Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cerita Kita

Bimabet
Si kamfreet Edward blomm nongol lagi ya.........pengin nonjokin tititnya gue...:getok::getok::getok::getok::colok::colok::colok:
 
Suhu kalo bisa cara balikin ingatan ola hernest lakukan kejahilannya ke ola. Seperti ceburin ke comberan lagi...:Peace::Peace::Peace:
 
Duapuluh Tiga

Tak asing​



Ola-

Hari ini aku senang banget, kata kak Edward minggu depan aku bisa sekolah, eh maksudnya kuliah. Dia udah jelasin bedanya sekolah sama kuliah.

Dia ajak aku ke apartemen nya, dan baru tau ternyata tempat tinggalnya mirip rumah susun bukan apartemen.

Barang-barang aku yang di kos katanya juga udah gak layak pakai, dan kak Edward beliin pakian baru. Aku suka pakaian yang dia pilih,

Papa sama mama sepertinya setuju sama hubungan aku sama kak Edward, mereka izinin aku asal jangan berbuat macam-macam, tapi rasanya mama sama papa belum terlalu percaya sama kak Edward juga.

Aku kagum sama isi ruangannya, tertata bersih dan rapih. Rasanya seperti pernah mengenali tempat ini. Semakin di ingat, kepala aku terasa sakit.

“ola?” suara kak edwad pegang tangan aku pas hampir jatuh karena aku paksa untuk ingat sesuatu. Dan sia-sia aku tak ingat apa-apa.

Oh ia aku ingat, kursi disini mirip foto yang di kirim kak Edward kemarin-kemarin, aku langsung buka lagi. Dan benar ini tempatnya.

“kak, aku mau tanya” kataku tarik tangannya.

“boleh”

“apa kita udah sejauh ini? Sampai kakak simpan semua foto-foto ini” kataku sambil menunjukan foto yang dia kirim.

“iah, bahkan kita akan lakukan lebih, tetapi sayangnya terjadi hal itu” jawabnya senyum,

“lakuin apa kak?”

“Making love” bisiknya sambil peluk aku dengan hati-hati tak mengenai kaki yang masih di perban.

“apa itu?” kak Edward kembali senyum dan langsung melumat bibir ku, rasanya aneh dan asing. Aku hanya diam saat bibirnya terus melumat.

“ehmm” tangannya sekarang meremas buah dada ku, rasanya ada rangsangan aneh langsung menjalar ke tubuh aku,

“kak “ bisik ku.

“kenapa ola?”

“aku rasain ada aliran aneh gitu yah, pas kakak remas buah dada aku”

“itu namanya horny, pasti kamu suka,” kak Edward langsung menindih tubuh aku, sambil terus meremas pelan. Rasanya geli-geli enak,

“ahh” aku mendesah pelan saat dia menciumi leher ku. Rasanya yang tak asing, dan jujur aku menikmatinya, seolah kak Edward melakukannya dengan sepenuh hati.

Terasa dia menyingkap kaos dan juga bra yang aku pakai, reflek aku menutupi buah dada dengan kedua tanganku.

Aku sadar buah dada ku gak terlalu besar, tapi kak Edward menyukainya dia langsung menjilati buah dadaku dari kiri dan kanan, begitu juga sebaliknya.

Rasanya ada yang menjalar ke selangkangan, aku hanya menikmatinya dan tak lama terasa tangan kak Edward berada di sela-sela selangkangan sambil mengelus pelan.

Tak lama tangannya masuk kedalam celanaku, “aahsh” aku kembali menjerit pelan, saat jari-jarinya mengelus bagian sensitive aku yaitu, belahan vagina ku.

“ashhh kak ahh” aku tak bisa menahan rasa geli saat jari kak Edward menyentuh di atas vagina ku, itu membuatku langsung menggeliat kayak cacing kepanasan.

Kak Edward tak perduli dan terus mengelusnya. Tanganya dengan sigap buka celana sekaligus celana dalam,

“cukur yuk,” katanya

“cukur apa?”

“bulu kamu, biar mulus, aku suka liatnya tembem gemes” aku jadi tersipu malu, mana ada vagina yang cakep, tapi aku suka gombalannya.

Tangan aku di tarik ke kamar mandi, kak Edward bawa pisau cukur dan menyuruh aku duduk di pinggiran tempat seperti kolam.

Kedua kaki di kangkangin sambil di beri sabun sebelum di potong, dengan hati-hati kak Edward melakukannya,

“selesai” aku ketawa melihat bulu vagina ku yang sudah bersih tanpa bulu sedikit pun, tangan kak Edward langsung basuh lagi vaginaku sambil membuka paha ku lebar-lebar.

Lidahnya kembali bermain di vagina, terasa lidahnya memutar menyentuh klitoris. Aku hanya bisa mendesah menikmati jilatannya,

Tangan kananny sambil meremas pelan lagi buah dada ku. Dan kali ini dua duanya sambil bibirnya terus melumat vagina ku,

Gak lama aku merasakan mau pipis,dan tubuhku langsung bergetar hebar, kak Edward hanya tersenyum.

“Aku lanjut kerja ya sayang,” katanya, senyum, dia langsung pergi begitu saja, tapi aku penasaran, apa making love seperti tadi. Tetapi sepertinya ia.

Tetapi rasanya bosan juga sendirian di ruangan besar seperti ini, tetapi aku tak sabar untuk melihat kampus atau sekolah.

***


Gak terasa hari ini aku mulai kuliah, walau tiap hari ketemu kak Edward selalu malam dan sendirian di apartement. Tetapi aku coba beradaptasi.

.

“whoaaaa” aku kagum dengan gedung kampus, tinggi dan luas, gak nyangka aku bisa kuliah di kampus seperti ini, walau tak ingat aku tak asing dengan tempat ini.

Kak Edward mengantar aku ke suatu tempat, katanya ruang dosen, dia yang akan mengantar ke kelas.

“masuk sana, ini kelas kamu” kata kak Edward berdiri di pintu kelas, aku mau masuk tapi ragu, dan akhirnya masuk.

Mata orang-orang di dalam kelas melihat aneh ke arahku, tetapi mata aku tertuju ke lambaian tangan seorang, dia memanggil ku agar duduk di dekatnya.

“gue seneng ola, lo udah sembuh” katanya pegang tanganku, dan dia memakai kata “gue” sebagai penganti “aku”.

Dia memberi tahu namanya adalah Nadine, dia teman sebangku dari awal masuk kuliah sampai sekarang, pantas aja aku merasa gak begitu asing dengannya.

Tetapi tak sama yang lainnya, aku merasa begitu asing dengan mereka, dia juga memuji karena aku lebih cocok dengan rok di banding celana panjang, lebih feminism katanya.

Rasanya agak aneh aku memakai rok, tetapi kak Edward bilang lebih cocok dengan pakai rok, aku merasa kurang nyaman aja

“ini nomor gue, simpan ya, ada apa-apa hubungin aja” kata Nadine setelah pelajaran selesai.

“nadine, aku mau tanya” kata ku sambil jalan ke kelas berikutnya.

“apa?”

“uhm, nanti deh hehe” aku sebenarnya mau menanyakan tentang orang itu, orang yang bikin aku celaka, entah kenapa aku selalu penasaran dengannya.

“ya udah.. gak apa-apa” Nadine senyum. Dan berjalan ke kelas selanjutnya.

“ssst ola-ola” suara yang tak asing, aku langsung noleh ke arah belakang, dan ternyata cowok itu, kenapa di ada disini.

Dia seperti setan ada dimana aja, aku langsung melangkah cepat, karena harus hati-hati terhadapanya walaupun aku penasaran dengannya. Aku berlari tanpa arah karena takut.

Dimana ini, aku lupa harusnya aku mengikuti Nadine, tetapi gara-gara dia aku jadi tak tau arah di gedung ini. Di tambah suasanya sepi.

Aku memilih balik arah, tetapi ternyata cowok itu mengikuti.

“tolonggggg!!” aku langsung jerit pas dia mau mendekat, alhasil dia langsung lari mendengarnya, aneh aku tertawa senang melihat dia lari sangat cepat.

“olaaa ih, lo kemana sih, tiba-tiba gak ada” kata Nadine pas aku nyari jalan ketempat tadi, Nadine sepertinya kwahtir, dan ternyata tempat yang tadi aku tersesat hanya beda lorong saja.

“tadi nyasar” kataku, emang benar aku nyasar gara-gara itu cowok, Nadine langsung tarik tanganku seolah gak boleh lepas menuju kelas selanjutnya.

***

Sore ini rasanya lelah, aku merasa kuliah itu melelahkan. Di tambah kak Edward gak bisa jemput aku kali ini. Dia selalu ada rapat mendadak. Selalu seperti itu semenjak aku tinggal di apartement.

Sebelum pulang Nadine ajak aku ke kantin kampus buat minum sambil tunggu jemputannya datang, aku pulang bareng Nadine, soalnya satu arah ke apartement kak Edward.

Pesanan aku datang yaitu es kelapa muda, kelihatannya menggiurkan banget karena langsung dari batoknya, rasanya aku mau tenggak langsung langsung dari batoknya.

Aku gak tau kenapa, tapi rasanya mau seperti itu., Daging kelapanya juga gampang di kerok, Kalau Nadine makan es campur

“jangan makaan itu!!!” teriak seseorang langsung ambil kelapa aku, dan ternyata cowok yang tadi kayak setan, kejar aku terus.

“balikin!” teriak aku keras, aku langsung tutup mulutku, karena aku kerasa kesal lihat sikapnya.

“ola, lo gak bisa makan ini” katanya,

“kenapa?” Nadine gak berusaha bantuin cuman liatin aja.

“nanti pantat lo keremian” katanya lagi, dan bersamaan Nadine langsung batuk-batuk karena tersedak es nya.

“apa itu keremian?” tanya ku lagi. Aku lihat Nadine seperti nahan ketawa, apa yang lucu dengan kata keremian.

“pantat lo bakal gatel-gatel,” kata dia.

“oh ya?? Gak percaya!” aku ambil paksa dari tangannya, dan langsung lahap daging kelapanya yang menurut aku empuk banget. Rasanya enak.

“tuh gak ada apa-apa, dasar pembual!” kataku kesal,

“Ya udah, coba rasain aja namanya gatel di pantat”

“apa? Kamu nyumpahin aku?” kata ku lagi, anehnya ada sesuatu yang mengganjal dalam kata-kataku. Aku ingin bilang “Jangan sampe gue gragotin tuh muka!” ya kata-kata kasar, tapi untungnya aku bisa tahan.

Kak Edward bilang aku bukan orang yang kasar, tetapi lemah lembut, itu pujian yang bikin aku senyum. Seolah pengen ada orang yang bilang aku lemah lembut.

Aku langsung tarik Nadine keluar kantin, daripada aku kesal lihat mukanya, walau menurutku ganteng sih, soalnya aku baru lihat dari dekat mukanya.

Kayak playboy cap banteng, itu merk minyak urut di rumah papa mama, minyaknya licin baunya bikin pusing, sama kayak tuh cowok bikin pusing.

Nadine kasih tau kalau namanya Hernest, dia bilang juga hernest aku sama dia selalu berantem. Kayak minyak sama air. Dan Nadine juga bilang kalau gak mungkin hernest jahatin aku, walau sering berantem kita selalu akur lagi.

Ucapan Nadine bikin aku penasaran, sepertinya hernest lebih tau tentang aku daripada kak Edward.

Penasaran aku bukan suka, tetapi melainkan pengen tau aku sebenarnya gimana, aku mau lihat dari sisi yang berbeda tentang aku.

***

Oh tidak, ucapan cowok itu alias hernest benar, ujung pantatku terasa gatal. Di tambah udah jam 7 malam kak Edward belum pulang.

Rasanya benar benar gatal, akhirnya ke kamar mandi buat garuk ujung pantat ku. Rasa gatalnya hilang, tetapi datang lagi tak lama.

Aku panic karena rasa gatalnya tak kunjung reda, akhirnya aku ke tempat tidur sambil ngangkang untuk menggaruk lubang pantatku yang gatel. Dan otomatis terkena belahan vagina ku dan terasa sensani yang hampir sama dengan elusan kak Edward.

Rasanya pengen aku terus elus, di tambah tak ada rambut sedikit pun, entah kenapa aku seperti terbiasa memainkan vaginaku sendiri. Tanpa sadar aku mengelus bagian atasku yang menurutku sensitive.

Sambil mengaruk bantal, aku memainkan vaginaku sendiri, ya rasanya sama yang di lakuin kak Edward minggu kemarin.

Selama itu juga, kak Edward jarang sentuh aku, tak seperti ucapannya tentang foto itu. Mungkin kerjaan menyita banyak waktu.

Kalau begitu lebih baik aku memainkan sendiri, rasanya tak jauh beda, jari-jariku seperti bergerak sendiri seolah tau apa yang akan dilakukan, begitu juga aku mendesah pelan saat aku mengelus benda kecil bulat di dekat vagina ku.

Entah kenapa aku seperti tau cara melakukannya, dan itu berjalan sendirinya, “sshhh ahh” nafasku semakin terputus karena semakin lama sensasi ingit pipis semakin terasa.

Reflek tangan ku remas begantian buah dadaku, dan tak lama tubuhku kembali bergetar hebat, aku langsung mendongakan kepala sambil terus memegang vaginaku yang sangat basah,

“haaa” nafasku kali benar-benar mau habis. Rasanya sama waktu itu, tetapi rasa gatal di anus ku mulai tak terlalu terasa dan sedikit terasa perih.

Ada cairan kental yang keluar dari vaginaku, warnanya sama seperti cairan di foto. Aku coba cium, bau nya sangat aneh dan aku coba jilat sedikit. Dan rasanya benar-benar aneh,

Apa aku yang dulu suka cairan seperti ini, aku rasa ngak, atau saat itu aku terpaksa. Tapi bisa jadi hal itu, aku langsung melihat foto itu lagi, dan aku baru sadar, wajahku terlihat sayu seolah baru bangun tidur.

Dan muka sedikit memerah, rasanya kepala ku sakit lagi mengingat hal itu, aku memutuskan tak mengingatnya,


Bersambung...

#Note, update dikit hu, kurang lebih nya silahkan di nikmati. pis
 
up suhu ..... bikin malu edward...kasih ke bencong pasti lebih sadis...hehehe
 
Semoga Ola cepet pulih, dan pas dia udah hyper Hernest bisa ngembaliin lgi memorinya.
 

Duapuluh Empat

Buncit​


Hernest

Parah, harus cara apa yang gue lakuin lagi, Kali ini gak terlalu banyak beharap sama Nadine soal tadi di kantin, tetapi gue sungguh berharap Nadine mau bantu.

Padahal tadi kakinya si ola masih di perban, liat gue panggil langsung lari kayak di kejar anjing. Kayaknya soal kabur kayak gitu gak ngaruh sama lupa ingatan. Itu bakat terpendam ola.

Tetapi gue lihat ola kaya orang-orang highclass, jujur dia cantik banget pakai rok. Rambutnya juga kayak orang-orang abis dari salon, lurus dan mengkilap.

Walau gitu tetap perasaan gue bilang, itu bukan kemauan ola. Karena gue kenal ola. Dan yakin ini hasutan dari Edward lagi. Menjadikan ola sosok yang ia mau, gue yakin itu.

Dan gue harus minimal bikin ola penasaran sama gue, walau ola gak inget. Tetapi keremian pantatnya gak bakalan hilang. Gue yakin itu. Paling lama 20 menit di garuk terus. Kata ola waktu itu sampai lecet di garukin.

Ya tuhan, jangan sampai ola bunting ya tuhan, doa yang kacau hari ini karena gue gak tau harus doa apaan. Dan pikiran gue selalu kebayangan kalau Edward udah main sama ola.

Ah makin pusing!!, gak ikhlas gue rasanya.

Malam ini Nadine kasih tau kalau udah simpan nomor gue dengan kontak ikan koi, soalnya ola pernah bilang daripada di kasih nama monyet, gak cocok soalnya gantengan monyet dari pada gue.

Gue senyum-senyum sendiri dengar cerita singkat ola ke Nadine soal gue, rasanya kangen liat ola yang dulu.

Ini paling sedih, lebih sedih di mainin sama cewek. Kalau ola bilang kalau makan bakso gak ada sambel kurang nampol. Tinggal nampolnya ke gue kalao kepedesan.

Efeknya gue jadi gak nafsu liat cewek, bukan berarti gue jadi homo, tetapi pikiran gue cuman tertuju ke ola.

***

Seperti biasa setiap pagi ola di antar si Edward, tetapi kali ini ola dia naik taksi. Kesempatan buat gue coba deketin lagi.

Kali ini gue ngerasa kembali cupu lagi gak berani berhadapan dengan seorang ola. Dan akhirnya gue cuman ikutin dia sampai lorong sepi, gue gak mau panggil dia kondisi kayak gini.

Bisa-bisa dia liat anjing lagi..

“ah!” jerit suara ola pas di tarik beberapa mahasiswi yang gue gak kenal, ola di tarik paksa ke lorong kampus yang sepi.

“Heeee lo!!!” teriak gue pas liat ola jatuh terduduk sambil di jambak-jambakin ke empat cewek. Dia gak banyak cingcong langsung kabur, tinggalin jejak kayak anjing kencing.

“lo gak apa-apa?” kata gue julurin tangan, kalau gini mungkin kesempatan gue bisa sedikit lebih deket sama ola. Tapi sayang antara mau tak mau, ola milih pegangan tembok. Sakit rasanya ola milih tembok di banding gue.

“gue gak bakalan nyakitin lo ola, gue gak sejahat lo pikir” kata gue pas di kayak ketakutan sambil melangkah mundur. Parah ganteng gini di sangka setan.

“mau apa kamu!!” tanyanya dengan tangan gemetar. Buset separah itukah ola liat gue sekarang, ola benar-benar percaya 95 persen gue pelakunya sisanya hasutan si Edward bikin gue jelek di mata ola.

Gue yakin itu sekarang. Gue bisa nilai ola dari sikapnya sekarang, bukan belajar dari teman satu kelas gue. tetapi ola sahabat gue dari kecil.

“ola, gue gak tau apa yang bilang ke lo soal gue, ingat satu hal gue sahabat lo dari kecil. Sejahat-jahatnya gue lo cuman ancurin vibrator lo pas di kos lo” kata gue, ola langsung terdiam pegang kelapanya.

“aw wa aw aw” jeritnya kembali jatuh duduk pegang kedua kepalanya. Dia pegangin belakang kepalanya yang gue rasa itu bekas operasi.

Gue langsung bopong dia ke taman, dan kali ini dia gak nolak cuman terus pegangin kepalanya, gak lama dia lebih tenang walau masih pegang kepalanya.

“lo kenapa?” dia cuman diem, gue lagi serius gak mau bercanda.

“entah, keinget sesuatu kepala gue sakit” katanya, gue gak salah denger ola ngomong pakai kata gue.

“apa coba ulang?”

“apa sih, aku bilanng gak apa-apa” katanya langsung berdiri, berjalan tinggalin gue gitu aja, padahal gue seneng denger ola ngomong seperti itu.

Gak lama berjalan ola sempoyongan, gue reflek langsung lari dekatin dia, dan benar ola langsung pingsan.

Ola langsung gue gendong sambil cari taksi, daripada ambil resiko gue milih ke rumah sakit paling dekat.

***

Dari luar ruangan UGD, dokter yang periksa ola keluar, persaan gue makin gak enak. Dan kayaknya itu efek dari operasi di kepalanya.

“gimana dok?”

“gak usah kwahtir, dia baik-baik aja. Rasa sakit di kepalanya karena dia mengalami tarumatik otak“ gue tau apa tuh traumatic otak, tetapi lupa isinya. Pernah baca tapi gue lupa.

“apa lagi luka di kepalanya belum sembuh total, boleh saya tanya teman kamu amnesia?” kata dokter, gue angguk pelan dan sedikit lega ola baik-baik aja.

“teman kamu dalam pemulihan walau di tak ingat apa-apa, karena dari CT scan tengkorak kepalanya agak retak bekas operasi dalam masa pemulihan,”

“dokter saya mau tanya”

“Dokter yang dulu operasi teman saya bilang, dia bilang cuman mengingatt hal sederhana dan lima persen kemungkinan ingatannya kembali” kata gue curhat ke dokter.

“kita gak bisa berbuat apa-apa, lima persen itu kamu bisa gunakan buat ke tempat yang menurut kamu berkesan.”

“walau dia gak ingat, pasti ia merasa tak asing di tempat itu, sering-sering ajak dia ke tempat yang dia suka, ajak ngobrol tentang dia suka, “ katanya.

“tak ada yang tau kalau belum di coba, kamu ubah lima persen itu dengan segenap cinta buat pacar kamu” gue langsung noleh, gue mau jawab tapi gak sopan gue sela nasihatnnya.

Gue cuman senyum nyengir, dan berterima kasih. Tetapi betul ucapan tuh dokter sama si lusy mirip-mirip dikit. Beda bahasnya aja dan gue harus coba lagi. Gunain lima persen itu sampai ola benar-benar muak sama gue.

Ola keluar dari ruang ugd dengan infuse yang udah tertancap, gue langsung ke bagian admin buar urusin biaya, abis itu langsung pulang setelah urus semuanya,

Gue sengaja lakuin gak tungguin ola sampai sadar, kalau di sadar liat gue lagi, bisa pingsan lagi tuh anak.

***

Selesai mata kuliah gue langsung mau jenguk ola, kata Nadine ola masih belum boleh pulang. Gue gak berharap ketemu si Edward, bisa runyam kalau ketemu dia.

Entah kenapa rasa gugup banget mau jenguk, rasanya tuh gak bisa di ungkapin, mirip-mirip mau ketemu guru BP karena bolos. Tapi lebih parah ini.

Ruangan ola keliatan sepi, gue langsung masuk aja. Hal yang gue takutin akhirnya terbukti. Ternyata si Edward masih di dalam, ola pun liat kearah gue yang bawa buah,

“mau apa kesini?” tanyanya agak ketus sambil dekatin arah gue.

“jenguk, dia masih sahabat gue, walau lo cuci ingatannya tentang gue” bisik gue.

“Kenapa masih urusin ola?, udah gak sibuk sama cewek lain?” tanya tiba-tiba di depan ola, brengsek nih Edward bikin image gue makin jelek di depan ola.

“kak stop, biarin dia masuk” kata-kata ola buat gue langsung bengong. Si tuir juga kayak terkejut ngomong gitu.

“tapi ola, dia orang yang bahaya buat kamu, “

“sekali ini aja, “ katanya lagi,

“oke, kalau di berani macemin kamu, pencet tombol di bekalang kamu, suster sama aku bakal masuk secepatnya” kata si tuir Edward. Ola mengangguk pelan, dan dia tinggalin gue sama ola.

Ini kesempatan gue perbaikin apa yang salah, walau sedikit. Ola tampak masih agak takut di deket gue.

“berdiri aja jangan deket-deket!” pinta ola, padahal gue cuman naro buah di meja nya.

“aku mau tanya ke kamu, apa sedekat itu kah aku yang dulu sampai kamu tau hal kemarin” katanya,

“yang apa?”

“keremian” katanya pelan, gue mau ketawa denger ola mau bahas keremian, padahal ola yang dulu paling malas bahas keremian, seolah itu aib nya yang paling besar.

“apa kita sedekat itu kah?” katanya dengan wajah yang datar.

“deket banget, gue gak tau lo percaya apa ngak, gue gak bakalan tega celakain sahabat gue sendiri.”

“tapi papa, mama, kak Edward, dan lainya percaya kamu celakain aku, kenapa kamu lakuin itu?” tanya tetap kekeh pada pendiriannya, ola yang dulu sama sekarang lupa ingatan sama-sama keras kepala. Gue gak bisa jawab karena jawab pun percuma ola tetep gak percaya.

“walau gitu, aku tau kamu baik, kamu tolongin aku kemarin di lorong, dan terima kasih” kata ola. Gue senyum pelan.

“aku juga merasa ada yang aneh,” katanya seperti mau mengingat sesuatu, andai ola inget dia feminim gini, pasti muka nya merah kayak pantat ayam.

“kalau lo gak percaya, lo pakai pakian celana jeans panjang sama kaos, bukan seperti cewek kebanyakan, dan lo bedain sendiri, itu diri lo yang dulu, seterah lo percaya apa gak” kata gue coba kasih saran kata dokter yang kemarin.

“kamu boleh pergi,” katanya, ola udah mulai muak liat gue, mukanya udah asem gitu.

“oke” gue langsung melangkah pergi tingalin ola dengan wajah yang bingung, mungkin ini langkah awal. Ya gue yakin dia mau ngobrol aja sama gue itu kemajuan yang cukup.

Masalah gak sampai situ, ternyata Edward udah tungguin di lorong rumah sakit, gue jalan santai seolah gak liat tuh orang.

“percuma kamu berusaha, ola gak bakalan ingat” katanya pas gue bersampingan.

“gue gak nyangka, ola bakal ke makan umpan lo buat jadi pijakan buat karir, istri sama anak juga di korbanin demi karir” balas gue.

“yup, di dunia ini uang segalanya, dengan uang semua bisa di lakukan, termasuk memiliki tubuh ola, “ gue cuman bisa kepal tangan, rasanya pengen tabok tuh mulut bandot tua. Dan milih langsung jalan.

Dia senyum senang, kalau gue berantem gue pasti kalah. Otak dia encer, soalnya brantem sambil emosi sama aja senjata makan tuan . Yang ada gue bonyok lagi, ganteng gue ilang lagi.

***

“mas hernest ada tamu tuh tadi” kata pak bijo pas gue baru balik dari rumah sakit.

“tamu?”

“ia, cewek yang kemarin mas bawa” gue langsung pikirin rere, tapi gak mungkin. Dan kemungkinan besar lusy.

Dan benar lusy masuk gitu aja, dia juga tau gue taro kunci kamar di atas pintu. “yeahhh dateng juga lo” lusy langsung berdiri sambil pegang perutnya.

“tumben?”

“main aja, bête aja di rumah terus” kata lusy, elus-elus perutnya yang udah keliatan buncit.

“ gak mungkin, pasti ada sesuatu” lusy cuman nyengir,

“gue ngidam nest, hehehe” tawanya.

“ngidam apaan?”

“perut gue mau di elus cowok bejat masa” gue langsung noleh,

“bercanda ah, perut gue pengen di elus sama lo. Biar gantengnya ketularan, bukan bejatnya gitu” tawanya lagi.

“amin, kalau anak lo cewek biar gak bandel kayak emaknya, belum lulus S1,”

“amit-amit… “ lusy langsung elus perutnya lagi. Gue cuman nyegir aja, sambil elus perutnya dan kerasa agak buncitan,

“nest ada lagi, tapi rahasia ya” kata lusy dengan nada agak manja.

“apa?”

“gue pengen isep burung lo, hehe”

“whatttttt?” mata gue langsung melotot, gue gak salah denger ucapan si lusy.

“seriusan nest, gue ngidam mau emut tuh burung,” lanjut lusy dengan wajah serius,

Satu kata buat si lusy, gila. Masa ada orang ngidam pengen emut burung, kalau minta elus perut sama orang ganteng sih gue terima, dan bakalan gue turutin. Lah ini minta emut, kalau suaminya tau.

Bisa-bisa gue masuk sel lagi, dengan pidana pemerkosaan. Tapi nih selangkangan bayangin liat lusy telanjang bulat dengan perut yang agak membuncit bikin tegang juga.

“WOI nesttt” suara lusy buat lamunan gue yang bayangin lusy langsung hilang seketika,

“ha?” jawab gue tampang bloon.

“mau gak?, lo tega ah nanti anak gue ganteng tapi ileran mau?” gak lucu sih kalau gantengnya nular ke anak si lusy gue tapi ileran.

“cowok lo tau? Eh maksudnya suami lo?”

“ngak hahahahahahaha”

“dia lagi di luar kota, gue juga demi anak gue, satu kali aja nest. Abis itu gak lagi dah” katanya sambil senyum.

“ ya ya ya ya ya”

“oke lah, sekali aja, padahal gue udah jadi cowok alim” kata gue langusng kunci pintu.

“preettttt” kata –kata si lusy sekarang bikin gue kangen sama ucapan si ola yang lebih parah kalau ngatain orang daripada si lusy.

Tiba-tiba si lusy nyosor kayak soang, tangan gue reflek remas buah dadanya, kerasa dia gak pakai bra, soalnya empuk halus dan lebih besar dari terakhir gue pegang.

Udah lama semenjak ola kecelakaan, libido gue kayak terkunci liat cewek. Entah berapa bulan gue gak pernah ngocok sendiri atau bobo bareng.

“cuci dulu gih, pasti bau nih titit” kata lusy nepak penis gue agak kenceng, untung ajak gak keras kalau keras bisa linu biji gue keketen.

“Cepetan ih!!” gue langsung sigap ke kamar mandi buat cuci batang yang sangat keramat, daripada lusy ngambek.

Gue keluar tinggal pake kolor, sedangkan lusy pakai tangtop dan celana kain pendek, tunjukin perut yang sedikit buncit, dan gue percaya di hamil, gak mungkin itu lemak.

“ngapain lo buka baju juga lusy?” tanya gue duduk di sampingnya pas dia kuncir rambutnya.

“biar lo nafsu lah, kalau gak nafsu tuh titit kagak berdiri repot, kalau impoten gimana?” katanya, reflek gue langsung remes tuh bibir,

“hahahahaha” dia cuman tawa, amit-amit impoten, lama-lama si lusy mirip si ola, ngomong asal jeplak.

Lusy ambil kursi dan suruh gue duduk di kursi sedangkan dia duduk di tempat tidur, tanganya sigap langsung plorotin celana gue dan tampaklah penis yang masih setengah terbangun.

Dia endus-endus penis gue kayak anjing yang pastiin ini makanan apa batang pipa. Mulutnya langsung isep pelan kepala nya, sambil tangannya ngocok pelan buat bangunin.

Gak lama penis gue udah berdiri tegak, lusy langsung jilatin dari bawah ke atas kadang hisap biji kembar gue, gak nyangka dia bisa sejago ini,

Lusy keluarin kemampuan hisap menghisapnya, sampai dia puas, kadang penis gue di tepuk-tepuk ke mukanya yang sambil terus jilatin.

Gue langsung pindah duduk di sampingnya, lusy langsung rebahin tubuhnya menyamping dan lanjut lumat penis gue.

Kesempatan tangan gue remas pelan buah dadanya sambil mainin putingnya yang nonjol dari luar tangtopnya.

“ehhmmmm” lenguh lusy yang gak bosen-bosennya mainin penis gue, tangan gue langsung menjelajah perutnya sambil elus dikit, dan masuk ke celanannya, gak di sangakt si lusy juga gak pakai celana dalam,

Gue bisa rasain gak ada bulu di atas vaginanya, sama kayak dulu. Agak susah jangakuin ke bawah lagi, lusy gesek badanya sampai tangan gue bisa sentuh vagina sepenuhnya.

Rasanya gak mau klimaks di lumatin sama lusy, entah kenapa, tapi gue lagi asik sama vaginanya yang gampang basah kayak gini, di tambah lenguh lusy dengan mulut yang tersumpal sama penis. Ada sensasi tersendiri.

“ahhh, udah ah mulut gue pegel, uhmm” kata lusy langsung cabut penis gue dari mulutnya dan duduk bersampingan.

“udah ngidamnya?” kata gue

“hehe, “ dia cuman tawa sambil lepasin celananya, dan duduk di atas pangkuan gue. wah otak gue udah gak nalar, gue langsung lumat bibirnya sambil remas pantatnya yang teken batang penis gue

Makin liar banget si lusy abis nikah, kerasa dia gesekin vaginanya ke batang gue. dan dia angkat pinggulnya dikit sambil pegangin penis gue.

“ohhhh” kepala penis gue mulai masuk perlahan. Rasanya beda kayak kemarin pas di hotel, gak terlalu ngejepit.

“pelan-pelan nest, main halus” bisiknya menggerakan pinggulnya, nih anak mabok kali ya, dia yang naikin tapi suruh gue yang pelan-pelan. Pinggulnya terus teken sambil di puter-puter kayak ngebor.

“asyhhh” desahnya sambil dongak ke atas, di sini penis gue mulai cenat cenut,

“awwhhhh” lusy langung cengkram bahu gue , kerasa kukunya tembus ke kulit. Gak lama lusy klimaks sambil terus cengkram bahu gue erat, makin sakit kukunya, kayak macan nih kuku tajem banget.

Rasanya gak jauh beda dia udah hamil apa ngak, nafasnya naik turun kayak naik tangga. Tinggal giliran gue yang belum. Dan gak mau ambil resiko terlalu nafsu bahaya buat kandungannya.

Lusy bangun dan tiduran di kasur, “sini nest” ajaknya tiduran di sampingnya, gue nurut aja soalnya belum klimaks. Dia langsung posisi miring sambil arahin penis gue yang masih tegang ke vaginanya.

“egghhh” gumamnya sampai penis gue masuk seutuhnya. Dan juga gerakin dikit, posisi yang agak susah, di satu sisi gue harus nahan tubuh di sisi lain harus gerakin.

Ubah posisi, lusy rebahan sambil kedua kakinya gue kangkangin lebar dan masukin lagi penis gue perlahan sambil tahan kedua kakinya.

“uhhhhhh” lenguh lusy gue gerakin agak cepat sambil mainin buah dadanya, dan gak lupa bibirnya juga.

“ohhh shitt, dikit lagi” dkit lagi gue klimaks. Tiba-tiba kaki lusy langsung melingkar erat,

“dikit lagi gue keluar luss, uhh”

“di dalem aja nest, barennggggg” gumamnya narik tangan gue dan ciuman lagi, tangan lusy rangkul leher gue erat. Di tambah kerasa lusy klimaks lagi, bikin penis gue cenat cenut.

“aauhhh, ehehh” gue gak tahan dan akhirnya keluar di dalem, kakinya lusy semakin erat sampai bikin pinggul gue neken dalem-dalem. Entah berapa banyak gue kerasa semprotan gue kali ini kenceng kayak pake pompa air Maspion,

“gilaa,,, haa haa.. gak masalah tuh?” tanya gue dengan nafas terengah.

“biarin, masa bunting lagi? Kan udah bunting gue” jawabnya senyum senyum, dan gue pun ambruk di sampingnya,

“wiww” desisnya gak tau liat apa, gue cuman pandangin langit-langit, sumpah gue lemes, lelah lesu. Lusy bangun sambil jilatin penis gue yang mulai tertidur sampai bersih.

“udah berapa lo gak main sama cewek?” tanyanya berisihin sama tissue basah dari dalam tasnya.

“semenjak ola itu,”

“wihh lama yah, pantesan memek gue banjir banget kentel pula” tawanya tunjukin tissunya yang berlendir putih. Gue cuman nyegir aja,

“thanks ya nest, hehe. “ lanjutnya tiduran di samping gue.

“iah”

“ada perkembangan sama si ola?” tanyanya lagi sambil narik selimut.

“gak ada sih dikit” gue certain sedikit pertemuan gue sama ola di rumah sakit. Lusy terus dukung karena itu kesempatan buat gue kasih tempat-tempat berkesan baginya. Walau ola gak ingat tetapi ia bisa merasa tempat itu gak asing.

“lo harus kasih video itu ke ola nest, tapi pas ola benar-benar penasaran ke lo, dan gak ada si Edward disana” katanya malah pejamin mata,

Tapi benar sih, itu jalan satu-satunya setelah ola muak sama gue nanti, dan semoga berjalan lancar/

Semoga ~~
 

Duapuluh Empat

Buncit​


Hernest

Parah, harus cara apa yang gue lakuin lagi, Kali ini gak terlalu banyak beharap sama Nadine soal tadi di kantin, tetapi gue sungguh berharap Nadine mau bantu.

Padahal tadi kakinya si ola masih di perban, liat gue panggil langsung lari kayak di kejar anjing. Kayaknya soal kabur kayak gitu gak ngaruh sama lupa ingatan. Itu bakat terpendam ola.

Tetapi gue lihat ola kaya orang-orang highclass, jujur dia cantik banget pakai rok. Rambutnya juga kayak orang-orang abis dari salon, lurus dan mengkilap.

Walau gitu tetap perasaan gue bilang, itu bukan kemauan ola. Karena gue kenal ola. Dan yakin ini hasutan dari Edward lagi. Menjadikan ola sosok yang ia mau, gue yakin itu.

Dan gue harus minimal bikin ola penasaran sama gue, walau ola gak inget. Tetapi keremian pantatnya gak bakalan hilang. Gue yakin itu. Paling lama 20 menit di garuk terus. Kata ola waktu itu sampai lecet di garukin.

Ya tuhan, jangan sampai ola bunting ya tuhan, doa yang kacau hari ini karena gue gak tau harus doa apaan. Dan pikiran gue selalu kebayangan kalau Edward udah main sama ola.

Ah makin pusing!!, gak ikhlas gue rasanya.

Malam ini Nadine kasih tau kalau udah simpan nomor gue dengan kontak ikan koi, soalnya ola pernah bilang daripada di kasih nama monyet, gak cocok soalnya gantengan monyet dari pada gue.

Gue senyum-senyum sendiri dengar cerita singkat ola ke Nadine soal gue, rasanya kangen liat ola yang dulu.

Ini paling sedih, lebih sedih di mainin sama cewek. Kalau ola bilang kalau makan bakso gak ada sambel kurang nampol. Tinggal nampolnya ke gue kalao kepedesan.

Efeknya gue jadi gak nafsu liat cewek, bukan berarti gue jadi homo, tetapi pikiran gue cuman tertuju ke ola.

***

Seperti biasa setiap pagi ola di antar si Edward, tetapi kali ini ola dia naik taksi. Kesempatan buat gue coba deketin lagi.

Kali ini gue ngerasa kembali cupu lagi gak berani berhadapan dengan seorang ola. Dan akhirnya gue cuman ikutin dia sampai lorong sepi, gue gak mau panggil dia kondisi kayak gini.

Bisa-bisa dia liat anjing lagi..

“ah!” jerit suara ola pas di tarik beberapa mahasiswi yang gue gak kenal, ola di tarik paksa ke lorong kampus yang sepi.

“Heeee lo!!!” teriak gue pas liat ola jatuh terduduk sambil di jambak-jambakin ke empat cewek. Dia gak banyak cingcong langsung kabur, tinggalin jejak kayak anjing kencing.

“lo gak apa-apa?” kata gue julurin tangan, kalau gini mungkin kesempatan gue bisa sedikit lebih deket sama ola. Tapi sayang antara mau tak mau, ola milih pegangan tembok. Sakit rasanya ola milih tembok di banding gue.

“gue gak bakalan nyakitin lo ola, gue gak sejahat lo pikir” kata gue pas di kayak ketakutan sambil melangkah mundur. Parah ganteng gini di sangka setan.

“mau apa kamu!!” tanyanya dengan tangan gemetar. Buset separah itukah ola liat gue sekarang, ola benar-benar percaya 95 persen gue pelakunya sisanya hasutan si Edward bikin gue jelek di mata ola.

Gue yakin itu sekarang. Gue bisa nilai ola dari sikapnya sekarang, bukan belajar dari teman satu kelas gue. tetapi ola sahabat gue dari kecil.

“ola, gue gak tau apa yang bilang ke lo soal gue, ingat satu hal gue sahabat lo dari kecil. Sejahat-jahatnya gue lo cuman ancurin vibrator lo pas di kos lo” kata gue, ola langsung terdiam pegang kelapanya.

“aw wa aw aw” jeritnya kembali jatuh duduk pegang kedua kepalanya. Dia pegangin belakang kepalanya yang gue rasa itu bekas operasi.

Gue langsung bopong dia ke taman, dan kali ini dia gak nolak cuman terus pegangin kepalanya, gak lama dia lebih tenang walau masih pegang kepalanya.

“lo kenapa?” dia cuman diem, gue lagi serius gak mau bercanda.

“entah, keinget sesuatu kepala gue sakit” katanya, gue gak salah denger ola ngomong pakai kata gue.

“apa coba ulang?”

“apa sih, aku bilanng gak apa-apa” katanya langsung berdiri, berjalan tinggalin gue gitu aja, padahal gue seneng denger ola ngomong seperti itu.

Gak lama berjalan ola sempoyongan, gue reflek langsung lari dekatin dia, dan benar ola langsung pingsan.

Ola langsung gue gendong sambil cari taksi, daripada ambil resiko gue milih ke rumah sakit paling dekat.

***

Dari luar ruangan UGD, dokter yang periksa ola keluar, persaan gue makin gak enak. Dan kayaknya itu efek dari operasi di kepalanya.

“gimana dok?”

“gak usah kwahtir, dia baik-baik aja. Rasa sakit di kepalanya karena dia mengalami tarumatik otak“ gue tau apa tuh traumatic otak, tetapi lupa isinya. Pernah baca tapi gue lupa.

“apa lagi luka di kepalanya belum sembuh total, boleh saya tanya teman kamu amnesia?” kata dokter, gue angguk pelan dan sedikit lega ola baik-baik aja.

“teman kamu dalam pemulihan walau di tak ingat apa-apa, karena dari CT scan tengkorak kepalanya agak retak bekas operasi dalam masa pemulihan,”

“dokter saya mau tanya”

“Dokter yang dulu operasi teman saya bilang, dia bilang cuman mengingatt hal sederhana dan lima persen kemungkinan ingatannya kembali” kata gue curhat ke dokter.

“kita gak bisa berbuat apa-apa, lima persen itu kamu bisa gunakan buat ke tempat yang menurut kamu berkesan.”

“walau dia gak ingat, pasti ia merasa tak asing di tempat itu, sering-sering ajak dia ke tempat yang dia suka, ajak ngobrol tentang dia suka, “ katanya.

“tak ada yang tau kalau belum di coba, kamu ubah lima persen itu dengan segenap cinta buat pacar kamu” gue langsung noleh, gue mau jawab tapi gak sopan gue sela nasihatnnya.

Gue cuman senyum nyengir, dan berterima kasih. Tetapi betul ucapan tuh dokter sama si lusy mirip-mirip dikit. Beda bahasnya aja dan gue harus coba lagi. Gunain lima persen itu sampai ola benar-benar muak sama gue.

Ola keluar dari ruang ugd dengan infuse yang udah tertancap, gue langsung ke bagian admin buar urusin biaya, abis itu langsung pulang setelah urus semuanya,

Gue sengaja lakuin gak tungguin ola sampai sadar, kalau di sadar liat gue lagi, bisa pingsan lagi tuh anak.

***

Selesai mata kuliah gue langsung mau jenguk ola, kata Nadine ola masih belum boleh pulang. Gue gak berharap ketemu si Edward, bisa runyam kalau ketemu dia.

Entah kenapa rasa gugup banget mau jenguk, rasanya tuh gak bisa di ungkapin, mirip-mirip mau ketemu guru BP karena bolos. Tapi lebih parah ini.

Ruangan ola keliatan sepi, gue langsung masuk aja. Hal yang gue takutin akhirnya terbukti. Ternyata si Edward masih di dalam, ola pun liat kearah gue yang bawa buah,

“mau apa kesini?” tanyanya agak ketus sambil dekatin arah gue.

“jenguk, dia masih sahabat gue, walau lo cuci ingatannya tentang gue” bisik gue.

“Kenapa masih urusin ola?, udah gak sibuk sama cewek lain?” tanya tiba-tiba di depan ola, brengsek nih Edward bikin image gue makin jelek di depan ola.

“kak stop, biarin dia masuk” kata-kata ola buat gue langsung bengong. Si tuir juga kayak terkejut ngomong gitu.

“tapi ola, dia orang yang bahaya buat kamu, “

“sekali ini aja, “ katanya lagi,

“oke, kalau di berani macemin kamu, pencet tombol di bekalang kamu, suster sama aku bakal masuk secepatnya” kata si tuir Edward. Ola mengangguk pelan, dan dia tinggalin gue sama ola.

Ini kesempatan gue perbaikin apa yang salah, walau sedikit. Ola tampak masih agak takut di deket gue.

“berdiri aja jangan deket-deket!” pinta ola, padahal gue cuman naro buah di meja nya.

“aku mau tanya ke kamu, apa sedekat itu kah aku yang dulu sampai kamu tau hal kemarin” katanya,

“yang apa?”

“keremian” katanya pelan, gue mau ketawa denger ola mau bahas keremian, padahal ola yang dulu paling malas bahas keremian, seolah itu aib nya yang paling besar.

“apa kita sedekat itu kah?” katanya dengan wajah yang datar.

“deket banget, gue gak tau lo percaya apa ngak, gue gak bakalan tega celakain sahabat gue sendiri.”

“tapi papa, mama, kak Edward, dan lainya percaya kamu celakain aku, kenapa kamu lakuin itu?” tanya tetap kekeh pada pendiriannya, ola yang dulu sama sekarang lupa ingatan sama-sama keras kepala. Gue gak bisa jawab karena jawab pun percuma ola tetep gak percaya.

“walau gitu, aku tau kamu baik, kamu tolongin aku kemarin di lorong, dan terima kasih” kata ola. Gue senyum pelan.

“aku juga merasa ada yang aneh,” katanya seperti mau mengingat sesuatu, andai ola inget dia feminim gini, pasti muka nya merah kayak pantat ayam.

“kalau lo gak percaya, lo pakai pakian celana jeans panjang sama kaos, bukan seperti cewek kebanyakan, dan lo bedain sendiri, itu diri lo yang dulu, seterah lo percaya apa gak” kata gue coba kasih saran kata dokter yang kemarin.

“kamu boleh pergi,” katanya, ola udah mulai muak liat gue, mukanya udah asem gitu.

“oke” gue langsung melangkah pergi tingalin ola dengan wajah yang bingung, mungkin ini langkah awal. Ya gue yakin dia mau ngobrol aja sama gue itu kemajuan yang cukup.

Masalah gak sampai situ, ternyata Edward udah tungguin di lorong rumah sakit, gue jalan santai seolah gak liat tuh orang.

“percuma kamu berusaha, ola gak bakalan ingat” katanya pas gue bersampingan.

“gue gak nyangka, ola bakal ke makan umpan lo buat jadi pijakan buat karir, istri sama anak juga di korbanin demi karir” balas gue.

“yup, di dunia ini uang segalanya, dengan uang semua bisa di lakukan, termasuk memiliki tubuh ola, “ gue cuman bisa kepal tangan, rasanya pengen tabok tuh mulut bandot tua. Dan milih langsung jalan.

Dia senyum senang, kalau gue berantem gue pasti kalah. Otak dia encer, soalnya brantem sambil emosi sama aja senjata makan tuan . Yang ada gue bonyok lagi, ganteng gue ilang lagi.

***

“mas hernest ada tamu tuh tadi” kata pak bijo pas gue baru balik dari rumah sakit.

“tamu?”

“ia, cewek yang kemarin mas bawa” gue langsung pikirin rere, tapi gak mungkin. Dan kemungkinan besar lusy.

Dan benar lusy masuk gitu aja, dia juga tau gue taro kunci kamar di atas pintu. “yeahhh dateng juga lo” lusy langsung berdiri sambil pegang perutnya.

“tumben?”

“main aja, bête aja di rumah terus” kata lusy, elus-elus perutnya yang udah keliatan buncit.

“ gak mungkin, pasti ada sesuatu” lusy cuman nyengir,

“gue ngidam nest, hehehe” tawanya.

“ngidam apaan?”

“perut gue mau di elus cowok bejat masa” gue langsung noleh,

“bercanda ah, perut gue pengen di elus sama lo. Biar gantengnya ketularan, bukan bejatnya gitu” tawanya lagi.

“amin, kalau anak lo cewek biar gak bandel kayak emaknya, belum lulus S1,”

“amit-amit… “ lusy langsung elus perutnya lagi. Gue cuman nyegir aja, sambil elus perutnya dan kerasa agak buncitan,

“nest ada lagi, tapi rahasia ya” kata lusy dengan nada agak manja.

“apa?”

“gue pengen isep burung lo, hehe”

“whatttttt?” mata gue langsung melotot, gue gak salah denger ucapan si lusy.

“seriusan nest, gue ngidam mau emut tuh burung,” lanjut lusy dengan wajah serius,

Satu kata buat si lusy, gila. Masa ada orang ngidam pengen emut burung, kalau minta elus perut sama orang ganteng sih gue terima, dan bakalan gue turutin. Lah ini minta emut, kalau suaminya tau.

Bisa-bisa gue masuk sel lagi, dengan pidana pemerkosaan. Tapi nih selangkangan bayangin liat lusy telanjang bulat dengan perut yang agak membuncit bikin tegang juga.

“WOI nesttt” suara lusy buat lamunan gue yang bayangin lusy langsung hilang seketika,

“ha?” jawab gue tampang bloon.

“mau gak?, lo tega ah nanti anak gue ganteng tapi ileran mau?” gak lucu sih kalau gantengnya nular ke anak si lusy gue tapi ileran.

“cowok lo tau? Eh maksudnya suami lo?”

“ngak hahahahahahaha”

“dia lagi di luar kota, gue juga demi anak gue, satu kali aja nest. Abis itu gak lagi dah” katanya sambil senyum.

“ ya ya ya ya ya”

“oke lah, sekali aja, padahal gue udah jadi cowok alim” kata gue langusng kunci pintu.

“preettttt” kata –kata si lusy sekarang bikin gue kangen sama ucapan si ola yang lebih parah kalau ngatain orang daripada si lusy.

Tiba-tiba si lusy nyosor kayak soang, tangan gue reflek remas buah dadanya, kerasa dia gak pakai bra, soalnya empuk halus dan lebih besar dari terakhir gue pegang.

Udah lama semenjak ola kecelakaan, libido gue kayak terkunci liat cewek. Entah berapa bulan gue gak pernah ngocok sendiri atau bobo bareng.

“cuci dulu gih, pasti bau nih titit” kata lusy nepak penis gue agak kenceng, untung ajak gak keras kalau keras bisa linu biji gue keketen.

“Cepetan ih!!” gue langsung sigap ke kamar mandi buat cuci batang yang sangat keramat, daripada lusy ngambek.

Gue keluar tinggal pake kolor, sedangkan lusy pakai tangtop dan celana kain pendek, tunjukin perut yang sedikit buncit, dan gue percaya di hamil, gak mungkin itu lemak.

“ngapain lo buka baju juga lusy?” tanya gue duduk di sampingnya pas dia kuncir rambutnya.

“biar lo nafsu lah, kalau gak nafsu tuh titit kagak berdiri repot, kalau impoten gimana?” katanya, reflek gue langsung remes tuh bibir,

“hahahahaha” dia cuman tawa, amit-amit impoten, lama-lama si lusy mirip si ola, ngomong asal jeplak.

Lusy ambil kursi dan suruh gue duduk di kursi sedangkan dia duduk di tempat tidur, tanganya sigap langsung plorotin celana gue dan tampaklah penis yang masih setengah terbangun.

Dia endus-endus penis gue kayak anjing yang pastiin ini makanan apa batang pipa. Mulutnya langsung isep pelan kepala nya, sambil tangannya ngocok pelan buat bangunin.

Gak lama penis gue udah berdiri tegak, lusy langsung jilatin dari bawah ke atas kadang hisap biji kembar gue, gak nyangka dia bisa sejago ini,

Lusy keluarin kemampuan hisap menghisapnya, sampai dia puas, kadang penis gue di tepuk-tepuk ke mukanya yang sambil terus jilatin.

Gue langsung pindah duduk di sampingnya, lusy langsung rebahin tubuhnya menyamping dan lanjut lumat penis gue.

Kesempatan tangan gue remas pelan buah dadanya sambil mainin putingnya yang nonjol dari luar tangtopnya.

“ehhmmmm” lenguh lusy yang gak bosen-bosennya mainin penis gue, tangan gue langsung menjelajah perutnya sambil elus dikit, dan masuk ke celanannya, gak di sangakt si lusy juga gak pakai celana dalam,

Gue bisa rasain gak ada bulu di atas vaginanya, sama kayak dulu. Agak susah jangakuin ke bawah lagi, lusy gesek badanya sampai tangan gue bisa sentuh vagina sepenuhnya.

Rasanya gak mau klimaks di lumatin sama lusy, entah kenapa, tapi gue lagi asik sama vaginanya yang gampang basah kayak gini, di tambah lenguh lusy dengan mulut yang tersumpal sama penis. Ada sensasi tersendiri.

“ahhh, udah ah mulut gue pegel, uhmm” kata lusy langsung cabut penis gue dari mulutnya dan duduk bersampingan.

“udah ngidamnya?” kata gue

“hehe, “ dia cuman tawa sambil lepasin celananya, dan duduk di atas pangkuan gue. wah otak gue udah gak nalar, gue langsung lumat bibirnya sambil remas pantatnya yang teken batang penis gue

Makin liar banget si lusy abis nikah, kerasa dia gesekin vaginanya ke batang gue. dan dia angkat pinggulnya dikit sambil pegangin penis gue.

“ohhhh” kepala penis gue mulai masuk perlahan. Rasanya beda kayak kemarin pas di hotel, gak terlalu ngejepit.

“pelan-pelan nest, main halus” bisiknya menggerakan pinggulnya, nih anak mabok kali ya, dia yang naikin tapi suruh gue yang pelan-pelan. Pinggulnya terus teken sambil di puter-puter kayak ngebor.

“asyhhh” desahnya sambil dongak ke atas, di sini penis gue mulai cenat cenut,

“awwhhhh” lusy langung cengkram bahu gue , kerasa kukunya tembus ke kulit. Gak lama lusy klimaks sambil terus cengkram bahu gue erat, makin sakit kukunya, kayak macan nih kuku tajem banget.

Rasanya gak jauh beda dia udah hamil apa ngak, nafasnya naik turun kayak naik tangga. Tinggal giliran gue yang belum. Dan gak mau ambil resiko terlalu nafsu bahaya buat kandungannya.

Lusy bangun dan tiduran di kasur, “sini nest” ajaknya tiduran di sampingnya, gue nurut aja soalnya belum klimaks. Dia langsung posisi miring sambil arahin penis gue yang masih tegang ke vaginanya.

“egghhh” gumamnya sampai penis gue masuk seutuhnya. Dan juga gerakin dikit, posisi yang agak susah, di satu sisi gue harus nahan tubuh di sisi lain harus gerakin.

Ubah posisi, lusy rebahan sambil kedua kakinya gue kangkangin lebar dan masukin lagi penis gue perlahan sambil tahan kedua kakinya.

“uhhhhhh” lenguh lusy gue gerakin agak cepat sambil mainin buah dadanya, dan gak lupa bibirnya juga.

“ohhh shitt, dikit lagi” dkit lagi gue klimaks. Tiba-tiba kaki lusy langsung melingkar erat,

“dikit lagi gue keluar luss, uhh”

“di dalem aja nest, barennggggg” gumamnya narik tangan gue dan ciuman lagi, tangan lusy rangkul leher gue erat. Di tambah kerasa lusy klimaks lagi, bikin penis gue cenat cenut.

“aauhhh, ehehh” gue gak tahan dan akhirnya keluar di dalem, kakinya lusy semakin erat sampai bikin pinggul gue neken dalem-dalem. Entah berapa banyak gue kerasa semprotan gue kali ini kenceng kayak pake pompa air Maspion,

“gilaa,,, haa haa.. gak masalah tuh?” tanya gue dengan nafas terengah.

“biarin, masa bunting lagi? Kan udah bunting gue” jawabnya senyum senyum, dan gue pun ambruk di sampingnya,

“wiww” desisnya gak tau liat apa, gue cuman pandangin langit-langit, sumpah gue lemes, lelah lesu. Lusy bangun sambil jilatin penis gue yang mulai tertidur sampai bersih.

“udah berapa lo gak main sama cewek?” tanyanya berisihin sama tissue basah dari dalam tasnya.

“semenjak ola itu,”

“wihh lama yah, pantesan memek gue banjir banget kentel pula” tawanya tunjukin tissunya yang berlendir putih. Gue cuman nyegir aja,

“thanks ya nest, hehe. “ lanjutnya tiduran di samping gue.

“iah”

“ada perkembangan sama si ola?” tanyanya lagi sambil narik selimut.

“gak ada sih dikit” gue certain sedikit pertemuan gue sama ola di rumah sakit. Lusy terus dukung karena itu kesempatan buat gue kasih tempat-tempat berkesan baginya. Walau ola gak ingat tetapi ia bisa merasa tempat itu gak asing.

“lo harus kasih video itu ke ola nest, tapi pas ola benar-benar penasaran ke lo, dan gak ada si Edward disana” katanya malah pejamin mata,

Tapi benar sih, itu jalan satu-satunya setelah ola muak sama gue nanti, dan semoga berjalan lancar/

Semoga ~~
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd