Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ARFAN, SI PEJANTAN TANGGUH DARI DESA(Remake)

Sebulan kemudian sejak mereka tinggal disana, ketiganya sudah dapat menyesuaikan diri dengan semua tugas dan kegiatan baru mereka di rumah itu. Masalahnya cuma satu, aktivitas seks yang sejak beberapa waktu lalu setiap hari mereka lakukan di desa sekarang sudah tak bisa mereka perbuat sebebas dahulu. Mereka masih canggung dan malu melakukannya di rumah mewah ini. Dua minggu pertama Arfan, Budhe Warsih dan emaknya Leha terpaksa harus menahan nafsu untuk melakukan kebiasaan mesum itu. Namun demikian setelah mereka menyadari kalau Bu Rini pergi ke kantor pada pagi hari dan kembali ke rumah pada larut malam, mulailah mereka melakukan ritual nikmat yang sudah telanjur mereka lakoni di desa dulu.

Lima menit saja sejak mobil Bu Rini keluar dari gerbang, Leha dan Warsih langsung menyerbu Arfan dan melampiaskan nafsu birahi terlarang mereka yang masih punya hubungan darah. Biasanya, Leha yang tak tahan pertama kali menggeluti tubuh anak kandungnya yang kian hari terasa bertambah perkasa saja.

Mereka melakukan persetubuhan segitiga itu nyaris diseluruh tempat di dalam rumah maupun di halaman belakang. Paling sering kedua perempuan itu secara bersamaan menyerbu Arfan yang masih tidur di kamarnya. Kalau sudah begitu, Arfan yang sedang benar-benar gila seks akan menyambut dengan senanghati serbuan dari dua wanita setengahbaya yang merupakan ibu kandung dan budhenya. Seperti biasa, 3 sampai 6 kali setelah ibu dan budhenya mengalami orgasme barulah Arfan menumpahkan pejuh kentalnya. Kadang di dalam memek, tapi sering juga kedua perempuan penuh nafsu itu bergiliran meminum cairan mani Arfan, menyedotnya sampai habis dan kering! Arfan pun dengan senang hati melakukannya. Kalau dulu ia ngentot emak dan budhenya di gubuk reot beralaskan tikar pandan, kini ia dengan gembira bisa menyalurkan syahwat di springbed bersprei putih bersih atau di kamar mandi mewah. Ketiganya benar-benar bahagia menikmati hari-hari penuh kesenangan.

Setelah puas melampiaskan birahi di pagi hari itulah baru mereka bertiga melakukan aktifitas membersihkan rumah, memasak dan mencuci pakaian. Hidup mereka benar-benar telah berubah!
 

mulustrasi Bu Rini...

Sementara itu di tempat lain...

“RINI LISTYOWATI, CEO” begitu tulisan yang tertera di meja kerja perempuan cantik bertubuh subur yang ada sebuah gedung tinggi bilangan Jakarta Selatan. Ruang kerja yang luas dan mewah itu hanya dihuni olehnya seorang, tampak sekali perempuan paruhbaya bertubuh tambun tinggi besar itu memang type wanita pekerja super sibuk. Di ruangan seluas kira-kira 300 meter persegi ini terdapat juga kamar mandi, kamar tidur dan ruang makan tempat biasanya ia menjamu tamu-tamu perusahaan. Seringkali karena padatnya aktivitas kerja, Bu Rini tak sempat pulang ke rumah, untuk itulah ia membuat ruang kerjanya dilengkapi dengan kamar tidur yang tak kalah mewah dari suite room hotel berbintang lima. Lengkap dengan kamar mandi dan dapur tempat dimana biasanya para staff menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam bagi dirinya kalau ada jadwal lembur.

Kantor perusahaan Bu Rini terdiri dari 10 lantai, gedung itu sendiri adalah milik perusahaannya, ada total 28 lantai disana dan 18 lantai terbawah disewa oleh perusahaan lain. Sementara karyawan perusahaan Bu Rini menempati lantai 19 hingga 28, ruang kerja perempuan cantik berumur 48 tahun itu sendiri ada di lantai 27.
 
Sebulan kemudian sejak mereka tinggal disana, ketiganya sudah dapat menyesuaikan diri dengan semua tugas dan kegiatan baru mereka di rumah itu. Masalahnya cuma satu, aktivitas seks yang sejak beberapa waktu lalu setiap hari mereka lakukan di desa sekarang sudah tak bisa mereka perbuat sebebas dahulu. Mereka masih canggung dan malu melakukannya di rumah mewah ini. Dua minggu pertama Arfan, Budhe Warsih dan emaknya Leha terpaksa harus menahan nafsu untuk melakukan kebiasaan mesum itu. Namun demikian setelah mereka menyadari kalau Bu Rini pergi ke kantor pada pagi hari dan kembali ke rumah pada larut malam, mulailah mereka melakukan ritual nikmat yang sudah telanjur mereka lakoni di desa dulu.

Lima menit saja sejak mobil Bu Rini keluar dari gerbang, Leha dan Warsih langsung menyerbu Arfan dan melampiaskan nafsu birahi terlarang mereka yang masih punya hubungan darah. Biasanya, Leha yang tak tahan pertama kali menggeluti tubuh anak kandungnya yang kian hari terasa bertambah perkasa saja.

Mereka melakukan persetubuhan segitiga itu nyaris diseluruh tempat di dalam rumah maupun di halaman belakang. Paling sering kedua perempuan itu secara bersamaan menyerbu Arfan yang masih tidur di kamarnya. Kalau sudah begitu, Arfan yang sedang benar-benar gila seks akan menyambut dengan senanghati serbuan dari dua wanita setengahbaya yang merupakan ibu kandung dan budhenya. Seperti biasa, 3 sampai 6 kali setelah ibu dan budhenya mengalami orgasme barulah Arfan menumpahkan pejuh kentalnya. Kadang di dalam memek, tapi sering juga kedua perempuan penuh nafsu itu bergiliran meminum cairan mani Arfan, menyedotnya sampai habis dan kering! Arfan pun dengan senang hati melakukannya. Kalau dulu ia ngentot emak dan budhenya di gubuk reot beralaskan tikar pandan, kini ia dengan gembira bisa menyalurkan syahwat di springbed bersprei putih bersih atau di kamar mandi mewah. Ketiganya benar-benar bahagia menikmati hari-hari penuh kesenangan.

Setelah puas melampiaskan birahi di pagi hari itulah baru mereka bertiga melakukan aktifitas membersihkan rumah, memasak dan mencuci pakaian. Hidup mereka benar-benar telah berubah!
mksh kentangnya hu 😅
 
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam ketika tiba-tiba kepenatan melanda badan Bu Rini sehabis rapat kerja marathon dengan seluruh karyawan yang berjumlah tak kurang dari 250 orang. Hari ini adalah tanggal 17 Desember 2014, saat dimana perusahaannya harus segera menyelesaikan rapat tutup buku akhir tahun. Sudah 3 hari berturut-turut ia tak pernah pulang ke rumah akibat padatnya jadwal kerja. Bu Syifa, sekretarisnya malah sering mengingatkan Bu Rini untuk mengambil cuti dan liburan agar ia tak terlalu lelah. Namun begitu banyak pekerjaan yang harus ia awasi setiap waktu di akhir tahun ini, membuatnya cuma bisa ‘mempertimbangkan’ saran Bu Syifa. Bagi Bu Rini. Seusai pukul 10 malam, ia cukup beristirahat di kamar pribadi yang mewah dan tidur selama 8 jam disana sehingga pagi hari berikutnya badan akan terasa segar kembali.

Rapat marathon akhir tahun ini terasa berbeda bagi Bu Rini, lebih melelahkan dari tahun sebelumnya. Sudah 45 menit ia mencoba memejamkan mata tapi anehnya belum juga bisa tertidur. Tak seperti biasa baru 5 menit saja meletakkan kepala diatas bantal, Bu Rini pasti sudah larut terbawa mimpi. Mungkin karena peristiwa yang menimpanya sebulan lalu dimana ia diselamatkan oleh Arfan masih membayangi pikirannya. Bolak balik arah tidur pun tak membuatnya bisa memejamkan mata hingga jam menunjukkan pukul 12 malam!

Polisi sudah menangkap pria yang mencoba memperkosa dan membunuhnya malam itu, juga menjebloskan mantan suaminya ke penjara, namun bayangan-bayangan buruk peristiwa itu selalu menghantui Bu Rini.

Perempuan cantik bertubuh bahenol itu bangkit dari pembaringan dan meraih handphone di meja lalu memencet sebuah nomor...



“Bram... kamu gi ngapain?” suaranya terdengar berat, namun tak ada jawaban dari seberang, Bu Rini tertunduk lesu. Wajahnya menyirat rasa kecewa, karena diamnya Bram adalah pertanda kalau lelaki ‘sahabat spesial’ nya itu sedang bersama istrinya di rumah. Bram adalah teman dekatnya sejak di bangku kuliah, hubungan Bu Rini dan pak Bram sebenarnya adalah TTM, mereka kuliah di kampus yang sama. Meski dekat dan kadang mesra, hubungan keduanya tak pernah berstatus lebih dari sekedar teman dekat. Bu Rini menikah dengan pria pilihan orangtuanya, pak Bram pun demikian, tapi mereka tetap berhubungan. Tak hanya sekedar pertemanan, sejak lama mereka sering berkencan di tempat-tempat rahasia, terutama sejak rumah tangga Bu Rini bubar 14 tahun lalu. Hubungannya dengan pak Bram jadi makin dekat. Hal yang menghalangi hanya status pak Bram yang masih suami orang. Pak Bram tak pernah bisa menuruti semua keinginan Bu Rini untuk mempererat hubungan mereka ke jenjang yang lebih dari sekedar teman selingkuh.

Sebagai perempuan normal, Bu Rini tentu butuh kehangatan pria. Apalagi dengan status janda kaya, tak sulit baginya untuk mencari pasangan yang benar-benar sesuai dengan yang ia inginkan. Tapi entah kenapa hingga 14 tahun sejak bercerai, Bu Rini tak kunjung menikah lagi. Kalau untuk memenuhi kebutuhan seks, mungkin itu terlalu kecil bagi seorang seperti dia, di kalangan sahabat-sahabat perempuan seumur dirinya Bu Rini terkenal paling pilih-pilih pasangan, hal itu tampak dari jarangnya ia mengikuti acara-acara khusus ibu-ibu kaya raya yang punya program ‘arisan seks’ dimana mereka menggilir gigolo-gigolo ganteng yang mereka undi tiap bulan. Pernah sekali saja Bu Rini mendapat jatah arisan itu, tapi dari 2 minggu kesempatan yang harusnya ia pakai untuk menikmati layanan seks dari gigolo itu hanya 1 kali saja Bu Rini lakukan, selebihnya ia berikan pria itu kepada temannya yang lain.



“Jeng Rini sebaiknya ambil libur panjang saja, satu atau dua bulan gitu...,” usul Bu Syifa pagi itu saat ia menemukan bosnya sedang melamun di meja kerja.

Beberapa lembar kontrak yang disiapkan sekretarisnya itu tampak tercecer di hadapannya. Bukannya segera menandatangani, Bu Rini malah melamun hingga Bu Syifa datang menghampirinya.

“Takutnya kalau di rumah aku malah tambah stres mikirin urusan perusahaan disini Kak Ifa..., kakak tau kan gimana aku kalau gak kerja berhari-hari, bisa gila aku kak...,”

“Gak juga Jeng, kami bisa mengantarkan semua dokumen yang harus ditandatangani ke rumah, yang penting Jeng Rini bisa santai menikmati suasana rumah yang asri. Apalagi sekarang kan ada keluarga dari kampung, mereka pasti bisa membuat suasana jadi tak menjemukan seperti di tempat kerja. Menurutku, Jeng Rini cuma sumpek aja kok, bayangin sudah puluhan tahun beraktivitas seperti ini, rutin dan monoton, perlu sedikit mengganti suasana. Kulihat keluarga dari kampung semuanya menyenangkan dan bisa mengurangi beban mental Jeng di dunia kerja...,” ungkap Bu Syifa menasihati boss besar sekaligus sahabat yang sudah ia anggap seperti adik kandung sendiri.

Hubungan antara kedua wanita paruhbaya yang sama-sama bertubuh tambun dan berwajah manis itu memang sangat dekat. Bu Syifa sendiri adalah orang terdekat yang merupakan kepercayaan Bu Rini sejak lama, ia menjabat Corporate Secretary di perusahaan besar ini, mereka telah lama saling mengenal, tepatnya sudah 30 tahun lebih semenjak Bu Syifa bekerja di perusahaan yang awalnya milik orangtua Bu Rini.
 
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam ketika tiba-tiba kepenatan melanda badan Bu Rini sehabis rapat kerja marathon dengan seluruh karyawan yang berjumlah tak kurang dari 250 orang. Hari ini adalah tanggal 17 Desember 2014, saat dimana perusahaannya harus segera menyelesaikan rapat tutup buku akhir tahun. Sudah 3 hari berturut-turut ia tak pernah pulang ke rumah akibat padatnya jadwal kerja. Bu Syifa, sekretarisnya malah sering mengingatkan Bu Rini untuk mengambil cuti dan liburan agar ia tak terlalu lelah. Namun begitu banyak pekerjaan yang harus ia awasi setiap waktu di akhir tahun ini, membuatnya cuma bisa ‘mempertimbangkan’ saran Bu Syifa. Bagi Bu Rini. Seusai pukul 10 malam, ia cukup beristirahat di kamar pribadi yang mewah dan tidur selama 8 jam disana sehingga pagi hari berikutnya badan akan terasa segar kembali.

Rapat marathon akhir tahun ini terasa berbeda bagi Bu Rini, lebih melelahkan dari tahun sebelumnya. Sudah 45 menit ia mencoba memejamkan mata tapi anehnya belum juga bisa tertidur. Tak seperti biasa baru 5 menit saja meletakkan kepala diatas bantal, Bu Rini pasti sudah larut terbawa mimpi. Mungkin karena peristiwa yang menimpanya sebulan lalu dimana ia diselamatkan oleh Arfan masih membayangi pikirannya. Bolak balik arah tidur pun tak membuatnya bisa memejamkan mata hingga jam menunjukkan pukul 12 malam!

Polisi sudah menangkap pria yang mencoba memperkosa dan membunuhnya malam itu, juga menjebloskan mantan suaminya ke penjara, namun bayangan-bayangan buruk peristiwa itu selalu menghantui Bu Rini.

Perempuan cantik bertubuh bahenol itu bangkit dari pembaringan dan meraih handphone di meja lalu memencet sebuah nomor...



“Bram... kamu gi ngapain?” suaranya terdengar berat, namun tak ada jawaban dari seberang, Bu Rini tertunduk lesu. Wajahnya menyirat rasa kecewa, karena diamnya Bram adalah pertanda kalau lelaki ‘sahabat spesial’ nya itu sedang bersama istrinya di rumah. Bram adalah teman dekatnya sejak di bangku kuliah, hubungan Bu Rini dan pak Bram sebenarnya adalah TTM, mereka kuliah di kampus yang sama. Meski dekat dan kadang mesra, hubungan keduanya tak pernah berstatus lebih dari sekedar teman dekat. Bu Rini menikah dengan pria pilihan orangtuanya, pak Bram pun demikian, tapi mereka tetap berhubungan. Tak hanya sekedar pertemanan, sejak lama mereka sering berkencan di tempat-tempat rahasia, terutama sejak rumah tangga Bu Rini bubar 14 tahun lalu. Hubungannya dengan pak Bram jadi makin dekat. Hal yang menghalangi hanya status pak Bram yang masih suami orang. Pak Bram tak pernah bisa menuruti semua keinginan Bu Rini untuk mempererat hubungan mereka ke jenjang yang lebih dari sekedar teman selingkuh.

Sebagai perempuan normal, Bu Rini tentu butuh kehangatan pria. Apalagi dengan status janda kaya, tak sulit baginya untuk mencari pasangan yang benar-benar sesuai dengan yang ia inginkan. Tapi entah kenapa hingga 14 tahun sejak bercerai, Bu Rini tak kunjung menikah lagi. Kalau untuk memenuhi kebutuhan seks, mungkin itu terlalu kecil bagi seorang seperti dia, di kalangan sahabat-sahabat perempuan seumur dirinya Bu Rini terkenal paling pilih-pilih pasangan, hal itu tampak dari jarangnya ia mengikuti acara-acara khusus ibu-ibu kaya raya yang punya program ‘arisan seks’ dimana mereka menggilir gigolo-gigolo ganteng yang mereka undi tiap bulan. Pernah sekali saja Bu Rini mendapat jatah arisan itu, tapi dari 2 minggu kesempatan yang harusnya ia pakai untuk menikmati layanan seks dari gigolo itu hanya 1 kali saja Bu Rini lakukan, selebihnya ia berikan pria itu kepada temannya yang lain.



“Jeng Rini sebaiknya ambil libur panjang saja, satu atau dua bulan gitu...,” usul Bu Syifa pagi itu saat ia menemukan bosnya sedang melamun di meja kerja.

Beberapa lembar kontrak yang disiapkan sekretarisnya itu tampak tercecer di hadapannya. Bukannya segera menandatangani, Bu Rini malah melamun hingga Bu Syifa datang menghampirinya.

“Takutnya kalau di rumah aku malah tambah stres mikirin urusan perusahaan disini Kak Ifa..., kakak tau kan gimana aku kalau gak kerja berhari-hari, bisa gila aku kak...,”

“Gak juga Jeng, kami bisa mengantarkan semua dokumen yang harus ditandatangani ke rumah, yang penting Jeng Rini bisa santai menikmati suasana rumah yang asri. Apalagi sekarang kan ada keluarga dari kampung, mereka pasti bisa membuat suasana jadi tak menjemukan seperti di tempat kerja. Menurutku, Jeng Rini cuma sumpek aja kok, bayangin sudah puluhan tahun beraktivitas seperti ini, rutin dan monoton, perlu sedikit mengganti suasana. Kulihat keluarga dari kampung semuanya menyenangkan dan bisa mengurangi beban mental Jeng di dunia kerja...,” ungkap Bu Syifa menasihati boss besar sekaligus sahabat yang sudah ia anggap seperti adik kandung sendiri.

Hubungan antara kedua wanita paruhbaya yang sama-sama bertubuh tambun dan berwajah manis itu memang sangat dekat. Bu Syifa sendiri adalah orang terdekat yang merupakan kepercayaan Bu Rini sejak lama, ia menjabat Corporate Secretary di perusahaan besar ini, mereka telah lama saling mengenal, tepatnya sudah 30 tahun lebih semenjak Bu Syifa bekerja di perusahaan yang awalnya milik orangtua Bu Rini.
asik hu update beruntun 🤣
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd