ya pak? ucapku
Iya mas, keluar dari mobil itu cewek itu sudah berkerudung, jaketnya kaya jaket pemain basket mas besar terus kerudungnya itu yang digunakan untuk menutupi kepalanya, sayang ndak bisa lihat wajahnya mas, tangannya juga pakai sarung tangan. Dianya langsung masuk ke dalam wisata, eh malah mati terusan. Belum lihat bodinya sudah mati duluan, mungkin dibunuh sama penunggu tebing. Kan kalau malam minggu pas angker-angkernya mas. Keluar saja sudah dibungkus mas ucapnya
Kenapa bapak bisa tahu itu cewek? Jaketnya besar, kepala tertutup, menggunakan sarung tangan... orang yang pertama kali melihat pasti mengira itu laki-laki pak. Sedangkan bapak tidak pernah melihatnya sebelumnya, tadi bapak bilang ndak mampir kesini langsung masuk, keluarnya sudah dibungkus. Bapak kelihatannya tahu sesuatu? Karena pembungkus mayat kan tidak tipis pak, tebal sulit bagi orang awam untuk tahu jenis kelamin mayat... ucapku, matanya mendelik dan mengambil pisau dan menodongkannya ke arahku
SIAPA KAMU! teriaknya
BERHENTI! LETAKAN PISAU ITU ATAU KAMU AKU TEMBAK! teriak mas jiwa
Setelahnya, penjual warung itu langsung menjatuhkan pisaunya. Wajahnya tampak menangis, dan langsung berlutut dihadapan mas jiwa. Diborgolnya bapak itu, dan kemudian bapak itu diminati keterangan. Pawa awalnya memang bapak penjual warung tahunya itu adalah lelaki ketika datang dan kemudian mereka berdua masuk. Tapi teman korban kelihatannya membawa sesuatu dari dalam tasnya yang seakan menodong si korban. Jam 7 tepat korban beserta temannya masuk ke dalam tempat wisata, dan jam 8 lebih 15 menit teman korban keluar. Teman korban yang kemudian disebut namanya bernama Bunbun, melakukan deal dengan si bapaknya agar bapaknya diam dengan memberi uang sebesar 5 juta.
Bapak penjual warung tidak bisa menolak, karena memang sedang butuh uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya. Dan dari penuturan bapaknya, bunbun adalah pembunuhnya. Selama penuturan bapaknya, mas jiwa menelepon rekannya untuk datang ke TKP.
Ingat, bapak tidak akan saya jadikan pelaku, tapi bersaksilah... ucap bapaknya
Baik mas, tapi tolong jangan tahan saya... ucap bapaknya
Oke gak masalah, asalh bapak bersaksi ucap mas jiwa
Janji padaku mas, jangan penjarakan dia. Siapa yang akan membayar biaya anaknya dan mendidiknya ucapku memandang tajam. Mataku dan mata mas jiwa berpandangan, dia kemudian tersenyum.
Aku janji... ucapnya
Warung ditutup, bapak tersebut di gelandang ke kantor polisi. Mas jiwa mengantarku ke kontrakan. Selama perjalanan, mas jiwa memberitahukan bahwa pelaku sudah di bawa ke kantor polisi dan di penjara karena mengakui semuanya. Perempuan tersebut hamil oleh pelaku (bunbun), korban meminta pertanggung jawaban namun pelaku sudah memiliki istri. Korban diancam akan dibunuh dengan menggunakan pistol korek api yang korban sendiri tidak tahu tentang pistol itu. korban menurut pada pelaku karena pelaku akan mengacam membunuh semua keluarga korban jika tidak menurut walau sebenarnya korban bisa saja melawan lari. Korban adalah simpanan dari pelaku. Pembunuhan dilakukan dengan sempurna. Korban di todong, memakai pakaian tertutup, kemudian diajak ke tebing oleh pelaku. Langkah kaki korban diikuti oleh pelaku jadi tidak akan meninggalkan jejak lain selain jejak sepatu korban.
Sesuai dengan analisa keduaku. Disana korban dipingsakan terlebih dahulu. Korban sebelumnya memohon tidak akan membocorkan rahasia antara mereka. Namun ancaman korban terhadap pelaku sebelumnya telah membuat pelaku tak mempunyai hati. Korban setelah pingsan, kemudian diikat oleh pelaku dari depan inilah yang membuat bentuk ikatannya V terbalik jika dilihat dari korban. Pelaku di dudukan dengan kaki tertekuk sebagai tempat bersandar tubuh depan korban dan tangannya dibuat seperti orang bersedekap. Baru setelah kaki terikat, tangannya baru dilakban oleh pelaku. Pelaku kemudian memutar tubuhnya terlebih dahulu dan mengalungkannya di lehernya lalu digendong dipunggung pelaku. Pelaku kemudian melompat-lompat, sesuai dengan dugaanku pelaku mengalami ketidak seimbangan hingga membuat sebuah pergeseran pada jejak sepatu. Baru setelahnya pelaku melompat kembali dan melempat korban dari tebing. Pelaku kembali dengan hati-hati mengikuti jejak sepatu yang dia buat, dengan satu kaki terlebih dahulu kebelakang.
Setelahnya pelaku keluar dari tempat wisata, melakukan deal dengan penjual warung agar alibinya tertutupi. Keluarga korban yang sempat dihubungi tidak tahu dengan siapa korban pergi tapi ada penuturan dari teman korban yang menyatakan bahwa korban pergi dengan pelaku, mungkin inilah yang membuat pelaku melakukan deal dengan penjual warung agar polisi tidak curiga jika dia adalah pelaku pembunuhan. Aku hanya mengangguk-angguk ketika mendengar penjelasan dari mas jiwa, mataku terlalu berat untuk terbuka tapi kupaksakan sehingga apa yang mas jiwa katakan hanya berlalu saja.
Setelah sampai di halte tempat aku biasa memberhentikan bis, aku turun.
Arta... ucap mas jiwa
Ya mas... ucapku
Ini nomorku, jangan lupa hubungi aku kalau kamu ada masalah ucapnya
Ya mas... uapku
Ya sudah, kapan-kapan aku traktir kamu ngopi lagi ya ucapnya
Okay mas ucapku
Ku berjalan pulang kekontrkan dengan kantuk yang berat. kulihat jam di hapeku menunjukan pukul setengah empat pagi. Sesampainya di kontrakan aku menunggu subuh, duduk dengan kopi hitam yang masih tersisa aku mencoba bertahan hingga subuh.
-----
Hm... kamu anak yang aneh ar...
Cerdas dan smart, aku suka itu ucapku dalam hati
Selamat pagi pak! Lapor pelaku sudah kami tahan dan sudah kami masukan dalam penjara ucap bawahanku
Laporan diterima, buat penjagaan dan besok jika ada wArtawan suruh menemui saya agar saya yang menjelaskan ucapku
Siap pak! Laksanakan! ucap anak buahku
Aku masuk ke dalam ruanganku, rasa kantuk menyengat mataku. Kulihat jam di dinding mengajakku untuk tertidur. jam 4.15, capek sekali rasanya.
Mau aku pijitin mas? ucap seorang wanita
Egh... sayang? Kok ada disini? ucapku
Secara aku kan istri yang selalu kangen sama mas, gak bisa jauh ucapnya mendekatiku entah dari mana dia datang
Sayang baik sekali... ucapku
Auw.... cubitan di lenganku
Kalau ada kasus atau apa itu bilang, kabari, mau lembur! Jadi gak mubadzir istrimu itu dandan dirumah hegh! ucapnya dengan nada gemasnya. Memang aku lihat istriku terlihat sangat cantik malam ini
Maaf tadi mendadak sayang... ugh... ucapku
Puasi aku sekarang atau 1 minggu main sama guling sayang... pilih mana sayang? ucap istriku ini
Ta tapi sayang ini dikantor... ucapku, istriku berjalan ke belakangku memeluk leherku
Guling itu tak ada lubang, tak ada puting, tak bisa ngulum... hmmm jadi kamu pilih guling ya Jiwa suamiku terganteng dan termuah dihati? ucapnya berbisik tepat di telingaku
Sayaaaang ini kantor sayang... mas mohon...Ucapku
Hiks hiks hiks aku sudah gak cantik lagi, dah gak nafsuin ya mas hiks hiks ucapnya yang tiba-tiba berjongkok di belakangku
Sayang.... ucapku berdiri dan ikut berjongkok di belakang kursi
Sial! Kalau ini harus diselesaikan bathinku
Aku berdiri, kutarik korden berlapis ini. langsung ku kunci pintu kantorku, kumatikan lampu kantorku dan kunyalakan lampu remangnya. Ku dekati istriku yang tiba-tiba bingug dengan sikapku. Kupeluk dan kudaratkan ciuman di bibirnya masih di belakang kursiku.
Masss.... mmmpppph... sabar mas sabar... mas kok tiba-tiba... ucapnya
Ini, pakaianmu longgar sayang... kelihatan lipatan susu kamu mmmppphhhh... ucapku itulah yang membuatku tidak tahan
Kutarik rok selututnya ke atas, ciumanku turun ke lehernya. lidahku menyapu leher jenjangnya, gelap tak menghentikan aksiku. Semakin turun dan kutarik kaos longgarnya itu ke atas.
Ahhh... susu... ucapku pelan memandang susu yang masih terbungkus BH tanpa renda itu
Aghh mas... remashhhnya pelanhhhh... desahnya pelan, segera kuraba bagian selangkangan istriku, udah basah.
Gak pakai celana dalam sayang? Sudah basah? ucapku
Egh... mas jahat, tadi ade sudah dandan cantik buat weekend dirumah, pakai lingere seksi gak pakai daleman, mas malah gak pulang-pulang. Ade tadi jengkel, jadi nyusul mas, cuma pakai BH doang! Padahal kan buah hati kita sudah ade titipkan ke rumah ortu ade, jahaaaaat! ucap istriku, nita
Aw... mas pelan... masukin saja mas cepeetan ade sudah ndak tahan, dari berangkat didalam mobil ade nyiumi celana dalam kotor mas, jadi basah ucapnya
Wow... aku tersenyum bengis
Ku rebahkan tubuh istriku di lantai dan langsung kangkangi. Waktu mepet sebentar lagi pagi, segera aku keluarkan rudal kesayangannya. Ku tekan pelan di vagina yang kuperawani dulu sewaktu dia masih kuliah ini.
Arghh pelan.... besar mashh... desahnya
Kuremas susunya, dan kulumat. Pinggulku bergoyang memompa tubuhnya, pertama aku masukan sedikit kemudian kukeluarkan, lebih dalam keluarkan lagi, lebih dalam lagi keluarkan lagi hingga sebatang daging milikku ini masuk kesesluruhan. Kepalanya mendonga, bibir bawahnya digigit.
Mmmppph.... terus mas lebih keras lagi... lebih dalam ade suka kontol mas... ugh... I Love your dick honey, fuck me harder! Entot! ucapnya sedikit keras
Ssssttt jangan keras keras agh agh agh agh ucapku pelang sembari menggoyang
Ssssttt mmmphh... enak banget... terus mas kerasa banget mas... kontolnya jadi tambah besar didalam arghh... terus... lebih keras mas... ucapnya
Aku terus menggoyang tubuhnya keras, lebih keras dari sebelumnya. Suara persatuan kontol dan memek terdengar keras. Ku cium bibirnya...
Mmmppphh... ade keluar.... hampir keluarrhhh....
Massshhh... masshhhh... ade... ade... arghhh.... desahnya
seketika tubuhnya melengking dan ku hujamkan penisku sedalam mungkin. Tubuhnhya mengejang beberapa kali, kupeluk erat tubuhnya. Kutunggu hingga nafasnya kembali normal, ku kecup keningnya dan kuelus kepalanya. Kusentuhkan hidungku dengan hidungnya.
Sudah yuk pulang... ucapku
Mashhh ash ash belum keluar, keluarkan dulu ucapnya
Nanti di rumah saja, hampir pagi gak enak sama bawahan ucapku
Beneran, mas gak nanggung? ucapnya, aku mengangguk
Segera kami merapikan pakaian, ketika hendak memasukan penisku kedalam celana dalam. Sebuah kecupan manis di helm penisku, aku tersenyum. Ku semprot kantor dengan wewangian dan kemudian ku kembalikan seperti semula. Ku gandeng istriku ke luar kantor dan masuk ke dalam mobil istriku menuju pulang sedang mobilku aku tinggal di kantor.
Ade keluarkan mas? ucapnya ketika perjalanan pulang
Gak usah... ucapku
Iiih tumben bisa tahan... hi hi hi godanya
Awas nanti dirumah ya... ucapku
Awas apa? Hi hi hi ucapnya tapi pandanganku menjadi kosong melihat jalan
Ada yang mas pikirkan?Ucap istriku, ingatanku sedikit kembali ke masa lalu
Masih ingat, ketika mas bilang itu adalah mata jenius... ucapku, dengan pandangan mata tetap ke jalan
Mmm... owh ya masih ingat... ucapnya
Mas bertemu lagi, dengan seorang pemuda mungkin umurnya kurang dari 20 tahun. Tapi kejenniusannya sama ucapku
Sama dengan... ucap istriku, memandangku dengan tatapan akan sebuah jawaban. Aku tersenyum
Ya, sama persis atau mungkin lebih... bahkan cara dia menganalisa sesuatu ucapku sembari membelokan mobil
Jadi kangen candaaanya... ucap istriku
Sama... melihat pemuda itu sama seperti aku melihatnya, cerdas... ucapku
Apa mungkin dia sama seperti pemuda itu waktu muda ya? tanya istriku
Kalau dari ratu-ratu hatinya, dia pandai dan cerdas... ucapku, mataku sedikit berkaca
Mas kangen... ucap istriku, aku mengangguk
Cup... sebuah kecupan di pipiku
Hari itu pasti berlalu, waktu pasti berganti, semua akan terlihat sama hanya nama yang akan berubah, kebersamaan pun akan berakhir... tetaplah bersama sampai waktu akhir itu, dan peluklah yang kamu cintai ucap istriku, langsung aku mengerem mobil. Dan kupeluk istriku, kata-kata itu adalah kata-katanya.
Sudah yuk pulang... ucap istriku, setelah beberapa menit aku menangis dengan kepalaku di elusnya
Ade sih... ucapku
Iya ini ade, ade yang akan selalu sama mas ucapnya tersenyum
Kulanjutkan perjalanan pulangku...
-----
Setelah subuh, aku masih saja bertahan dengan dunhill putihku, bingung rasanya dan penuh dengan penasaran.
Siapa dia? Mirip sekali... bathinku, mengingat wanita yang berada di mobil sewaktu lampu merah
Setelah subuh aku lewati, aku rebahkan tubuhku untuk tidur.
Siapa kamu? mirip... sangat mirip tak ada bedanya ucap hatiku ketika tubuh mulai tak sadarkan diri
Ayo Arta kamu harus mencari tahu siapa dia bathinku....
(Kasus diatas hanya sebuah pengembangan dari manga yang nubie baca, terima kasih)