Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule-bule ganteng di kos cewek

Status
Please reply by conversation.
Episode 8 Of beauty and art

POV Titien.

Jam 2.00 teng kami telah tiba di restoran terapung, Sonder. Restoran tersebut berada di atas telaga, dengan pemandangan air dan sawah di kiri dan kanan.

Suasana yang tenang menggambarkan kehidupan di desa. Sawah dan telaga membentang sampai kejauhan, dan bunyi air membuat suasana sejuk. Kami segera terbawa suasana… langsung duduk kecapean sambil diam menikmati alam.

Karena aku sudah pesan duluan, makanan cepat tersaji. Menu ikan gurame dan ikan mas bakar di sini enak sekali, apa lagi pas sudah kelaparan seperti ini. Selain itu Shaun ada coba menu baru, keong kecil yang di Manado disebut “Kolombie’. Saya tidak suka sih karena bentuknya, namun banyak orang bilang enak. Waktu makan tidak banyak lagi bicara... pasti karena kecapean. Terlalu banyak mesumnya tadi sih!

Kemudian pesanan kamipun datang, kami makan dengan nikmatnya. Masih terdiam, masing-masing dengan keinginannya. Saya melihat jam... sudah hampir jam 2.30 siang. Benar-benar hari yang melelahkan...

“Kak Tien, habisin nasinya... ini masih banyak. Kakak pesan untuk berapa orang sih?” Naya mulai bicara. Shaun dan Brenda masih sibuk dengan hape.

“Nanti kamu lihat, pasti habis kok” ujarku sambil membawa nasi segenggam di tangan. Nasi tersebut kulemparkan ke telaga... tiba-tiba datang segerombolan besar ikan mujair lalu menyambar nasi yang dilempar. Shaun, Brian dan Brenda langsung berteriak kaget, mereka belum pernah melihat yang seperti ini.

“Eh... bagus sekali! Saya juga dong!” Brian meminta bagian. Ia menyambar sepiring nasi di atas meja, dan berdiri disampingku. Ia masih menatapku begong... mungkin bingung saya dapat ide dari mana.

Segera ku ingat masa kecilku. Papa dulu peternak ikan, punya beberapa telaga. Aku dan papa suka kasih makan ikan. Segera aku ingat kampung halaman... usaha yang papa rintis semakin maju, ia sempat hampir bangkrut karena ikan-ikan mati kena penyakit. Sekarang selain bisnis ikan, ia juga mendistribusi pakan ternak... menjual pakan ikan dan ayam. Malah sudah merambah ke bisnis ayam daging dan telur.

Papa memang hebat... aku bangga biar jadi anak kampung! Tapi papa juga mengajarku untuk mandiri, walaupun mereka hidup berkecukupan, tapi aku sudah tauh cari kerja... mampu membiayai perkuliahanku sendiri...

Tampak Shaun, Brenda dan Naya berebutan ingin membuang makanan untuk ikan. Mereka berdua bercanda lagi... Shaun memegang piring penuh nasi... mengangkatnya tinggi-tinggi, sementara Naya dan Brenda mencoba menjangkau untuk merebut. Naya malah memegang tangan Shaun supaya turun... posturnya yang mungil kalah bersaing dengan tangan Brenda yang hampir menjangkau.

Untuk membela diri, Shaun menggunakan tangan yang satu... sementara tangan yang lain melindungi dari serangan. Mereka tertawa-tawa... mulai lagi. Kini perhatian kami tidak lagi di ikan...

Naya hampir kalah... ia coba mengelitik tubuh Shaun, tapi cowok itu masih bertahan. Tiba-tiba Naya dapat ide, tangannya tiba-tiba masuk ke celana basket Shaun dan meremas batangnya... Shaun berteriak dan langsung menurunkan piring nasi, yang segera disambar sebagian oleh Brenda, Naya dapat segenggam dengan tangan kirinya ... tangan kanannya masih di dalam celana Shaun.

“Astaga Naya...! Edo teriak kaget.

“Lepasin tanganku!” Naya juga teriak sambil wajahnya menjadi merah karena jengah dengar teriakan Edo. Ternyata Shaun menahan tangannya supaya tetap di kontolnya. Ia keenakan... Brenda tertawa terbahak-bahak melihatnya... ia langsung lari menjauh, tapi sempat meremas kecil payudara Naya...

“Rasain kamu... berani benar bermain mesum sama Dickhead!” Ejek Brenda...

“Ih... jahil! Dickhead lepasin dong... aduh sakit”

Naya makin merah. Tapi ia tidak mampu melepaskan tangannya dari genggaman Shaun. Hampir 10 detik tangannya masih memegang kontol Shaun, sementara tangan Shaun yang satunya mulai menyerang untuk menggrepe dadanya... Edo makin kaget... wajahnya semakin mesum melihat perawan cantik yang juga menjadi targetnya sementara dicabuli cowok lain.

“I told you, I would never let you go again!” Sempat-sempat lagi si Dickhead gombalin Naya.

“Kak Titien, tolong dong!”

Saya hanya senyum. Begitu melihat mataku, Naya kayak ingat sesuatu... tiba-tiba aku melihat sinar kilas di matanya. Pasti anak jahil itu merencanakan sesuatu.

“Ahhhh!” Shaun berteriak kesakitan. Kontolnya diremas kuat-kuat oleh Naya. Ini kedua kali, lho.

“Naya, sakit dong!” Tangan Naya lolos, ia segera lari menjauh sambil mengejek Shaun.

“Sudah ku bilang, kalo kamu macam-macam akan ku patahin!” ejek Naya.



POV Brian

Manado benar-benar surga!

Keindahan alam di Bukit Kasih dan di restoran tadi masih nampak pada bayanganku. Perasaanku sangat senang... dari tadi sebuah rangkaian nada sudah tergiang-ngiang di kepalaku. Wah... baru dua hari aku sudah merasa terinspirasi... berarti liburanku ke Manado bisa menghasilkan lagu yang baru... Aku sudah gak sabar menuangkan melodi ini ke dalam not... untung tadi sempat ku rekam sedikit di iPhone ku... supaya tidak lupa.

Yah ternyata kita belum langsung pulang. Masih ada suatu tempat... Desa Pulutan... kayaknya menarik juga. Ternyata itu sebuah desa yang punya kerajinan keramik tanah liat. Dari ujung kampung sudah kelihatan pajangan hasil karya yang indah-indah... bisa dibawa pulang, gak yah?

Titien mulai bicara. Walaupun ia sudah kelihatan capek, tetap ia tampil profesional. Ia menceritakan sejarah dan informasi umum mengenai pembuatan keramik. Kayaknya ia tahu banyak, sejak tadi di Bukit kasih ia terus mengungkap sejarah... kini ia mulai berbicara mengenai genre seni keramik. Ia membandingkan keramik yang ada disini dengan keramik yang dari Cina dan Persia.

Cara menyajikan juga sangat menarik, dengan pemihan kata-kata yang luas dan padat berisi. Cara berbicara yang teratur menggambarkan seseorang yang terdidik... apalagi ia bicara menggunakan bahasa Inggris, bukan bahasa sehari-harinya.

Naya dan Edo sendiri sampai terkagum-kagum. Ia gadis yang hebat... sangat sempurna ... mungkin sebanding dengan Deyana! Keduanya gadis yang berharga dan pantas dicintai... ‘Baby you’re more than just a face’. Dan aku yang beruntung sudah menciumnya... eh diciumnya!

Kami sudah sampai di sebuah bengkel besar tempat pembuatan keramik. Edo dan Shaun segera turun bersama kami. Naya dan Brenda masih melanjutkan tidur di mobil. Kami segera masuk dan bertemu dengan pemilik tempat itu, ia akan mengajarkan kami cara membuat keramik.

----------

Tanganku mulai kotor... kami berempat masing-masing menghadap sebuah alat untuk membuat keramik. Ku lirik ke kanan, Titien sementara konsentrasi membuat sebuah kendi yang indah. Bentuknya bagus, ia memiliki selera seni yang baik. Edo juga masih sibuk dengan tanah liatnya, gak tahu apa yang diperbuatnya... Sedangkan tanah liat di tanganku juga semakin berbentuk. Saya tidak mau kalah dari Titien, akan ku buat yang terbaik.

Setelah sekitar 30 menit aku masih konsentrasi... hampir selesai. Titien juga kayaknya sudah selesai. Kami menambahkan sentuhan terakhir sebelum di bawah ke tungku pembakaran. Edo belum selesai... sedangkan Shaun sudah berdiri tertawa-tawa membakar hasil karyanya.

Sementara hasil karya kami dibakar, Titien mulai menyambung informasi. Ia menceritakan macam teknik dan sejarah bagaimana mengecat dan melukis keramik.

Sekali lagi aku terpesona melihat pengetahuannya yang luas mengenai seni. Ia tahu soal pergerakan reinasance di Eropa dan bermacam-macam era yang menandai bentuk karya seni. Ia juga tahu perbedaan gaya seni di India, Persia, Cina... bahkan sampai ke Jepang dan Korea modern. Wah... you are really a special girl. Ternyata orangnya gak cuma mesum aja... hehehe.

Setelah dibakar, kami masing-masing pergi ke tempat untuk memoles keramik. Sebelum dicat keramik harus halus dan licin. Setelah itu kami mengecatnya menggunakan cat areosol.

Hasilnya pasti indah. Ku keluarkan seluruh kemampuannku untuk membuat karya yang terbaik. Tujuannya sih hanya untuk membuat gadis itu terkesan. Tampak Edo dan Shaun juga masih serius. Mereka kelihatannya akan bikin surprise, karena dari tadi menyembunyikan keramik mereka.

Tada... saya sudah selesai. Saya mempertunjukkan hasil karya kepada pemilik tempat ini untuk di nilai... ia tampak sangat kaget, suatu karya yang indah. Sebuah kendi dengan desain yang tinggi dan mewah. Warna biru mendominasi latar dengan tema art deco alam... ia terheran-heran..

“Kalo yang begini sih sudah kelihatan sangat profesional.” Katanya.

Pengrajin lainnya sempat mengerumuni dan tak percaya kalo ini dibuat oleh tenaga amatir. Saya merasa bangga... Titien melihatnya dari jauh... ia juga tersenyum bangga. Pasti terkesan dengan karya saya.... saya jadi melayang.

“Mana punya kamu, Titien! Saya lihat dong?” kata saya.

“Gak sebagus kamu...”

Titien mengeluarkan sebuah kendi yang lebih kecil tapi indah... mata saya berbinar-binar. Wah, ternyata ia jago melukis... sebuah paduan warna yang berani... merah oranye dan kuning mendominasi... saya mulai meneliti hasil karyanya. Ia tampak malu-malu...

Memang keramiknya memiliki bentuk yang indah buatan tangan seorang ahli, namun masih kalah halus. Pasti ia tidak kuat menggosoknya dengan ampelas. Tapi lukisannya luar biasa indahnya...

Pemilik tempat itu dengan pengrajin lainnya semakin terheran-heran. Dalam sehari ia bisa menyaksikan hasil karya seni yang luar biasa indah. Ia ingin membeli kembali karya kami... dengan harga yang mahal. Tapi Titien dan saya menolaknya.

“Tien... punyamu aku yang beli yah... akan ku bawa pulang!” kataku...

Kembali aku menatap matanya yang masih memandangku kagum. Aku bersungguh-sungguh...

“Berapa harganya? Ah... berapapun akan ku beli!” ia hanya tersenyum.

“Harganya adalah.... kendi milikmu, aku mau pajang di kamarku!”

Titien kembali menatapku. Aku langsung melayang... ‘Gadis ini tahu nilai seni... dan ia terbukti sangat berharga! Aku jadi semakin cinta!’ bisik hatiku. Kami masih bertatap lama... saling mengagumi. Shaun sudah memanggil dari jauh.

“Romeo, ayo cepat. Waktunya pulang!”

Kami langsung melangkah menuju ke mobil.

“Edo, mana aku lihat karyamu...!”

Edo mempertunjukkan topeng aneh yang dibuatnya. Bisa dipakai buat nakut-nakutin cewek. Pinter juga sih Edo.

“Aku juga buat sesuatu yang spesial lho...” Kata Shaun. “Kalo mo lihat tutup mata dulu”
Titien menurutinya. Ketika aku melihatnya, aku langsung tertawa terpingkal-pingkal. Titien membuka mata...

“Ih! Kok buat yang begituan!” Titien teriak.

Ternyata Shaun membuat sebuah kontol yang sedang tegang. Kontol tanah liat tersebut lumayan detail bentuknya mirip asli. Eh... Mungkin bisa jadi dildo...

“Hush jangan bilang-bilang yah... ini surprise buat Naya! Supaya ia punya mainan yang bisa diremas terus. Dan jangan lagi meremas kontolku!” Kata Shaun.

“Dasar, Dickhead!” Ejek Brian. "Aku tahu kau buat itu sebagai pengganti kontolmu yang dipatahin Naya tadi”

“Romeo, bilang aja kalo kamu cemburu dengan karyaku!” ujar Shaun. “Siapa dulu dong yang dapat ide cemerlang segini!” Titien hanya tertawa.

“Bukan gitu, Dickhead. Aku sih sudah pikir dari tadi buat dildo buat Titien. Tapi.... tapi...”

“Tapi apa?” Titien mendekat dan menggandengku... tangannya sudah di pinggang mengancamku.

“Tapi tanah liatnya kurang, kontolku kan besar. Tanah liatnya hanya cukup yang sebesar punyamu, Dickhead!” Aku meledeknya... Titien tertawa sampai mengeluarkn airmata. Gantinya mencubit, tangannya mendekap tanganku... Shaun langsung ngamuk-ngamuk karena diledek. Edo hanya tertawa.


POV Naya

Waduh lama sekali mereka di tempat tanah liat, saya maaih tidur-tiduran di mobil. Brenda sudah tidur enak, tapi saya masih terus berpikir. Terlalu banyak yang sudah terjadi hari ini... banyak tawa dan mesumnya.

Bayangin aja hari ini saya sudah melihat kontol Brian dan Shaun, eh malah kontol Shaun malah berkali-kali, eh... sempat pegang-pegang juga.... Ih.. gak. bisa bayangkan kontol sebesar itu bisa masuk di memek. Apalagi memek perawan seperti milikku....

Tapi kayaknya Kak Titien juga jago pegang kontol cowok. Eh... tadi malah sempat membuat Brian keluar... Kayaknya kakak ku yang cantik itu sudah mulai mesum juga. Padahal dulu waktu sama-sama kak Nando gak sampe ngapa-ngapain selain peluk dan cium pipi.

Kak Titien sudah jadian dengan Kak Nando sejak kelas 2 SMA waktu pindah dari SMA di kampungnya ke Kota Manado. Kak Nando kelas 3. Waktu datang dari kampung Titin sangat polos dan culun. Nando justru tertarik yg demikian walau banyak cewek yang kejar-kejar kakak. Penasaran aku cewek bagaimana yg menjatuhkan hati kakakku.

Kisah cinta mereka selalu diisi dengan belajar bersama dan jalan2 ke tempat yang menarik. Bayangkan aja, mereka sampe pacaran di museum... pake ajak-ajak aku segala.

Bayangin, kalo di rumah bukannya nonton film ato MTV, justru TVnya acara NatGeo
Channel dan history channel.

Eh iya! Kak Titien sih sebenarnnya hobi musik, tapi bukan lagu pop ato rock yang ada di TV, tapi musik klasik. Yah benar, ia suka lagu2 dari komposer-komposer terkenal, dan juga lagu-lagu penyanyi tenor Italia. Eh, aku sih gak kenal nama2 gituan. Aku tahu kesukaannya diperkenalkan oleh sepupunya Anita yg belajar musik di luar negeri. Titien malah punya idola pemusik klasik ganteng asal Aussie di channel youtube dan twit**ter.

Dan hal paling aneh dengan Kak Titien, ia mau jadi guru... orangnya sangat pinter, masak otak encer itu ambil sastra Inggris eh applied linguistik, kali. Sementara Kak Nando ambil sejarah dunia. Bayangkan aja!

Kak Titien selalu bertamu di rumah dan pacaran juga di rumah. Suka intip mereka... justru di panggil Titen belajar bersama. Suka suka sekali bersandar mendengarkan ia membahas pelajaran dengan Kak Nando. Aku akan tiduran di pangkuannya dan menikmati Kak Titien memainkan rambutku dan bercanda soal tubuh mungilku.

Sayang semua itu tinggal kenangan, Kak Nando didiagnosa kanker darah... dan hanya dalam hitungan bulan dia sudah pergi, cepat sekali

Titien dan aku sama-sama menjaga Kak Nando waktu kemo. Ia janji sama Nando menganggapku adik sendiri... aku tidak punya kakak perempuan. Sampai sekarang ia tetap menjagaku. Aku sangat kehilangan kak Nando, Titien yg selalu menghibur ku. Ia membiarkan aku tidur didadanya, dan pegang toketnya, hehehe. Enak sih... Kak Titien mulanya selalu datang, akhir2 ini malah menjauh.. padahal aku masih gemes sama toket dan pantatnya.

Ada satu peristiwa yang selalu teringat waktu masih ada Kak Nando. Kak Titien dan aku kehujanan pulang dari sekolah, terus kami mandi bersama. Pada saat itulah saya bisa melihat jelas keindahan seorang gadis, tubuhnya halus, kencang dan mulus. Eh, aku jahil sekali waktu itu.

Selesai mandi aku ambil handuk dan bajunya dan keluar ke kamar cepat-cepat. Mau tak mau Kak Titien keluar kamar mandi telanjang bulat. Aku bilang sih gak ada orang di luar, dan Kak Titien lari telanjang cepat-cepat masuk kamar dan tutup pintu, ternyata kamar Nando yang ia masuki. Ia sempat berteriak sedikit, dan dengan cepat aku kunci pintu dari luar. Sekali-kali kah Kak Nando dapat show.

Nanti setelah 10 menit kemudian Kak Titien dapat lolos dan masuk kamarku. Kali oni sudah pake sarungnya Kakakku. Mukanya merah sekali karena malu. Aku coba tanya tapi ia tidak bicara sama sekali apa yang terjadi. Ia hanya tertawa-tawa sendiri sambil menutupi mukanua. Tapi ia tidak marah
Sih, malah memelukku kuat-kuat, eh juga menggemesi toketku yang masih bertumbuh.

Nanti waktu Titien pulang baru aku tahu, Kak Nando tidak sendirian di kamar. Ada teman kelasnya yang juga ku kenal, iya... Edo lagi di kamar. Wah, mujut sekali si anak mesum itu.

Aku yakin palingan Kak Nando hanya tertawa bersyukur. Tapi Edo palingan sudah onani, gak tahan. Mana si mesum itu mampu menahan godaan cewek yang begitu cantik dan indah, bisa-bisa kontolnya berdiri terus selama seminggu.


Bersambung
 
Istimewa.. Update kenceng cerita asyik
Tapiii.. Perawannya binalnya kebangeetaaaaann
 
:tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan: ini baru suhu yg :mantap: ngak pake lama2 updet nya.....lanjut suhu tp jangan lupa nantinya saat yg seru agak di soft eksexkusi nya biar murid2 jadi gemeteran bacanya :tidak:
 
Makasih atas komen2nya...

Besok ato Senin di update lagi, asal rame...
 
Aku yakin palingan Kak Nando hanya tertawa bersyukur. Tapi Edo palingan sudah onani, gak tahan. Mana si mesum itu mampu menahan godaan cewek yang begitu cantik dan indah, bisa-bisa kontolnya berdiri terus selama seminggu.

seminggu g turun2 kayak ayam jago aja suhu....
heheehehe
perawan aja udah binal gmn kl udah pernah nyobain punya shaun?
 
Amb kursi dulu buat next chapternya.

Ini udah bisa di sejajarin sama suhu para maestro lain nya.

Good luck ya sis, semoga thread nya lancar dan rame.
 
Mulustrasi cerita, tokoh utama:

Titien Mokoginta, gadis Manado umur 21 thn

http://www***mbar123.com/wizard_89809.jsp?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7


Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn

http://www***mbar123.com/beras_53719.asp?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799

Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn

http://www***mbar123.com/simsalabim_42d2bc642292b287f52021a674eaddabeffa07fd.html?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90


Brian Solomon, cowok California berdarah British/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/opensesame_d2c79609f1a1f578e5b0f065769a1707f47f8d6d.jsp?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907


Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn

http://www***mbar123.com/painful_8374.html?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b


Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn

http://www***mbar123.com/beras_50b3e3f29e41295eabd47c5f5fa1959ad1188afb.asp?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf

Episode 9 A forbidden taste


POV Naya

“Suara apa ini... pagi-pagi berisik amat!” terdengar suara saxophone dengan nada naik turun.

Kayaknya Brian lagi latihan.. ada nada-nada teratur pada awalnya ... sebuah lagu instrumen yang sangat indah. Tapi kemudian sampai di tengah berubah jadi kacau lagi... Brian seakan-akan masih mencari not yang pas!

Duh, anak itu kalo latihan bisa berjam-jam lagi, kayaknya dari tadi jam 5 pagi, tapi waktu itu violin dan gitar tidak terlalu ribut kayak trumpet … eh ini saxophone ato terompet, sih? Lupa lagi, kemarin sih Kak Titien sudah jelasin perbedaan dua alat musik itu, tapi bagiku sama aja. Sama-sama berisik!

Apa ia gak sadar yah ada cewek cute, cantik dan manis lagi terganggu dari tidur. Pengacau... masih pagi-pagi lagi, Eh sudah jam 7 lewat. Aku langsung bangun.

Kak Titien sudah tidak lagi di kamar, ia lagi bantu masak-masak dengan pembantuku di kos. Tumben... sudah rajin sekali yah, eh dia mah dari dulu memang rajin. Pasti ia lagi menyiapkan segala sesuatu untuk outing hari ini. Ia semangat sekali jadi tour guide… apa lagi ada si Romeo yang terus mendekati.

Sejak awal, semua langsung tahu kalo mereka berdua gak bisa dipisahkan. Dan, kayaknya Romeo romantis banget, gak sama bule ku yang serampangan, kadang lupa kalo aku sudah di sampingnya. Pasti si Dickhead lagi main X-box pake Kinect… dari tadi ada suara orang lompat-lompat.
Lucu juga yah, biasanya orang olah raga nonton video areobik … bukan sambil main game.

Eh… hari ini kita ke mana yah? Oh iya… kita akan ke kebun... yah benar! Ini ide kak Titien. Ke kebun sawah, telaga dan buah-buahan yang berada di desa Kolongan 20 km sebelah timur kota Manado. Hebat juga Kak Titien... saya saja belum pernah ke sana, eh ia sempat-sempat mengatur paket seperti ini. Dan saya yakin kayak kemarin, pasti pengalamannya seru sekali.

Kemarin salah satu ide dari Kak Titien adalah membuat keramik di desa Pulutan. Ide yang pertama tidak masuk akal bagiku, masak orang bule jauh-jauh datang mau buat keramik tanah liat. Ternyata pengalamannya seru sekali, Shaun dan Brian terus-menerus menceritakan pengalamannya membuat keramik. Edo juga ternyata tertarik. Nyesal aku tidur di mobil...

Eh iya, Shaun kemarin memberiku hadiah, ditaruh di dalam dos dan dibungkus rapi, katanya suatu kenang-kenangan berharga supaya aku ingat terus dirinya. Kayaknya surprise deh! Pasti hasil karya tangannya.

Tadi malam aku sudah mau buka, tapi dilarang. Katanya nanti cari waktu yang pas... apa dia tahu ultahku sudah dekat?... bangga juga lho membuka hadiahnya di depan kawan-kawanku pas ultah. Pasti mereka cemburu melihat hadiah keren dari bule ganteng... dan pasti aku akan berbunga-bunga melihat isinya. Apa artinya ia cinta padaku? Aku jadi tambah penasaran.

Waktu aku cerita keinginanku, eh Kak Titien hanya tertawa terpingkal-pingkal. Hadeh!!! Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan.

‘Dickhead... aku masih ingat ciuman kita di Bukit kasih.’ Bisikku. Apa lagi kamu sudah ku ijinkan kemarin mengrepe-grepe dadaku. Dan aku tauh kau menyukaiku sejak awal, walau aku tidak yakin itu cinta atau nafsu belaka. Tapi kamu harus ingat baik-baik, aku ini tetap gadis perawan dan sampai kamu pulang tetap akan masih perawan! Kamu itu Cuma cinlok aja, OK!?!

Aku masih ingat janjiku kepada Kak Nando dan Kak Titien untuk memberikan perawanku kepada orang yang benar-benar aku cintai… kamu itu hanya sebatas suka, tapi… that’s it. Well,‘I like everything about you’ termasuk kontolmu yang brondong...., sampai ke bawa mimpi loh tadi malam. Ihhhhhh! Naya.... jangan mesum dulu dong pagi-pagi.

“Selamat pagi, Romeo” Brian hanya mengangguk dan melanjutkan musiknya.
Edo dan Shaun kayaknya masih tidur.

Titien sedang menyiapkan kue agaknya. Mirip biji-biji kecil, di taruh di toples. Aneh juga yah... kok kecil-kecil, terus agak lembek dan tidak garing. Saya coba merasa beberapa hasil tangannya...

“Humph!!! Ahhhh....” Aku lari ke wastafel membuang kue yang ku makan. Aku segera berkumur dan membersihkan mulut.

“Kak Titien... biasanya kakak jago masak. Tapi kali ini sangat mengecewakan deh...” ujarku mengagetkannya dari belakang.

“Hadeh! Kamu makan itu?” Tanyanya...

“Emangnya itu kue apa, kak?”

“Itu bukan kue, Naya. Itu umpan ikan yang rencana kita gunakan waktu mancing sebentar!”
Yah ternyata aku terjebak lagi.

Umpan itu dibuat dari campuran gluten sama makanan anjing dan ditaruh daging ikan mentah. Direbus aja seperti itu. Jadi jijik aku...

“Ini salah Kak Titien... masak umpan taruh di toples... dikira kue”

“Eh... kamu aja yang langsung makan gak pake tanya-tanya! Eh kamu taruh di mana umpannya?”

“Tadi di meja!” Tapi ternyata meja sudah kosong... umpannya sudah hilang.

“Awh! Titien kue apa ini?” terdengar suara Edo di ruang tamu.

Begitu kami melihat keruang makan, tampak Edo, Shaun dan Brenda sementara mengumpat-umpat karena makan kue yang rasa aneh.... Saya dan Titien langsung tertawa. Jadi gak tega mo jelasin ke mereka apa itu. Nanti aja mereka lihat di kolam pancing.


POV Edo

Hebat juga si Titien bisa merancang paket wisata seperti ini. Kami masih di kebun buah-buahan. Ada mangga, manggis dan rambutan. Minumnya kelapa muda langsung dari batoknya.

Ketiga tamu kami sangat menikmatinya... mereka asyik panjat-panjat di atas pohon. Bagi mereka ini adalah pengalaman pertama makan buah duku dan rambutan, apa lagi langsung di atas pohon... Brenda pake hotpants. Brian dan Shaun malah sudah melepas celananya dan hanya pake boxer aja naik pohon, pakaiannya segera dibawa Titien ke mobil, sekalian pergi mencari duren dengan pemilik kebun.

Apalagi tadi kami melewati persawahan penduduk. Jalan di litir sawah menikmati alam yang indah... Dari tadi Brian dan Shaun terus memuji keindahan alam di tempat ini. Katanya lebih indah dari yang dibayangkan. Waktu tiba di dangau, Brenda sempat minta difoto-foto, kali ini menggunakan kamera profesional milik Shaun.

Dan Titien serta Naya terus aja ceria menemani cowok-cowok bule tersebut. Titien menceritakan soal bagaimana menanam padi dan merawatnya sampe panen. Ia tahu banyak mengenai pertanian. Ia juga bercerita tentang irigasi dan pengaturan air. Wah! Memang dari dulu ia terkenal pinter.

Eh... Naya kayaknya sudah berubah deh! Kini ia makin mesum... tidak lagi seperti sebelumnya gadis mungil yang imut dan polos. Masak kemarin aku lihat sendiri tangannya masuk ke celana Shaun untuk memegang kontolnya... Wah... gile juga tu anak. Berani sekarang yah!

Kemarin mataku sempat silau melihat Shaun mengrepe-grepe tokednya... eh si Naya malah hanya tertawa dan terus menyerang kontol Shaun... sampe dia terlepas. Kepalaku jadi nyut-nyut melihatnya.

Naya itu salah satu incaranku... mungkin gadis tercantik ke dua setelah Titien. Eh gak... sama-sama nomor satu. Dua-duanya sangat cantik dan memiliki kecantikan yang berbeda. Titien mengarah ke cantik yang anggun, sedangkan Naya cantik menggoda.

Beruntung amat dua bule itu bisa dekat-dekat dengan gadis idola Manado. Eh saya juga beruntung kok... Brenda itu sangat cantik.... sexy dan hot! Eh ia juga rada genit, tapi sekali-sekali muncul tomboynya. Mau dapat dimana cewek kayak gitu... hayoo? Lihat gayanya diatas pohon... benar-benar natural. Persis kayak kemarin waktu menggodaku.

Setelah kemarin dibuat penasaran di Bukit Doa, Brenda langsung menarikku di mobil dan menuntut. Terpaksa aku harus mengeluarkan ilmu yang ku dapat dari bokep dan ajaran teman, jariku harus kerja keras membelah memeknya yang legit... gayanya yang seksi membuat saya mengerjainya habis-habisan dengan jurus-jurus terdasyhatku. Untung saja jariku mengenai titik yang tepat.

Desahannya top sekali... apa lagi waktu memandangku dengan nafsu sementara memeknya diobok-obok. Wajahnya sangat cantik dengan ekspresi yang sangat menggoda. Tapi akhirnya jariku menang juga. Ia sampe dua kali orgasme dan minta-minta ampun...

Setelah itu giliranku... ia membuka celanaku dan menyuruhkan tidur terlentang. Tak puas-puasnya tangannya bekerja dan mengocok kontolku. Tangannya juga sangat ahli... membuatku berkali-kali hampir orgasme. Pas sudah mau keluar ia akan meremas pangkal helmku, membuat gairah jadi down lagi. Ia sungguh pinter membuat cowok kentang terus... kayaknya mo balas dendam perbuatanku di Bukit Kasih.

Dan akhirnya ia mulai mengemutku... tekniknya hebat, kontolku sampe menyentuh kerongkongannya di bagian dalam... huh! Luar biasa enaknya... sayang.. pas enak-enaknya hampir keluar, tiba-tiba muncul dua anak begal itu membuka pintu. Eh pake teriak-teriak kaget segala.

Bubar deh kenangan oral pertamaku, memang aku sempat petting beberapa kali, bukan cuma dengan ex-ku. Malah sampe buat cewek-cewek puas, tapi baru sekarang aku di oral. Dan kini aku belajar hal yang baru, ternyata kentang itu sangat menyakitkan.... mudah-mudahan malam ini ada lanjutannya.

Titien sudah datang dengan pemilik kebun. Mereka membawa durian besar-besar 10 buah... wah pesta ini. Orang bule kan gak tauh makan durian! Pasti aku yang dapat banyak. Brenda dan Brian kelihatan mereka bingung buah apa itu...

“Ini duren kan?” Tanya Shaun.

“Yah... ini buah paling enak sedunia. Dan kita belum akan jalan kalau kalian belum mencobanya.”

“Ih bau! I dont like it!” Brenda tidak mau dekat-dekat.

Shaun dan Brian terus memperhatikan pemilik kebun membelah buah duren sesuai ruasnya, dan menyajikannya di atas meja bambu. Setelah enam buah yang dibuka, Titien menyuruh Brian mulai...Ia memberikan kepada Brian, yang memegang buah itu dan memperhatikannya. Brian mulai menggigit kecil ujungnya...

“Gimana... enak toh” tanya Titien.

“Rasanya seperti ... seperti menggigit puting mu sayang!” bisik Brian kepada Titien mesra.

“Hush.... makan dulu. Belum makan sudah mesum” Titien langsung memerah.

“Jadi kalo sudah habis makan boleh kan” Brian terus bertanya.

“Ihhhhh! Maunya….” kepalanya dijitak Titien.

Brian memakan durian itu dengan lahap, malah mau tambah. Tapi dengan satu syarat, disuap lagi seperti tadi. Titien sih oke-oke aja. Brian ternyata nakal juga, habis makan duriannya justru jari Titien yang dijilat. Titien kayaknya gak bisa mengelak, tangannya ditahan Brian yang sementara mengisap telujuknya. Eh sambal tertawa ia justru mencowel muka Brian dengan tangan yang masih cemot dengan durian. Brian membalas ….

Huh! Bikin cemburu aja. Dua sejoli itu terus aja bercanda. Mereka sangat cocok bersama, tapi kadang lupa teman. Pikirnya dunia hanya milik berdua. Eh... tapi ada saingannya... ternyata Naya juga sudah dekat-dekat dengan Shaun. Mereka berdua juga selalu bersama, walau banyakan berantemnya.

“Ayo Shaun... jangan bilang kamu takut” kata Naya mulai memanas-manasin

“Kalo aku makan emangnya kamu kasih apa?” Tantang Shaun.

“Emangnya kamu mau apa?” Naya tak mau kalah.

“Kalo aku makan 3 buah, kamu harus rela aku bugilin...” Bisik Shaun!

“Ih.... maunya! Ini tiga yah” Naya terus tertawa tapi ia memilih 3 durian yang paling besar. Gayanya memang begitu, centil dan suka main api dan segala sesuatu pake taruhan. Sekarang sampe menyerempet di hal-hal berbau mesum. Tambah genit yah!

“Ok! Deal is deal!” Shaun mulai makan durian dengan lahapnya. Ternyata sudah lama ia suka durian. Baru aku tauh kalo ada bule suka durian. Naya jadi kaget ketakutan melihatnya. Dengan cepat Shaun menghabiskan 2 buah, tinggal 1 lagi. Pasti sebentar lagi Naya akan teriak panggil Titien.

“Eh... dealnya gak jadi yah!”

“Enak aja, aku sudah capek-capek makan!” Shaun membuat gerakan seperti menyelanjangi.

“Gak mau... eh, Kak Titien, tolong dong!”. Naya lari lagi ke tempatnya Titien yang masih tertawa-tawa melihat canda mereka. Muka Titien sudah berlepotan dengan durian, pasti ulah Brian.

Aku mengambil satu potong dan kasih sama Brenda. Ia hanya menutup mata dan mulut tidak mau sama sekali. Walau ku paksa ia tetap menutup mulutnya kuat-kuat. Tubuhnya langsung ku peluk dari belakang... sedang buah durian berputar-putar depan wajahnya.

"Ayo dong makan, sayang!" Brenda masih menutup mata... tapi aku ada ide... secara tiba-tiba tangan kiriku meremas toketnya...

“Ahhhh... hap” Brenda teriak... tapi aku sudah siap. Ketika mulutnya terbuka karena berteriak, potongan durian langsung masuk. Brenda terbelalak tidak percaya sudah ada durian di mulutnya. Ia kaget tapi tak berani teriak…

Mulutnya terus diam dan coba menikmati buah itu. Tangannya di taruh di kepala… dengan ekspresi muka yang lucu. Ah... Brian dan Shaun melihat kami, tapi hanya tertawa-tawa. Eh… ia lupa tanganku yang satunya masih terus berada di dada kirinya.

“Ternyata enak sekali... tapi kok baunya gitu yah!” Brenda akhirnya menyukainya.

“Edo.... Makasih yah sudah mengajariku makan Duren” Brenda tersenyum

“Anytime honey.... tenang saja, aku juga suka membelai toket mu kok!” Brenda ngamuk... ia baru sadar sempat ku cabuli. Tanganku langsung dicubit kuat-kuat.

Ketiga tamu bule itu sekarang jadi doyan durian... pastilah mereka suka. Ini durian paling enak... Titien yang memberitahu kami tipe-tipe durian lokal dan impor dan rasanya yang berbeda-beda.

“Titien... bilang dong sama pak petani, aku mau diajari lagi hal baru” kata Brian...

“Apa tuh...!” kata Titien...

“Aku mau belajar belah duren!” kata Brian dengan innocent-nya. Titien jadi merah...

Naya dan aku langsung tertawa kuat-kuat ... Brian masih terbegong dengan muka melongo, ia tidak mengerti artinya.

“Romeo, kalo yang itu nanti Titien yang ajar... tapi sebentar malam di kamar, jangan di sini!” ujarku sambil tertawa. Brian masih bingung.


POV Shaun

“Astaga, jadi itu umpannya?”

Ekspresiku seperti seorang yang melihat hantu. Titien sementara menaruh umpan di pancingan tradisional. Edo dan Brenda datang mendekat untuk mencari tahu yang mana umpannya.

“Ahhhh!” Brenda berteriak berbarengan Edo.

“Ini pasti perbuatan dua anak jahil itu!” Kata Edo.

Brian mendekat dan bertanya-tanya apa masalahnya. Naya langsung cerita mengenai umpan yang dibuat Titin tadi pagi di dapur, dikira ‘kue’ sehingga sempat dimakan bertiga tadi. Naya pun menceritakan adonan istimewa kue itu, yang langsung disambut dengan rasa jijik. Eh... sampe Naya sendiri kelihatan menahan rasa jijik.

“Lho, kok kamu juga jijik, kan kamu dan Titin yang buat?” tanyaku kepada Naya.

“Sebenarnya yang pertama mencicipinya justru si Naya...” Jawab Titien sambil tertawa.
“Siapa suruh gak tanya-tanya sudah langsung makan.”

“Kalo begitu, kamu juga harus makan kue ini... supaya sama!” Aku menuntut. Titien langsung mengelak, bersembunyi di belakang Brian. Mereka tampaknya kompak saling melindungi.

“Sudah-sudah... ayo mulai memancing!’ Brian kembali memutuskan. Ia cocok jadi pemimpin, selalu memberikan arahan. Semua merasa segan padanya. Padahal ia juga suka bercanda.

Kami berenam berpencar mencari spot yang nyaman untuk memancing. Kolam ini memiliki beberapa spot pancing yang menjorok ke kolam. Disana ada tempat duduk dari bambu, bisa untuk 2-3 orang.

Kolam pancing tersebut berada di kampung yang sama. Disitu ada beberapa telaga besar, dan sebuah restoran ikan mujair. Nama restorannya, Pondok Pantera, masih sedikit dikunjungi. Padahal tempatnya indah sekali. Mungkin karena jalan masuknya berupa lorong yang sempit sehingga banyak yg tidak tahu. Eh, mungkin saja tempat ini nanti rame waktu sore ato malam.

Dari mana Titin tahu tempat ini? Mungkin dari pemilik kebun tadi. Kebetulan pemiliknya adalah saudara dekat dengan pemilik kebun buah tadi.

Kami berenam masing-masing memegang alat pancing tradisional dari bambu kering, namun terbukti sangat ampuh. Setiap lemparan, tidak tunggu lama, umpanya menjadi rebutan ikan-ikan. Ternyata umpan buatan Titien sangat efektif, terbukti banyak ikan yang langsung mendekat. Heran, dari mana ia tahu cara buat umpan.

Baru sekarang aku merasakan serunya memancing. Aku sih pernah tapi gak dapat-dapat ikan, jadi malas. Tapi ini jauh berbeda, hanya dalam waktu 30 menit ember yang dibawah sudah penuh dengan ikan besar-besar.

Rencananya ikan ini akan kita bakar untuk makan siang. Wah! Selama hidup belum pernah aku dapat pengalaman seperti ini. Titien itu sangat hebat merancang paket wisata, kami bukan hanya melihat alam, tapi berinteraksi langsung dengan kehidupan di sini.

Tangan cekatan Titien dan Naya terus mempersiapkan makanan, fish and chip: ikan bakar, kentang goreng dan dabu-dabu – saos pedas mentah khas manado. Ikan yang dibakar langsung kami sambar, makan menggunakan peralatan seadanya.

Bau ikan yang harum membuat lapar, padahal baru jam 12. Titien dan Naya ternyata cekatan makan pake tangan sedang kami dan Edo harus pake garpu.

Ikan mujair yang langsung di makan terasa enak dan gurih. Apalagi makan sambil duduk-duduk sejenak menikmati keindahan telaga yang besar dan luas ini. Airnya bening dan cukup dalam, ada tempat yang dua meter katanya. Pasti segar kalo mandi. Si pemilik sih sudah ijinkan kalo kami mau mandi, asal hanya di telaga ini.

Dari jauh kami lihat ada orang lain yang datang untuk mancing, tetapi di telaga satunya. Untung kami datang pagi-pagi, ternyata waktu siang tempat ini agak rame juga. Tampak di sana ada segerombolan anak sekolahan juga datang ke tempat itu. Mungkin juga akan mandi-mandi. Tetapi mereka kayaknya singgah dulu di kios sebelah untuk makan.Untunglah, privasi kami masih aman untuk 30 menit kedepan.

“Byurrr... Eh!” terdengar suara ada yang jatuh di air.

Ternyata si Brenda. Ia teriak-teriak minta tolong karena terpeleset jatuh. Anak itu sangat tidak cocok dibawa ke alam, cocoknya dibawah ke hotel, hehehe. Padahal tadi ia dengan lincah lewat jalan setapak di litir sawah. Jangan-jangan ia sengaja...

"Tolong dong!" Brenda berseru sambil mengangkat tangan kepayahan. Segera saya melihat ke arah Brian yang juga melirik sambil tersenyum penuh arti. Kami berdua tahu Brenda adalah perenang yang ulung, pasti ia hanya pura-pura. Dan benar, kelihatannya Edo semakin panik hendak menyelamatkan Brenda...

“Edo... tolong dong!” Edo kena jebakan, ia mendekat ke arah Brenda. Titien dan Naya kelihatannya sangat kuatir. Naya malah sudah suruh-suruh aku cepat menolong. Tapi Edo sudah menjulurkan tangannya untuk menarik Brenda keluar.

Sementara Edo mencari posisi pijakan yang kuat, Brenda kelihatan memicingkan matanya ke arah saya dan Brian. Kami berdua masih tersenyum.

“Ehhhh!! Byurr....” Edo sempat berteriak sebelum ditarik Brenda jatuh ke air. Brian dan saya langsung tertawa-tawa... Naya dan Titien juga tertawa, tak mengira kalau Brenda hanya mempermainkan Edo.

“Tolong!!!” seruan Edo.

“Eh! Edo tidak tahu berenang! Brian tolong dong!” Titien bermohon kepada Brian.

“Eh kamu juga, lompat dong tolong Edo!” Naya mulai mendorongku.

“Cepat!!!” Teriakan Titien diiringi dengan lompatan Brian ke air. Melihat Naya sudah gugup saya jadi gak tega dan ikutan lompat.

“Hihihihihi” Terdengar tawa dari Titien dan Naya... Eh juga Edo dan Brenda. Ternyata bangsat itu juga tauh berenang. Yah, basah deh. Titien dan Naya langsung mengejek kebodohan kami.

“Romeo, ayo kita tangkap dua anak jahil itu, mereka harus diberi pelajaran!”

Brian dan aku cepat-cepat cari tempat untuk naik, siap menangkap Naya dan Titien.

“Awas kalau ketangkap! I’m going to strip your clothes off...” Titien dan Naya mulai lari menjauh sambil tertawa-tawa.

Brian mengejar Titien yang lari ke sebelah kanan, sementara Naya yang lari ke sebelah kiri adalah bagianku.

“Eits tidak bisa lari kau...”

Titien terpojok, didepannya ada saluran air, Ia takut melompat. Terpaksa ia menyerah dan membiarkan tangannya ditarik oleh Brian. Tak lama kemudian keduanya sudah di air, masih berpegangan tangan.

Naya masih lolos... cepat sekali si mungil itu lari... namun tiba-tiba...

“Ahhhh... Byurrrr!” Naya berhenti tiba-tiba, berbalik arah dan lompat ke dalam telaga. Aku langsung lompat turun dan mendekatinya di telaga, takut kenapa-kenapa.

“Ada apa Nay!” ia keliatan masih kaget. Aku langsung memegang tangannya dan membelai pundaknya. Naya memelukku hangat.

“Yah, basah deh! Tadi ada kodok besar... aku takut!”

“Hahahaha.... rasain! Mending dari tadi langsung nyerah aja, gak pake cape kejar-kejaran.” Kataku sambil nyengir. Kini aku memeluknya dari belakang.

Dari jauh kulirik Brian dan Titien lagi ciuman. Pasti si Romeo mengambil hadiahnya hasil kejar-kejaran tadi. Eh... ternyata Naya juga melihatnya. Wah.. kesempatan ini

POV Titien

"Auhhh, ihh mesum." Aku menghidar dari pelukan Brian yang mencoba menangkapku. Hush, sudah di kolam masih bercanda.

Namun kemudian ia segera memelukku, pasti sudah kangen dari tadi baru kesampaian. Aku biarkan aja, apalagi tangannya tersembunyi di air yang dalamnya sampe ke dada.

Brian membelai-belai punggungku, tapi ku tahu sebenarnya sasarannya di dadaku. Tanganku melindungi dua toketku dari jarinya yang nakal. Ia kembali mencium pipi dan leherku, pasti ada maunya. Aku pura-pura aja cuek. Tak lama kemudian bibirku berhasil dikecup dengan ciuman yang panas.

Tangannya turun kebawah, mungkin membetulkan boxernya... kelihatan sempat menarik-narik sesuatu. Kemudian kini menggenggam tangan kananku, memaksanya turun ke bawah. Aku bertahan... bahaya ini, karena tangan satu tidak cukup untuk melindungi toket dari jarinya yang lihai.

Walaupun kita masih bercanda tertawa di sela-sela ciuman,
tangan kanan kami masih saling tarik menarik. Ia menarik
ke bawah dan aku bertahan terus diatas. Tak lama kemudian Brian tampak kegelian. Ciumannya terlepas.

"Tien, gapain main-main di pahaku? Auw, jangan cubit dong, sakit!" Ia mengerang, gak tauh antara sakit dan geli. "Auw... jangan di helm dong sayang,"

Aku jadi penasaran apa uang terjadi. Ih.. ada gerakan beberapa ekor ikan di dekat selangkangannya. Tangan kiriku langsung menggenggam tangan kirinya.

"Heh... kalo tanganmu disini, siapa yang mainkan kontolku?" Tanya Brian binging. Astaga! Tak lama kemudian ia berteriak kesakitan. "Auuhhh, ampun!" Brian memegang kontolnya sambil teriak kesakitan.

"Kenapa, kenapa?" Aku meraba-raba di daerah selangkangannya tapi kaget celananya sudah terbuka dan kontolnya yang sudah di luar. Secara sekilas rabaan ternyata kontolnya lagi mengecil loyo. Tanganku pun merasakan sentuhan ikan-ikan disekelilingnya. Ah pasti kontolnya lagi menjadi santapan ikan. Jangan-jangan digigit belut ato disengat ikan lele.

"Duh kacian, hilang begalnya deh, hihihi....!" Kontolnya sempat kuurut dan kucubit.

"Auw, sakit dong Tien! Bukannya membantu malah ... terus kalo kontolku jadi apa-apa yang rugikan kamu?" Brian jadi bingung, gak tau harus meringis atau tertawa.

"Siapa suruh pikirannya mesum melulu..."

"Eh, siapa yang mesum. Kontolku lagi digigit ikan dibilang mesum!" Brian membela diri.

"Terus, kenapa boxermu sudah terbuka?' Tanyaku menyelidik.

"Eh... gini, tadi ku buka karna siapa tahu kamu mau pegang-pegang" Nah kan benar tebakanku, ia mau mencabuliku.

"Ih... mesum" aku kembali mencubitnya. Kali ini di pinggang. Takut jangan nanti impoten, gimana? Hihihi.


------

POV Shaun

Melihat Brian dan Titien berciuman, aku juga memanfaatkan waktu. Tiap kali waktu Titien dicium, pasti Naya mau juga.

Sambil berpelukkan tanganku menyusup dibalik tanktopnya dan membelai perutnya yang seksi. Permukaan air yang sampai di lehernya menyembunyikan tanganku. Naya diam saja tapi ia melindungi toketnya dengan tangan kiri dari luar baju.

"Naya, kamu sangat cantik, sayang!" Tanganku menarik dagunya membuat ia mengadah keatas, dan kembali suatu ciuman mesra memanaskan gairah kami berdua. Naya menyambut manuver lidahku, dan membalas dengan gerakan yang sama. Gadis ini cepat sekali belajar... kontolku mulai tegang menempel di atas bokongnya.

Sementara belaian tanganku mulai naik, menuju ke dua bukit yang kenyal. Naya melonggarkan pertahanan tangannya, memberikan akses bagiku untuk membelai. Ketika tanganku membekap bulatan yang padat dan kenyal, serta meremasnya dengan lembut, terdengar keluhan Naya.

Tangan ku yang satu mencari mangsa lain, yaitu gundukan kecil di selangkangannya. Celana karetnya menyisakan celah sempit bagi jariku yang mulai menjangkau semak belukar yang dipangkas pendek. Walau penuh perjuangan, tanganku mulai menjangkau... aku semakin terangsang. Ini akses paling jauh yang pernah Naya kasih. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Sementara itu ku rasa tangan Naya sudah mencubit perut di bagian atas celanaku. Sempat kuatur kontolku supaya jangan terjepit dalam boxer kecilku, disaat berdempetan dengan tubuh belakangnya. Tanganku kembali ke toketnya, tapi segera dipengang oleh tangannya.

"Hey, lihat ada bule ciuman," ada suara orang dari belakang. Anak-anak sekolah itu sudah mulai berdatangan. Naya segera tersadar dan mengibaskan tanganku. Ia menjauhiku, mungkin malu.

"Ih, Shaun mesum!"

"Sayang, nanti lanjut lagi, yah" kataku lembut.

"Ih... ngarap!" Naya hanya tersenyum. Kami berdua berenang ke arah teman-teman. Titien dan Brian juga sudah di sana. Gadis itu malah sudah senyum-senyum melihat Naya.

"Ehm ... cie cie, yang lagi asik pacaran," Ejek Titien.

"Ih gak lah ... kita tadi lagi cari jeruk bali yang jatuh di telaga!"
Naya menjawab asal-asal.

"Gak percaya kalo cari jeruk! Cocoknya lagi nyodok-nyodok mangga!" Ejek Titien lebih menjurus lagi. Pasti ia tahu tanganku mempetreli toket Naya yang kecil namun padat itu dalam air.

"Bukan mangga, Tien. Kok aku lihat tadi lebih mirip nyolok jambu kayaknya!" Brian melirikku dan meledek.

"Eh, enak aja... mentang-mentang gue kecil gini!" Naya protes.

"Sudah... sudah, gak kecil kok! Justru buahnya Naya padat dan membulat, ukurannya pas digenggam dan putingnya menantang lho." Kataku membela Naya... siapa bilang payudara mungil itu tidak indah!

"Apa? Astaga... Jadi tadi sudah sempat...., Ih! Hahahaha" Titien terbelalak memandang Naya... tak dapat meneruskan kata-katanya kemudian tertawa... Semua yang lain juga tertawa.

"Ihhhh, Dickhead, kok ngomong jorok gitu.... ih sebel!" Tangan Naya langsung memukul-mukul pangkal lenganku. Ia kelihatan malu sekali.

Sementara aku hanya bingung menahan sakit serangan Naya. "Apa salahku?"


- [ ]
 
Mulustrasi cerita, tokoh utama:

Titien Mokoginta, gadis Manado umur 21 thn

http://www***mbar123.com/abrakadabra_99009.html?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7


Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn

http://www***mbar123.com/mantap_e73e6b05d7ff9a5dbf612ba595c4fa6fc567ea47.jsp?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799

Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn

http://www***mbar123.com/core_31547.asp?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90


Brian Solomon, cowok California berdarah British/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/tahu_45138.html?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907


Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn

http://www***mbar123.com/friedchicken_d27ce417eb5506ed45fb0257c29dd64a7b1aadcb.asp?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b


Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn

http://www***mbar123.com/tahu_52934.asp?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf


Episode 10 The naked show


POV Titien

Kami berenam masih asyik berenang di kolam yang cukup dalam, untung kami semua bisa berenang. Aku menghidari Shaun yang sudah kembali kumat mesumnya. Masak tadi sempat-sempat mencolek pantatku waktu berenang.

Mungkin karena aku tadi terlalu dekat dengannya dan dikira Naya. Memang sih mereka berdua sempat peluk-pelukan mesra. Shaun malah sempat mengrepe-grepe toketnya dari belakang tapi gak lama. Pasti tangannya keenakan mendapat toket perawan yang masih kencang. Brian juga sempat memeluk dan menciumku, walau gak lama. Eh pasti Naya juga merasakan tonjolan kontol, soalnya Shaun dan Brian hanya pake boxer berenang.

Itulah sebabnya kami mulai menjaga jarak… aku sih oke-oke aja dipeluk, hanya malu sama Naya. Ntar dikira aku ini gadis gampangan.

Brian, Shaun dan Edo menunjukkan keahlian mereka lompat salto ke air... gayanya lucu. Sementara kami bertiga masih di air menjadi tim penilai. Kali ini Brian yang giliran lompat ...

“Byurrr” Gayanya anggun... ia mendarat di air dengan kepala duluan. Saya dan Titien tepuk tangan memberi pujian, eh Brenda malah tertawa-tawa mendekati tempat Brian mendarat. Ia kayaknya melihat sesuatu, dan berenang menuju kepada sebuah benda seperti kain yang terapung.

“Awas.... Byurrr” Shaun menyusul di belakang. Brenda sempat menghindar. Brian sudah muncul tapi malu-malu.

“Hayooo, Titien apa ini?”

Brenda berteriak sambil tertawa mengangkat sebuah kain yang berbentuk celana boxer.

“Eh.. itukan celana Brian” Aku baru sadar dan langsung tertawa, itu berarti Brian sudah bugil dalam air... gak sadar kalau celananya sudah terlepas.

Astaga, pasti waktu boxernya di pakai lagi, tidak sempat diikat kencang, makanya mudah terlepas. Salahnya Romeo sendiri, sih pake rencana mesum segala. Siapa suruh buka-buka boxer tadi.

“Eh, Nerd-ho.. mari, itu punyaku!” Brian mengejar Brenda yang melemparkan kepada Shaun. Shaun juga terus bermain lempar-lemparan celana itu dengan Brenda.

Saya dan Naya saling berpandangan dan tertawa terbahak-bahak... membayangkan bagaimana Brian akan keluar tanpa celana satu-satunya.

“Eh... yah ampun!“ Shaun melempar celana itu terlalu kuat... malah sampai ke saluran air disebelah dan terus mengalir sampai ke sungai.

“Astaga!” Brian langsung melongo... “Awas kamu Dickhead... mari sini ku pakai celanamu!” Kayak sudah sepakat Brian dan Brenda mulai menangkap Shaun untuk dilepaskan celananya.

“Eh... ampun Romeo, eh jangan dong, nanti aku pake apa! Ih gak mau!” Shaun protes tapi gak berdaya dikerjain dua temannya.

“Yah! Rusak deh” karena berebutan boxer yang tipis itu robek besar dan terbelah dua. Tidak bisa digunakan lagi. Brenda lari keluarkolam sambil membuang boxer robek tersebut ke saluran air.

“Eh....hati-hati kalian berenang yah, ada dua belut di kolam!”Brenda berseru kepada Naya dan saya, pasti meledek dua cowok itu.

Kami berdua langsung bergegas naik lalu menuju ke kamar mandi sambil tertawa-tawa. Edo juga ikutan naik, mungkin takut ditelanjangin dua buaya di kolam. Shaun dan Brian pasti lagi sibuk mencari mangsa. Untuk kami sempat lolos, kalo ketangkap pasti ngeri deh... Ihhhh gak mau! aku sudah membayangkan yang mesum-mesum…

“Titien.. Nay, tolong dong!”

Keduanya memohon-mohon.
Sebelum aku menjawab, Naya sudah menjawab duluan. “Ia, bawel. Baju ganti kalian Kak Titien bawa di kamar mandi. Kak Tien... nanti sebentar ada show gratis lho, buaya putih bugil keluar dari kolam!” Kami berdua tertawa-tawa.


POV Naya

Kamar mandi yang disediakan terpisah-pisah ada tiga buah. Edo dan Brenda sudah pilih masing-masing satu kamar duluan, dan satu yang tersisa terpaksa kami pakai berdua.

Gak masalah sih mandi berdua dengan cewek, apalagi ceweknya cantik kayak kak Titien.... siapa tauh diajak ciuman... Hehehe, bercanda.

Saya duluan buka baju sampe bugil siap-siap mandi, dan Titien masih di wastafel mencuci muka. Ia hanya senyum-senyum melihat-lihat tubuhku yang polos... Aku jadi terpancing untuk bercanda dengannya.

“Apa kabar kak Titien mesum? Tumben senyum-senyum, pasti ingat ciuman panas di Bukit Kasih kemarin kan?” Kak Titien hanya tertawa... ia balas meledekku.

“Eh.... Jangan bilang kalo kamu gak ngapa-ngapain juga sama Shaun kemarin!”

”Gak, kok. Cuma ciuman doang!”

“Yakin,cuma ciuman?” Kak Titien masih memancingku.

“Ia. Shaun malahgak sempat menyentuh tubuhku!” Aku bersikeras...

“Terus tanda-tanda merah ini apa?” Kakak menunjuk kepada bekas cupang Shaun yang masih nampak di toked ku, Astaga…. Ternyata sampe di toket juga ada. Aku jadi diam...

Aku malu sekali. eh bukan malu… gak mau kecewain Kak Titien. She is the girl I mostly look up to.

“Kak, jangan bilang-bilang orang, yah!”

“Eh, ngapain juga aku mau jual adikku... tapi Naya juga harus janji jangan bilang siapa-siapa mengenai kakak dan Brian.”

Aku mengangguk sambil tersenyum. Kak Titien gitu lho, ia pasti selalu mau melindungi aku. Tapi aku belum puas menggodanya...

“Kak Titien... yang adegan panas kemarin, tumben kok sampe segitunya! Bukan kakak banget, deh!” Ku keluarkan uneg-uneg. Aku mengenal Titien sebagai seorang yang anggun dan agak angkuh soal cowok. Gak mungkin ia mau pamer mesum.

“Kakak sendiri masih bingung!Kok bisa yah... Apa mungkin karena Kakak terbuai ketika Brian katakan cinta?” Wah cepat sekali Romeo itu tembak kakak...

“Hah Kakak sudah jadian dengan Brian? Wah cepat sekali! Harus ada selamatannya, lho!” Tuntut ku.

Titin gak mau jawab..! Ia hanya tersenyum.“ Ada deh!”

“Aduh selamat kak, aku turut bahagia kak.”

“Ih... gak deh. Eh ada lagi kakak mo bilang… itu… toketmu bagus, pantas Shaun suka.”

“Eh....!” belum sempat aku bereaksi tangannya sudah mencubit toked ku. Ih... Kakak mulai lagi.

“Tunggu yah, Nay. Kakak ambil shampo di mobil.” Pasti ia lari menghindari pembalasanku.


------------

Aku masih telanjang bulat menikmati air shower. Kak Titien baru saja keluar, tiba-tiba pintu dibuka lagi. Shaun dan Brian langsung aja masuk ke kamar mandi dan menutup pintu dari dalam...

“Ah...” aku menjerit keras! “Ih... keluar-keluar!”

Aku malu sekali. Shaun dan Brian pasti sudah melihat bagian belakang tubuhku yang terekspos jelas. Aku tak berdaya karena seluruh tubuh masih bersabun. Hanya bisa berpaling sambil mencoba menutupi toket dan memekku dengan tangan.

Pasti mereka lari-lari dari kolam ikan. Untunglah mereka juga telanjang bulat... eh... bukan untunglah... tapi bahaya ini.

“Siapa yang berteriak tadi... ada apa!” Tiba-tiba terdengar suara orang ribut di luar.

Kayaknya teriakanku tadi membuat mereka datang. Shaun dan Brian langsung bermohon supaya mereka tetap di dalam. Aku juga malu ketahuan berbugil ria dengan dua cowok bule... Pasti jadi cerita orang, lagi.

“Oh, gak sih... tadi ada cicak, dan aku kaget!” Aku segera menyiram tubuhku dengan air dan melanjutkan mandi seakan tidak ada apa-apa.

Wah, ketika tanganku bergerak, pasti bagian-bagian tubuh yang harus ditutupi sudah kelihatan. Aku tambah malu.... tapi mau ngapain lagi. Ini pasti salah Titien, mereka melihat dia keluar dan pikir kamar mandi sudah kosong.

Naya-Naya... kapan lagi kamu bisa show off ke dua cowok ganteng, jarang-jarang lho membuat mereka nafsu dengan tubuhmu. Eh... Kok aku sampe kepikiran mesum begitu, malu ah. Aku melirik malu-malu kearah mereka berdua dan mendapati suatu pemandangan yang mencegangkan.

Kontol Shaun dan Brian sudah sangat tegang menjulang keatas. Pasti karena melihat gadis cantik dan seksi ini lagi bugil... Sekilas diujung bibirku nampak senyuman jahil.

Aku terus mandi sambil melirik-lirik. Ih ternyata bukan hanya mereka dua yang dapat durian runtuh melihat tubuh seksi gadis perawan. Aku juga beruntung kok bisa melihat dua kontol raksasa yang semakin tegang. Ku coba lirik lagi, dan kembali membilas tubuhku dengan air.

Tada... aku kini selesai mandi. Sekarang waktunya mengocok dua kontol... eh..kok sampe segitunya. Gak deh! Ih… mesum...

“Nay... ternyata belum dibugilin kamu sudah bugil sendiri.” Shaun mulai mengejek

"Balik badan dong..., cantik!" Shaun merayuku.

“Ih enak aja... awas yah kalau kalian berani macam-macam!” Aku hanya bisa mengancam.

“Naya, eh... besaran mana kontol Brian dan aku?” Shaun mulai memancing.

Tak sengaja mataku langsung membanding-bandingkan keduanya. Pancingannya berhasil, tapi aku juga penasaran dengan dua kontol monster itu. Brian jadi merah… pasti juga ia jengah bugil di depan cewek.

Tapi Shaun lain lagi, malah senyum-senyum tebar pesona. Aku jadi penasaran sama kontolnya Brian.

“Wow... seksinya tu toked” Shaun terus mengejek. Aku baru sadar sudah agak berbalik dan mempertunjukkan bagian tubuhku dari samping. Brian tidak bicara tapi nampak ia juga sudah tertarik dengan tubuhku.

Apalagi Shaun, yang mulai berbinar-binar dan memegang sendiri senjatanya. Mana ia bisa tahan.... Aku merasa sangat seksi... ih apa yang ku lakukan, masa kasih show sama dua cowok yang baru kenal.

“Naya... oh!” Wah Shaun sudah mulai mengocok kontolnya. Ini pasti yang disebut sebagai onani. Brian juga sudah tegang maksimal, walaupun ia hanya diam dari tadi. Shaun terus mengocok, mulutnya semakin kuat menyebut namaku.

“Naya... tokedmu sangat putih dan padat, Naya... pentilmu sangat seksi dan menantang.... oh Naya... belahan memekmu kelihatan... pasti masih sangat sempit, oh andainya....” Shaun semakin mendekat kearahku

“Eh, Shaun... jangan dong! Eh kok jadi begitu.” Aku terus menghindar ketakutan tapi ia masih mendekat.

“Maaf Nay, aku tidak tahan. Tubuhmu begitu indah, toketmu sungguh menantang, dan... oh... oh!” Shaun terus mengocok kontolnya.

Tangannya semakin cepat, Brian terkejut lihat kenekadan temannya. Ih.. saya jadi merinding melihat kontol besar itu diperas kuat-kuat. Agaknya sedikit lagi akan menyemprot, saya harus hati-hati jangan kena.

“Eh Shaun, tunggu-tunggu! Diam dulu...?” Aku berteriak!

“Kenapa sayang...?” Shaun langsung down...

“Pelan-pelan dong, tuh kontolnya hampir patah.” Saya mengejeknya.

Brian langsung tertawa... sementara Shaun stress sudah mo hampir keluar.

“Eh! Anak jahil, ini lihat akibat perbuatanmu. Kamu harus tanggung jawab, kocokin kontolku sampai keluar, cepat!” Shaun mendekat dan menjangkau tanganku, dan menaruhnya di kontol besarnya.

Sementara itu tangannya mulai mengerayangiku. Aku tidak bisa menghindar... bahaya ini! Untunglah pas detik-detik paling membahayakan dalam hidupku, sekali lagi seseorang datang menyelamatkan ku.....

“Nay... Naya..., kakak masuk yah!” Brian dan Shaun langsung kaget... mereka jadi kebingungan mau sembunyi di mana. Mereka lalu menjauh dariku dan merapat ke belakang pintu.

“Kak Titien!” Seruku ketika ia bersuara, tanpa dicegah pintu sudah terbuka dan Titien langsung masuk dan menutup pintu lagi.

“Astaga, apa yang kalian lakukan?” Titien melihat Brian dan Shaun. Aku tidak bisa menjawab, malu sekali.

“Eh, Brian... Shaun! Kenapa kalian telanjang? Ah.... kok..... ihhhhhh, Naya?!?” Kak Titien menunjukkan bermacam-macam ekspresi dari kaget ke bingung ke malu.

Pasti ia heran, kami bertiga diam saja, gak tauh mo bilang apa. Apalagi posisi kami masih saling berhadapan... aku lupa balik belakang, OMG!

“Eh... ayo, keluar-keluar! Jangan mesum-mesum disini, cepat keluar!” Kak Titien menarik tangan Brian dan Shaun dan mereka melarikan diri dari kamar mandi. Kabur tanpa bicara apa-apa... kayaknya takut sama pelindungku.

Wah, hebat dia bisa membuat cowok-cowok mesum itu tak pake neko-neko langsung lari ketakutan. Untung Kak Titien datang... eh... sayang dia datang, coba tunggu lima menit lagi. Pasti saya sudah mandi peju hari ini.

“Naya!” Aku jadi tunduk. Takut dimarahinya… dan terlebih lagi, aku takut kalau Kak Titien kecewa terhadapku. Nanti dikira adiknya yang centil ini sudah mulai genit, mau-mau aja dimesumin....

“Eh… kok?”

“Hahahahah!” Kak Titien tertawa kuat-kuat. Ketakutanku langsung hilang, kakak tahu aja. Ia sangat mengerti perasaanku dan sangat menyayangiku.

“Kak… Naya tidak bermaksud… eh mereka berdua tiba-tiba masuk dan eh banyak orang di luar dan eh…” Aku terbata-bata coba menjelaskan.

“Iya.. iya, kakak sudah tahu ceritanya. Kamu sih dari kemarin mesum terus kerjanya. Mujur benar dua bule itu dapat show dari seorang perawan cantik!” Titien malah mengejekku.

Ia masih terus menambahkan. “Gak heran dua kontol tadi lagi tegang maksimal… showgirlnya cantik gini!” ia terus tersenyum. Saya hanya bisa tertawa malu.

Eh…. Jadi dia tahu…

“Kak Tien, jadi kakak sempat lihat dua kontol yang tegang tadi?” Candaku langsung muncul lagi.

“Ih… serem” Kak Titien terus tertawa-tawa sambil membuka baju untuk mandi. Segera terdengar shower berbunyi dan gadis manis itu sementara mandi dengan gembira. Ia cuek aja telanjang bulat didepanku, sambil memamerkan tubuh yang indah dan kencang.

Ih... bikin gemes, coba kalo aku cowok... pasti sudah kuapa-apain dia. Aku dan Kak Titien terus aja bercanda sambil membayangkan dua kontol yang sempat mengangguk-angguk di depan kami.

“Kak, Shaun tadi malah sempat onani…” Aku kecoplosan. Kenapa yah mulut ini tidak bisa simpan rahasia sama kak Titien.

“Huh… terus?”

“Hihihi… tidak sampe keluar, pas mo keluar Kak Titien datang!”

“Pasti dia uring-uringan kerena kentang… hehehe. Eh… Naya, dua cowo bajingan tadi tidak sempat grepe-grepe tubuh mu, kan?”

“Ih… kakak, cukup dong ledeknya, masak sampe segitunya. Naya jadi malu, Naya kan masih perawan, ntar di kira….!” Aku tidak menyelesaikan ucapanku.

Dalam hati aku menjawab ‘dikit aja... hampir kak, hampir saja’.

--------------------

POV Titien

Wah… Shaun sampe onani karena melihat Naya, hihihi…. Kok mirip yah! Untuk Naya gak tauh kalo aku juga sempat terperangkap di kamar mandi bersama Edo.

Saya kembali mengingat kejadian tadi. Pas balik dari mobil membawa perlengkapan mandi, ada kejadian yang lucu.

Aku sempat tertawa-tawa melihat Shaun dan Brian lari telanjang dari kolam ke arah kamar mandi. Anak-anak SMA dari jauh langsung menyoraki, sementara cewek-ceweknya tertawa-tawa. Pasti mereka tertawa melihat dua terong besar sementara tergantung dan bergoyang-goyang.

Saya sendiri sempat terpesona…. Eh, bukan… terkaget. Mereka yang lari, kok saya yang gugup.

Pintu kamar mandi itu terbuka dengan keras. Langsung ku masuk dan menutup pintu… begitu berpaling saya berteriak kaget…

“Ahhhh…. Astaga!” Edo sementara telanjang bulat mandi. Jujur saya tidak melihat waktu masuk tadi. Tapi teriakanku masih kalah kuat dari kamar mandi sebelah, terdengar teriakan wanita.

Mungkin saja Naya si anak begal lagi buat sensasi. Saya melirik lagi, terlihat batang Edo sudah mengeras, pasti tegang karena ada gadis cantik dalam kamar … Edo sendiri hanya senyum-senyum melihat saya tanpa menyembunyikan kemaluannya.

“Eh sorry Edo!” Saya langsung menuju pintu. Tiba-tiba terdengar banyak orang diluar kamar mandi yang mungkin menanggapi teriakan tadi.

Aku jadi bingung, malu kalo orang lihat di kamar mandi sama cowok. Sementara aku terbegong, Edo menutup pintu dan menyuruhku berdiam.

Terpaksa aku tidak jadi keluar… gak lama kemudian terdengar desahan cowok dibelakangku.

“Oh Titien… kamu cantik sekali…!” Desahan Edo terdengar jelas sambil mengocok-ngocok kontolnya.

Edo lagi masturbasi, dan ia pasti membayangkan aku waktu masturbasi. Aku jadi jengah… malu, Edo sih! kok segitunya.
Edo masih melanjutkan onaninya, sambil memuji-muji tubuhku... bikin aku panas dingin.

Masa dibilang tokedku padat, leherku putih, bibirku seksi.... tapi, kok aku diam-diam malah jadi senang... Aku terus menyaksikan Edo masturbasi sambil terdiam... ia makin cepat mengocok kontolnya yang sudah sangat tegang dan besar.

“Titien... boleh bantu aku...!”

“Huh... enak aja!”

‘Hanya satu menit.... pegang dong, ini sudah tegang karena kamu... ayo dong....” Edo meminta.

Aku jadi bimbang, penasaran sih, dan tanpa sadar tanganku sudah ditariknya menyentuh kontol yang sudah tegang itu. Terasa keras sekali dan berdenyut... pasti Edo hampir keluar...

“Oh, Titien... kocok dong! Terus..... lebih cepat.. ahhhh! Edo memaksa tanganku mengocoknya. Aku masih diam... tapi mulai menggerakkan tanganku pelan pelan.

Ternyata aku juga sudah terangsang. Baru kali ini aku melihat kontol dari cowok yang pada bugil. Kayaknya lebih keras dari kontol Brian kemarin.... eh! Tangan Edo mulai menyentuhku... toked kiriku menjadi sasaran rabaanya. Aku langsung sadar!

“Ihhh... mesum!” Tiba-tiba aku meremas kontolnya kuat-kuat membebaskan diri.

“Ahhhhh... sakit, Titien!” Edo berteriak kesakitan. Kontolnya langung melemas. Sebelum ia sadar aku sudah membuka pintu dan keluar dari kamar tersebut sambil tertawa-tawa.

Hampir saja! Coba kalo aku biarkan, pasti 1 menit lagi aku sudah dibugilinya. Eh... tapi kontolnya kayak patah tuh... remasanku tadi sekuat tenaga lho...

------------

Setelah mengganti pakaian, kami berdua dengan Naya keluar dari kamar mandi. Naya masih malu-malu bertemu dengan dua bule itu, tapi aku menariknya.

“Udah, Naya.... tenang, nanti saya hadapi mereka berdua. Eh tapi nanti kamu yang hadapi Edo yah?“

“Kenapa emang, kak?”Naya mau tahu banget.

“Gak apa-apa!” Kataku sambil tertawa menyembunyikan kegugupanku. Kok, bisa keceplosan gitu sih. Bahaya ini, pasti anak itu akan berusaha cari tahu. Aku harus duluan mengancam Edo supaya tutup mulut.

Shaun dan Brian masih terus mandi. Tumben lama, padahal biasanya cowok mandinya cepat. Eh, pasti mereka sempat-sempatin melanjutkan onani lagi. Ih mesum... Eh.. kayaknya aku basah di kamar mandi mengingat yang tadi.

Tadi sih hampir aja mau pegang-pegang memek dan toketku….Sayang masih ada Naya. Gak mungkin kan! Hihihi.

“Mana Brenda?”

Ternyata gadis manis itu sementara menggoda cowok-cowok SMA yang ikut berfoto dengannya. Mereka enak-enakan foto mesra dengan Brenda, sambil peluk-pelukan dan grepe-grepe pantat serta payudara sampingnya.

Brenda hanya tertawa-tawa membiarkan dirinya dinista... eh dilecehkan. Satu cowok malah sudah meremas toket Brenda, sambil pura-pura memeluk... Eh, Brenda biarin, justru dibalas dengan desahan kras dan senyum.

Desahannya mengundang perhatian dari cewek-cewek SMA. Cowok itu masih terus melanjutkan grepe-grepe pantat dan payudara sambil menghayal. Nampaknya ia sudah terangsang dapat barang bagus, tidak memperdulikan situasi cewek-cewek yang sudah kurang senang melihat tingkahnya.

Cowok itu masih menghayal, ‘Wah... bahan coli seminggu ini. Pasti tiga hari tiga malam kontolnya tegang terus’. Hehehe.... Ia gak sadar tangan Brenda sudah menuju sasaran, tiba-tiba ..

“Ahhhhh” ia berteriak karena kontolnya diremas oleh Brenda. Brenda masih aja meremas cowok itu yang masih bingung antara enak atau sakit.

“Plakkk!” Bukannya dibantu, malah ia dapat tempeleng dari pacarnya.... Brenda hanya tertawa. Namun ia segera datang ketika dipangging Naya.

“Wow, hello cougar....!”
Ledekku dengan panggilan kepada tante-tante girang yang suka daun muda.

"Lihai juga tanganmu!” sambung Naya.

“Belajar sama siapa dulu, iya kan Titien”

Aku jadi merah. Astaga! Jangan-jangan ia tahu soal Edo tadi. Brenda hanya tertawa. Ketiga cowok segera join denganku sambil malu-malu pergi ke mobil. Naya makin penasaran.

--------------

Mobil segera melaju ke tujuan berikutnya. Atas permintaan Naya, ia duduk didepan dengan Edo. Katanya sih akan singgah cari kripik pisang dijalan. Sudah ku protes keras, tapi Naya memaksa.

Aku tahu rencananya untuk interogasi Edo apa yang terjadi tadi . Brenda duduk dengan Shaun di kursi kedua, sedangkan aku duduk dekat Brian karena aku ingin menghiburnya.

Dari tadi Brian diam... pasti dia masih malu soal terperangkap basah di kamar mandi-nya Naya. Aku tidak marah sih!

“Kita makan diluar sebentar malam, yah? Kamu suka kan makanan Jawa?”

“Gudeg?”

“Ia... juga pake telur, tempe dan tahu bacem. Restorannya namanya Malioboro. Kamu pernah ke Jogja kan?” Aku terus bicara mengalihkan perhatiannya.

“Eh... iya!”

“Kamu juga suka, Shaun? Brenda?”

“Aku sih suka makan apa saja, asal jangan umpan tadi!” Shaun bercanda. Akhirnya Brian tertawa. Gitu dong Romeo, nanti gantengnya hilang.

“Kamu masih ingat yang tadi di kamar mandi, kan?” Aku berbisik sambil tersenyum kepada Brian.

"Eh... sungguh aku gak sengaja. Maaf yah!”

“Iya... aku ngerti kok. Aku gak marah kok!” Senyuman termanis ku berikan membuat ia lega. "Tapi aku masih bingung sama kamu, Brian?” Bisikku lagi.

“Eh.. bingung apa?” Brian penasaran.

“Kok bisanya kontolmu jadi tegang seperti itu.” Ooops... aku yang meledeknya, justru aku yang jadi merah karena malu. “Ih... besar... ngeri, deh. "Kataku sambil tertawa malu-malu menyembunyikan mukaku di dadanya.

Brian juga tertawa merdu di telingaku. Ia membelai-belai rambutku. Dengan kata-kata singkat semua uneg-uneg sudah disampaikan dan persolan selesai. Kini aku merasa damai di pelukannya.

“Kak Titien... ini Kak Edo minta pertanggungan jawab!” Si jahil Naya mulai tertawa. Kayaknya siap meledekku, aku makin bersembunyi. Pasti Edo sudah cerita.

“Kak Titien sih, masak tadi membekap kontol Edo di kamar mandi, kak Titien tega ... Tuh Kontolnya Edo sampai patah gitu! Kalo Kak Edo jadi impoten, gimana?” Ihhhh... dasar begal. Gak bisa diam sih. Padahal kalo Edo impoten itu justru bagus bagi keamanan cewek-cewek di Manado.

“Kak Titien ternyata hanya alasan bilang ke mobil, gak tauhnya lagi mesum-mesum sama cowok di kamar mandi” Naya terus tertawa dan meledekku. Duh... malunya...

Naya, Naya... coba kalo aku dekat, sudah ku remas tokedmu.

“Astaga.. Titien, beneran?”

Brenda langsung tertawa... Brian dan Shaun jadi kaget, gak nyangka!

“Eh bukan begitu ceritanya... aku disekap Edo di kamar mandi, dipaksa lihat trus bantu dia onani, terus aku patahin aja terus lari...!” Aku coba meluruskan ceritanya. Semua mereka masih tertawa...

“Jadi kamu lihat Edo telanjang bulat di kamar mandi?” Tanya Brenda.

“Eh... itu sih gak seberapa, aku juga tadi melihat di kamar mandi sebelah ada cewek lagi kasih naked show! Tanya aja sama Shaun, Gimana... benar-benar hot tadi kan? Lebat lagi lho....” Aku pura-pura bertanya pada Brian dan Shaun untuk membalas ledekan Naya.

“Huh...?!?” Brenda jadi bingung.

“Beneran, Tien??” “Eh ceritanya gimana?” Edo juga ikut bertanya-tanya.

“Begini... tadi di pas buka pintu, terus ada....”

“Kak Titien!?!” Naya langsung teriak.

“Hahahaha” aku balas tertawa puas, dan si begal itu tidak berani mengejekku lagi. Brenda dan Edo masih penasaran.

Bersambung
 
Wow.......:mantap: suhu :ampun::ampun::ampun: keren abissss updet nya:beer: lanjutken suhu, murid2 makin gemeter nih nahan jangan sampe :semangat:, ngingetin aja yah pas eksexkusi agak roman dan soft yah suhu :baris:
 
Makasih suhu doubble update akhir pekan..
:mantap:
Nggak ada kripik, hanya penasaran dg lanjutannya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd