Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ARFAN, SI PEJANTAN TANGGUH DARI DESA(Remake)

Bimabet
Mulustrasi Ummi Syifa



Nama lengkapnya Syifa Azzahra binti Abdel Aziz, perempuan paruhbaya itu berusia lebih tua 6 tahun dari Bu Rini, ia keturunan Arab dan bersuamikan seorang pejabat pemerintah. Tubuhnya tinggi, besar dan tambun, lebih tinggi hampir 10cm dari Bu Rini yang cuma 167. Lekukan tubuhnya menonjol di bagian-bagian tertentu seperti dada, pantat, pinggul, paha dan betis. Layaknya perempuan keturunan Arab, buah dada Bu Syifa berukuran lebih besar dari rata-rata orang Asia, namun tetap proporsional dengan bentuk badannya yang bongsor dan jangkung.

Banyak pria iseng terutama kalangan atas, baik tua maupun muda, tertarik pada kemolekan tubuh perempuan beranak 4 itu, meski mereka tahu pasti kalau Bu Syifa sudah bersuami dan punya beberapa cucu pula. Pakaian sehari-hari Bu Syifa adalah baju gamis model terusan panjang dan longgar dengan hijab menutupi kepala. Meski demikian, pakaian gamis longgar itu tetap saja tak mampu menyembunyikan pesona tubuhnya yang masih tampak menonjol. Payudaranya membusung besar, meski sudah turun karena usia dan mungkin terlalu lama diteteki keempat anaknya waktu masih menyusui. Bisa jadi pula karena suaminya yang juga keturunan Arab memang doyan meremas dan menyelomoti buah dada. Secara usia Bu Syifa tak lagi muda, umurnya sudah memasuki 53 tahun. Pun begitu, masih saja banyak laki-laki bahkan anak-anak muda dan remaja jelalatan melihat aura kecantikan dan kemolekan tubuhnya.

Begitu pula dengan Bu Rini yang asli Jogja tapi lama tinggal di Amerika, sejak sekolah dasar hingga menamatkan pasca sarjana di sebuah kampus tersohor di negeri Paman Sam. Tubuh perempuan karir yang kaya raya itu tak kalah menggiurkan. Wajah yang oval dengan kulit putih dan mulus selalu mengundang decak kagum kaum pria. Bedanya, karena Bu Rini pengusaha terkenal, jarang ada pria sembarangan yang berani mendekati. Mungkin mereka minder dengan kekayaan dan popularitas wanita karir itu. Badan Bu Rini tak kalah semok dengan badan Bu Syifa, mereka sama-sama berkulit putih bersih dan mulus. Bedanya, secara penampilan Bu Rini terkesan modern ala Eropa, pakaiannya setelan jas dengan dalaman kemeja putih atau biru terang lengkap dengan rok panjang hingga bawah lutut, sementara Bu Syifa lekat dengan kesan alim, agamis, bak istri raja minyak padang pasir.

Bu Rini tiap waktu memakai rok selutut berwarna senada dengan jas kerja yang ia kenakan, rambutnya sebahu dan lebih sering di twist keatas belakang kepala. Hal tersebut membuatnya tampak anggun penuh wibawa. Ia hanya punya 1 anak perempuan yang sudah 5 tahun menikah, namanya Harlina, bersuamikan seorang pengusaha sukses juga namun tak tinggal di Jakarta. Harlina dan suaminya tinggal di Kota Balikpapan Kalimantan Timur, dimana bisnis minyak mereka berlokasi. Anaknya sudah 2 orang dan masih kecil-kecil. Itu berarti Bu Rini adalah nenek dari 2 orang cucu.

Layaknya ibu-ibu kalangan jetset, tubuh Bu Rini sangat terawat, tentu karena saban minggu ia melakukan perawatan kecantikan serta rutin berolah raga. Secara wajah, Bu Rini bisa dibilang manis, tak akan pernah bosan memandang raut muka dan senyum khas wanita Jawa yang terkenal supel dan ramah.

Secara fisik, selain punya wajah manis, Bu Rini juga menyimpan pesona seksual yang tak kalah menarik, ia punya payudara berukuran besar, kira-kira 38C. Siapapun yang melihat tonjolan cembung dada Bu Rini pasti berharap bisa menetek di susu ibu itu. Pinggul besar dengan lekukan pinggang yang proporsional dengan bentuk badan bongsor, membuat penampilan Bu Rini nyaris sempurna.
 
Bu Syifa menghela nafas lega, setelah hampir satu jam akhirnya ia berhasil meyakinkan boss besarnya untuk mengambil cuti yang sudah lima tahun lebih selalu dilewatkan. Di mata semua karyawan perempuan gila kerja itu benar-benar wanita karir paling spektakuler dalam hal etos dan disiplin kerja, terlambat semenitpun ia tak pernah sama sekali, dari mulai masuk kerja pukul 8.30 hingga jam bubaran pada sore hari, ia bahkan seringkali terlihat masih asik di depan laptop meski nyaris seisi kantornya sudah sepi. Hanya Bu Syifa, asisten kepercayaannya yang sanggup setia menunggu Bu Rini sampai larut malam tanpa pernah mengeluh. Sering pula Bu Syifa kasihan pada sopir bossnya, seorang perempuan mantan polwan berusia 55 tahun masih saja harus sabar menunggu Bu Rini pulang larut malam. Bu Syifa seringkali menyuruh Bu Yani, nama sopir itu, pulang terlebih dahulu setelah ia yakinkan bahwa boss besarnya tidak akan pulang alias menginap di kantor. Padahal, kalau bu Rini akhirnya memutuskan pulang ke rumah, Bu Syifa lah yang menggantikan tugas menyetir, meskipun usia perempuan keturunan Arab itu lebih tua dari bossnya.



Kediaman pengusaha wanita sukses Rini Listyowati di kawasan Menteng Jakarta Pusat terlihat sepi hari itu, ruangan tengah yang luasnya tak kurang dari 250 meter persegi tampak sangat apik dengan penataan klasik ala Jawa Aristokrat berhiaskan furniture khas Jepara. Beberapa foto berukuran besar tergantung disana, di foto keluarga ada Bu Rini, anak perempuan satu-satunya dan menantu pria yang berpakaian tradisional Yogjakarta. Bu Rini dan anak perempuan semata wayangnya dalam foto itu tampak sexy dengan setelan kebaya brokat berwarna merah, bawahan batik motif bunga mereka tampak sangat anggun mempesona. Tak ada satupun foto mantan suami wanita karir itu disana. Entahlah, mungkin Bu Rini teramat membenci pria yang pernah mengisi hidupnya itu.
 

Dari dalam sebuah kamar di dekat ruangan pribadi sang nyonya rumah, samar-samar terdengar desahan sensual perempuan dewasa, sesekali terdengar juga suara perempuan lain yang tak kalah seru meraung-raung menahan nikmat. Celah pintu yang tak tertutup rapat menampakkan seorang pria remaja belia berbadan lebih kecil namun kekar tengah sibuk melayani dua perempuan paruhbaya bertubuh besar dan bahenol. Tubuh remaja belia itu terbaring menghadap atas dengan wajah yang tertutup paha dan pantat besar seorang wanita paruhbaya berumur kira-kira 50 tahun dengan susu besar yang bergelayut menggantung di dada lebarnya, perempuan itu rupanya tengah asik menjejalkan pangkal paha dan daerah segitiga kewanitaannya di wajah remaja tadi, tangan perempuan itu terjulur lurus kedepan meremas payudara wanita paruhbaya lainnya yang juga tengah menggoyang pinggul diatas pangkal paha sang pria muda. Kedua perempuan setengahbaya itu saling berhadapan, saling meremas buah dada sambil menikmati sekujur badan kekar anak muda belia yang ada di bawah tubuh mereka.

Perempuan yang menggeolkan pinggulnya diatas paha anak muda itu tak lain adalah Leha, dan pria yang mereka geol itu adalah anak kandung Leha yang bernama Arfan. Sementara ibu paruhbaya satunya lagi yang tengah menguyel-uyel wajah anak Leha dengan memeknya itu adalah Warsih kakak kandung Leha, juga budhe dari Arfan. Mereka bertiga tengah mabuk birahi melakukan adegan threesome atau ngentot bertiga dengan posisi WOT (Women On Top). Arfan tak dapat berbicara dengan posisi mulut yang dijejali kemaluan Budhenya, suara jeritan histeris menahan nikmat itu berasal dari Leha dan Warsih yang rupanya sedang dilanda orgasme bersamaan. Leha menggapai klimaks permainan seks itu lewat kontol Arfan yang merojok-rojok dalam memeknya, sementara Warsih budhenya Arfan meraih orgasme akibat sedotan mulut keponakannya itu pada memek berbulu lebat di selangkangannya.



Sesaat kemudian, erangan Leha melemah, tubuhnya lunglai lemas dan terjatuh menelungkup disamping Arfan. Demikian juga dengan Warsih budhenya, dia menggelepar-gelepar menahan ledakan puncak birahi yang tengah melanda tubuh bahenol perempuan paruhbaya itu. Warsih pun terkapar lemas menghadap keatas dengan tangan menghampar kesamping kiri dan kanan.

Arfan belum lagi mencapai puncak kenikmatannya. Anak itu bangkit dan meraih paha Budhenya yang baru saja bergetar hebat akibat orgasme dari hasil jilatan lidah dan sedotan mulut Arfan di memeknya. Tanpa peduli erangan wanita yang berusia lebih tua dari emaknya itu, Arfan kembali memasukkan kontolnya yang besar dan panjang kedalam memek Warsih. Arfan langsung mengocok dengan cepat tanpa jeda, membuat Budhe nya yang baru saja mengalami orgasme berteriak histeris bagai orang kemasukan setan. Kakinya menendang-nendang keatas, kebawah, kesamping. Jelas sekali, perempuan berumur hampir 50 tahun itu benar-benar tak tahan ngilu akibat memeknya dimasuki kontol perkasa milik keponakannya.

Warsih terus meronta keras seakan menolak kenikmatan dari genjotan kontol Arfan, apalagi sekarang keponakannya itu menunduk dan menangkap puting susu besarnya dengan mulut, Arfan menyedot keras bergiliran, susu kiri disedot, susu kanan diremas, terus begitu hingga akhirnya dalam waktu 15 menit badan Arfan tiba-tiba melengkung kearah Warsih dibawahnya. Anak remaja itu berteriak keras, pinggulnya menghempas paha besar Budhenya dan dengan beberapa kali hentakan ia melepaskan pejuh kental dalam rahim kakak kandung ibunya itu. Arfan berteriak sejadi-jadinya, bersamaan dengan kaki-kaki Warsih yang tiba-tiba ikut menjepit bagian bawah tubuh kecil keponakannya. Warsih tampak lagi-lagi meraih puncak kenikmatan seks yang dahsyat. Giginya menyeringai, wajahnya memerah, matanya hanya menampakkan warna putih. Sungguh hebat puncak birahi kedua manusia berbeda kelamin itu. Dan Arfan pun akhirnya terkapar diatas tubuh besar Budhenya.

Hari sudah menjelang siang, Arfan, Leha emaknya dan Warsih budhenya sudah menuntaskan 4 permainan seks sejak pagi, dari sesaat setelah Bu Rini sang juragan meninggalkan rumah menuju tempat kerja. Setelah dirasa cukup istirahat, ketiganya bangkit dan memakai pakaian masing-masing, lalu kembali mengerjakan tugas rumah tangga yang menjadi tanggungjawab mereka. Arfan membersihkan halaman belakang dari rumput liar, menyiram bunga-bunga di taman, Leha emaknya membersihkan kamar tempat mereka tadi bersenggama, dan Budhe Warsih berlalu kearah dapur untuk memasak semua makanan kegemaran sang nyonya. Meski mereka tak pernah tahu apakah Bu Rini akan pulang atau tidak malam ini.
 
Terakhir diubah:
Dari dalam sebuah kamar di dekat ruangan pribadi sang nyonya rumah, samar-samar terdengar desahan sensual perempuan dewasa, sesekali terdengar juga suara perempuan lain yang tak kalah seru meraung-raung menahan nikmat. Celah pintu yang tak tertutup rapat menampakkan seorang pria remaja belia berbadan lebih kecil namun kekar tengah sibuk melayani dua perempuan paruhbaya bertubuh besar dan bahenol. Tubuh remaja belia itu terbaring menghadap atas dengan wajah yang tertutup paha dan pantat besar seorang wanita paruhbaya berumur kira-kira 50 tahun dengan susu besar yang bergelayut menggantung di dada lebarnya, perempuan itu rupanya tengah asik menjejalkan pangkal paha dan daerah segitiga kewanitaannya di wajah remaja tadi, tangan perempuan itu terjulur lurus kedepan meremas payudara wanita paruhbaya lainnya yang juga tengah menggoyang pinggul diatas pangkal paha sang pria muda. Kedua perempuan setengahbaya itu saling berhadapan, saling meremas buah dada sambil menikmati sekujur badan kekar anak muda belia yang ada di bawah tubuh mereka.

Perempuan yang menggeolkan pinggulnya diatas paha anak muda itu tak lain adalah Leha, dan pria yang mereka geol itu adalah anak kandung Leha yang bernama Arfan. Sementara ibu paruhbaya satunya lagi yang tengah menguyel-uyel wajah anak Leha dengan memeknya itu adalah Warsih kakak kandung Leha, juga budhe dari Arfan. Mereka bertiga tengah mabuk birahi melakukan adegan threesome atau ngentot bertiga dengan posisi WOT (Women On Top). Arfan tak dapat berbicara dengan posisi mulut yang dijejali kemaluan Budhenya, suara jeritan histeris menahan nikmat itu berasal dari Leha dan Warsih yang rupanya sedang dilanda orgasme bersamaan. Leha menggapai klimaks permainan seks itu lewat kontol Arfan yang merojok-rojok dalam memeknya, sementara Warsih budhenya Arfan meraih orgasme akibat sedotan mulut keponakannya itu pada memek berbulu lebat di selangkangannya.

Sesaat kemudian, erangan Leha melemah, tubuhnya lunglai lemas dan terjatuh menelungkup disamping Arfan. Demikian juga dengan Warsih budhenya, dia menggelepar-gelepar menahan ledakan puncak birahi yang tengah melanda tubuh bahenol perempuan paruhbaya itu. Warsih pun terkapar lemas menghadap keatas dengan tangan menghampar kesamping kiri dan kanan.

Arfan belum lagi mencapai puncak kenikmatannya. Anak itu bangkit dan meraih paha Budhenya yang baru saja bergetar hebat akibat orgasme dari hasil jilatan lidah dan sedotan mulut Arfan di memeknya. Tanpa peduli erangan wanita yang berusia lebih tua dari emaknya itu, Arfan kembali memasukkan kontolnya yang besar dan panjang kedalam memek Warsih. Arfan langsung mengocok dengan cepat tanpa jeda, membuat Budhe nya yang baru saja mengalami orgasme berteriak histeris bagai orang kemasukan setan. Kakinya menendang-nendang keatas, kebawah, kesamping. Jelas sekali, perempuan berumur hampir 50 tahun itu benar-benar tak tahan ngilu akibat memeknya dimasuki kontol perkasa milik keponakannya.

Warsih terus meronta keras seakan menolak kenikmatan dari genjotan kontol Arfan, apalagi sekarang keponakannya itu menunduk dan menangkap puting susu besarnya dengan mulut, Arfan menyedot keras bergiliran, susu kiri disedot, susu kanan diremas, terus begitu hingga akhirnya dalam waktu 15 menit badan Arfan tiba-tiba melengkung kearah Warsih dibawahnya. Anak remaja itu berteriak keras, pinggulnya menghempas paha besar Budhenya dan dengan beberapa kali hentakan ia melepaskan pejuh kental dalam rahim kakak kandung ibunya itu. Arfan berteriak sejadi-jadinya, bersamaan dengan kaki-kaki Warsih yang tiba-tiba ikut menjepit bagian bawah tubuh kecil keponakannya. Warsih tampak lagi-lagi meraih puncak kenikmatan seks yang dahsyat. Giginya menyeringai, wajahnya memerah, matanya hanya menampakkan warna putih. Sungguh hebat puncak birahi kedua manusia berbeda kelamin itu. Dan Arfan pun akhirnya terkapar diatas tubuh besar Budhenya.

Hari sudah menjelang siang, Arfan, Leha emaknya dan Warsih budhenya sudah menuntaskan 4 permainan seks sejak pagi, dari sesaat setelah Bu Rini sang juragan meninggalkan rumah menuju tempat kerja. Setelah dirasa cukup istirahat, ketiganya bangkit dan memakai pakaian masing-masing, lalu kembali mengerjakan tugas rumah tangga yang menjadi tanggungjawab mereka. Arfan membersihkan halaman belakang dari rumput liar, menyiram bunga-bunga di taman, Leha emaknya membersihkan kamar tempat mereka tadi bersenggama, dan Budhe Warsih berlalu kearah dapur untuk memasak semua makanan kegemaran sang nyonya. Meski mereka tak pernah tahu apakah Bu Rini akan pulang atau tidak malam ini.
mksh updatenya suhu
 
Bu Syifa menghela nafas lega, setelah hampir satu jam akhirnya ia berhasil meyakinkan boss besarnya untuk mengambil cuti yang sudah lima tahun lebih selalu dilewatkan. Di mata semua karyawan perempuan gila kerja itu benar-benar wanita karir paling spektakuler dalam hal etos dan disiplin kerja, terlambat semenitpun ia tak pernah sama sekali, dari mulai masuk kerja pukul 8.30 hingga jam bubaran pada sore hari, ia bahkan seringkali terlihat masih asik di depan laptop meski nyaris seisi kantornya sudah sepi. Hanya Bu Syifa, asisten kepercayaannya yang sanggup setia menunggu Bu Rini sampai larut malam tanpa pernah mengeluh. Sering pula Bu Syifa kasihan pada sopir bossnya, seorang perempuan mantan polwan berusia 55 tahun masih saja harus sabar menunggu Bu Rini pulang larut malam. Bu Syifa seringkali menyuruh Bu Yani, nama sopir itu, pulang terlebih dahulu setelah ia yakinkan bahwa boss besarnya tidak akan pulang alias menginap di kantor. Padahal, kalau bu Rini akhirnya memutuskan pulang ke rumah, Bu Syifa lah yang menggantikan tugas menyetir, meskipun usia perempuan keturunan Arab itu lebih tua dari bossnya.



Kediaman pengusaha wanita sukses Rini Listyowati di kawasan Menteng Jakarta Pusat terlihat sepi hari itu, ruangan tengah yang luasnya tak kurang dari 250 meter persegi tampak sangat apik dengan penataan klasik ala Jawa Aristokrat berhiaskan furniture khas Jepara. Beberapa foto berukuran besar tergantung disana, di foto keluarga ada Bu Rini, anak perempuan satu-satunya dan menantu pria yang berpakaian tradisional Yogjakarta. Bu Rini dan anak perempuan semata wayangnya dalam foto itu tampak sexy dengan setelan kebaya brokat berwarna merah, bawahan batik motif bunga mereka tampak sangat anggun mempesona. Tak ada satupun foto mantan suami wanita karir itu disana. Entahlah, mungkin Bu Rini teramat membenci pria yang pernah mengisi hidupnya itu.
waduh double update nih suhu @memekibustw
 
Mulustrasi Ummi Syifa



Nama lengkapnya Syifa Azzahra binti Abdel Aziz, perempuan paruhbaya itu berusia lebih tua 6 tahun dari Bu Rini, ia keturunan Arab dan bersuamikan seorang pejabat pemerintah. Tubuhnya tinggi, besar dan tambun, lebih tinggi hampir 10cm dari Bu Rini yang cuma 167. Lekukan tubuhnya menonjol di bagian-bagian tertentu seperti dada, pantat, pinggul, paha dan betis. Layaknya perempuan keturunan Arab, buah dada Bu Syifa berukuran lebih besar dari rata-rata orang Asia, namun tetap proporsional dengan bentuk badannya yang bongsor dan jangkung.

Banyak pria iseng terutama kalangan atas, baik tua maupun muda, tertarik pada kemolekan tubuh perempuan beranak 4 itu, meski mereka tahu pasti kalau Bu Syifa sudah bersuami dan punya beberapa cucu pula. Pakaian sehari-hari Bu Syifa adalah baju gamis model terusan panjang dan longgar dengan hijab menutupi kepala. Meski demikian, pakaian gamis longgar itu tetap saja tak mampu menyembunyikan pesona tubuhnya yang masih tampak menonjol. Payudaranya membusung besar, meski sudah turun karena usia dan mungkin terlalu lama diteteki keempat anaknya waktu masih menyusui. Bisa jadi pula karena suaminya yang juga keturunan Arab memang doyan meremas dan menyelomoti buah dada. Secara usia Bu Syifa tak lagi muda, umurnya sudah memasuki 53 tahun. Pun begitu, masih saja banyak laki-laki bahkan anak-anak muda dan remaja jelalatan melihat aura kecantikan dan kemolekan tubuhnya.

Begitu pula dengan Bu Rini yang asli Jogja tapi lama tinggal di Amerika, sejak sekolah dasar hingga menamatkan pasca sarjana di sebuah kampus tersohor di negeri Paman Sam. Tubuh perempuan karir yang kaya raya itu tak kalah menggiurkan. Wajah yang oval dengan kulit putih dan mulus selalu mengundang decak kagum kaum pria. Bedanya, karena Bu Rini pengusaha terkenal, jarang ada pria sembarangan yang berani mendekati. Mungkin mereka minder dengan kekayaan dan popularitas wanita karir itu. Badan Bu Rini tak kalah semok dengan badan Bu Syifa, mereka sama-sama berkulit putih bersih dan mulus. Bedanya, secara penampilan Bu Rini terkesan modern ala Eropa, pakaiannya setelan jas dengan dalaman kemeja putih atau biru terang lengkap dengan rok panjang hingga bawah lutut, sementara Bu Syifa lekat dengan kesan alim, agamis, bak istri raja minyak padang pasir.

Bu Rini tiap waktu memakai rok selutut berwarna senada dengan jas kerja yang ia kenakan, rambutnya sebahu dan lebih sering di twist keatas belakang kepala. Hal tersebut membuatnya tampak anggun penuh wibawa. Ia hanya punya 1 anak perempuan yang sudah 5 tahun menikah, namanya Harlina, bersuamikan seorang pengusaha sukses juga namun tak tinggal di Jakarta. Harlina dan suaminya tinggal di Kota Balikpapan Kalimantan Timur, dimana bisnis minyak mereka berlokasi. Anaknya sudah 2 orang dan masih kecil-kecil. Itu berarti Bu Rini adalah nenek dari 2 orang cucu.

Layaknya ibu-ibu kalangan jetset, tubuh Bu Rini sangat terawat, tentu karena saban minggu ia melakukan perawatan kecantikan serta rutin berolah raga. Secara wajah, Bu Rini bisa dibilang manis, tak akan pernah bosan memandang raut muka dan senyum khas wanita Jawa yang terkenal supel dan ramah.

Secara fisik, selain punya wajah manis, Bu Rini juga menyimpan pesona seksual yang tak kalah menarik, ia punya payudara berukuran besar, kira-kira 38C. Siapapun yang melihat tonjolan cembung dada Bu Rini pasti berharap bisa menetek di susu ibu itu. Pinggul besar dengan lekukan pinggang yang proporsional dengan bentuk badan bongsor, membuat penampilan Bu Rini nyaris sempurna.
triple suhu..maaf notifnya baru muncul 🤣 combo deh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd