Episode 7 The mighty grab
POV Titien.
“Brenda.... Edooo... Brenda... Edooo!”
Kami berempat mencari Brenda dan Edo yang seharusnya menunggu kami disini. Ternyata tempatnya luas sekali dan gedung-gedung tempat ibadah berjumlah enam buah itu lebih besar dari yang ku bayangkan sebelumnya.
“Kita menyebar saja, setengah jam lagi kumpul di sini. Dickhead dan Naya kearah sini, aku dan Titien ke sebelah sana!” Brian sudah memutuskan lagi.
Brian memang hebat, ia cocok jadi pemimpin.
Setelah 10 menit berkeliling dan memanggil-manggil, akhirnya Brian memanggilku duduk di pojokan bersandar di salah satu gedung. Lantai yang dari keramik membuat kami bebas menyandarkan pantat, tanpa takut kotor. Kami duduk berdekatan... hening tercipta.
Brian mulai bergerak... tangannya takut-takut memelukku, duh! Aku juga memeluknya, membuatnya merasa nyaman. Mata kami bertatapan, sangat sendu. Matanya kembali bicara menyapaikan keinginannya... bibirnya kini mendekat.
“Eh kenapa?” suaraku sangat lirih... malu-malu menahan gairah. Apa aku harus memulainya lagi, yah..
“Eh mau lagi, dong?” suara Brian juga bergetar.
“Mau apa?” aku pura-pura bertanya. Mencoba menguasai diri. Jaim dikit...
“Titien, bolehkah aku menciummu? Aku mencintaimu... aku menginginkanmu” Brian akhirnya mengaku... Terlihat betapa tersiksanya ia memendam perasaannya selama ini. Wajahnya kini lega dan penuh pesona.
Aku hanya tersenyum... senyum yang paling manis. Kata-kata yang paling indah yang pernah aku dengar. Berbeda dengan cowok-cowok lain yang pandai berkata-kata merayu, Brian tembak saja, gak pake neko-neko. Eh, Berani juga dia… tak takut ditolak emangnya.
Mataku tertutup, tapi bibirku terbuka. Semakin maju... Debaran hatiku berbisik, ayo dong Brian. Masak aku lagi yang harus memulai.. aku mengintip kecil... tapi segera menutup mata lagi. Brian sudah dekat... dan...
Cupppp!
Eh Brian mencium dahiku...penuh perasaan. Sekarang bibirnya menyentuh alisku... dan alis yang sebelah lagi. Ciumannya sempat singgah di mata ku dan kini turun ke hidung dan pipiku. Aku merasa terangkat... seperti putri-putri dongeng yang lagi dicium pangeran. Semua sentuhannya penuh perasaan. Aku tak pernah diperlakukan seperti ini….
Hilang semua pertahananku… aku hanya bisa pasrah. Tak bisa berpikir lagi. Ini terlalu indah.
Tak lama kemudian bibir kami bertemu... memancarkan aliran-aliran cinta. Brian menciumku lembut. Memilin bibirku seperti ice cream. Ciumannya penuh perasaan.. aku terhanyut.
Cowok di depanku ini adalah cowok romantis... pesan-pesan cinta keluar dari cara ia memperlakukanku. Aku sangat tersanjung. Segera tanganku melingkar di kepalanya dan melumatnya penuh gairah.... ‘I love you too, Romeo” bisik hatiku ku di sela-sela ciuman.
Baru sekarang dalam ciuman aku merasa melayang... tubuhku tidak kuat lagi, rasanya mau jatuh. Brian mengerti, ia memeluk pundakku dan dibaringkan ke lantai keramik. Tubuhnya naik keatasku... aku tambah deg-degan... posisi kita sudah seperti orang bersetubuh. Badannya saja sudah menempel mesra... sementara tangannya terus membelai pipi, dagu dan leherku. Ciuman yang sangat membuai kembali kurasakan... aku membuka mata! Ini mimpi atau kenyataan, mengapa begitu sempurna? Aku semakin pasrah…
Brian kini menarik sedikit bibirnya.. ciuman harus dilepaskan dulu, kami berdua sudah kehabisan nafas. Ia memandangku dengan cinta... aku balas senyum.
Brian membelai mesra rambutku, dan aku memeluknya terpesona. Dan ciuman hangat itupun di mulai lagi... kali ini penuh dengan gairah. Ia memburu masuk ke mulutku dan menguasai bibirku, menuntut dan mendesak. Semua gairahnya sangat terasa dalam ciuman kali ini.. aku jadi terbangun. Aku tak dapat berpikir lagi.
Bibirnya kini turun ke leherku... kebagian yang terbuka di atas kaosku, mulutnya kini mengisap dan membelai. Tangannya kini tidak tinggal diam... membelai badanku membuatku mengelinjang karena payudaraku sempat dibelai dari samping. Kini bibirnya turun ke antara dadaku… melewati lembah antara dua gunung, aku penasaran. Dan tangannya menyusup kebelakang… dari pinggang terus keatas, membelai mesra punggungku.
Ah.. aku mendesah .. gairahku sudah terpancing… semakin kuat.
Selain serangan dari bibir dan tangannya, ada pula serangan yang lebih hebat lagi. Kontolnya kini sangat tegang, terasa sekali membelai-belai bagian tubuhkan yang kini menjadi sangat sensitif. Celana basket yg tipis itu tidak mampu menyembunyikan batangnya yang sudah terangsang.
Aku tidak tahan... tanganku bergerak menahan kontolnya... sangat terasa walau dari luar, ujungnya sudah hampir nongol. Kalau aku biarkan menyentuh tubuhku bisa bahaya nih!
Kontolnya ku tahan terus, ih... kenapa keras sekali... panjang lagi. Aku terpesona, tanganku mulai menggenggamnya, ia semakin bergerak… dari genggaman kini menjadi kocokan kecil. Brian tampaknya keenakan. Aku tersenyum, mendapatkan cara untuk menyerang balik.
Tangannya semakin nakal menyusup ke ketiak dan pungungku. Kontolnya hampir keluar, terus mendesak dan melewati kain tipis. Tak sadar tanganku sudah menyusup kedalam celananya, dan kini sudah menggenggamnya penuh. Cukup sampai segitu dulu yah...
Semakin ku belai, semakin kurasakan ukuran aslinya, uh genggamanku tak cukup. Benar-benar panjang dan besar... ihhh aku jadi nakal sekali. Tangan Brian masih di luar bajuku, mencari tonjolan nikmat dan menyerangnya dari samping.
Kaosku mulai diangkat dan tangannya mulai membelai perutku... untung masih terganjal pertahanan bra-ku. Payudaraku terasa nyut-nyut disodok-sodok dari luar bra. Aku harus kuat bertahan walau sebenarnya sudah sangat terangsang. Putingku sudah berdiri... mendesah kuat menahan gairah... tapi Brian masih mempermainkanku. Menyodok-nyodok tokedku dari kiri, kanan dan dari bawah, Toket ku kini harus ku lindungi dengan tangan kiri menahan sapuan tangannya.
Sementara itu tanganku masih memegang kontolnya, harus menyerang balik. Brian mulai mendesah….ah! terus... tiba-tiba tangannya meremas kuat, langsung menyusup di bawah braku secara tiba-tiba. Suatu serangan gerak cepat sehingga tangannya langsung menutupi payudaraku. Tadi aku cepat menepis, tetapi tak sempat menjaga pertahananku. Putingku langsung bereaksi ketika terkena permainan jarinya! Dan tak sempat kucegah lagi... ahhhhh... Aku langsung orgasme.
Pada saat yang sama terasa kontolnya pun berdenyut kencang tanda hendak memuntahkan laharnya... Hehe, satu sama kok. Ku kocok ujungnya lebih cepat dan akhirnya menyemprot. Tubuh Brian juga menegang… dan tanganku merasakan semprotannya di jari-jari. Pasti ia juga nyampe...Oh, indahnya. Aku masih melayang...
"Jret... jret ... jret."
Bunyi apa itu, kayaknya familiar deh.
“Astaga kalian!” Terdengar suara Shaun.
Aku membuka mataku... gelombang kesadaran kini memasuki ragaku.
“Naya... Shaun... Ihhhhh.... pergi-pergi sana, ganggu aja.” Aku teriak kesal... gak ngerti banget sih dua anak ini.
“Kakak Tien.. kalo mo begituan cari hotel dong, masak disini... tuh sudah banyak orang sementara kemari.”
“Naya... dengar baik-baik, kakak Titien dan Brian hanya, eh? ciuman doang disini. Gak buat yang macam-macam” Sahutku membela diri sambil menepis tangan Brian dari dadaku. Untung pakaianku masih tetap kupakai, walau agak perutku sudah tersingkap dan tangan Brian jelas-jelas tadi berada dibalik kaosku.
“Terus yang ditangan kanan kakak apa?” aku baru sadar.. eh sampe sekarang tanganku masih di dalam celana pendek Brian menggenggam kontolnya yang masih terasa besar. Padahal kan sudah menyemprot! Kok bisa... Segera kulepaskan kontol itu dan mengeluarkan tanganku... ternyata langkahku salah... karena tergesa-gesa, justru aku membuka celana Brian dan mengeluarkan isinya.
Kontol Brian yang besar mulai kelihatan jelas masih tegang dan bergoyang-goyang bergantung dari pangkalnya. Brian masih tidur terlentang, menikmati sisa-sisa kenikmatan…
"Ahhhh" Naya menutup mukanya... Mengalihkan pandangan dari kontol besar itu.
Shaun yang selama ini tidak perhatikan, kini melihatnya dengan jelas.
“Apa itu! Kok kalian lagi jualan terong disini, hahahaha!” Shaun tertawa terbahak-bahak.
“Ih.. Brian. Cepat simpan dong! Hehehehhe..." Aku tak malu-malu lagi mengambil batang itu dan menyelipkan dibalik celana Brian. Tapi sebelum menutupnya rapi, iseng aku remas kontol itu kuat-kuat. Siapa suruh jorok, sudah keluar tetap tegang ... Masih mau kali.
“Ahhhh... pelan-pelan dong” Brian teriak kesakitan.
“Patahin aja Tien.. nanti tukar dengan ketimun” Shaun meledek kami lagi. Naya masih aja tertawa. Aku malu sekali. Hanya bisa tertawa... Awas kamu Naya! Aku langsung bangun dan kembali memeluk leher Naya. Aku memegangnya erat-erat, mengeluarkan perasaan puas baru orgasme.
“Ih Kakak… apa itu?” Naya memegang tanganku. Ada cairan putih kental disana. Itu apa yah? Gak tauh itu apa. Astaga… itu pasti pejuhnya Brian. Aku ingat kontolnya sempat menyemprot ke jari-jariku. Dan karena pelukanku sebagian cairan sudah berpindah ke leher Naya… rasain! Anak itu langsung marah-marah, tapi aku sudah lari menjauh…
Naya yang baru sadar masih cemberut dan mengejarku. Kami tertawa-tawa lagi. Yah ampun, hari ini aku mesum sekali yah….
Aku menutup mataku. Mengingat kembali kontol Brian di genggamanku. Besar, panjang dan hangat. Memang kontol cowok bule yang istimewa. Kemudian suatu gelombang kesadaran kini menimpaku.
Kontolnya Brian besar sekali... trus panjang lagi. Trus baru nyemprot sudah tegang lagi. Kata orang sih pasti nikmat. Ahhhh….
Tapi, apa bisa muat ya? Wah… Bisa hancur memekku diobrak-abrik.... Ihhh, kok sampe berpikir jorok begitu. aku menjadi merah sekali...
Mana pantas anak perawan mesum seperti ini.
----------------------
POV Naya
Ping… sms
“Romeo, tenyata Nerd-ho dan si Edo sudah di mobil!” kata Shaun.
“Mereka baru sms? Gimana sih bekin orang kesal," jawab Brian.
“Kenapa sih kamu uring-uringan soal Brenda?” Kak Titien bertanya… ada nada cemburu di sana.
“Kalo tauh begitukan kita masih bisa lanjut lagi yang tadi…” Brian menatapnya sambil tersenyum.
“Huh… maunya!” cubitan Kak Titien bersarang di perut dan pinggangnya.
“Cieeeh… yang lagi cubit-cubitan!” Aku mengejek mereka.
“Kenapa? Mau yah… minta sana sama Brondongmu!” Kak Titien balas meledek.
“Cuma heran… kok tumben cubitnya di perut. Biasanya kan tangan Kak Titien langsung ke batangnya” jelas ku.
“Apa? Awas kamu yah…” hehehe…
Kak Tien tertawa sendiri, dan ujung mulutnya terlihat senyuman. Kayaknya betul tebakanku …
"Kak Titien dengar baik-baik! Kak masih ada utang ke Naya! Itu lihat leher Naya masih jorok! Kak Titien harus siap-siap terima akibatnya!"
---------
Jalan menurun dari Bukit Kasih terasa enteng dibandingkan dengan waktu mendaki. Tidak terasa kami sudah berada di bagian dasar, tempat jualan. Di jalan kami bercanda terus, dan Kak Titien tiap kali ada kesempatan memelukku. Wajahnya masih merah… mungkin malu kedapatan bermesraan tadi. Sekilas ku melihat wajah cantiknya… wah tetap segar biar sudah keringatan. Apalagi baru orgasme seperti ini. Orang bilang wanita itu paling cantik waktu barusan orgasme...
Kak Titien memang cantik dan lincah… tapi rasanya kok lain. Kak Titien biasanya tertutup kepada kepada orang baru, apalagi cowok. Banyak cowok ganteng yang terus mengejar ketika berkenalan dengannya, tapi dengan gaya anggunnya ia menolak. Tapi sekarang… malah dekat sekali dengan Brian dan eh, kok jadi mesum? Sejak berakhir dengan kakakku Titien terkenal paling anti yang namanya romantis, malah gak mau dekat-dekat cowok.
Kak Titien sudah berubah, dan tak ada yang tahu kenapa. Sekarang udah mesum banget… hehehe, mungkin kayak aku. Masak dari kemarin pegang-pegang kontol terus. Masak anak perawan langsung ciuman sampe grepe-grepe dengan seperti itu kepada cowok yang baru dua hari kenal. Orang bule lagian…. Mana ada cewek baik-baik sperti itu, hayooo. Eh ada… sih! Ternyata ada juga perawan yang mesum kayak dia, namanya…. Naya! Hehehe. Baru nyadar, kali.
Aku terenyum… ingat apa yang terjadi di atas waktu kita menyebar mencari Edo dan Brenda.
Hehehe… sebenarnya sih bukan Kak Titien doang yang mesum.
Flashback 30 menit lalu.
-----
“Edo!!!! Nerd-ho!!!” Shaun dan saya sibuk mencari dan memanggil-manggil. Kemudian saya mendengar ada suara di rerumputan… agak tinggi sih.
Mungkin mereka dua lagi ngumpet di sana. Saya jalan pelan-pelan… rencana untuk mengagetkan mereka. Shaun masih memanggil…
“Shhhh…!!!” Shaun langsung diam tanpa suara. Ia mengikutiku dari belakang.
Saya semakin mengendap, mencoba mendengar. Pasti malu deh kalo ketangkap basah… saya siap dengan camera hape.
Kemudian menghitung dalam hati… 1… 2…. 3…. Dan hap! Lompat sambil teriak!
“Aaaaa….. Apa itu?’ terlihat dua ekor monyet liar, binatang khas minahasa atau biasa disebut yaki, sementara asik makan. Mereka tampak marah diusik..lalu lari menghambur sambil mengeluarkan suara. Saya juga kaget dan takut. Langsung berbalik arah dan lari ke arah Shaun. Dari jauh aku melompat dan memeluk tubuh Shaun. Ia langsung jatuh… dan kami berdua tertidur sambil berpelukan… aku masih ketakutan. Tapi enak juga pelukan si Shaun… saya diam aja.
Eh apa ini? Tiba-tiba saya sadar.
Tangan Shaun mendarat tepat di atas dada… eh malah mulai meramas toket kiri. Saya kegelian, tapi Shaun tidak mau berhenti. Terus meraba dan meremas.
Ciumannya kini mulai turun di leher saya… aduh… gimana sekarang? Apa akal?
Saya mencoba meloloskan diri tapi Shaun mendekapku dengan kuat.Ia masih bernafsu mengrepe-grepe saya yang tidak bisa menolak lagi. Toket saya jadi bulan-bulanan tangan Shaun yang besar. Dalam hitungan ketiga Bra saya sudah terlepas… dan tanktop saya sudah turun mengeluarkan isinya.
Toink! Tokedku langsung terekspose bebas dihadapannya. Shaun menatapnya tanpa berkedip, ia seakan terpana tak percaya melihat toked yang kencang dan bulat itu. Ukurannya sih hanya sekitar 33B tapi ujungnya meruncing dan putingnya menantang.
Tangan Shaun mulai bekerja meremas toketku dengan penuh perasaan. Aku jadi terbuai... ia memelentir putingku, membuat aku jadi kegelian. Jari-jari tangannya sangat lincah menjepit dan terus mempermainkan toket dan pentilnya. Nafsuku sudah di ibun-ubun... mulutnya mulai mendekat... menciumi dadaku dan memagut puting dan mengisap kuat. Ahhhhhh....
Eh..eh! Shaun tidak mau berhenti menetek di toketku. Ciumannya menjelajah dari toket satu ke toket lainnya, eh kini malah turun terus ke perut. Ih... geli sekali. Shaun masih terus mempermainkanku.
Saya tidak mampu meronta entah kenapa… astaga, ia pasti mengincar memek saya, pertahanan terakhir saya. Tangannya sudah membelai-belai bagain bawah perutku. Aku tak mampu bertahan, tenagaku sudah lemas. Disaat tangannya hampir masuk ke celana, saya ingat pesan Titien.
“Kelemahan cowok itu di kontol. pegang kontolnya”.
Tangan saya langsung masuk ke balik celana basket Shaun dengan mudah karena longgar. Jariku terus mencari sesuatu yang akan digenggam… Wah besar sekali, panjang lagi.
Saya mencari pegangan yang pas… Shaun menggendorkan serangannya, mungkin keenakan batangnya diremas-remas ….Tapi kemudian serangan Shaun kembali memborbardir pentil di toket dan tangan satu sudah masuk ke celana mencari bibir di balik semak-belukar,… Saya tidak ada kuat lagi! di saat yang genting itu saya masih berpikir, sekarang atau tidak ada kesempatan lagi. Sedikit lagi saya akan pasrah…. Saya langsung meremas kontolnya sekuat-kuatnya.
“Ahhhh” Shaun teriak keras-keras. Gak tauh kalo dia keenakan dan kesakitan. Saya langsung melepaskan diri. Uh hampir saja… kalo terlambat 30 detik lagi, bahaya ini. Pertahanan terakhir hampir saja diterobos.
“Rasain kamu, mesum!” Shaun masih berguling meringis kesakitan.
“Ih, Naya bikin kentang!” Shaun meringis... “Awas yah, kalo aku dapat lagi, akan ku…”
“Emangnya kamu berani! Saya lapor sama Titien”
“Eh… kalo perlu kamu berdua aku layani!’
“Ih … mesum. Kalo berani macam-macam lagi aku patahin kontolmu, hahaha!”
Saya langsung menyuruh ia bangun ketika ada rombongan turis mendekat.hampir saja, Ayo cepat Shaun! Saya berjalan mencari Titien, minta perlindungan kakak ku yang baik itu. OMG!
Naya kamu terlalu nakal sih. Saya sadar saya telalu banyak menggodanya hari ini. Hampir deh… Aku kini menyadari akibat perbuatanku.
Teringat kata-kata Kak Titien, "Naya.. keperawanan seorang gadis itu sangat berharga. Perawan adalah kehormatan dan tidak boleh sembarang orang, karena sangat menentukan kehormatan seorang gadis. Berikan tubuhmu kepada orang yang layak menerima cintamu, dan dipercaya menjaga rahasiamu yang paling dalam. Orang yang berhak adalah mereka yg telah menunjukkan mereka berharga bagimu."
Kak Titien bukan orang yg naif yang percaya harus jaga perawan sampai menikah, ia juga gak alim-alim amat sih. Buktinya sampe bercumbu hot seperti tadi. Tapi ia adalah orang yang punya prinsip dan menjaga kaya-katanya, Aku beruntung ia adalah pelindungku, dan kata-katanya selalu ku hormati. Eh... apa menurutnya Brian orang yang tepat? Ihhhh, Naya jangan dulu berandai-andai.
----------
Kembali ke masa sekarang
Saya dan Titien berjalan di depan, kami terus mencurahkan perasaan kami dengan saling memeluk. Saya butuh pelukannya mengingat peristiwa tadi. Pasti Titien juga demikian. Makasih kak… saya bilang dalam hati. Untung kakak bilang cara menyelamatkan diri. Pantesan tangan Kak Titien cari kontol terus. Hehehe.
Pintu depan mobil terbuka dengan keras. Saya melihat Brenda duduk di kursi tengah terengah-engah… kayaknya ia sementara melumat sesuatu dengan nikmat, lucunya dia harus tunduk baru makan…
Brenda kayak kaget. Kak Titien yang masuk lewat pintu depan yang satunya kelihatannya terkejut melihat Brenda. Ia terpaku dan tak bisa bicara…
“Brenda, makan apa? Bagi dong?” ujar ku
“Huh???” Kak Titien hanya bengong tak tauh bilang apa… Wajahnya merah.
Penasaran….saya mencari tauh apa yang dimakan Brenda. Terdengar suara Edo berdesah…
Gebyar!!!
Ternyata Brenda tadi lagi menelan kontol Edo yang sedang mengacung sempurna. Karena kaget Brenda melepaskan lumatannya.
Edo sendiri tidur terlentang menikmati kontolnya di oral Brenda dari atas tadi. Kontol besarnya terlihat jelas mengkilat dan mengangguk-angguk. Edo masih mau, kayaknya hampir keluar.
“Ahhhhhhh” saya dan Titien berteriak bersamaan. Kami langsung lari keluar dari mobil kayak orang kebingungan. Baru sekarang kami melihat jelas kontol cowok lagi dioral…
Shaun dan Brian mendengar teriakan kami… langsung menuju ke mobil dan membuka pintu mencari kalo ada binatang.
Mereka dua turut berteriak kaget lalu tertawa…. Kontol Edo mulai loyo, tapi Brenda mulai hisap lagi, tidak mau melepas. Shaun dan Brian masih tertawa-tawa. OMG!
Saya langsung memeluk Kak Titien lagi. Kami juga masih ketawa… Iseng saya berbisik dan bertanya, “Kak Tien, mana yang besar kontol Edo ama Brian?”
“Yah Brian lah, ia kan bule. Kontol Brian lebih panjang, dan lebih besar sedikit…” kata ka Titien. “Tapi kontolnya Edo keras banget, loh. Juga agak besar di helmnya!”
“Eh Shaun juga...keras dan beringas.”
“Hah kamu sudah pegang emangnya?” Tanya Titien.
Aku tambah malu, langsung mencubitnya. Untunglah Kak Titien tidak tanya-tanya lagi. Eh mungkin juga ia takut karena tanganku sudah dekat payudaranya.
Bersambung