Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Istri Pelaut

BAB XVI



TANDA TANGANNYA DENGAN GAYA 51



“Kayaknya ini deh, Pak….” ujar Ina ke Pak Kuswan

“baik Bu….”

Kuswan lalu memutar setir mobilnya ke arah parkiran ruko-ruko tua yang berjejer itu, dan whatsapp dari Rustam pun muncul di ponsel Ina

Saya dibagian belakang ruko, Bu.

OK,


Ina lalu masuk lewat salah satu gang diantara ruko tersebut, dan ternyata di bagian belakang itu ada ruko juga yang menghadap ke arah tembok belakang.

Rustam, pria yang berusia sekitar 40an tahun, nampak berdiri di salah satu ruko dan melambaikan tangan ke arah Ina.

“ ini disewa sama tukang repair printer yang bawah, kita dikasih jalan untuk naik keatas aja…” Rustam mempersilahkan Ina untuk naik

“maaf kalau agak berantakan yah, Bu….”

“aman itu…”

Meja dan sofa kecil yang suka dipakai untuk tiduran juga, serta ada satu komputer laptop yang terletak diatas meja, serta sebuah ruangan terpisah dari ruangan kerja terlihat ada di pojokan.

“ini mess, kantor merangkap kostan?” gurau Ina

“iya Bu…. kadang suka tidur disini kalau malas pulang…”

“ oh…..”

Meski agak buram namun ruangan ini cukup bersih.

“ pada kemana yang lain?”

“ pada tidur di proyek aja Bu…. saya sendirian disini kalau malas pulang….”

“oh gitu, emang Pak Rustam rumah dimana?”

“saya asli dari Pemalang sih Bu……”

“oh, soalnya jarang yah orang jawa namanya Rustam…..”

“aslinya namanya saya Rustam Moenadi, Bu….”

Kelakar kecil pun muncul gara-gara namanya yang agak aneh dirasa oleh Ina

“jadi gimana nih?” tanya Ina

Dia duduk di kursi sofa kecil yang sudah agak terkelupas kulitnya

“ini gimana sih…. kontraktor berkelas malah soafnya kayak gini….”

Rustam tertawa mendengar seloroh Ina. Memang karena dia jarang juga ada disini, dia tidak memperhatikan kondisi mess nya ini, ditambah lagi seringnya dia bertemu klien di luar atau di rumah klien, maka hal-hal seperti ini dia jarang pedulikan.

“nanti kita ganti kalau sudah deal sama Ibu…..”

“wah mau deal gimana angkanya masih nyangkut….”

“udah murah itu Bu….”

“masih mahal….” agak manja suara Ina

Rustam tertawa

“kalo 1,5 masih mepet banget Bu…asli….”

Ina terdiam sesaat, sambil membuka lembar perjanjian kerja yang belum ditulsi angkanya. Dia ingin nanti angkanya ditulis setelah deal dengan Rustam.

“gini, saya tambahin 50 ribu per meter nya dah…”

“jadi 1,55?”

“iya….”

Rustam tertawa ngakak

“aduh, naiknya sedikit…..”

“khan naiklah…. cukuplah itu, anggap aja penglaris kita kerjasama diawal, nanti nanti ada lagi kita pakai bapak lagi…..”

Ina bukannya tidak menyadari kalau konsentrasi Rustam agak terpecah. Tatapan pria itu dari tadi tidak lepas dari belahan dadanya dan pahanya yang kebetulan hari ini dia pakai rok mini dan kemeja kerja yang ketat, sehingga kancingnya bagaikan hendak copot menahan besarnya buah dadanya

“ya sudah lah….. ngga enak jga ibu sudah sampai datang kesini….”

“nah gitu dong….. khan enak jadinya….”

Rustam tertawa. Wajah Ina yang mengundang membuat isi celananya benar-benar ingin berontak. Meski demikian dia takut untuk macam-macam, karena dia tahu Ina ini orang kaya dan bisa berbuat apa saja yang dia mau, dan dia hanya sekedar memandang saja.

Ina lalu mengambil kertas yang berisi surat perjanjian antara perusahaan dia dengan Rustam

“pinjam KTPnya Pak….”

“oke Bu

Lalu Ina menuliskan nama Rustam dan namaor KTPnya di kolom pihak nomor 2 atau pihak kedua.

“Bapak lebih tua 7 tahun dari saya…..”

“oh yah?”

Ina menganggukan kepalanya dan menyodorkan kertas kontrak untuk ditanda tangani

“nih, kasih kena materai yah….”

“siap Bu…”

Konsentrasi Rustam memang terpecah dengan penampilan Ina, ditambah lagi hanya mereka berdua di ruangan ini.

“kirain Ibu masih dibawah 30 lho….”

“ngaco aja… sudah lebih….”

Rustam tertawa, sedangkan Ina memang senang sekali dia mendengar pujian dari laki-laki. Apalagi meneurtnya pria seperti Rustam ini lebih tulus dalam memuji dibanding pria tampan atau berduit yang pujiannya lebih basa basi semata.

“lho kenapa?”Tanya Ina saat pulpen Rustam tidak keluar tintanya

“ini pake pulpen saya….”

“iya maaf Bu… pinjam yah….”

“ngga keluar tintanya”

“iya Bu….”

“kesumbat itu, lama ngga dikeluarin….” ceplos Ina

Rustam tertawa mendengar bahasa Ina. Celana kain yang dipakainya memang sedikit kesulitan menahan tegangnya batang kontolnya. Apalagi berdekatan dengan Ina saat menanda tangani surat perjanjian ini, bau harum parfum Ina membuat isi celananya berontak

“oke, nanti sistemnya 50, 40 dan 10 yah….”

Rustam tersenyum

“baik Bu….”

“dalam minggu ini mereka bayar segera kita kerjakan…”

“oke Bu”

“tergantung bahan juga sih…. tapi kata si Ibu yang punya rumah bahan mereka pasti lancar dan rutin….”

“oke Bu….”

Rustam lalu memberikan sebotol air mineral

“saking pangling saya lupa….”

Ina tertawa. Dia tahu Rustam sedang salah fokus dengan dirinya.

“makasih yah Pak…. Bu Dewi yang pernah pakai tenaga bapak katanya puas sama hasil kerja bapak, saya harap kali ini pun OK lah…”

“pasti Bu….”

Dasarnya Rustam memang terlihat sopan dan tahu dalam bergaul, sehingga obrolan mereka pun lancar dan pembicaraan mereka bergulir hingga ke masalah bisnis berikutnya

“bagi saya sih asal komit saja Bu, untuk pembayaran…. kalo masalah tukang dan hasil kerja ibu bisa lihat lah….”

“iya, banyak kan kejadian suka ditinggal ama pemborongnya….”

“kalo syaa kebalikan, banyak ngga dibayarnya….”

“lah, kalo gitu gimana kelanjutannya?”

“ngga gimana-gimana, Bu… saya pasraha aja, palingan kalo kerjaan dalam proses, yah kita behenti…”

“kalo sudah rampung rugi dong….”

“iya Bu….”

“kasihan yah…”

“termasuk Bu Dewi tuh…..”

Ina kaget

“dewi?”

“iya, masih kurang 10 persen lagi… sekitar 40 jutaan…..”

Ina heran mendengarnya, padahal gayanya Dewi kalah sosialita kelas atas

“tapi Ibu ngga usah ngomong ke beliau, saya ngga enak….”

“pantas dia puji-puji kerjaannya Pak Rustam….”

Rustam tertawa

“ ini juga dapat disini karena yang punya ini masih nunggak, makanya kita dikasih satu rukonya dia yang kosong ini…..”

Ina makin kaget

“sampai segitu yah…”

“emang lagi pada susah kali Bu….”

“trus kok cuma satu lantai aja?”

“iya Bu, karena lantai yang di bawah masih disewa orang…..”

Ina geleng-geleng kepala mendengarnya

“sekarang ada berapa proyek Bapak?”

“total ada 3 Bu, satu proyek perumahan, 2 lagi rumah tinggal, 4 sama punya ibu ini lah….”

“alhamdulillah yah…”

“iya Bu….”

Selama bercakap dengan Ina, tatapan Rustam tidak lari dari dada dan paha Ina, dan ini yang membuat Ina jadi makin ingin menggodanya. Dasarnya memang Rustam lumayan manis wajahnya, badannya pun meski sudah berumur tapi tidak buncit seperti bapak-bapak, dan potongan harganya tadi membuat Ina bisa mengantungi hampir 24 juta rupiah.

“istri sama keluarga?”

“istri di Pemalang, Bu…”

“trus pulangnya?”

“yah, kadang dua minggu sekali, sebulan sekali, pernah waktu ada proyek di Kalimantan malah 6 bulan ngga pulang…”

“buset…..”

Ina kaget mendnegarnya

“pnatas dong….”

“ya namanya cari makan untuk keluarga Bu….”

“ini rekening atas nama istri?” dia melihat rekening pembayaran memang atas nama wanita

“iya Bu, kalau saya yang pegang uang, bahaya….”

Ina tertawa, dia jadi ingat kasus dia dengan Alex

“iya sih, tapi tergantung lah….”

Lalu

“trus, gimana ngaturnya dong urusan bawah….” pancing Ina genit

Rustam tertawa

“mo gimana lagi Bu…..”

“gampang lah, tinggal cari ini….”

“ngga berani Bu….”

Ina ingin tertawa mendengar ucapan Rustam, tapi mengingat semua transaksi masuk lewat istrinya, rasanya masuk akal juga sih

“trus gimana ngatasinnya?”

“ya, paling nunggu pas pulang….”

“ngga coli?”

Rustam tertawa kencang

“darurat Bu…..”

Pembicaraan mereka membuat Ina jadi hangat badannya. Naluri liarnya kini mulai dominan melihat Rustam yang melirik dadanya dari tadi. Dia selalu senang melihat pria yang tergila gila dan seperti ingin menerkamnya tapi takut, seperti yang terjadi kali ini saat dia dengan Rustam

“ awas robek celananya tuh….” ledeknya lagi

“ih Ibu…. malu saya jadinya…..”

Wajah Rustam malu-malu, namun sange dan kepinginnya jelas terpancar dari wajahnya

“habis ibu seksi banget sih…..”

“mana seksi begini….” agak tersipu Ina, namun tetap saja rasa isengnya muncul

Ponsel Ina berbunyi, dia segera mengangkatnya. Ternyata telepon dari adiknya bertanya apa dia balik kantor lagi atau tidak, karena mereka segera pulang dan kantor akan dikunci.

“fotonya kerena Bu…..” komentar Rustam yang melihat foto di layar latar ponselnya Ina

“ini biasa aja…..”

“ bagus Bu….”

Ina tertawa

“mau fotonya?”

“kalo dikasih mau Bu…..” senyum Rustam malu-malu

“ih, pasti buat bacol yah…..”

“apa tuh Bu?”

“bahan colian….” ketawa Ina terdengar meledek Rustam

Rustam tertawa namun senang, saat foto Ina akhirnya dikirim oleh Ina, lewat whatsapp. Foto Ina dengan tanktop dan belahan-nya terlihat memang menggoda sekali, dan dia terlihat cantik dan seksi difoto itu

Ina sendiri tersenyum genit melihat Rustam yang salah tingkah didepannya

“mau dikeluarin ngga itu?” tanyanya

“oh…ngga….”

Ina tersenyum, dia tahu Rustam sudah diujung benar titiknya, karena dari tadi dia sibuk membetulkan letak duduknya

“ beneran?” goda Ina lagi

Rustam malu-malu

“ mau dibantuin?”

Rustam kaget

“dibantu gimana Bu?” agak gagap dia

“mau coli, ssambil lihat ini…..” bisik Ina, sambil meraba dadanya sendiri

Rustam kaget bukan kepalang, masalahnya kecantikan sosialita seperti Ina, mana kepikiran dia yang hanya kontraktor kecil-kecilan bisa dapat melihat isi dalaman Ina

“waduh…..” bingung Rustam

“mau ngga?”

Makin galau Rustam

“ngga ada orang kan?” bisik Ina genit

“ngga ada Bu……”

“ya sudah…….’

Mellihat Rustam yang serba salah dan salah tingkah, Ina pun mengambil inisiatif

“kan saya sudah dibantu tadi, sekarang saya gantian bantu Pak Rsutam…..” bisiknya lembut

“tapi, bantuin nya pake tangan yah…..”

Rustam galau dan bingung

“mau ngga??” tanya Ina

“iya iya iya Bu... mau tapi….”

Ina tertawa melihat gaya Rustam

“sini…..”

Dia agak bergeser mke pinggir sofa, dan mengajak Rustam duduk di sampingnya. Pria itu bagaikan kerbau dicucuk hidungnya, berdiri dari kursinya dan pindah ke sofa kecil di samping Ina.

“buka celananya…..” perintah Ina sambil menggigit bibirnya

Sambil malu-malu, Rustam pun membuka kancing celananya, menurunkannya sekalian dengan celana dalamnya, lalu duduk di sofa sambil bersandar.

Batang kontolnya tegak berdiri. Ukurannya memang tidak begitu besar, sedang dan cenderung agak kecil malah malah, namun berdiri tegang dan tegak.

“tuh kan, ngaceng dia…..” ledek Ina

Tangan ina lalu menjamah dan membelai batang kemaluan Rustam. Pria itu bagaikan tersetrum saat tangan lembut Ina membelai batang kemaluannya yang berkulit gelap. Kontras sekali dengan tangan Ina yang putih bersih.

“ough……” desah Rustam menahan birahi saat secara pelan Ina membelai dan mulai mengocoknya lembut

“enak….??”tanya Ina lembut

“enak banget Bu….” Rustam bagaikan tersedak menahan nafsunya

Matanya merem melek sambil bersandar di sofa, dan buah dada indah yang terbungkus kemeja dan bra itu menggodanya.

Tangan Ina yang sebelah kiri lalu mengambil tangan kanan Rustam, allu mebawanya ke buah dadanya, dan disambut dengan remasan lembut di buah dada yang sudah mengeras itu.

“bagus banget Bu……”

Remasan dari balik kemeja Ina mengiringi kocokan lembutnya, membuat mata Rustam jadi berkejap kejap, dan menikmati gerakan tangan lembut, sambil meremas buah dada Ina, dan menikmati harumnya tubuh Ina yang dekat sekali dengan dirinya.

Ina lalu membuka kancing kemejanya, sehingga branya terlihat dan belahan buah dadanya yang putih mulus membuat Rustam bagaikan ingin copot matanya. Dia seakan tidak mampu menahan lembutnya tangan Ina yang sedang mengocok batang kontolnya.

Dan tangannya pun masuk ke dalam bra Ina, meremas langsung kulit lembut buah dada indah itu, dan saat jarinya menyentuh ujung buah dada Ina, suara lembut rintihan Ina terdengar, dan itu membuat Rustam tidak mampu menahan gejolak di ujung pelernya itu.

Rustam menekan tangan Ina, dan ujung kontolnya lalu memuncratkan air maninya sebanyak mungkin. Dia tidak mampu menahan rangsangan yang sudah dirasakan dari semenjak Ina datang, sehingga kocokan Ina pun rasanya sama enaknya dengan kedutan memek istrinya.

“nah….. lega kan…”

Rustam masih terengah enagh dan tersipu malu

“cepet bener…”

“berarti udah diujung tuh…”

Rustam tertawa.

“aduh banyak banget…..”

Ina lalu segera ke kamar mandi, dia mencuci tangannya yang berlepotan air mani Rustam, membereskan kemejanya, lalu kembali lagi ke ruang tengah ruko itu. Segera dia membereskan berkas-berkasnya.

“sana cuci gih….” perintahnya ke Rustam

Begitu Rustam selesai mencuci perkakasnya, Ina sudah di de4pan pintu, dia pun segera pamit

“nanti kabar-kabarin yah…..”

“iya Bu…..”

Ina tersenyum

“makasih yah Bu….”

“sama-sama….”

Rustam agak sedikit kecewa sebetulnya. Karena dia ingin Ina lebih lama disini, dia ingin merasakan hangatnya dan indahnya tubuh Ina, namun apa mau dikata, perlu waktu untuk bangun lagi bagi dirinya, dan diberi kocokan seperti tadi secara gratis sebetulnya sudah diluar dugaan Rustam.

Sementara Ina sudah kembali lagi kesadarannya, dengan santai dia turun dari lantai 2 ruko tersebut, menelepon Kuswan agar bersiap. Dia tidak begitu tertarik untuk lebih dalam dengan Rustam, selain onderdilnya juga standard, begitu dia muncrat, rasa liar Ina segera menghilang, dan gairahnya pun segera padam.

Dia yakin, tipikal Rustam semenit pun pasti muncrat jika dijepit olehnya. Membuat dia jadi hilang nafsunya. Kena tangannya dia dengan kondisi yang masih berbaju lengkap saja Rustam sudah KO, apalagi jika dia sudah telanjang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd