Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule-bule ganteng di kos cewek

Status
Please reply by conversation.
Episode 5. The Love hill


POV Shaun

“Wah... indah sekali... bagus sekali pemandangan dari sini!” Terdengar suara kagum dari Brenda.

“Wuh... ini kayaknya perfect deh, Edo tolong dong foto aku!”

“Romeo, Dickhead... tunggu dong! Inikan pemandangan yang harus diabadikan!”

Brenda lagi... alasan mau foto segala, pasti dia sudah kecapean, gak kuat lagi mendaki. Tenaganya sudah habis di urusan ranjang...

“Hey... Nerd-ho, mulutmu gak bisa diam.” Brian sudah bicara.

“Mulut yang mana yang dimaksud, sih?” ujarku

“Hahahaha” saya dan Romeo tertawa. Brenda kelihatan cemberut... pasti dia mau kasih first impression kepada Edo. Istilah kerennya jaim dulu lah... jangan jual murah.

“Hei, Nerd-ho... ayo lanjut dong, masak belum setengah jalan sudah minta berhenti! Pake alasan lagi lihat-lihat pemandangan.”
Tapi kayaknya bukan hanya Nerd-ho yang capek. Dua bidadari kami juga sudah duduk kecapean.

Tak terasa kami sudah tiba di puncak pertama, ada salib kecil. Dari sini jalanan semakin curam... ada dua pilihan... ke puncak tertinggi ada salib besar dengan pemandangan indah lewat jalan ke kiri atau puncak rumah ibadah, dengan 6 buah rumah ibadah di jalan yang ke kanan.

Brenda menunjukkan kakinya yang sudah membelas. Sandal yang di pake memang tidak sesuai dengan medan. Gimana sih! Udah tauh mo mendaki gunung, pake sendal setinggi 10 cm. Cewek itu memang gak cocok mendaki bukit... cocoknya didaki bukitnya aja! Hehehe...

Brenda memang tidak cocok mendaki alam, gayanya lebih cenderung pergi ke fashion dengan tanktop ketat dan celana legging. Mungkin ia menyesuaikan dengan penampilan Edo yang keren dengan kemeja kotak-kotak dan celana pendek berbahan jeans.

Beda dengan saya dan Brian yang tiap kali keluar hanya pake kaos oblong dan celana basket tipis. Selain enak dipakai, juga kan supaya mudah dilepas kalo2 dibutuhkan, hehehe... Kalo Naya sih agak modis dan ketat tapi masih tergolong casual. Titin sebaliknya, gaya culun kaos oblong dan sopan banget. Typical perawan yang polos.

“Guys... aku langsung aja ke rumah-rumah ibadah itu yah, aku gak mampu naik keatas...”

“Oke deh, tunggu kami di rumah-rumah situ!” Brian sudah memutuskan.

“Aku temani yah...Kakiku juga sudah pegel-pegal” kata Naya

“Eh aku juga... aku sudah cape!” kata Titien

“Eits... No.. ladies. Edo yang akan temani aku. Edo sudah janji mau pijit kakiku! Selain itu, mana Brian atau Shaun mau lepaskan kalian.”
Brenda memang jahil... tapi otaknya jalan juga. Ia tauh kalo aku dan Brian lagi demen sama dua gadis cantik itu.

Kami melihat Brenda berjalan perlahan-lahan dengan tangan melingkar di pundak Edo.

“Take care, Nerd-ho”

Brenda tidak menjawab. Ia hanya balik belakang dan memincingkan mata sebelah kiri. Pada saat yang sama tangannya turun dan meremas pantat Edo sebelah kiri.

“Eh!” Edo gak sempat mengelak... aroma mesum sudah di tebarkan. Titien dan Naya sampe kaget, belum tahu si Nerd-ho, kayaknya.

Berjalan bersama dua gadis manis yang lincah ini membuat kami tetap bersemangat. Aku melirik ke arah Naia.. wah cantik sekali. Rambutnya yang terkesan urakan, dan wajah yang berkeringat justru membuat ia tambah seksi. Apalagi dari tadi tangannya pegang tanganku... minta ditarik.

Kesempatan bagiku untuk terus menggengamnya. Wah... benar kata Brian, tempat ini indah sekali kayak surga. And the girl besides me is an angel...

Di mobil Titien sudah jelaskan mengenai tempat yang menjadi simbol damai dan kasih, namanya saja, Bukit Kasih. Bukit dengan pepohonan yang hijau melingkari sumur belerang yang besar yang mendidih dengan uap yang berbau busuk. Namun justru bukit ini menjadi objek wisata dengan monumen tinggi heksagonal, dan bola dunia diatasnya melambangkan kehidupan umat beragama yang rukun di tanah sulawesi utara.

Di salah satu puncak ada lambang salib, dan di puncak yang lebih rendah ada enam rumah ibadah yang dibangun berdekatan, simbol kerukunan dan kasih. Di puncak-puncak yang lebih rendah juga terdapat patung-patung tokoh Minahasa, termasuk legenda Toar dan Lumimuut yang menjadi nenek moyang tanah minahasa.

Padahal kemarin kami suka kesana karena namanya bukit kasih. Pasti tempat menyenangkan untuk bawa gadis. Ternyata the ‘Hill of Love’ bukan romantik love yang kami duga sebelumnya.

Eh... Brian sempat mengerjainku di mobil tadi. Waktu ku tanya nama tempat ini, ia menjawab dalam bahasa Indonesia, ‘Bukit kekasih”. Akupun yang bersemangat mencoba menghafalnya.

“Come on guys... lets hurry. Today our goal is to conquer ‘Bukit kekasih’!” Eh mereka berempat tertawa terbahak-bahak. Hanya aku dan Brenda yang bertanya-tanya ada apa gerangan.

Kini kami memasuki tempat yang curam, tangga beton dengan kemiringan 45 derajat, dan tinggi hampir 120 meter. Dibutuhkan tenaga dan stamina untuk kesana... berkali-kali Naya minta ditarik karena sudah capek.

Sedangkan Brian dan Titien semakin tertinggal di belakang. Suhu ditempat itu sangat panas, karena terdapat sumur belerang yang mendidih... panas dengan bau yang sangat menyengat. Kami tahu kami harus tetap berjalan, karena kalau lama berhenti bisa pingsan dengan udara di situ...

Untung diujung tangga yang terjal ada tempat kecil menjorok kedalam, di mana kami bisa beristirahat sejenak. Tempat itu terlindung dari panas dan bau, karena terdapat pohon yang rindang.Kami berdua segera berhenti disitu. Waktunya untuk meledek Brian dan Titien.

“Romeo... ayo dong cepat dong. Bikin malu sama cewekmu! Kalo kamu gak mampu minta gendong aja sama Titien.”

“Brian... dorong aja pantat Titien supaya cepat!” Tambah Naya.

“Yah kalo tenaga cuma segini mana sanggup di ranjang” Ejek ku.

“Eh, Dickhead... justru kami yang pelan-pelan karena kamu kentut terus di jalan. Tuh masih bau sampai sekarang!” gantian Brian yang meledekku.

Tebakanku benar... Brian lagi menarik Titien yang sudah kepayahan. Badan Titien yang lebih padat dan tinggi tentu lebih berat untuk ditarik. Pantas mereka berdua sudah kepayahan. Kini jarak kami tinggal 10 langkah... mereka tambah semangat melihat kami berhenti.

“Romeo... kamu harus ikut cara ku supaya cewek mu berjalan cepat!”

“Apa emangnya?”

“Kasih motivasi dong,... bilang kepadanya nanti di atas di kasih hadiah ciuman! Pasti dia semangat, kayak cewekku” Aku melirik ke arah Naya yang masih bersandar padaku mengumpulkan tenaga.

“Hehhhh, apa kamu bilang?” Mata Naya membesar, ia nampak tersinggung dibuat-buat. Ia tauh itu hanya ejekan.

“Ih, rasain deh!” kedua tangan Naya cepat sekali mencubit pinggang ku kiri dan kanan. Aku yang kegelian hanya bisa tertawa terus dan pasrah. Cubitan Naya semakin mengendur... ia mulai menatapku sambil tertawa.

Dengan cepat tanganku langsung melingkar memeluknya. Terasa hangat, badannya sangat lembut. Aroma deodoran bercampur keringat tercium bergitu seksi. Aku langsung mendekapnya dengan erat. Sorry Naya... aku benar-benar tak tahan, kamu sangat cantik sih!

“Ehhhh...ups” Naya membuka mulut untuk protes. Tetapi justru ketika ia sebelum berkata kata, bibir ranum itu langsung ku ciplok. Bibirnya sangat ranum dan menggairahkan, membuat libidoku rasa melayang memabukkan. Sayang gak bisa lama-lama. Kini jelas terlihat matanya terbelalak dan Naya tampak sangat kaget dan tak sempat bereaksi, pasti ia tak menduga akan di cium...

Ciuman pertama kami berlangsung hampir 6 detik, dan sebelum Naya sadar, ciuman itu berhenti tiba-tiba. Ciuman yang dimulai dan diakhiri tanpa tanda-tanda. Ia masih memandangku melongo. Bagus! Pesonaku sudah ditebarkan, jarang lho ada cewek yg bisa terlepas setelah merasakan ciumanku. Hehehe.

“Sudah yah Nay! Jangan lihat seperti itu dong. Nanti di atas lagi aku kasih ciuman yah!”

Naya masih terbegong-begong, sedangkan Titien dan Brian mulai tertawa. Mereka pada bingung dengan ciuman itu. Brian hanya nyengir... pasti ia sudah tahu jurus pembukaku untuk mendapatkan gadis-gadis.

“Ihhhhh sebel. Kak Shaun mesum!” Naya berteriak panjang... kayak baru sadar, kami semua tertawa.

“Wah enak tuh main cium-ciuman di jalan. Pantesan semangat 45 mendaki” Titien mulai mengejek Naya.

"Ih jijik euy!"

Titin terus mengejek, gayanya menggambarkan gaya seseorang yg lagi dicium, dengan tangan pura2 memeluk dan bibir dimonyongkan. "Mmmpphhh" Titien pura mendesah. Naya mengejar hendak meremas toket Titien, tapi sempat dihindari. Tangannya sempat ditangkis Titien, yang kemudian segera merangkul Naya dengan tertawa-tawa.

Naya-Naya... kamu itu cantik sekali. Hatiku langsung berbisik... ‘maaf yah Naya... aku keceplosan.. kamu sih cantik sekali. Aku janji tidak akan lagi.... eh..eh salah... kalo aku dapat lagi bibir montokmu, gak akan ku lepaskan lagi!


POV Titien

“Kalian sudah jadian?” bisik ku pelan kepada Naya.

“Ngggaaak! Bawel si dia cium-cium anak orang! Ih mesum deh. Rugi deh” Naya masih kesal.

“Rugi?... kan kamu terlihat begitu menyukainya!”

“Ih... Kak Tien harusnya bantu Naya, masak dibiarin Naya di cium-cium bule mesum itu”

“Bukan bule mesum, Naya!

“Eh, apa coba?”

“Bule mesum yang ganteng yang sudah menjatuhkan hati adikku.” Aku mengejeknya

“Huh?” Kami berdua tertawa-tawa.

“Kakak kasih saran yah gimana menghadapi cowok mesum seperti dia!” Aku masih berbisik. Naya penasaran.

“Gini, berikut kalo dia macam-macam... ambil tanganmu masuk ke celananya, eh... terus.... remas kontolnya kuat-kuat” bisik ku...

Pandangan Naya menatapku kaget. Tangannya dibuka meniru gerakan sementara menggenggam.

Aku langsung ingat kontol Brian kemarin. Astaga! Kok aku bilang gitu, pasti si bawel ini langung pikir macam-macam lagi.

“Eh kok.. bukan gitu maksudnya.. Aduh, apa sih.... kok salah ngomong lagi.”

“Hah! Hahahaha.... seperti yang kakak buat kepada Kak Brian kan kemarin?”Naya sampe teriak. Wah anak ini bikin heboh lagi... Pasti Brian dengar. Kan malu, tuh....

“Eh.. bukan itu maksudku!” aku balas mencubit.


------

POV Shaun lagi

Aku dan Naya kembali ceria dan terus bercanda... Naya sebenarnya masih kelihatan kesal sama ‘ciuman maut’ ku tadi. Aku sudah minta maaf berulang-ulang tapi dia masih ngambek. Tapi setelah bercanda dengan Titin sekarang ia sudah tertawa. Tapi ia masih terus menjauhiku... maaf yah cantik.

Ketika kedua gadis itu ceria kembali, perjalanan menjadi lebih indah. Medan yang dilakui kini tidak lagi tangga beton, tapi jalan setapak yang tidak lagi berat. Di kiri-kanan banyak pohon memberikan perlindungan dari terik matahari. Dan Salib besar tujuan sudah mulai kelihatan ujungnya.

“Brian, tolong dong foto” Titien dan Naya berpose di depan pemandangan yang indah. Lalu mereka berpose sendiri-sendiri... kemudian Titien dan Brian dipaksa foto berdua untuk pertama kalinya.... mereka berpose mesra walau tampaknya Titien masih malu-malu.

Tangan Brian diatur memeluk Titien dari belakang, dan kepala Titien disandarkan ke dadanya. Beruntung amat si Romeo, ia tampaknya seneng banget. Aku tahu ia sangat tertarik kepada Titien sejak di airport. Titien memang beda, kayak ada aura tertentu yang membuatnya special. Kecantikan yang alami menembusi perangainya yang sederhana. Dan berdasarkan pengalamanku gadis perawan ini pasti sangat nikmat. Beruntung banget sih Brian.

Kini Titien dan Brian memaksa ku untuk foto dengan Naya... harus pose mesra. Awalnya Naya gak mau... jadi harus berpose bertiga, aku, Naya dan Titin. Setelah itu baru pose berdua. Aku sih mau-mau aja, tapi Naya sangat malu. Disuruh saling berpelukan, dan berpose cium di pipi. Saya peluk Naya dari belakang.... nafas saya mulai meniup bulu-bulu tengkuk yang ada dibelakangnya. Gadis ini harum sekali... aku tambah erat memeluknya. Naya langsung tambah malu...

Naya juga tipe gadis yang menarik dan sangat menantang. Ia sangat manis dan menggiurkan, dan aku senang bersamanya. Tingkahnya yang lincah juga tidak takut-takut menyerempet ke arah mesum. Eh, toket kecil itu ternyata kencang dan padat. Hihihi... tapi jangan macam-macam lho. Kayaknya ia juga masih perawan.

Sebelum waktu foto-foto berakhir, Naya ingin berpose bertiga dengan Titien dan Brian. Jadi Titien ditengah dan di sandwich Naya dan Brian. Pinter juga jebakannya... karena Titien harus berdempetan dengan Brian... orderdilnya Brian menempel ketat perut Titin dari samping. Bikin iri aja! Kemudian terjadilah aksi itu!
Aku menghitung bak fotografer profesional

“Satu, dua, ti.... Hahhhhhh!”
Cepat sekali tangan Naya mengambil tangan kanan Brian, dan langsung ditempelkan ke toket Titien dengan suksesnya. Hasil foto membuktikan tangan Brian benar-benar beruntung meremas toket kenyal dan padat itu. Titien berteriak malu... Brian melongo... bingung harus bilang maaf atau terima kasih!

"Ah!!! Astaga...." Aku jadi iri ...

Naya segera lari dan menyambar tanganku... kami berdua tertawa-tawa lari duluan menuju ke Salib besar.

Brian dan Titien masih kebingungan... dan ketika ku lirik, tangan Brian masih menempel di toket Titien. Mujur amat si Romeo bisa nempel-nempel di toket yang masih kencang dan sekal itu. Walaupun tidak ditonjolkan, aku dapat membayangkan toket Titien yang bulat dan sempurna.

“Ihhhhh. Mau dicubit yah, cari-cari kesempatan” Titien segera sadar dan mengibaskan tangan Brian...

“Eh maaf” Brian hanya bisa berkata itu... Perayu ulung itu tidak bisa berkutik di depan gadis secantik Titien.

“Aku gak bermaksud memegang itu...eh... anu... eh...uh!” Mendengarnya Titien tambah merah.

“Sudah.. sudah...” ayo jalan. Titien memegang tangan Brian.. dan mencubitnya gemes. Ia tidak bisa marah sama Brian... itu jugakan bukan salah Brian, ini salahnya anak begal itu. Awas nanti... pasti Naya akan dikerjain lagi habis-habisan.

“Anggaplah kamu beruntung hari ini!” tangan Titien kini memeluk tangan Brian.

"Tien... eh eh?!?"

"Ada apa, Romeo?" Suara Titin terdengar berdebar dan ia tertunduk melirik ke arah Brian, pasti ia mengharapkan sesuatu. Brian juga nampak terkesan, Romeo... hanya teman2 dekat yang panggil Brian seperti itu.

"Aku cuma mo bilang!...eh maaf"

"Apa???" Titien berhenti sejenak dan menatap Brian dalam2.

"Eh.., Dadamu bagus... padat dan kenyal!"

"Huh... ih... kamu juga ikutin mesum ih!" Kata Titien sambil tertawa-tawa mencubitnya. Tapi dari ujung bibirnya ada suatu senyuman kecil.


POV Brenda

“Edo! Aku capek sekali... kakiku sudah pegal-pegal semua. Ini, diurut dong”

“Tentu saja nona manis, the pleasure is mine. How do you want me to touch you?”Edo mulai merayu.

“Ini Edo, pergelangan kaki dan betisku sakit!”

“Your wish is my command, babe!”

So charming. Rayuan Edo membuat ku berbunga-bunga. Sejak kemarin kaki dan pahaku sudah menebar pesona... dan tangan Edo sudah merasakan kemulusan paha ku di mobil. Ayo dong Edo... kamu mau ini kan. Hanya baru sekarang kita sendiri... Dari tadi aku sudah memberikan signal-signal positif, tetapi Edo masih segan. “Its a sign of a gentlement... and I like to play along.”

“Kita duduk situ aja yah, sekalian melihat alam.” Edo membujuknya.

“Gak mau... terlalu terbuka. Aku mau yang sunyi!” Edo pasti pura-pura gak ngerti.

“Di kursi sana?”

“Gak. Aku mau disitu supaya boleh baring-baring” kataku sambil menunjuk lantai keramik putih dipinggir sebuah gedung. Edo semakin terpancing, aku hanya senyum saja.

Tanpa kata-kata tangan Edo mulai memijit pergelangan kakiku. Pijitannya pas dan membuat kakiku merasa enak. Lambat laun pijitannya naik kebetis , membelai mesra dari luar legging tipis ku. Aku mulai terbuai...

“Edo, enak sekali” Aku membaringkan tubuhkan diatas lantai. Come on Edo... aku mulai terangsang ketika tangan Edo mulai naik ke paha ku. Edo mempermainkanku… progressnya pelan sekali.

“Don’t waste too much time, Edo. Brian and Shaun can be here in any minute.”

“Don’t worry honey. I must not let this beauty pass in a hurry!” Edo semakin nakal. Kali ini paha dalamku sudah mulai menyentuh bagian-bagian sensitif tubuh ku.

Pahaku mulai terbuka... tangan Edo mulai terasa menyentuh memek ku dari luar legging. Aku semakin terbuai... Hampir 10 menit tangan Edo memberikan kenikmatan kepadaku, menyentuh semua titik-titik rangsang di bagian bawah tubuhku. Tangan Edo mulai menuntut lebih... sekarang sudah masuk di legingku dari atas... celana legingku sudah mulai dilucurkan ke bawah.

Edo sangat cekatan, tidak mau kerja dua kali. Celdam ku juga terengut, dan pahaku semakin terbuka. Memek tanpa bulu itu sejenak dipandangnya, seakan terpesona. Cukup lama ia mengamatinya... Aku semakin malu. Tapi penantianku tidak lama. memek ku langsung diserbu dengan jari-jarinya yang sudah ahli. Tangannya terus membelai dan menyibak. Dalam waktu singkat Edo langsung menemui klitorisku, menyentuhnya lembut dan mulai mengesek. Jarinya membuat lingkaran kecil yang terus membelai dan menggaruk kecil. Belaiannya semakin cepat iramanya. Aku semakin terbuai... beberapa desahan sudah keluar dari mulutku.

Tangan Edo semakin aktif, aku tahu aku sudah ditangannya. Belaian lembut dan berirama sangat cekatan menyentuh titik-titik rangsang di bagian luar dan diinding memekku. Jarinya semakin cepat dan masuk semakin dalam, kini sensasinya sangat luar biasa... Desahanku makin kuat. Jarinya sudah masuk penuh dan mengobel-ngobel milikku dengan kecepatan tinggi...

Aku tau penantianku tak lama lagi. Tapi Edo belum mau menyelesainya. Aku tahu Edo masih mempermainkanku. Ia tidak mau aku orgasme secepat itu. Tangannya tiba-tiba berhenti mengeksplorasi tubuhku.

“Ah Edo... terus!” Aku tidak malu-malu lagi meminta.

Edo hanya tersenyum. Ia menatap wajahku lama-lama. Penantian ini sungguh menyiksaku.

“Edo! Ayo dong...”

“Sshhhh... tenang aja. Pasti ku kasih kok.”
 
Episode 6. Bertemu si Brondong

POV Brian

Hari ini benar-benar indah... berduaan diatas puncak tertinggi bukit kasih. Walaupun kami duduk berdekatan tapi dari tadi masih diam, tak perlu kata-kata, sih. Gadis manis yang sampingku masih memeluk tanganku, malu-malu.

Aku merengkuh pundaknya dan mengajak Titien berdiri bersandar di salib besar. Aku mengajak berdiri karena ingin memeluknya, sih. Titien hanya tersenyum manis, membiarkan tanganku mendekapnya dari belakang. Tubuhnya sangat lembut dan halus. Kini tanganku sudah naik di bahian atas perutnya, pelukan yang mesra dan semakin erat... keharuman tubuhnya sangat menggoda.. Padahal keringat sudah mengalir dari tepian pipi merona tersebut. Ia justru tambah cantik.

Aku sebenarnya masih tagu-ragu. Tapi tadi ia diam saja kupeluk dan berfoto mesra. Jadi ku beranikan diriku menyentuhnya. Dan Titien menanggapi dengan baik dengan menarik tanganku untuk dilingkarkan di perutnya.

Ah Titien... kamu sungguh berharga. Tidak ada wanita yang lain bisa menjatuhkan hatiku pada pandangan pertama. Kayaknya aku sudah siap untuk jatuh cinta lagi. Aku terus menghirup keharuman rambutnya yang bergelombang... mencoba untuk merengkuh seutuhnya keindahan memabukan ini. Hening... damai. Kali ini tidak perlu kata-kata, hati kita sudah bicara.

Tanganku teeus memeluknya, menyampaikan getar-getar cinta. Titien tampaknya mengerti, ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Bibirnya terus tersenyum misterius. Pasti ia dapat merasakan apa yang kurasakan.

Tiba-tiba tubuh Titien bergerak kecil... Mukanya langsung dipalingkan dan tampak pipinya meronah merah. Gerakan kecil itu sudah cukup memberikan isyarat bagiku.

“Ada apa?”

Titien tidak menjawab. Ia hanya memberikan isyarat melalui wajahnya. Segera mataku mengikuti arah pandangannya. Tampak dua insan yang saling berciuman mesra. Naya dan Shaun sudah saling merangkul, dan bibir mereka sudah saling mengikat. Ciuman yang panas dan lama...

Hebatkan taktik Shaun, memang ia terkenal agak playboy. Tapi ia juga gak sembarang lho pilih cewek, dan kecantikan Naya pasti masuk hitungannya.

Naya gadis manis itu kelihatan menikmati. Penampilannya sejak kemarin kelihatan berani dan sangat bergairah. Wajah yang ayu dan senyum yg menantang, siap menyerempet bahaya..***k heran Titien bilang kalo jalan2 bersama Naya itu bahaya... yang selalu mencari Titien ketika gak bisa keluar. Untunglah Titien cuek aja membiarkan 'adiknya' dicium. Itu artinya ia juga mungkin 'kissable', hehehe.

Wah... hebat juga si Dickhead! Ketinggalan lagi aku! Eh, gak juga... gadis disampingku ini beda, ia sangat berharga.

“Ehem... ehem...” Titien pura-pura batuk.

“Hajar terus Dickhead... jangan kasih sisa!” aku meledek mereka. Naya membuka mata sekilas.
Pipinya terlihat merah merona, tapi ia tidak perduli. Ia sudah hanyut dalam kemesraan yang semakin membara. Mereka cuek... aku juga gak masalah. Kan ada gadis cantik di pelukanku. Aku jadi penasaran, ‘Titien marah gak yah kalau ku cium?’

Huh... aku jadi bingung. Tidak tauh mau mulai bagaimana. Apa yang harus aku bilang… Oh bingung.

What should I do? I don’t know how to make a move in front of a girl. This is not me. This is so not Brian deh... Biasanya aku yang membuat gadis-gadis lain gugup. Bisa jatuh reputasiku.

Gadis manis itu memutarkan kepala kebelakang melirikku dari sudut matanya. Ia pasti tauh aku sangat grogi... nafasku makin memburu menerpa lehernya yang putih. Ia justru nampak tersenyum melihat kegugupanku. Oh, what the hell!

Sebuah kecupan halus mendarat di perbatasan telinga dan leher Titien. Pipinya semakin merah. Tapi Titien diam saja, seakan pasrah menerima ciumanku. Justru terdengar desahan lirih dari bibir indah itu... Ia menantiku!

“Titien, baby. Aku mau ….!” aku berbisik, tidak sempat diteruskan. Entah dia dengar atau tidak. Hening sejenak. Kugemgam tangannya erat, ku kumpul keberanianku. Hanya satu kata yang keluar.

“Boleh?”

Titien membalikkan tubuhnya kini menghadapku. Matanya menatapku sendu, mencari-cari kebenaran dibalik kata-kata ku. Lama ia menyelidiki sampai ke renung-renung hatiku. Aku tak bisa mungkir dari perasaanku. Sayangku kepadanya begitu tulus.

Kini tatapannya melembut.. matanya mulai mengecil...semakin menutup tetapi bibirnya sedikit terbuka. Dan mulut yang manis itu mulai kelihatan senyumnya mengembang... menunggu bibirku. Yessss!!!

Aku masih terpesona... tak percaya. Gadis impianku sedang menyambut cintaku. Titien cantik sekali. Aku masih ingin menikmati keindahan wajahnya. Posisi kami sangat akward, bibirnya tinggal beberapa centi dari bibirku.

Tiba-tiba muncul ganguan, terdengar suara berisik sambil tertawa dari arah Naya. Matanya Titien perlahan-lahan bergerak membuka! Yah... terlambat deh momentnya.

“Romeo, ayo cium dia! Pengecut amat sih kamu... Bikin malu laki-laki!” Suara Naya mengejekku.

“Hey Bego…. Tunggu apa lagi, hayo... dari kemarin jelas-jelas kamu menyukainya!” Shaun mengejek kami.

“Jret.... Jret” Suara camera hape. Disusul suara tertawa Naya,

“Hihihi...”

Aku masih terdiam bingung gak tauh harus berbuat apa. Untunglah moment itu sempat diselamatkan.

Tiba-tiba tanpa aba-aba... bibirku langsung disambar oleh bibir Titien... dia menciumku dengan mesra. Huh! Titien menciumku? Oh… ternyata… ia sudah menunggu lama. Ahhhh indahnya. Tangannya langsung melingkar di atas bahuku, memelukku erat.

Badannya sudah menempel sempurna. Aku masih kaget, terlalu indah … sukar dipercaya. Tapi bibirnya begitu terasa nyata membelai bibirku, mengisap dengan tegas dan menumpahkan segala rasa. Aku mencoba meresapi ciumannya dalam-dalam... terlihat gairah yang dasyhat disana. Aku sangat bahagia.

“Huh?” Naya terkejut melihat Titien yang mengambil inisyatif. Sama kagetnya dengan Shaun dan aku. Gadis ini luar biasa... menyenangkan tapi membingungkan, malu-malu tapi bergairah.

Dan tiba-tiba sebelum aku sempat memeluk dan membalas ciumannya, ia sudah melepaskan diri dari pelukanku. Ia lari menjauhiku... wajahnya kelihatan merah. Tapi mulutnya menyimpan senyum bahagia. Ia langsung menyambar Naya dan memeluk gadis itu.

“What the hell!”


POV Edo

Brenda! Nama yang begitu cantik... secantik orangnya. Wajahnya menarik dan lembut, agak imut sedikit tapi binal banyak.

Berbeda dengan cewek-cewek barat lain yang terkesan tua, Brenda justru kelihatan sebagai anak remaja yang masih segar-segarnya. Suatu kecantikan alami dengan alis mata yang melengkung, hidung yang tajam dan bibir yang merekah dan menantang... Ini sih bibir Angelina Jolie... tapi Brenda jauh lebih muda dan segar dari bintang film itu. Selain wajahnya yang cantik, tubuhnya juga sangat menarik. Persis kayak bintang film, eh bukan, lebih cenderung kayak model.

Kebanyakan gadis barat memiliki payudara yang besar. Brenda juga cukup besar dan menantang, tapi ukurannya pas. Tidak kelihatan kedodoran, tapi membulat indah.. payudaranya masih kencang dengan puting menantang di bagian atas. Agak cenderung tajam bila dilihat dari samping.

Selain itu, tubuhnya yang tinggi semampai ditunjang oleh perut yang rata dan bokong yang berbentuk indah. Semua lekukan tubuhnya sempurna... dan bayangkan saja, cewek seksi dan cantik ini selalu berpakaian minim. Dari kemarin kontolku tegang terus bersamanya.

Kini gadis itu berbaring terlentang memandangku binal. Celananya sudah turun, tak dapat lagi menutup memek gundul yang berwarna merah. Sangat menantang. Tanktopnya juga sudah kusut entah gimana, sehingga payudara tanpa bh itu sudah nonggol dari sisinya. Perutnya yang rata dan seksi sudah terekspos sempurna. Cantik sekali...

“Edo... jangan siksa aku dong!”

Ciumanku turun pertama-tama di telinganya, kemudian ke leher dan bagian payudara yang agak tersingkap di balik tanktopnya. Kulitnya sangat menggairahkan, tercium bau parfum mahal. Bibir dan lidahku sudah sampai ke perutnya yang langsing... mengekprolasi di perut yang membuat ia mengelinjang kegelian.

Tanganku menyusup... menikmati kenyalnya toked gadis bule. Masih terus memilin dan meremas sambil menghindari putingnya.

“Edo... ah....”

Brenda menangkap tanganku dan menuntunnya mengelus puting yang sudah tegak menantang, sudah sangat terangsang.

Ciumanku turun terus, mengelilingi perut dan pusarnya yang seksi dan terus kebawah mencari tempat kenikmatan. Brenda semakin kuat mendesah... tidak lama bibir dan lidahku langsung bermain-main di memeknya... mula-mula dari luar, tapi semakin lama semakin menyibak.

Aku mengeluarkan jurus-jurus terdasyhat yang pernah ku pelajari. Brenda terus mendesah. Bibirku menyeruput memeknya, mengisap kuat seperti meminum kopi panas. Cairannya semakin banyak meleleh keluar... Aku tahu Brenda tak lama lagi akan sampai... aku ingin ia menikmati orgasme yang dasyhat dengan ku... supaya ia akan terus mencari aku ketika minta dipuaskan.

“Kringgg... kringg... kringg...”

Apa itu... ternyata ring tone Brenda. Uh… mengganggu saja. Konsentrasiku buyar. Aku mencoba mematikan hapenya.

Brenda tidak mengijinkan kepalaku keluar dari memeknya. Tangannya menjambak rambutku dan membekap kepalaku dengan paha dan kakinya. Orgasmenya sudah sangat dekat...Ia tak mau lagi menunggu.

“Kringgg... kringg... kringg...”

Sekarang bunyi hape ku juga berkumandang. Kami berdua kaget... apa gerangan. Brenda menyerah… kesal…

“Gimana, mo lanjut sayang?” aku mengejeknya lagi. Sudah tahu lagi kentang.

“Eh bunyi apa itu, ada orang yah di situ?!” Terdengar suara orang-orang semakin mendekat.

“Coba lihat siapa, jangan-jangan rombongan kita” terdengar suara orang lain lagi.

Kayaknya di sebelah dinding sudah banyak orang.

Kemungkinan besar rombongan wisatawan lainnya yang datang. Aku mendengar ada yang berbicara Bahasa Cina atau Korea. Eh mereka bisa melihat kami... bahaya! Apalagi kami berbuat mesum di pinggir rumah ibadah! Nanti dimarahi petugas.

Segera kubangunkan Brenda, yang kecewa karena belum sempat orgasme. Tinggal 1 menit lagi, katanya. Dia tampak kesal sekali, menganggap aku mempermainkannya. Tapi kemudian melihat mimik mukaku penuh penasaran, ia tertawa.

“Bukan begitu, sayang. Tapi sudah ada orang! Di sini kalo kedapatan berbuat mesum hukumannya berat lho?”

“Tapi Edo masih punya hutang kepada Brenda!”

“Ok deh... nanti kita sambung di mobil aja. Kan kacanya gelap. Pas kunci serepnya ada padaku!”

“Ok deh.. ayo cepat.”

Brenda merapikan kembali pakaiannya. Kini ia yang menarik tanganku berlari cepat menuju mobil. Wah... gadis secantik ini, kalau tidak puas bahaya, yah!


POV Naya

“Kak Titien... apa itu tadi” aku berbisik bertanya.

“Hush... diam dulu sayang. Biarkan kakak memelukmu, kakak masih malu sekali.”

Aku tambah memeluknya erat. Kak Titien memang polos, juga tak dapat ditebak. Barusan mencium Brian di depan kita-kita, eh sekarang bilang malu.

“Kak Titien mencintainya?” aku berbisik lirih.

Kak Titien tidak menjawab. Hanya anggukan kecil dan tidak jelas tampak dari wajah manis itu, entah ia sengaja. Tapi aku tahu hatinya sudah melekat kepada Brian. Pipinya masih merah, ia masih malu sekali... tapi matanya berbinar bahagia.

Kak Titien... aku juga bahagia untukmu. Kamu terlalu lama menunggu demi cinta. Your prince charming has come. Dan sekarang kakak layak untuk berbahagia. Dengan tulus hatiku berbicara. Eh... tapi harus hati-hati mulai sekarang. Aku harus menjaga kakakku jangan sampai dipermainkan Brian. Awas kamu Brian kalau kamu membuat kakak ku tidak bahagia... Dan awas juga kamu kalau... kalau.. eh kalau kontolmu kecil! Nah lho... kok larinya kesitu?

“Shit!” terdengan Shaun mengumpat.

“What’s wrong, Dickhead?” Pertanyaan Brian mewakili kebingungan kami semua.

“Ini..” lanjut Shaun, “Brenda dan Edo tidak mau angkat telpon. Padahal sudah ku telpon dari tadi!”

“Sejak kapan kamu telpon?” tanya Titien.

“Itu... sejak ... sejak kamu mencabuli Brian” kata Shaun.

Weleh anak itu, udah tauh lagi tegang masih sempat-sempat bercanda. Tu kan, Kak Titien jadi merah lagi. Aku hapal sekali perubahan warna pada pipinya. Terpaksa demi Kak Titien, Shaun harus menderita 3 kali cubitan di pinggang khas Naya.

“Ayo kita turun...!” Brian kembali memutuskan!

Ia berjalan ke arah ku dan Titien dan menyambar tangan Titien dan menariknya pergi.

“Eh.. Brian... pelan-pelan dong!” Titien terpaksa mengikutinya. Mulutnya sih bilang begitu, tapi hatinya berdebar-debar.

“Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi” tukas Brian dengan tegas.

Titin tertunduk... ia kehilangan kata-kata. Ia segera mendekap tangan Brian, erat-erat. Pasti Brian keenakan. Tuh tangannya menempel kuat di dada Titien.

Aku dan Shaun segera mengikuti mereka di jalan pulang. Ada jalan potong yang membawa kami langsung ke puncak kedua yang ada rumah-rumah ibadah. Mudah-mudahan Edo dan Brenda tidak apa-apa. Lagi ngapain mereka?

“Eh... “ Titien hampir jatuh, tapi dengan sigap langsung dipeluk Brian. Duh mesranya.

Aku mulai membanding-bandingkan. Kalo aku jatuh, apa Shaun mau memelukku atau kalo aku gak kuat lagi, apa ia akan mendukungku sampai di dasar. Aku mau cari tahu. Brian orangnya romantis, tapi Shaun??? Mana dia tahu apa yang disukai wanita. Tapi… apa ia benar-benar suka padaku?

Kami terus berjalan berhati-hati, sebab jalanan makin curam menurun. Lagi pula banyak batu-batu yang licin. Kami harus berpegangan tangan. Puncak rumah-rumah ibadah sudah kelihatan... inilah saatnya.

“Aduh...” Aku jatuh ke tanah dan segera memeganggi kaki ku yang sakit.

“Naya... kamu gak apa-apa? Kok bisa jatuh... emangnya Shaun di mana?” Suara Titien lagi. Duh perhatiannya. Kakak ku gitu lho.

“Kamu bisa berdiri sayang?” kata Shaun.

“Kakiku sakit sekali. Aku tak bisa jalan lagi...” ujar ku. Kak Titien segera memeriksa kakiku.

“Kayaknya ia mesti didukung!” Kembali Titien berbicara. Semua jadi kebingungan.

Akhirnya diputuskan, Shaun dukung aku sementara Brian dan Titien jalan duluan cari pertolongan. Mereka berdua segera pergi cepat-cepat. Waktunya mempermainkan si mesum! Aku tertawa dalam hati. Shaun mendukungku di punggungnya, tapi aku melorot jatuh terus. Akhirnya dia mengangkat aku duduk di pundaknya dan mulai berjalan.

Kepalanya diantara dua pahaku, dan aku memegang erat rambutnya seperti waktu anak-anak saya suka naik di pundak papa. Badannya yang besar berotot seakan tidak merasa sedang membawa beban. Apalagi tubuhku kan mungil. Akalku berhasil, ternyata Shaun baik deh. Ternyata pikirannya tidak mesum melulu. Kayaknya aku jadi semakin suka padanya. Apalagi ia jago mencium… hihihi.

Setelah berjalan 15 menit, cara berjalan Shaun sudah berbeda. Ia kelihatan lagi menahan sesuatu. Pasti ia sudah kapok dengan beban tubuhku, tapi malu untuk mengakuinya. Rasain kamu mesum! Ia kini seperti mengendap-endap lihat kiri-kanan. Aku diam saja penasaran apa yang akan dibuatnya.

Kayaknya Shaun tak tahan lagi, ia berhenti dan menghadap sebuah pohon besar. Aku diam saja, makin penasaran ... Ia buat pergerakan kecil... mungkin lagi menggaruk, atau mungkin merasa tidak nyaman tapi malu menyuruhku turun.

Tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu... seperti aliran air. Aku segera memandang ke bawah... Kok ada air menyemprot keluar?

Dan akhirnya mataku dengan jelas melihat semuanya. Astaga! Shaun sedang kencing. Aku baru sadar kalau laki-laki kencingnya sambil berdiri. Dan batangnya yang dikeluarkan terekspos dengan jelas.

“Ih... Shaun mesum” aku berteriak gemes. Langsung lompat turun dari pundaknya. Shaun juga sama-sama kaget. Mukanya melongo... ia terdiam untuk beberapa saat!

Astaga, ia gak sadar kalo tadi masih memapahku. Dasar laki-laki, kencing sembarangan. Eh.. kontolnya masih kelihatan jelas, belum dimasukan juga. Ia melanjutkan kencingnya yang sempat terhenti.

“Aahhh” Aku berteriak keras. Aku baru sadar masih terus melihat kontolnya. Ih malu sekali... aku langsung lari menuruni bukit duluan.

“Naya... kenapa?” Kak Titien dan Kak Brian menghadang lariku. Mereka sudah dekat dan mendengar teriakanku. Mereka berdua membawa tongkat kayu, pasti untuk membuat usungan.

" Uhh Kak, Shaun jahat! Ia mesumin aku ... Shaun sampe membuka celananya terus.. mengeluarkan itunya.. eh.. terus...” Aku segera memeluk Kak Titien dan mengadu....

Astaga... belum selesai aku bicara Kak Titien sudah marah sekali. Mukanya menjadi keras menahan amarah. Ia langsung pergi melabrak Shaun yang sudah kelihatan datang berlari mengejarku. Celana Shaun belum terkancing sempurna, masih terbuka sebagian, dan ia sementara merapikannya. Untung isinya sudah di dalam.

“Bangsat! Awas kamu berani-beraninya mencabuli adikku!” Kak Titien memarahi Shaun. Tongkat yang ditangannya bergerak siap memukul. Untuk Brian sempat menahannya...

“Eh.. kenapa?” Shaun kaget ketika Titien hampir menyerangnya.

“Kamu mau memaksa mencabuli Naya!” Titien semakin beringas.

“Titien... sabar dulu dong. Dickhead bukan begitu orangnya. Kita dengarkan dulu ceritanya.” Brian berkata bijaksana.

“Tidak ada sabar-sabar!” kak Titien masih marah walaupun sudah tidak lagi menyerang.

Shaun dan Brian masih terdiam tak berkutik, dua laki-laki besar ini ketakutan sama kakakku! Wah... wah... enak juga yah dapat kakak seperti itu.

“Kak Titien.. bukan begitu kak.” Akhirnya aku juga menahannya. Kak Titien galak sekali, deh.

Akhirnya aku bercerita... menjelaskan kejadian sebenarnya. Shaun pun menambahkan versinya. Intinya ia lupa kalau masih memapahku dan kencing di bawah pohon. Aku malu sekali...

“Hahahahahha” Brian tertawa terbahak-bahak.

Kak Titien tidak marah lagi, malah ikutan tertawa... hilang semua galaknya. Untunglah Kak Titien mengerti keadaanku, dan langsung memelukku. Gemes deh!Aku menyembunyikan muka dibahunya seperti biasa.

“Duh, kamu itu yah, gak bisa kalo diam aja, selalu bikin masalah” Kak Titien memelukku erat sambil tertawa-tawa.

“Kak Titien... jangan tertawa lagi dong. Mau dicubit yah?” aku mengancamnya sambil berbisik.

“Ok.. aku tak akan ketawa lagi asal kau jawab pertanyaanku!” bisik Kak Titien. Aku merasa was-was, pasti ada sesuatu deh.

“Kakak cuma mau tanya, kok... kontolnya Shaun besar gak?” bisiknya sambil tertawa-tawa.

“Ih.. kakak mau tauh aja. Bilang gak yah!” Aku tertawa...

“Ayo dong... masak simpan rahasia sama kakak!” Duh! Maksa banget...

“Eh, jangan bilang-bilang orang yah!” aku jadi terpengaruh candanya.

“Iya”

“Hihihi... kontolnya besar dan berbulu lebat!” bisikku jujur.

“Astaga! Kontolnya Shaun berbulu lebat?” Kak Titien tidak sadar sudah berteriak. Brian dan Shan tertawa terbahak-bahak.

“Ihhh, kakak. Tuh kan, gitu deh...” aku malu sekali.

“Hahahahahah...” mereka bertiga masih saja tertawa.

“Ayo jalan lagi… nanti tidak sampai-sampai!” Brian memutuskan lagi. Kita berempat masih terus bercanda sepanjang perjalanan.

“Eh... tunggu dulu?” Kata Shaun kayak baru ingat. “Naya sudah bisa jalan? Kakinya sudah baikan?”

Yah kedapatan deh. Terpaksa aku harus berterus-terang.

“Kakiku sebenarnya gak apa-apa. Aku cuma cape dan mau kerjain kamu aja!”

“Hah?!?” Shaun kaget... Brian hanya tertawa.

“Hah Naya?” Kak Titien juga kaget. “Kami sudah cape-cape turun cari kayu, kamu enak-enakan mau digendong!”

“Hush... biarin aja Tien. Kalo gak digendong, kapan lagi bisa berkenalan sama si Brondong!” Brian mulai lagi. Titien pun tertawa… Aku hanya menutup rasa maluku dengan tertawa.

Bersambung
 
Pertamaaaax..
Kirain ketemu brondong siapa gitu tokoh baru.. Ternyata brondongnya shaun.. Haha
Nice update.. So much fun
 
Mantap :adek: Edo beruntung dapat Brenda udah foreplay duluan beda ama naya dan titien yang masih malu malu :tegang:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Suhu, ini sebenarnya pas si bule2 lagi ngobrol sama Naya, Titien dan Edo, pake bahasa inggris kan ya? ane agak bingung
 
Yaaaa......kirain udah updet....tapi bener juga yah koq ngomongnya pake bhs kita, dicampur donk biar keliatan memang main sama bule
 
Gini aja Hu.. Saya g ngerti bahasa inggris
Hehe
 
Suhu, ini sebenarnya pas si bule2 lagi ngobrol sama Naya, Titien dan Edo, pake bahasa inggris kan ya? ane agak bingung

Pake bah Inggris sih sebenarnya.., tapi supaya mempermudah penulisan, Indo aja, uah? Nanti kalo ada iatilah bahasa inggris hanya supaya dapat feelnya...
 
Update Jumat besok mudah-mudahan dapat 2 episode lagi, udah tinggal revisi. Terus kasih semangat yah!
 
Episode 7 The mighty grab

POV Titien.

“Brenda.... Edooo... Brenda... Edooo!”

Kami berempat mencari Brenda dan Edo yang seharusnya menunggu kami disini. Ternyata tempatnya luas sekali dan gedung-gedung tempat ibadah berjumlah enam buah itu lebih besar dari yang ku bayangkan sebelumnya.

“Kita menyebar saja, setengah jam lagi kumpul di sini. Dickhead dan Naya kearah sini, aku dan Titien ke sebelah sana!” Brian sudah memutuskan lagi.

Brian memang hebat, ia cocok jadi pemimpin.

Setelah 10 menit berkeliling dan memanggil-manggil, akhirnya Brian memanggilku duduk di pojokan bersandar di salah satu gedung. Lantai yang dari keramik membuat kami bebas menyandarkan pantat, tanpa takut kotor. Kami duduk berdekatan... hening tercipta.

Brian mulai bergerak... tangannya takut-takut memelukku, duh! Aku juga memeluknya, membuatnya merasa nyaman. Mata kami bertatapan, sangat sendu. Matanya kembali bicara menyapaikan keinginannya... bibirnya kini mendekat.

“Eh kenapa?” suaraku sangat lirih... malu-malu menahan gairah. Apa aku harus memulainya lagi, yah..

“Eh mau lagi, dong?” suara Brian juga bergetar.

“Mau apa?” aku pura-pura bertanya. Mencoba menguasai diri. Jaim dikit...

“Titien, bolehkah aku menciummu? Aku mencintaimu... aku menginginkanmu” Brian akhirnya mengaku... Terlihat betapa tersiksanya ia memendam perasaannya selama ini. Wajahnya kini lega dan penuh pesona.

Aku hanya tersenyum... senyum yang paling manis. Kata-kata yang paling indah yang pernah aku dengar. Berbeda dengan cowok-cowok lain yang pandai berkata-kata merayu, Brian tembak saja, gak pake neko-neko. Eh, Berani juga dia… tak takut ditolak emangnya.

Mataku tertutup, tapi bibirku terbuka. Semakin maju... Debaran hatiku berbisik, ayo dong Brian. Masak aku lagi yang harus memulai.. aku mengintip kecil... tapi segera menutup mata lagi. Brian sudah dekat... dan...

Cupppp!

Eh Brian mencium dahiku...penuh perasaan. Sekarang bibirnya menyentuh alisku... dan alis yang sebelah lagi. Ciumannya sempat singgah di mata ku dan kini turun ke hidung dan pipiku. Aku merasa terangkat... seperti putri-putri dongeng yang lagi dicium pangeran. Semua sentuhannya penuh perasaan. Aku tak pernah diperlakukan seperti ini….

Hilang semua pertahananku… aku hanya bisa pasrah. Tak bisa berpikir lagi. Ini terlalu indah.

Tak lama kemudian bibir kami bertemu... memancarkan aliran-aliran cinta. Brian menciumku lembut. Memilin bibirku seperti ice cream. Ciumannya penuh perasaan.. aku terhanyut.

Cowok di depanku ini adalah cowok romantis... pesan-pesan cinta keluar dari cara ia memperlakukanku. Aku sangat tersanjung. Segera tanganku melingkar di kepalanya dan melumatnya penuh gairah.... ‘I love you too, Romeo” bisik hatiku ku di sela-sela ciuman.

Baru sekarang dalam ciuman aku merasa melayang... tubuhku tidak kuat lagi, rasanya mau jatuh. Brian mengerti, ia memeluk pundakku dan dibaringkan ke lantai keramik. Tubuhnya naik keatasku... aku tambah deg-degan... posisi kita sudah seperti orang bersetubuh. Badannya saja sudah menempel mesra... sementara tangannya terus membelai pipi, dagu dan leherku. Ciuman yang sangat membuai kembali kurasakan... aku membuka mata! Ini mimpi atau kenyataan, mengapa begitu sempurna? Aku semakin pasrah…

Brian kini menarik sedikit bibirnya.. ciuman harus dilepaskan dulu, kami berdua sudah kehabisan nafas. Ia memandangku dengan cinta... aku balas senyum.

Brian membelai mesra rambutku, dan aku memeluknya terpesona. Dan ciuman hangat itupun di mulai lagi... kali ini penuh dengan gairah. Ia memburu masuk ke mulutku dan menguasai bibirku, menuntut dan mendesak. Semua gairahnya sangat terasa dalam ciuman kali ini.. aku jadi terbangun. Aku tak dapat berpikir lagi.

Bibirnya kini turun ke leherku... kebagian yang terbuka di atas kaosku, mulutnya kini mengisap dan membelai. Tangannya kini tidak tinggal diam... membelai badanku membuatku mengelinjang karena payudaraku sempat dibelai dari samping. Kini bibirnya turun ke antara dadaku… melewati lembah antara dua gunung, aku penasaran. Dan tangannya menyusup kebelakang… dari pinggang terus keatas, membelai mesra punggungku.

Ah.. aku mendesah .. gairahku sudah terpancing… semakin kuat.
Selain serangan dari bibir dan tangannya, ada pula serangan yang lebih hebat lagi. Kontolnya kini sangat tegang, terasa sekali membelai-belai bagian tubuhkan yang kini menjadi sangat sensitif. Celana basket yg tipis itu tidak mampu menyembunyikan batangnya yang sudah terangsang.

Aku tidak tahan... tanganku bergerak menahan kontolnya... sangat terasa walau dari luar, ujungnya sudah hampir nongol. Kalau aku biarkan menyentuh tubuhku bisa bahaya nih!

Kontolnya ku tahan terus, ih... kenapa keras sekali... panjang lagi. Aku terpesona, tanganku mulai menggenggamnya, ia semakin bergerak… dari genggaman kini menjadi kocokan kecil. Brian tampaknya keenakan. Aku tersenyum, mendapatkan cara untuk menyerang balik.

Tangannya semakin nakal menyusup ke ketiak dan pungungku. Kontolnya hampir keluar, terus mendesak dan melewati kain tipis. Tak sadar tanganku sudah menyusup kedalam celananya, dan kini sudah menggenggamnya penuh. Cukup sampai segitu dulu yah...

Semakin ku belai, semakin kurasakan ukuran aslinya, uh genggamanku tak cukup. Benar-benar panjang dan besar... ihhh aku jadi nakal sekali. Tangan Brian masih di luar bajuku, mencari tonjolan nikmat dan menyerangnya dari samping.

Kaosku mulai diangkat dan tangannya mulai membelai perutku... untung masih terganjal pertahanan bra-ku. Payudaraku terasa nyut-nyut disodok-sodok dari luar bra. Aku harus kuat bertahan walau sebenarnya sudah sangat terangsang. Putingku sudah berdiri... mendesah kuat menahan gairah... tapi Brian masih mempermainkanku. Menyodok-nyodok tokedku dari kiri, kanan dan dari bawah, Toket ku kini harus ku lindungi dengan tangan kiri menahan sapuan tangannya.

Sementara itu tanganku masih memegang kontolnya, harus menyerang balik. Brian mulai mendesah….ah! terus... tiba-tiba tangannya meremas kuat, langsung menyusup di bawah braku secara tiba-tiba. Suatu serangan gerak cepat sehingga tangannya langsung menutupi payudaraku. Tadi aku cepat menepis, tetapi tak sempat menjaga pertahananku. Putingku langsung bereaksi ketika terkena permainan jarinya! Dan tak sempat kucegah lagi... ahhhhh... Aku langsung orgasme.

Pada saat yang sama terasa kontolnya pun berdenyut kencang tanda hendak memuntahkan laharnya... Hehe, satu sama kok. Ku kocok ujungnya lebih cepat dan akhirnya menyemprot. Tubuh Brian juga menegang… dan tanganku merasakan semprotannya di jari-jari. Pasti ia juga nyampe...Oh, indahnya. Aku masih melayang...

"Jret... jret ... jret."

Bunyi apa itu, kayaknya familiar deh.

“Astaga kalian!” Terdengar suara Shaun.

Aku membuka mataku... gelombang kesadaran kini memasuki ragaku.

“Naya... Shaun... Ihhhhh.... pergi-pergi sana, ganggu aja.” Aku teriak kesal... gak ngerti banget sih dua anak ini.

“Kakak Tien.. kalo mo begituan cari hotel dong, masak disini... tuh sudah banyak orang sementara kemari.”

“Naya... dengar baik-baik, kakak Titien dan Brian hanya, eh? ciuman doang disini. Gak buat yang macam-macam” Sahutku membela diri sambil menepis tangan Brian dari dadaku. Untung pakaianku masih tetap kupakai, walau agak perutku sudah tersingkap dan tangan Brian jelas-jelas tadi berada dibalik kaosku.

“Terus yang ditangan kanan kakak apa?” aku baru sadar.. eh sampe sekarang tanganku masih di dalam celana pendek Brian menggenggam kontolnya yang masih terasa besar. Padahal kan sudah menyemprot! Kok bisa... Segera kulepaskan kontol itu dan mengeluarkan tanganku... ternyata langkahku salah... karena tergesa-gesa, justru aku membuka celana Brian dan mengeluarkan isinya.

Kontol Brian yang besar mulai kelihatan jelas masih tegang dan bergoyang-goyang bergantung dari pangkalnya. Brian masih tidur terlentang, menikmati sisa-sisa kenikmatan…

"Ahhhh" Naya menutup mukanya... Mengalihkan pandangan dari kontol besar itu.

Shaun yang selama ini tidak perhatikan, kini melihatnya dengan jelas.

“Apa itu! Kok kalian lagi jualan terong disini, hahahaha!” Shaun tertawa terbahak-bahak.

“Ih.. Brian. Cepat simpan dong! Hehehehhe..." Aku tak malu-malu lagi mengambil batang itu dan menyelipkan dibalik celana Brian. Tapi sebelum menutupnya rapi, iseng aku remas kontol itu kuat-kuat. Siapa suruh jorok, sudah keluar tetap tegang ... Masih mau kali.

“Ahhhh... pelan-pelan dong” Brian teriak kesakitan.

“Patahin aja Tien.. nanti tukar dengan ketimun” Shaun meledek kami lagi. Naya masih aja tertawa. Aku malu sekali. Hanya bisa tertawa... Awas kamu Naya! Aku langsung bangun dan kembali memeluk leher Naya. Aku memegangnya erat-erat, mengeluarkan perasaan puas baru orgasme.

“Ih Kakak… apa itu?” Naya memegang tanganku. Ada cairan putih kental disana. Itu apa yah? Gak tauh itu apa. Astaga… itu pasti pejuhnya Brian. Aku ingat kontolnya sempat menyemprot ke jari-jariku. Dan karena pelukanku sebagian cairan sudah berpindah ke leher Naya… rasain! Anak itu langsung marah-marah, tapi aku sudah lari menjauh…

Naya yang baru sadar masih cemberut dan mengejarku. Kami tertawa-tawa lagi. Yah ampun, hari ini aku mesum sekali yah….

Aku menutup mataku. Mengingat kembali kontol Brian di genggamanku. Besar, panjang dan hangat. Memang kontol cowok bule yang istimewa. Kemudian suatu gelombang kesadaran kini menimpaku.

Kontolnya Brian besar sekali... trus panjang lagi. Trus baru nyemprot sudah tegang lagi. Kata orang sih pasti nikmat. Ahhhh….

Tapi, apa bisa muat ya? Wah… Bisa hancur memekku diobrak-abrik.... Ihhh, kok sampe berpikir jorok begitu. aku menjadi merah sekali...

Mana pantas anak perawan mesum seperti ini.


----------------------
POV Naya

Ping… sms

“Romeo, tenyata Nerd-ho dan si Edo sudah di mobil!” kata Shaun.

“Mereka baru sms? Gimana sih bekin orang kesal," jawab Brian.

“Kenapa sih kamu uring-uringan soal Brenda?” Kak Titien bertanya… ada nada cemburu di sana.

“Kalo tauh begitukan kita masih bisa lanjut lagi yang tadi…” Brian menatapnya sambil tersenyum.

“Huh… maunya!” cubitan Kak Titien bersarang di perut dan pinggangnya.

“Cieeeh… yang lagi cubit-cubitan!” Aku mengejek mereka.

“Kenapa? Mau yah… minta sana sama Brondongmu!” Kak Titien balas meledek.

“Cuma heran… kok tumben cubitnya di perut. Biasanya kan tangan Kak Titien langsung ke batangnya” jelas ku.

“Apa? Awas kamu yah…” hehehe…

Kak Tien tertawa sendiri, dan ujung mulutnya terlihat senyuman. Kayaknya betul tebakanku …

"Kak Titien dengar baik-baik! Kak masih ada utang ke Naya! Itu lihat leher Naya masih jorok! Kak Titien harus siap-siap terima akibatnya!"

---------

Jalan menurun dari Bukit Kasih terasa enteng dibandingkan dengan waktu mendaki. Tidak terasa kami sudah berada di bagian dasar, tempat jualan. Di jalan kami bercanda terus, dan Kak Titien tiap kali ada kesempatan memelukku. Wajahnya masih merah… mungkin malu kedapatan bermesraan tadi. Sekilas ku melihat wajah cantiknya… wah tetap segar biar sudah keringatan. Apalagi baru orgasme seperti ini. Orang bilang wanita itu paling cantik waktu barusan orgasme...

Kak Titien memang cantik dan lincah… tapi rasanya kok lain. Kak Titien biasanya tertutup kepada kepada orang baru, apalagi cowok. Banyak cowok ganteng yang terus mengejar ketika berkenalan dengannya, tapi dengan gaya anggunnya ia menolak. Tapi sekarang… malah dekat sekali dengan Brian dan eh, kok jadi mesum? Sejak berakhir dengan kakakku Titien terkenal paling anti yang namanya romantis, malah gak mau dekat-dekat cowok.

Kak Titien sudah berubah, dan tak ada yang tahu kenapa. Sekarang udah mesum banget… hehehe, mungkin kayak aku. Masak dari kemarin pegang-pegang kontol terus. Masak anak perawan langsung ciuman sampe grepe-grepe dengan seperti itu kepada cowok yang baru dua hari kenal. Orang bule lagian…. Mana ada cewek baik-baik sperti itu, hayooo. Eh ada… sih! Ternyata ada juga perawan yang mesum kayak dia, namanya…. Naya! Hehehe. Baru nyadar, kali.

Aku terenyum… ingat apa yang terjadi di atas waktu kita menyebar mencari Edo dan Brenda.

Hehehe… sebenarnya sih bukan Kak Titien doang yang mesum.
Flashback 30 menit lalu.

-----

“Edo!!!! Nerd-ho!!!” Shaun dan saya sibuk mencari dan memanggil-manggil. Kemudian saya mendengar ada suara di rerumputan… agak tinggi sih.​

Mungkin mereka dua lagi ngumpet di sana. Saya jalan pelan-pelan… rencana untuk mengagetkan mereka. Shaun masih memanggil…

“Shhhh…!!!” Shaun langsung diam tanpa suara. Ia mengikutiku dari belakang.

Saya semakin mengendap, mencoba mendengar. Pasti malu deh kalo ketangkap basah… saya siap dengan camera hape.

Kemudian menghitung dalam hati… 1… 2…. 3…. Dan hap! Lompat sambil teriak!

“Aaaaa….. Apa itu?’ terlihat dua ekor monyet liar, binatang khas minahasa atau biasa disebut yaki, sementara asik makan. Mereka tampak marah diusik..lalu lari menghambur sambil mengeluarkan suara. Saya juga kaget dan takut. Langsung berbalik arah dan lari ke arah Shaun. Dari jauh aku melompat dan memeluk tubuh Shaun. Ia langsung jatuh… dan kami berdua tertidur sambil berpelukan… aku masih ketakutan. Tapi enak juga pelukan si Shaun… saya diam aja.

Eh apa ini? Tiba-tiba saya sadar.
Tangan Shaun mendarat tepat di atas dada… eh malah mulai meramas toket kiri. Saya kegelian, tapi Shaun tidak mau berhenti. Terus meraba dan meremas.

Ciumannya kini mulai turun di leher saya… aduh… gimana sekarang? Apa akal?

Saya mencoba meloloskan diri tapi Shaun mendekapku dengan kuat.Ia masih bernafsu mengrepe-grepe saya yang tidak bisa menolak lagi. Toket saya jadi bulan-bulanan tangan Shaun yang besar. Dalam hitungan ketiga Bra saya sudah terlepas… dan tanktop saya sudah turun mengeluarkan isinya.

Toink! Tokedku langsung terekspose bebas dihadapannya. Shaun menatapnya tanpa berkedip, ia seakan terpana tak percaya melihat toked yang kencang dan bulat itu. Ukurannya sih hanya sekitar 33B tapi ujungnya meruncing dan putingnya menantang.

Tangan Shaun mulai bekerja meremas toketku dengan penuh perasaan. Aku jadi terbuai... ia memelentir putingku, membuat aku jadi kegelian. Jari-jari tangannya sangat lincah menjepit dan terus mempermainkan toket dan pentilnya. Nafsuku sudah di ibun-ubun... mulutnya mulai mendekat... menciumi dadaku dan memagut puting dan mengisap kuat. Ahhhhhh....

Eh..eh! Shaun tidak mau berhenti menetek di toketku. Ciumannya menjelajah dari toket satu ke toket lainnya, eh kini malah turun terus ke perut. Ih... geli sekali. Shaun masih terus mempermainkanku.

Saya tidak mampu meronta entah kenapa… astaga, ia pasti mengincar memek saya, pertahanan terakhir saya. Tangannya sudah membelai-belai bagain bawah perutku. Aku tak mampu bertahan, tenagaku sudah lemas. Disaat tangannya hampir masuk ke celana, saya ingat pesan Titien.

“Kelemahan cowok itu di kontol. pegang kontolnya”.

Tangan saya langsung masuk ke balik celana basket Shaun dengan mudah karena longgar. Jariku terus mencari sesuatu yang akan digenggam… Wah besar sekali, panjang lagi.

Saya mencari pegangan yang pas… Shaun menggendorkan serangannya, mungkin keenakan batangnya diremas-remas ….Tapi kemudian serangan Shaun kembali memborbardir pentil di toket dan tangan satu sudah masuk ke celana mencari bibir di balik semak-belukar,… Saya tidak ada kuat lagi! di saat yang genting itu saya masih berpikir, sekarang atau tidak ada kesempatan lagi. Sedikit lagi saya akan pasrah…. Saya langsung meremas kontolnya sekuat-kuatnya.

“Ahhhh” Shaun teriak keras-keras. Gak tauh kalo dia keenakan dan kesakitan. Saya langsung melepaskan diri. Uh hampir saja… kalo terlambat 30 detik lagi, bahaya ini. Pertahanan terakhir hampir saja diterobos.

“Rasain kamu, mesum!” Shaun masih berguling meringis kesakitan.

“Ih, Naya bikin kentang!” Shaun meringis... “Awas yah, kalo aku dapat lagi, akan ku…”

“Emangnya kamu berani! Saya lapor sama Titien”

“Eh… kalo perlu kamu berdua aku layani!’

“Ih … mesum. Kalo berani macam-macam lagi aku patahin kontolmu, hahaha!”

Saya langsung menyuruh ia bangun ketika ada rombongan turis mendekat.hampir saja, Ayo cepat Shaun! Saya berjalan mencari Titien, minta perlindungan kakak ku yang baik itu. OMG!

Naya kamu terlalu nakal sih. Saya sadar saya telalu banyak menggodanya hari ini. Hampir deh… Aku kini menyadari akibat perbuatanku.

Teringat kata-kata Kak Titien, "Naya.. keperawanan seorang gadis itu sangat berharga. Perawan adalah kehormatan dan tidak boleh sembarang orang, karena sangat menentukan kehormatan seorang gadis. Berikan tubuhmu kepada orang yang layak menerima cintamu, dan dipercaya menjaga rahasiamu yang paling dalam. Orang yang berhak adalah mereka yg telah menunjukkan mereka berharga bagimu."

Kak Titien bukan orang yg naif yang percaya harus jaga perawan sampai menikah, ia juga gak alim-alim amat sih. Buktinya sampe bercumbu hot seperti tadi. Tapi ia adalah orang yang punya prinsip dan menjaga kaya-katanya, Aku beruntung ia adalah pelindungku, dan kata-katanya selalu ku hormati. Eh... apa menurutnya Brian orang yang tepat? Ihhhh, Naya jangan dulu berandai-andai.​

----------

Kembali ke masa sekarang

Saya dan Titien berjalan di depan, kami terus mencurahkan perasaan kami dengan saling memeluk. Saya butuh pelukannya mengingat peristiwa tadi. Pasti Titien juga demikian. Makasih kak… saya bilang dalam hati. Untung kakak bilang cara menyelamatkan diri. Pantesan tangan Kak Titien cari kontol terus. Hehehe.

Pintu depan mobil terbuka dengan keras. Saya melihat Brenda duduk di kursi tengah terengah-engah… kayaknya ia sementara melumat sesuatu dengan nikmat, lucunya dia harus tunduk baru makan…

Brenda kayak kaget. Kak Titien yang masuk lewat pintu depan yang satunya kelihatannya terkejut melihat Brenda. Ia terpaku dan tak bisa bicara…

“Brenda, makan apa? Bagi dong?” ujar ku

“Huh???” Kak Titien hanya bengong tak tauh bilang apa… Wajahnya merah.

Penasaran….saya mencari tauh apa yang dimakan Brenda. Terdengar suara Edo berdesah…
Gebyar!!!

Ternyata Brenda tadi lagi menelan kontol Edo yang sedang mengacung sempurna. Karena kaget Brenda melepaskan lumatannya.

Edo sendiri tidur terlentang menikmati kontolnya di oral Brenda dari atas tadi. Kontol besarnya terlihat jelas mengkilat dan mengangguk-angguk. Edo masih mau, kayaknya hampir keluar.

“Ahhhhhhh” saya dan Titien berteriak bersamaan. Kami langsung lari keluar dari mobil kayak orang kebingungan. Baru sekarang kami melihat jelas kontol cowok lagi dioral…

Shaun dan Brian mendengar teriakan kami… langsung menuju ke mobil dan membuka pintu mencari kalo ada binatang.

Mereka dua turut berteriak kaget lalu tertawa…. Kontol Edo mulai loyo, tapi Brenda mulai hisap lagi, tidak mau melepas. Shaun dan Brian masih tertawa-tawa. OMG!

Saya langsung memeluk Kak Titien lagi. Kami juga masih ketawa… Iseng saya berbisik dan bertanya, “Kak Tien, mana yang besar kontol Edo ama Brian?”

“Yah Brian lah, ia kan bule. Kontol Brian lebih panjang, dan lebih besar sedikit…” kata ka Titien. “Tapi kontolnya Edo keras banget, loh. Juga agak besar di helmnya!”

“Eh Shaun juga...keras dan beringas.”

“Hah kamu sudah pegang emangnya?” Tanya Titien.

Aku tambah malu, langsung mencubitnya. Untunglah Kak Titien tidak tanya-tanya lagi. Eh mungkin juga ia takut karena tanganku sudah dekat payudaranya.

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd