Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Istri Pelaut

Di lama2in dulu petualangan Ina mencari mangsa suhu👌
Ntar baru deh kedepannya ina di buat mabuk kepayang dengan pesona seorang pemuda ☺️
Bukan seperti Aslan loh ya pemudanya 😂
 
Keren ilmu belakang pelayarannya hahahah mantap suhu, thanks for an update
 
CHAPTER VIII



Pelabuhan 2 Captain



Ruko 2 lantai ini memang sangatlah terjangkau bagi Ina. Lokasinya di pinggiran Jakarta, memiliki parkiran yang nyaman, dan meski banyak yang masih kosong karena pandemi melanda negeri ini, namun denyut ekonominya tetap terasa di Kawasan ini.

2 tahun ruko ini dikontrak oleh Ina. Harganya pun terjangkau, hanya sekitar 70 juta pertahun, namun kondisinya yang parah akibat penyewa yang lama yang jorok dan tidak merawat dengan baik, membuat Ina meski dapat harga murah, harus merogoh kocek lagi untuk perbaikan serta pengaturan sesuai apa yang dia mau, karena pemilik ruko hanya menyewakan dengan kondisi yang ada, dan ini membuat harga ruko yang seharusnya dikawasan itu pasarannya 90-100 juta pertahun, yang ini hanya 70 juta saja.

Semua staff nya dia di lantai bawah, dan hanya dia sendiri di lantai atas. Ada ruangan meeting yang disekat dan diberi meja panjang untuk 8-10 orang duduk untuk menerima tamu atau teman-teman arisannya, dan ada satu ruangan kantornya dia di bagian depan, yang ada meja kerjanya dia, serta satu set sofa mungil untuk tamu pribadi berkunjung.

Pukul 18.30 WIB

Pintunya diketok.

“masuk……”

Ruangannya memang dibuat sekat dengan partisi gypsum, dan dalamnya diberi wall wood panel agar terlihat estetik, sehingga berbeda dengan ruang meeting yang pakai kaca sebagai sekat. Ruangannya dia benar-benar tertutup dan privasi.

“Mbak…. Balik yah….” Sartika adiknya melongokan wajahnya

“oke….”

“mbak belum balik?”

“ada siapa di bawah?”

“ngga ada siapa-siapa… semua sudah pada balik…..”

“oh… oke…. Aku masih ada kerjaan…”

“baiklah…. Dadah…..”

Sartika pun menghilang

Ina tidak perlu kuatir, karena memang keamanan disini sangat baik, dan lagipula ada Pak Kuswan yang standby menunggu, entah dia duduk di pos satpam, atau tidak di parkiran di bagian bagasi mobil yang dia suka buka sambil main ponsel.

Roller blind diturunkannya karena hari sudah gelap, dan ac yang suhunya dingin agak dinaikan agar tidak terlalu dingin. Angka 25 derajat di remote AC rasanya cukup untuk ruangannya yang tidak terlalu besar ini.

Otw yah Mbak

Whatsapp dari Fadli barusan dia baca.

Hati-hati Capt

Perkiraan tiba disini palingan sejam lagi.


Ina lalu mengirimkan pesan ke mbak dirumah untuk memastikan anaknya sudah makan dan cepat tidur. Dia mungkin akan pulang agak telat, karena Fadli saja tiba di kantornya mungkin jam 8 atau jam setengah 9 malam, dan jika mereka lanjut ngobrol pasti tidak mungkin hanya setengah jam disini.

Capt sudah makan?

Agak lama dibalasnya mungkin karena menyetir

Belum Mbak

Dibalas sekitar 15 menit kemudian

Aku pesanin sate yah, enak banget sate langganan aku.

OK boleh

Sate ayam, daging atau kambing?

Ayam aja mbak.

OK


Dia lalu menelpon Pak Kuswan, dan dia keluar menemui Pak Kuswan di tangga.

“Pak, tolong beli sate di depan sana, sate ayam 1 porsi sama lontong, sate kambing ngga pake nasi, trus bapak beli juga sate ayam sama nasi atau lontong…..”

Pak Kuswan menganggukan kepalanya

“oke Bu….”

Uang 150 ribu pindah ke tangan Pak Kuswan.

Pukul 20.15…..

“Udah dibawah nih, Mbak…….” Ujar Fadli lewat sambungan whatsapp call.

“langsung aja masuk ke dalam, lurus nanti gang kedua dari pintu masuk belok kiri ruko no 5 sebelah kiri….” Ina memberi petunjuk

Lalu

“yang disamping JNE yah?”

“iya…. Parkir aja disitu, disamping mobil aku…..”

“oke….”

“nanti langsung aja naik ke lantai dua yah….”

“oke…”

Fadli memarkirkan mobilnya tepat disamping mobil Ina, dia melihat ada bapak-bapak yang sedang duduk di depan ruko di kursi baso.

“ini kantornya Bu Ina kan?”

“iya Pak…. Langsung aja keatas….”

“oke Pak….”

Sepertinya Ina sudah memberi instruksi Kepada bapak yang dibawah ini bahwa ada yang akan datang menemuinya mala mini. Fadli lalu langsung masuk lewat pintu kaca, dan rollingdoor depan sudah tertutup kiri dan kanan, menyisakan celah untuk ke pintu masuk saja.

Ina sudah menunggunya diatas tangga, dan begitu Fadli masuk, ada pintu kaca diatas setelah tangga untuk memisahkan ruang bawah dan atas.

“halo MBak….”

“Hai Capt….”

Mereka bersalaman dan kali ini Fadli dengan berani mencium pipi kiri dan kanan Ina.

Dada Ina bagaikan terhentak, mendapat cipika cipiki dari Captain muda ini.

“ayo….”

“bagus kantornya…” kata Fadli sambil memandangi ruangan meeting dan gang ke ruang kerja Ina, ada lukisan di dinding, dan juga beberapa foto-foto Ina di berbagai lokasi

“bagusan kantornya Capt Fadli dong….”

“ngga… ini beneran bagus….”

Ina tertawa

“silahkan Capt…”

Ina mempersilahkan Fadli masuk ke ruangannya.

“small is beautifull…..” puji Fadli lagi

“yah…sementara segini dulu mampunya Capt…..” ujar Ina sambil sedikit tersipu “ moga-moga bisnis bagus dengan Capt Fadli, bisa kita kembangkan lagi…..”

Fadli tertawa kecil

“duduk Capt…”

Fadli duduk di sofa kecil letter L di ruangannya Ina. Dan Ina kemudian membuka kulkas kecil yang ada di samping mejanya

“mau minum apa Capt?”

“air putih aja…..”

Ina lalu meletakan aqua botol ukuran 330 ml di meja sebanyak 4 buah, dan kemudian menyodorkan sate yang sudah disiapkan di piring

“makan dulu Capt….. pasti lapar…”

“wah, servisnya memang paten Mbak cantik ini…..”

Ina tertawa kecil

“iya dong, kalo ngga paten bisa kabur captain Alex…..”

Fadli tertawa

“capt Alex kabur masih banyak Capt yang lain antri…..”

“mana ada…” ina tersipu mendapat pujian seperti itu

“Mbak ngga makan?”

“sudah tadi…..”

“oh oke…..”

Fadli pun mulai menyantap sate ayam

“enak….”

“rekomended memang ini….”

Ina sendiri karena menunggu Fadli lama, dia sudah duluan menyantap sate kambing, dan suasana berduaan denagn sosok seperti Fadli membuat Ina agak sediki sembriwing jadinya. Apalagi pengaruh dari sate kambing yang disantapnya.

“ ini luas berapa, Mbak?” tanya Fadli sambil memperhatikan ruangan Ina

“ini total sih 45 meter yang atas, 4,5 x 10 meter, yang bawah 4,5 x 8,5 meter…..”

“oh…. Pengaturannya bagus yah…..”

“kalo ruangan ini 2,5 x 4,5…..”

“keren….” Fadli menganggukan kepalanya sambil menatap interiornya. Ada foto Ina yang besar dibelakang mejanya yang dipojok kanan, sedangkan sofa mereka duduk ada di pojok kiri dekat pintu masuk ruangan.

“cantik….” Puji Fadli melihat foto Ina di dinding, dengan gaun kebaya modern dia difoto secara eksklusif waktu itu. Di rak disamping mejanya ada foto Capt Alex dan anaknya Kalia juga dengan ukuran kecil.

“makasih….. bisa-bisa kena gula aku…”

“kenapa?”

“dipuji terus dari tadi… manis deh aku….”

Keduanya tertawa bersamaan

“dibawah siapa?”

“pak Kuswan… sopir aku….”

“oh oke…. Ngga apa-apa kan kita disini…”

Ina tertawa

“ya enggalah…. Kan kantor sendiri ini…..”

Fadli jadi agak tidak tenang melihat Ina hari ini. Blazer hitamnya sudah dicopotnya, sehingga hanya atasan kaos yang menempel di tubuhnya yang seksi itu. Belahan buah dadanya sering mengintip terutama saat dia menundukkan badannya, membuat Fadli agak menahan nafas.

Pria itu kemudian pamit ke toilet, sekalian mencuci tangannya karena tadi selesai makan satai.

“pulang malam ngga apa-apa, Mbak?” tanya Fadli sekembalinya dia duduk di sofa

“ngga…. Udah biasa…. Lagian ngga ada suami, ngga ada yang nungguin….”

Jawabnya sambil melirik ke arah Fadli

“oh….”

“capt sendiri ngga apa-apa kan?”

“saya sudah biasa pulang malam….”

“yang penting hasilnya yah…..”

“nah itu dia…..” tertawa lepas Fadli

Lalu Ina beranjak dan membuka lacinya, dia kemudian membawa 5 buah amplop untuk ke Fadli

“ini Capt…..”

Mata Fadli berbinar menerimanya

“total semua 5 crew, 7,5 per crew jadi semuanya 37,5 juta…..” dia menyerahkan amplop berisi uang ke Fadli

“hitung dulu Capt….”

“ngga lah… percaya sama Mbak cantik….”

“alhamdulillah….”

Sambil mengumpulkan amplop yang ada

“Mbak sudah dapat kan?”

Ina tersenyum simpul

“sudah…. Kebagian 1,5 per crew…..”

“lho? Emang berapa mereka ambil?”

“ngga tau sih… cuma dikasih ke aku tadi 9…. Tapi kan permintaan Capt kemarin 7,5 untuk rating…. Jadi yah gitu….” Tutur Ina sambil tersenyum

Fadli merasa jadi kurang enak. Dia lalu membuka amplop yang ada, menghitung uang didalam amplop, mengambil sedikit lalu menyerahkan kembali ke Ina satu buah amplop

“nih Mbak?”

“lho buat apa? “ Ina pura-pura kaget

“tambahin dikit lah jatah Mbak….”

“nanti buat Capt kurang lho…”

“udah ngga apa-apa…. Mbak Ina ini kita sudah kenal lama…”

“aduh… makasih banget yah….. jadi enak….” Ujar Ina sambil tersenyum sedikit nakal

Ina tentu senang sekali, karena akhirnya dia menerima total 28 juta dengan tambahan 3 juta lagi dari Fadli. Bisnis kali ini membuat dia sangat senang, karena dengan modal hubungan baik, uang 28 juta dikantonginya hari ini.

“Ngga apa-apa Mbak…. Hitung-hitungan berbagi dengan sahabat lama….”

“aku yang makasih lho….”

“iya, sama-sama….”

Lalu

“semoga mereka tidak mengecewakan diatas kapal…..”

“iya Capt…..”

“nanti kalo ada lagi kita kirim ke Capt dah…..”

“wah…. Jadi sering kesini nanti saya….”

“ngga apa-apa…. Sama malah senang kalo Capt sering kesini…”

Fadli tertawa medengarnya

“takut ah….”

“takut kenapa?”

“takut lupa pulang nanti…..”

“halah….. masa gitu aja takut…..”

Obrolan mereka pun berlanjut, sambil sesekali tertawa mengingat cerita-cerita saat Fadli sekapal dengan Alex. Fadli memang termasuk pintar dalam berbicara, sehingga jadi teman bicara yang menyenangkan, wajarlah di usia seperti ini sudah jadi crewing manager yang dikenal luas di kalangan crew-crew kapal.

Dada montok dan paha mulus Ina yang terbungkus rok mini itu jadi perhatian dan santapan mata Fadli dari tadi. Ina menyadari itu, meski demikian dia seperti mengulur ngulur waktu, dan malah bersikap sengaja, seperti mengangkat tangannya, atau sengaja menundukan badannya karena dia tahu jika ekor mata Fadli dari tadi tidak lepas dari buah dadanya.

Fadli dibuat tidak tenang dengan gaya Ina. Meski sudah ada tanda dari Ina sebenarnya, namun masih ada sedikit rasa sungkan dan segan, apalagi dibawah ada sopirnya yang menunggu.

Namun namanya nafsu yang mulai mengintai, memang mulai membuat Fadli belingsatan. Dia benar-benar penasaran, apalagi gaya dan cara bicara Ina yang memang agak menjurus, membuat isi celananya berdenyut. Istri dan 2 anaknya di rumah sudah tidak dia pikirkan saat ini.

Sebenarnya kedua kutub ini sudah searah, hanya saja tinggal menunggu momentum yang tepat untuk memulainya….

Lalu

“kalo gitu saya pamit yah, Mbak….”

“buru – buru amat?”

“aduh…. Udah lama kayaknya disini…..”

“ngga lah… senang kok ditemenin sama Capt muda yang keren….”

“makasih deh…….”

Fadli tersenyum agak malu

“ ya sudah kalo gitu….”

Ina berdiri dari kursinya, melangkah ke arah pintu yang tertutup, dan Fadli juga sama, berdiri untuk keluar.

Posisi Ina yang didepannya hendak membuka pintu, membuat Fadli dengan jelas bisa melihat bongkahan pantat seksinya Ina yang berdiri di depannya. Pinggulnya yang singset dan rambutnya yang barusan diikat keatas pakai jepitan, membuat lehernya yang putih mulus terlihat indah dan menggoda.

Untaian anak rambut di tengkutnya itu, memang menggoda iman seorang pria muda seperti Fadli.

Tiba-tiba Fadli dengan cepat menyergap Ina dari belakang.

Ina kaget karena dipeluk tiba tiba dari belakang

Dan belum hilang kagetnya dia, ciuman Fadli sudah menempel di lehernya

“Capt…. Apaan ini….” Berontak Ina

Namun Fadli tidak meperdulikannya. Pintu yang sudah dipegang handlenya oleh Ina jadi terlepas, dan tangan Fadli mulai menggerayangi perut hingga dada Ina.

“capt…. Ih kok nakal….” Rengek manja Ina

Dan begitu dia berbalik, langsung kembali direngkuh, dan bibir Fadli menempel di bibir Ina.

Meski sempat melawan, akhirnya Ina pasrah dengan serangan ciuaman Fadli yang menekan mulutnya, sambil tangannya yang melingkar di pinggul dan kemudian turun meremas pantatnya Ina dengan gemasnya.

“ough……” lirih suara Ina

Serangan bibir dan lidah Fadli lalu menmpel di leher Ina. Lidahnya menjalari leher indah dan bersih milik Ina, ciumannya kini mengelitik birahi Ina yang memang sensitif di bagian lehernya. Celah yang sellau bikin dia on nafsunya jika dicium di bagian lehernya.

Ina mendorong sedikit tubuh Fadli

Mereka bertatapan sebentar

Lalu kembali bibir Ina dilumat dengan ganasnya oleh Fadli

Tangan Ina lalu ditarik oleh tangan Fadli untuk membelai kaki tengahnya yang semenjak tadi sudah bertanduk

“ouh……” desah Ina saat ciuman mereka terlepas

Kembali bibir saling melumat, dan tangan Fadli meremas dengan agak keras buah dada nya Ina yang juga mengencang dari tadi. Remasan tangan Fadli yang agak keras sebenarnya agak sakit dirasakan, namun Ina suka sesekali dengan gaya spontan seperti ini.

Tangan Fadli lalu menaikan tepian kaos Ina yang berbahan elastis keatas, dan kemudan menaikan cup beha nya juga keatas

Kasar banget sih, bisik hati Ina

Namun setelah bulatan payudara itu keluar, mulut Fadli langsung melumat ujung pentilnya dengan ganas.

Ina semakin meracau dan meremas rambut Fadli.

“nakal banget sih, Capt…..”

Fadli makin ganas melumat bahkan disertai gigitan lembut. Sementara tangan Ina berusaha menjangkau batang keras yang masih terbungkus di celana Fadli. Gairahnya makin meningkat seiring dengan eksplorasi bibir dan lidah Fadli di buah dadanya.

Puas melumat buah dadanya, Fadli kembali menjumput bibir seksi Ina. Dia lupa kalau ini istrinya bekas captainnya dia. Yang dia tahu semenjak tadi gairahnya bagaikan dipancing dan digoda. Kini dia tidak mampu menahan lagi, apalagi melihat keseksian Ina, dan indahnya buah dadanya.

Ina lalu sambil menatap wajah Fadli dengan penuh gairah, dia menurunkan retsluiting celana Fadli, dan Fadli membantu membuka kancing celana dan sabuknya, lalu menurunkan celananya hingga paha, serta kolor boxernya sekalian, dan batang kemaluannya yang sudah tegang dari tadi melompat keluar.

“hmmmm….. pantas yah……” goda Ina sambil mengelus kepala topi bajanya Fadli dengan telunjuknya.

Mulutnya lalu membuka sejurus kemudian kontolnya Fadli masuk ke mulutnya.

Kepala Fadli langsung terdongak keatas. Wanita cantik dan seksi yang dari kemarin di Starbuck sudah buat dia ngaceng, kini sedang diantara pahanya dan menjilati batangnya, sambil berjongkok dan matanya dengan sayu menatap ke mata Fadli

“ough……” dia meremas dan membelai rambut Ina yang kini tergerai karna jepotannya copot. Sambil tangan kanannya mencoba menjangkau buah dada Ina yang menggantung dibawah sana.

Lumatan dan jilatan Ina memang luarbaisa rasanya, batang kemaluan Fadli bagaikan dipilin dan disedot dengan vacuum cleaner. Dia lalu memaju mundurkan pantatnya seperti sedang menyetubui mulut Ina yang termonyong monyong dibuatnya.

Pria itu menggigit bibirnya menahan nikmat yang dirasakan. Lidah Ina bagaikan sedang mendayu dayu menyapu kerasnya urat kejantanan Fadli, yang kini seperti meminta untuk dituntaskan segera, dan semakin mendekat ke ujung penantian jika dibiarkan mulut seksi itu memainkan bibir dan lidahnya secara konstan di batang tempurnya ini.

Dia lalu menarik agar Ina bangun, dan begitu Ina bangun, segera dia menyeruput bibir yang tadi menyedot kontolnya. Ciuman dahsyat kembali berpadu, kini malah makin sengit dengan saling berpilin lidah mereka masing-masing, dan kemudian tangan Fadli turun ke tepian rok mini Ina.

Dengan sedikit usaha, dia lalu menarik keatas rok mini yang ketat itu, sehingga celana dalam berwarna putih peach terlihat muncul di sela-sela pangkal pahanya yang putih mulus.

Fadli mendorong Ina agar berbaring di sofa mini itu, dan setengah duduk sambil menyandarkan badannya di sofanya, Fadli lalu menarik celana dalamnya agar copot dari pinggulnya.

Dan segitiga indah yang tercukur rapih, sehingga belahannya terlihat, muncul menyapa gairah Fadli, yang kemudian membuka pahanya Ina lebar-lebar, lalu menancapkan lidahnya di belahan vaginanya yang beraroma khas

Ina berteriak saat bibir Fadli mampir disitu.

Kini lidah Fadli lalu bermain di belahan itu dan meliuk liuk dari bawah hingga tepian atas garis belahan vagina yang tertata rapih rambutnya, membuat Ina berteriak lirih, merintih kecil menahan nikmat lidah sang manager crew.

Fadli rupanya yang kini tidak bisa menahan diri.

Segera dia memposisikan diri di depan bentangan paha Ina, memek indah merah dalamnya dibalut permadani tipis hitam halus diatasnya, yang kini terbuka lebar itu seperti menantangnya untuk segera dicoblos.

Sambil mengelus dengan batang kemaluannya, lalu memberi ludah sedikit di kepala uratnya itu, lalu tatapan mata mereka beradu. Ina menggigit bibirnya gemas, menanti sang pangeran menghunus pisau kebanggaanya untuk kemudian ditusukan ke sasaran yang sudah basah.

Lalu pelan tapi kemudian semakin dalam, akhirnya semua batang kemaluan Fadli masuk kedalam vagina yang sudah licin dan basah itu.

Bibirnya Fadli menempel di bibir Ina, saling magut dengan penuh nafsu.

Buah dadanya yang indah yang terbuka bagian bawahnya bergoyang sesuai dengan irama tubuhnya yang digoyang oleh sodokan Fadli. Permainan sex dengan sebagian baju masih melekat karena situasi yang emergency memang mengasyikan terkadang.

Sementara itu batang Fadli dengan lincahnya maju mundur menerobos belahan vagina yang makin becek karena dindingnya semakin lumer dengan cairan kenikmatan yang keluar dipompa oleh orat keras itu

Nafas saling berburu, rintihan kecil Ina sambil memeluk Fadli juga menjadikan persetubuhan mereka semakin seru.

Ruangan kecil, dan sofa mini itu jadi saksi bagaimana goyangan Fadli semakin kencang, dan paha Ina terbuka lebar, sementara kakinya melingkar di pinggul Fadli. Celana panjang Fadli turun hingga dengkulnya bersama celana dalamnya, sedangkan kemejanya masih melekat lengkap.

Ina dengan roknya yang naik ke perut, kaosnya naik sampai ke batas leher bersamaan dengan branya, sedangkan celana dalamnya teronggok di lantai karpet ruang kerjanya.

Rintihan Ina semakin liar

Dengusan nafas Fadli juga sama

Goyangannya makin kencang

Dan akhirnya

“ough…….. gila ngga kuat…..”

Fadli makin kencang mengayunkan pantatnya, batangnya yang dijepit dengan urat vagina Ina yang memang punya jurus kedut membuat pria terjepit uratnya, semakin membuat dia tidak kuat dan tidak mampu menahan dirinya

‘arghhhhhhh………” teriak kecil Fadli

Dia lalu dengan cepat menarik batangnya dari vagina Ina, lalu memuntahkan semua cairannya ke paha Ina, sambil menopangkan tangannya di sandaran sofa, dia hanya bisa lemas menatap semua cairan dia muncrat kena paha bahkan sebagian kena ke rok Ina

Ina hanya tersenyum, tanpa bisa diartikan apa makna senyumannya itu

“enak banget sayang……” bisik Fadli sambil memeluk ina yang masih terkulai dibawahnya

“makasih yah….”

Ina hanya menganggukan kepalanya

“aduh…. Muncrat kemana mana….” Tiba -tiba Ina sedikit mendorong Fadli.

Dengan cepat dia menyambar tisu di meja, melap peju Fadli yang berhamburan di paha dan sebagian perutnya, lalu dia keluar ke kamar mandi yang terletak dibelakang sambil setengah mengangkang menahan tisu yang ditenpelkan di vagiannya.

Fadli masih terengah engah dan duduk di sofa, lalu bangun dan melap batang kontolnya yang kini lemas setelah memuntahkan cairan kenikmatannya.

“ngga cuci….?? ” Tanya Ina yang sudah kembali, lalu mengambil celananya yang jatuh di lantai karpet itu, dan kembali memakainya, lalu menurunkan roknya. Bra nya juga sudah dibenerin didalam kamar mandi saat dia cebok barusan.

“ada tisu basah?”

“Nih…” Ina menyodorkan tisu basah yang diambilnya dari dalam lacinya.

Dia hanya tersenyum melihat Fadli yang tumbang duluan sebelum dia tiba. Ditinggalkan di lereng bukit seperti ini sudah biasa bagi Ina. Banyak pria yang tumbang saat bahkan belum masuk ke vaginanya pun ada.

Selesai menyeka batang kontolnya, Fadli memakai kembali celana dalam dan celana panjangnya

“pengen nambah…. Tapi takut kemalaman….” Kilah Fadli

“ngga apa-apa, masih banyak waktu…..” hibur Ina

“lagian tempatnya juga kurang leluasa….” Sambungnya lagi

“ia……” ujar Fadli

Dia lalu mengambil botol minumnya di atas meja, meminum seteguk lagi air aqua

“kalo gitu aku pamit yah…..”

Hmmmmm, kelakuan pria kalau tai macannya juga keluar begini nih….

“iya…. Makasih yah Capt…..”

“iya sayang…”

Fadli memeluknya sebentar, lalu mencium pipinya dan diakhiri dengan ciuman dibibirnya

“ngga nyangka bisa dikasih kenikmatan sama Mbak Ina…..”

Pelukan Fadli erat dan hangat

Ina hanya tersenyum.

Lalu Fadli segera turun dari ruangannya Ina, lewat tangga, lalu keluar menuju halaman parkir

“pamit Pak….” Sapanya ke Pak Kuswan yang setia duduk di depan ruko menunggu majikannya pulang

“baik Pak…..”

Tidak lama setelah Fadli berlalu, Ina juga turun dari atas. Dia memerintahkan Pak Kuswan untuk mengunci semua pintu, mematikan lampu dan AC jika masih ada yang menyala, lalu tidak lama kemudian Fortuner milik Ina terlihat keluar dari halaman ruko pulang menuju ke kediamannya, dan waktu sudah menunjukan pukul 22.20 WIB.
 
Bimabet
Hahaha payah banget Capt Fadli
Biasa sih gak bakal terulang untuk kedua kalinya bagi Ina..
Mungkin banyak suhu disini yang kesal bahkan pengen gantikan posisi Fadli barusan hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd