Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA ASMARA SENJA

Totosange

Suka Semprot
Daftar
20 May 2021
Post
18
Like diterima
149
Bimabet
----

Mohon ijin para Suhu sekalian, ane nekat posting setelah cuma jadi reader doang Cuma sebagai guest di forum tercinta ini bertahun-tahun, kemudian mengajukan akun untuk menjadi member. Belajar otodidak cara menulis karangan dengan baik dan benar dari membaca karya para Maestro penulis di forum tercinta ini, juga berdasar dari pengalaman pribadi menyelingkuhi STW binor (gkgkgk) direka-reka jadilah karangan beginian. Maklum Cuma pedagang jalanan lulusan SMA. Akhirnya memberanikan diri alias nekat memposting tulisan pertama ane. Mohon maaf kalau membingungkan atau tidak menarik. Maklum pemula.

Tanpa basa-basi karena ga suka basa-basi, silahkan cekicrot. Terima kasih.

Halaman 3
https://v1.semprot.com/threads/asmara-senja.1397544/page-3#post-1904736043

----

"Owh, Phaaak!" Risma menggelinjang ketika Pak Didi mengenyot keras-leras puting susunya sambil jari-jari sekuat besinya meremas-remas kuat dua gundukan kenyal dan mengkal itu milik majikan cantiknya tersebut.

Pak Didi, si Tua Cabul itu, menyeringai senang. Si cantik ini sudah dalam kekuasaannya. Matanya menelusuri seluruh tubuh bugil yang tergeletak pasrah di atas ranjang mewah itu. Tubuh yang sempurna indahnya. Kulitnya begitu putih mulus juga halus. Sepasang mata berbulu mata lentik terlihat sayu dengan pipi kemerah-merahan dikuasai panasnya berahi yang menuntut pelampiasan. Anak-anak rambutnya menempel sebagian di wajah cantik itu yang dibasahi oleh keringat yang keluar akibat usapan-usapan nakal si Tua Cabul. Keringat juga membasahi leher jenjangnya, turun ke bawah, dua bongkah padat payudara, begitu mulus dan mengkal. Bulatan matang yang indah sempurna milik Risma, terhidang, siap dilahap habis. Makin ke bawah, perut ratanya sedikit kembang kempis menahan deburan napsu berahi yang mendesaknya untuk segera dituntaskan. Makin ke bawah, satu bukit berbulu tipis, menggembung menyisakan satu celah tipis letak sorga dunia tersembunyi. Terjepit sepasang paha mulus nan padat dengan pinggul bulat menggairahkan. Sungguh tubuh mulus sempurna tanpa cacat, dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tubuh mulus impian para lelaki!

"Paaak...!" Risma merengek manja. Matanya makin terlihat sayu.

"Sabarrr, Cantiiik," sahut Pak Didi dengan suara serak. Dia menurunkan celana komprang hitam dekilnya.

"Owh!" Risma menjerit kecil sambil menekap mulutnya. Menatap takjub ke sebatang tongkat pusaka hitam legam berulir milik tuan bangka cabul itu. Mengacung tegak dengan helmnya yang besar, kembang kempis persis ular cobra.

"Pelan-pelan, Pak," kata Risma kembali, dengan nada suara khawatir. Jelas, dia sedikit ketakutan batang besar itu akan mengoyak-oyak mustikanya. Dibandingkan dengan penis milik suaminya yang bertahun-tahun keluar masuk ke memeknya, penis suaminya itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kontol besar tukang kebunnya ini. Bahkan mungkin, ereksi penuh dari penis suaminya, masih besaran batang kontol si Tua ini dalam keadaan loyo.

Ke dua tangan Pak Didi merenggangkan kaki majikan cantiknya itu. Dan celah tipis yang membelah bukit membusung berambut tipis itu pun terkuak sedikit. Terlihat belahan bibir berwarna merah muda yang sudah basah oleh lendir birahi yang merembes. Sebuah daging kecil sedikit menonjol terlihat berdenyut-denyut.

Ke dua telapak tangan kasar itu mengelus dan mengusap, menelusuri, menikmati halusnya kulit putih mulus betis hingga ke paha. Kemudian meremas gemas dua bongkah padat pantat Risma yang menggelinjang kegelian, oleh usapan telapak tangan kapalan si Tua. Kasar dan kapalan dari kulit tangan Pak Didi malah mampu membuat Risma makin terangsang, seluruh bulu-bulunya meremang menikmati rasa geli usapan telapak kasar tersebut.

"Paaak...!" Risma kembali merengek. Matanya makin sayu. Ia jelas sudah snngat kepengen merasakan tusukan kontol berurat itu. Hanya saja, rengekan si Cantik tak diindahkan oleh Pak Didi. Orang tua itu tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan birahinya. Dia ingin menikmati, mengecap tubuh mulus nan lezat yang menjadi impiannya selama berbulan-bulan.

Mulut tua berbau tembakau sangat keras itu menelusuri inchi demi inchi kulit halus Risma. Hingga sampai ke pangkal paha dimana terletak bukit berbulu halus dengan lembah basah.

"Hmffh," cuping hidung Pak Didi, mekar menghirup aroma khas dari memek yang sedikit terbuka itu. Tidak seperti sebelumnya, saat menelusuri dan menciumi betis hingga paha si Cantik yang pelahan. Begitu sampai ke memek Risma, Pak Tua itu mendadak beringas macam singa tua kelaparan. Gigi kuning dan lidah panjangnya, mencabik-cabik belahan memek itu.

"Akhhh!" punggung Risma mendadak melenting, diiringi erangan erotis dari bibirnya. Mata yang sayu itu terpejam erat. Menikmati sensasi nikmat luar biasa dari keberingasan singa tua itu. Tanpa sadar, kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang makin mengencang.

Gigi-gigi kuning Pak Didi menggaruk-garuk lembah yang sudah sangat basah tersebut. Lidah panjangnya menggelitik kemudian menghisap-hisap daging kecil kemerahan yang berdenyut itu. Yang membuat Risma melonjak-lonjak seperti kesetanan. Merasakan ngilu dan nikmat yang teramat sangat.

"Pakkkh, amphuuun. Risma ga tahan, Paaakkh," rintih Risma terengah-engah. Kedua paha mulus itu, tiba-tiba menggencet kepala Pak Didi yang tengah menusukkan ujung lidahnya ke lubang sempit yang berwarna merah segar. Pantat bulat perempuan itu melambung. Otot-otot perutnya mengejang berkontraksi.

"Ahhhkkkh!" tanpa sadar Risma menjerit. Merasakan desakan kuat dari dalam memeknya.

"Srrrr!" Satu semburan cairan kental. Menyemprot dari lubang memeknya. Melumuri hampir seluruh muka Pak Didi yang tanpa jijik, lidahnya menjilat sekaligus menelan cairan yang berada disekitar mulutnya.

Beberapa saat. Tubuh montok itu menggeletar. Mengejang. Sebelum akhirnya ambruk lemas ke atas kasur.

"fhuhhhsh!" Risma menghembuskan napas panjang. Tidak sampai 10 menit. Dirinya sudah mendapat orgasmenya. Orgasme dengan nikmat berlipat-lipat dari orgasme biasanya yang didapat saat bersetubuh dengan suaminya. Dan orgasme itu didapatnya hanya dari mulut orang tua itu. Entah apa yang nanti akan didapatnya, seandainya kontol besar Pak Didi sudah masuk ke dalam memeknya. Diam-diam, Risma bergidik dengan bulu meremang hanya dengan membayangkannya saja.

Sementara itu, singa tua itu sibuk melap cairan semburan memek Risma dengan menggunakan celana kolornya. Sungguh si Tua Mesum yang jorok! Setelah dirasa cukup bersih, tanpa memberi kesempatan majikannya itu beristirahat untuk sekedar menarik napas. Tubuh legam karena sering terbakar matahari itu merayap naik ke tubuh mulus yang masih berkeringat tersebut.

Kedua lutut si Tua memaksa merenggangkan paha mulus yang lemas pasrah tersebut. Kedua telapak kasar itu telah menggenggam dua bongkah padat kenyal payudara milik Risma, yang hanya mengawasi dengan napas masih terengah-engah.

Wajah cantik yang berkilat oleh keringat itu sedikit mengerenyit kesakitan, merasakan remasan-remasan kuat dari telapak kapalan Pak Didi, tapi kenyotan-kenyotan mulut berbau tembakau di putingnya, telah mampu mengalahkan rasa sakit tersebut. Belum lagi ketika belahan memeknya merasa terganjal sebatang daging keras yang berdenyut, menggesek-gesek belahannya yang mampu membuatnya terangsang kembali.

Pak Didi makin merayap naik hingga wajah mereka saling berhadapan. Begitu dekat, sehingga hembusan-hembusan panas napas keduanya saling terasa. Hembusan napas berbau tembakau dari si Tua itu, apabila di saat biasa, tentulah baunya memuakkan, bahkan bisa jadi membuat Risma muntah. Tapi ajaibnya, hembusan napas memuakkan itu malah membuat Risma makin terangsang. Tubuh legam Pak Didi telah menindih sempurna tubuh Risma. Hitam putih. Begitu kontras.

"Cantik sekali kamu, Nduk," bisik Pak Didi dengan kagum, sambil membelai lembut menyisihkan anak-anak rambut di kening perempuan cantik itu. Dia mencium kening, lalu mengecup pipi kemudian memagut bibir merah basah yang lembut dan empuk itu, yang juga segera menyambutnya dengan bernafsu sekali.

"Ceplak! Slurp, slurp!" terdengar suara kecipak dari pagutan pasangan yang berbeda usia sangat jauh itu.

"Paaakh, aku ga tahaaan," bisik Risma dengan wajah kemerah-merahan malu-malu, disela-sela menarik napas dari ciuman mereka.

"Ga tahan apa, Nduuuk?" tanya Pak Didi menyeringai menggoda.

"Pengen ithuuu!" sahut Risma setengah merengek.

"Itu apa, Cah Ayu?" tanya Pak Didi kembali sambil menggigit bibir bawah Risma. Mengisap-hisapnya. Risma mendesah meram melem. Ketika pantat peot itu bergerak naik-turun, hingga batang besar berurat itu menggesek-gesek, menggelitik belahan memek Risma yang sudah kembali basah oleh rembesan cairan birahinya.

"Ithuuu... Di, disodok," jawab Risma kemudian, dengan suara hampir tidak terdengar. Kemudian, ia menyusupkan mukanya ke pundak Pak Didi, malu-malu.

"Hek-hek-hek," Pak Didi terkekeh senang, "Baiklah, Cah Ayu. Bapak juga sudah pengen. Tahan ya!" ujarnya sambil bangkit, kemudian berlutut di antara ke dua paha perempuan itu.

"Pelan-pelan, Pak!" bisik Risma khawatir. Melihat helm besar dari kontol Pak Didi perlahan turun membelah memeknya.

Pak Didi memejamkan mata sambil merapal mantra. Beberapa saat kemudian, meludahkan liur kental ke telapak tangannya yang kemudian diusapkan secara merata ke seluruh batang kontolnya. Dia jelas baru saja menjampi-jampi kontolnya sendiri agar kuat, gagah perkasa melayani dan memuaskan nafsu birahi perempuan muda yang cantik molek itu.

Risma memejamkan matanya dengan gelisah, tangannya meremas kuat-kuat bantal, ketika merasakan benda berujung tumpul menggesek-gesek memeknya.

Dengan kedua jempolnya, Pak Didi menguakkan kedua belah bibir gemuk merah muda itu selebar-lebarnya demi memudahkan kepala kontolnya penetrasi.

"Aaakhhk!" Risma menjerit dengan tubuh menjengking. Mulutnya ternganga dengan mata membeliak. Merasakan ujung benda tumpul kenyal merobek lubang memeknya.

"Tahan ya, Nduk," dengus Pak Didi merasa kasihan juga melihat wajah cantik itu mengerenyit dengan mata terpejam. Risma tak menyahut, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rintihan kesakitannya.



Pak Didi tarik mundur-maju kepala helmnya ke lubang sempit itu. Dibantu cairan pelumas yang melicinkan jalan, dengan perlahan tapi pasti. Kepala helm besar dari kontol akhirnya amblas masuk ke lubang rahim Risma.

"Engkkhk!" suara Risma seperti tercekik. Memeknya terasa sakit seperti robek, nun sensasi nikmat tiada tara mengalahkan rasa sakit itu. Di dalam rahimnya terasa penuh sesak oleh benda yang kenyal yang berdenyut.

Pak Didi yang merasakan kepala kontolnya sudah di dalam memek, mendongak meram melek. Kepala helmnya terasa digencet dan diurut dinding kenyal. Nikmatnya tiada tara. Dia menarik mundur perlahan: "Plop!" terdengar bunyi pelan, ketika kepala helm kontol Tua Bangka itu lepas dari lubang memek Risma.

'Enghk," Risma mengerang, membuka matanya, sayu menatap wajah tua yang tersenyum mesum.

"Sabar, Nduk! Biar kamu ga kesakitan banget," kata Pak Didi dengan suara serak. Dia kembali menusukkan helmnya ke dalam memek Risma yang kini sudah menyesuaikan diri dengan benda besar yang sudah sekali masuk itu. Setelah masuk, kembali dicabutnya. Begitu berulang kali sehingga terdengar bunyi 'plap-plop, plap-plop' beberapa kali.

Diperlakukan kentang seperti itu, Risma jelas tersiksa sekali. Beberapa kali pinggulnya melambung menginginkan kontol besar itu masuk lebih dalam. Walaupun, keluar masuknya kepala kontol itu membuatnya mendapat kenikmatan luar biasa yang belum pernah dialaminya. Rasa geli-geli nikmat yang membuatnya makin sangat terangsang.

Beberapa saat kemudian, Pak Didi memposisikan tubuhnya berlutut, dengan kedua lututnya mengganjal pangkal paha majikan cantiknya itu.

"Tahan, Nduk!" dengusnya, sambil menekan kuat.

"Rrrrrt! Blesshhh!"

Tubuh montok itu melambung. Mulut basahnya ternganga dengan mata terbelalak. Tak ada teriakan keluar. Hanya desahan keras, ketika batang hitam besar berurat itu merangsek membor lubang memeknya sedalam-dalamnya. Risma seakan mau pingsan oleh rasa perih dan nikmat teramat sangat yang bercampur baur. Terasa sesak sampai ke ulu hatinya.

"Hosh! Hosh! Hosh!" pak Didi mulai menggenjot.

"Plak-plok! Plak-plok!" Terdengar bunyi ketika dua selangkangan mereka saling beradu. Kedua tangan kasar orang tua itu menggenggam dan meremas kuat-kuat dua bongkah padat payudara Risma yang turut berdesis-desis menikmati genjotan Pak Didi.

Rasa sakit dan perih akibat desakan benda yang asalnya tidak muat di lubang memeknya, perlahan berganti dengan rasa nikmat tiada tara. Rasa nikmat yang belum pernah dirasakannya selama berkali-kali bersetubuh dengan suaminya sendiri. Rasa nikmat yang dicapainya kini malah didapatnya dari seorang pak Tua tukang kebun rumahnya. Gesekan-gesekan batang berurat di dinding memeknya membuat Risma seakan dilambungkan ke surga kenikmatan. Erangan dan rintihan nikmat tak dapat ditahan keluar dari mulutnya.

Pak Didi menikmati wajah cantik itu yang pipinya makin bersemu merah tanda napsu birahinya makin memuncak. Tubuh tua tapi masih kekar itu merendah, mulut tua kurang ajar itu kemudian mengunyah-ngunyah puting dari dua gumpal daging kenyal nan padat bergantian. Risma makin menggelinjang, tubuhnya menggelepar-gelepar keenakan.

“Enak, Ndhuk?” tanya Pak Tua itu dalam suatu kesempatan.

“He-enghhh,” sahut Risma dengan suara tidak jelas, “Phaaak, aku ga tahan. Makin kenceng, Phaaak!” racaunya kemudian.

Pak Didi menurut. Dia mempercepat genjotannya. Sungguh stamina yang luar biasa dari usia beranjak senja seperti Pak Tua itu.

“Plak-plok! Plak-plok!”

“Owhhh, Phaaak. Amphuuun...!” kedua tangan Risma memeluk dan mencakar punggung legam itu. Menancapkan kuku-kukunya. Kedua pahanya menjepit pantat tua tersebut. Begitu erat menekan.

“Hesssh!” geram Pak Didi, merasakan nikmat ketika batang kontolnya dijepit dan diremas dinding kenyal. Dia tahu, majikan cantiknya itu akan mencapai puncak birahinya.

“Akkkhrhh!” Risma menjerit kencang. Tubuhnya mengejang ketika merasakan otot perutnya berkontraksi.

Pak Didi merasakan batang kontolnya disiram cairan panas yang menyembur, bahkan sampai meleleh dari dua bibir memek yang menggembung kemerahan itu, mencengkram batang kontolnya. Dia mendiamkan sejenak. Membiarkan si Cantik Montok itu menikmati puncak kepuasan.

Risma merasakan dirinya seperti melayang-layang di angkasa raya. Begitu ringan dan menyenangkan. Begitu nikmat dan lezatnya. Kenikmatan yang sungguh memabukkan.

Pak Didi yang masih nanggung, merosot turun, mencabut kontolnya yang masih tegak gagah perkasa.

“Plop!” terdengar suara pelan. Dan lelehan birahi yang berwarna putih lengket membanjir keluar, bahkan sampai ke seprai.

Si Tua itu dengan telaten membersihkan lelehan cairan lengket tersebut dengan menggunakan kaos kutangnya yang sudah basah leh keringat.

“Ah!” Risma berseru pendek sambil menggelinjang geli, ketika kain tersebut menggesek belahan memeknya yang menjadi sangat sensitif. Masih dengan nafsu birahi yang tinggi, Pak Didi melipat kaki kanan mulus itu sehingga lututnya tertekuk ke perut Risma yang dengan pasrah mengikuti apa pun juga dari keinginan Pak Tua itu.

Dengan satu kaki tertekuk begitu rupa, memek Risma yang gemuk membusung, terlepit dengan dua belah bibirnya menggembung. Sungguh pemandangan birahi yang indah dan menakjubkan!

“Lagi ya, Nduk!” dengus Pak Didi yang nafsu birahinya makin meletup-letup melihat posisi yang menggairahkan tersebut. Kontolnya yang mengacung kaku, digesek-gesekkan ke belahan bibir memek yang berkilat memerah itu.

“Owh!” Risma mengerang pendek. Geli dan keenakan, oleh gesekan kepala helm kontol Pak Didi. Dengan perlahan tapi pasti, si Tua itu merasakan tidak sesulit tadi menyodok memek nikmat itu. Lubang nikmatnya sudah menerima dan menyesuaikan diri dengan benda kaku yang kini siap menembusnya untuk yang ke dua kalinya.

“Slrettt! Bleshhh!”

“Ouhwhhh!”

Dengan dengus pendek. Pak Didi kembali menggenjot memek Risma yang tubuhnya dalam posisi menyamping, lutut terlipat ke perut rampingnya. Pinggulnya yang bulat bergoyang-goyang seirama hentakan-demi hentakan pantat si Tua itu.

Jari-jari kasar Pak Didi tidak menganggur, merayap, meremas dan menggelitik puting berwarna merah muda yang sudah mengeras itu dengan lihainya. Pengalaman ngewe puluhan tahunnya, telah mengajarkan cara memanjakan perempuan yang sedang disetubuhinya dengan menyentuh dan membuai titik-titik gairah pasangannya tersebut. Tubuh tua itu melengkung, gigi dan lidahnya turut bergerilya, menggelitik, menggigit, mengenyot dari mulai pantat bulat nan padat itu sampai ke pinggang dan ketiak Risma, semua tak luput dari serangannya di sela-sela kayuhan genjotan kontolnya memborbardir memek si Cantik majikannya itu.

Dengusan Tua Bangka itu makin keras dan pendek-pendek. Genjotannya tak lagi pelahan. Cenderung keras menyentak dan ganas. Tapi justru malah membuat Risma sangat menikmatinya.

“Ugh! Ugh! Engggh!” rintihan dan erangan perempuan cantik itu bergelora di ruangan kamar yang luas dan mewah tersebut. Kepalanya bergerak-gerak gelisah dengan mata terpejam menikmati genjotan kasar si Tua itu.

Hingga suatu saat, “Phaaak!” terdengar Risma merintih pelan, mata beningnya yang sayu itu melirik wajah Pak Didi yang sudah berkilat banjir keringat. Deru napasnya sudah sangat berat.

“Tah-haaan, Nduuuk! Kita keluar bareng yahhhssh,” dengus Pak Didi dengan suara berat. Dia merasakan jepitan dinding memek itu ke batang kontolnya mengencang. Tanda perempuan itu hampir mencapai puncak kenikmatannya kembali.

“Ak-hu ga tahan, Paaak!” erang Risma dengan napas tersengal-sengal menahan desakan nikmat dari rahimnya.

“Tahaaan,” dengus Pak Didi. Dengan cepat dia mendorong tubuh montok yang sudah licin oleh keringat itu, agar tengkurap. Dengan batang kontolnya yang masih terbenam dalam memek Risma yang menggembung penuh.

“Owhhhh!’ Risma hampir-hampiran menyemburkan birahinya dalam putaran posisi tersebut. Lubang memeknya seperti tergelitik oleh batang berurat yang terpelintir seiring bergantinya posisi tubuhnya.

Dalam posisi tengkurap, lutut Pak Didi menghimpit paha mulus itu, lalu melanjutkan sodokan-sodokan kontolnya dengan sangat brutal.

“Plok-plok-plok!” terdengar suara yang keras mengiringi hentakan-hentakan pantat peot itu. Lalu, dengan satu hentakan terakhir yang bertenaga. Pak Didi menekan sedalam-dalamnya sambil meraung keras.

“Hrrrrhhh!”
“Ooowhkkkhssh!”
Risma mengejang keras. Tangannya meremas sekuat-kuatnya bantal yang menjadi alas kepalanya.

Dua semburan dahsyat, meledak berbarengan di dalam memek Risma. Pak Didi merasakan batang kontolnya seperti diremas kuat-kuat oleh dinding kenyal yang berdenyut. Sementara Risma merasakan denyutan panas dari helm besar kontol pak Tua itu. Kenikmatan kali ke dua ini, tak tertandingi kelezatannya. Begitu sedap, nikmat dan menguras seluruh energinya.

Ketika semburan air mani dan semburan birahi dari orgasme keduanya berakhir. Risma merasakan tubuhnya sangat lemas, seakan seluruh tulangnya terlolosi semua. Tubuh pak Didi sendiri ambruk menindih di atas tubuh mulus dan montok tersebut. Takut membuat sesak perempuan cantik itu, pak Didi menggulingkan tubuhnya, sambil memeluk tubuh mulus yang basah berkeringat itu.

“Enak sekali, Nduk,” bisik Pak Didi dengan napas terengah-engah, “kamu menikmatinya juga, Nduk?”

“He-emh,” sahut Risma dengan suara hampir tidak terdengar. Tubuhnya menyesuaikan diri ke dalam pelukan si Tua itu. Dalam keadaan seperti itu, kontol Pak Didi yang sudah layu masih terbenam dalam jepitan memek Risma yang dari sisi-sisi bibirnya yang memerah itu, meleleh cairan lengket yang banyak sekali.

Setelah beberapa saat kemudian. Ketika mereka berdua sudah kembali bisa bernapas dengan biasa. Mulai terasa dinginnya hawa Bandung Utara yang dingin sampai mencucuk ke kulit.

“Bapak malam ini di sini temani Risma ya,” kata Risma perlahan dengan malu-malu. Sambil meraih selimut tebal. Menyelimuti tubuh mereka yang seperti lengket tak terpisahkan. Dua tubuh yang kontras sekali.

“Ha-ha, tentu, Cah Ayu. Bapak akan temani kamu,” sahut Pak Didi tertawa senang. Membelai rambut perempuan cantik itu yang tubuhnya melingkar dalam pelukannya.
“Tapi Bik Onah?” tanya Risma kemudian. Bik Onah adalah istri dari pak Didi yang menjadi babu mengurus rumah tangga di rumah Risma.
“Tidak apa-apa, si Onah tidak akan tau, Nduk,” kata Pak Didi sambil mengecuk tengkuk putih itu dengan gemas.

Beberapa saat kemudian. Suasana di kamar mewah itu menjadi hening. Tanda ke dua sosok tubuh yang bertempur habis-habisan itu telah terlelap oleh kelelahan yang menguras tenaga keduanya sampai tak tersisa.

___



Bagaimana awal mula seorang perempuan secantik Risma sampai terjatuh ke dalam pelukan pria tua yang bukan lain adalah tukang kebunnya sendiri? Akan diceritakan di bagian ke dua, semoga terhibur.

Intro yang sangat melelahkan, diketik melalui hape sambil menunggui dagangan yang sepi pembeli oleh PPKM yang panjang banget.

Lanjutannya masih dalam progres, karena diketik dari hp, sungguh melelahkan tapi puas, akhirnya bisa juga menulis cerita beginian. :D
 
Terakhir diubah:
Awalan yg bagus.. Langsung disuguhin SS yg luarr biasa.

Ok, next.. ditunggu cerita awal mulanya majikan jatuh kepelukan tukang kebun.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd