Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 388 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,1%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,4%

  • Total voters
    664
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Impian Memperbudak Keluargaku


Perkenalkan namaku adalah Haris. Usiaku sekarang menginjak 20 tahun dan seperti sebagian besar penduduk di desa ini, aku tidak melanjutkan kuliah melainkan berkebun. Aku mengurus sepetak lahan di pinggir sungai yang kutanami jagung untuk membantu perekonomian keluarga. Oh ya, Aku punya perawakan biasa dengan kulit gelap terkena sinar matahari. Kerjaku setiap hari hanyalah pergi ke kebun setiap pagi dan sesekali mencari ikan. Aku tinggal di rumah sederhana bersama ibu dan kedua saudariku. Seorang kakak bernama Syifa dan adik bernama Intan.

Ayahku sudah meninggal sejak aku berusia 10 tahun. Sejak saat itu ibu bekerja membuat kue dan sesekali membuat ikan asap untuk memenuhi kehidupan kami. Oh ya, ibuku yang bernama Nur adalah seorang wanita yang cukup menarik meski umurnya sudah menginjak lebih dari 40 tahun. Tubuhnya agak gempal dengan wajah bundar dan mata besar. Ibuku punya ukuran dada dan pantat yang besar. Meski punya tubuh yang semlohai, ibuku menutupnya dengan gamis lebar dan jilbab syar'i ketika keluar rumah dan pakaian longgar ketika berkebun. Bahkan meski di rumah ibu tetap memakai gamis longgarnya. Memang, di desa kami pakaian para perempuannya kebanyakan gamis dan jilbab lebar.

Ibu adalah seorang muslimah yang bisa dibilang cukup taat. Selain karena pakaiannya yang cukup tertutup, ibu juga rutin mengikuti pengajian yang diselenggarakan di desa. Ibu juga terkenal sebagai pribadi yang ramah di kalangan tetangga dan terbilang cukup taat meski tidak terlalu sering berbicara dengan penduduk desa.

Aku mengenal ibu sebagai pribadi yang pekerja keras. Semenjak ditinggal suaminya 10 tahun lalu, ibu menjelma menjadi sosok tangguh untuk menggantikan posisi ayah di keluarga. Ibu harus bekerja keras menafkahi 3 anaknya dengan pekerjaannya. Namun hal itu menjadi masalah karena perhatian ibu pada kami menjadi berkurang.

Ibu seringkali sibuk dengan pekerjaannya dan sering mengabaikan anak-anaknya. Ibu bahkan seringkali tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Hal itu membuat kami harus mandiri untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Karena kesibukannya juga ibu jadi jarang berbicara dengan kami kecuali ketika memberi perintah.

"Ris, gasnya sudah kamu beli ?"tanya ibuku tiba-tiba membuyarkan lamuanku. Aku yang sedang duduk santai di beranda agak tersentak dan segera menengok ke arah ibu.

"Sudah kok."

"Sudah dipasang ?"

"Sudah,"jawabku pendek. Buat yang kalian belum tahu, meskipun desa kami terletak di tengah hutan, tapi ada satu jalan yang dibuat penduduk yang menghubungkan desa ini ke kota kecamatan. Dari sanalah semua kebutuhan seperti sembako, gas, dan perabotan rumah tangga kami terpenuhi.

"Ya sudah, ibu mau pengajian dulu. Nanti kamu bilangin si Intan buat setrika bajunya."Ibu tanpa berlama-lama lagi segera beranjak memakai sendalnya dan berjalan ke jalanan desa. Aku menatap penuh nafsu ke arah ibu yang berjalan pelan dengan gamis dan jilbab hijau. Meski tertutup rapat oleh bajunya, aku masih bisa melihat sedikit liukan tubuh ibu yang membangkitkan nafsuku.

"Ah, ibu. Entah sampai kapan aku bisa ngentot denganmu."ujarku dalam hati sambil membayangkan tubuh telanjang ibu.

Entah kenapa, meskipun ibu berpenampilan tertutup dan terkesan alim, aku tetap membayangkannya setiap aku coli. Aku merasa pakaian dan sikap ibu yang cenderung tertutup bahkan kepada anak-anaknya membangkitkan hasrat tersendiri di dalam diriku.

Aku sendiri sudah mengenal dunia porno sejak aku memasuki bangku SMP. Saat itu aku sedang ikut teman-temanku ke pasar kecamatan. Di sanalah aku melihat majalah porno bekas diantara lapak penjual majalah bekas. Di sana aku melihat kumpulan gambar wanita yang berpose nakal dan memperlihatkan bagian tubuhnya yang menggoda. Sejak saat itu sering sekali berburu majalah porno bekas yang dijual secara bebas. Seiring waktu, aku semakin mengenal banyak soal porno karena sering diajak temanku untuk menonton video porno.

Aku mulai tertarik dengan ibuku ketika teman-temanku mengajakku menonton video porno soal incest dan jilbab. Ketika menonton awalnya aku merasa jijik melihat video dimana seorang ibu di perkosa ramai-ramai oleh anak-anaknya. Namun semakin lama aku merasa sensasi aneh ketika melihat tubuh ibuku. Hal itu semakin diperkuat ketika temanku mengajakku menonton video porno dimana seorang wanita dengan jilbab lebar sedang disetubuhi dengan seorang pria besar bertato. Dari sana aku memiliki hasrat besar pada perempuan berjilbab karena pakaiaan tertutup mereka membuat rasa penasaran akan apa yang ada di baliknya.

Awalnya aku hanya berfantasi dengan tubuh montok ibu ketika aku coli. Semakin lama, aku semakin berani dengan diam-diam mengambil daleman milik ibu dan menggunakannya sebagai bahan coli dengan menciuminya. Hingga puncaknya, hasratku meninggi ketika suatu hari pintu kamar mandi rusak sehingga tidak bisa ditutup rapat. Di sanalah aku sempat mengintip tubuh belakang ibu yang tidak tertutup apa-apa. Sejak saat itu, aku semakin sering coli dengan membayangkan tubuh montok ibu.





Matahari mulai tumbang di ufuk barat ketika aku mendengar salam dari pintu. Belum selesai aku menjawab, sosok adikku Intan sudah ada di ruang tengah dengan masih menggunakan baju putih SMA nya dengan jilbab putih ringkas dan rok abu-abu panjang. Adikku saat ini berada di kelas 3 dengan usia 18 tahun.

Ketika aku berbalik dan melihatnya, tubuhku terdiam. Mataku melotot melihat adikku yang berkeringat banyak sehingga membuat bajunya transparan dan menampakkan bhnya yang berwarna merah. Adikku memiliku tubuh yang kecil namun memiliki dada yang cukup besar jika dibandingkan teman seusianya. Melihat tubuh adikku yang berkeringat membuat libidoku meningkat sementara adikku yang sedang duduk sejenak sepertinya tidak memperhatikan tatapanku yang seperti melahapnya.

"Eh abang, nganggur aja ?"tanya adikku mengejutkanku dari lamuanku.

"Eh...kenapa ?"jawabku tergagap."

"Makanya jangan bengong aja dong."Adikku tersenyum nakal dan membuat wajahnya semakin cantik

"Kamu disuruh ibu tuh buat nyetrika."Kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ibu kemana ?"

"Lagi pengajian."jawabku malas.

"Terus kak Syifa ?"

"Lagi main ke tempat temennya."

"Oh begitu ya. Ya sudah, aku nyetrika dulu ya."Adikku dengan senyum manisnya pergi ke kamar. Aku menelan ludah ketika melihat tubuh adikku dari belakang yang bergoyang pelan seiring dengan langkahnya.

Meski memiliki tubuh yang terbilang mungil, adikku memiliki daya tarik sendiri. Selain karena tokednya yang cukup besar meski tidak sebesar toked ibu yang seperti pepaya, adikku punya kulit putih bersih dengan wajah cantik yang dihiasi hidung mancung dan bibir merah merona.

Aku fantasi sendiri pada adikku karena berbeda dengan ibu dan kakakku, adikku bisa dibilang cukup terbuka. Dia biasanya hanya mengenakan kaus lengan pendek dan celana ketat sehingga tubuhnya yang indah bisa kunimati diam-diam.

Aku bahkan sering mengintip adikku yang tidur karena saat itu dia hanya mengenakan kaus pendek tanpa bawahan sehingga aku bisa melihat celana dalamnya yang biasanya berwarna cerah atau bermotif sehingga menambah nafsuku. Apalagi adikku punya wajah yang manis dan sikap yang centil dan mudah bergaul.

Semakin lama melamun, aku semakin mengantuk apalagi dengan suasana sore yang sejuk. Tanpa terasa aku jatuh tertidur di ruang tamu.





"Bangun !"ujar suara itu mengejutkanku apalagi suara itu datang dengan segelas air yang menerpa wajahku. Segera saja kesadaranku datang dan melihat kakakku, Syifa berdiri dengan muka marah.

"Kamu ini ! Sore-sore ini bukannya bantu-bantu malah tidur ! Mau jadi apa hah !"bentak Kak Syifa kasar.

"Maaf kak."Aku hanya bisa menunduk menyesal. Kak Syifa memang sangat galak padaku terutama jika aku lalai melaksanakan tugas. Dia berusia 22 tahun dan hanya selisih 2 tahun dariku. Meski begitu dia punya tinggi yang sedikit lebih tinggi dariku dengan tubuh langsing dan pantat yang besar meski tidak sebesar ibu. Wajahnya cantik dengan gurat tegas karena kerja keras setiap hari. Hal itulah yang membuatnya disegani banyak orang.

"Maaf maaf. Kamu kira ini udah berapa kalinya kamu malas-malasan di sini !"Kak Syifa semakin marah. Aku hanya bisa menunduk tanpa berani melihat matanya. Sejak dulu aku memang selalu takut pada kakakku. Dia sering memarahi bahkan memukuliku. Sepertinya hal itu terbawa hingga aku dewasa sehingga aku tak sanggup menentangnya.

"Dasar ! Jadi laki-laki malah pemalas !"ujar Kak Syifa ketus sambil berlalu. Aku hanya diam saja melihat kakak yang melangkah masuk. Sekilas aku bisa melihat pantatnya yang semok bergoyang pelan dengan menggoda.

"Dasar tukang marah. Awas saja, aku pasti bakalan buat kakak tunduk padaku."ujarku dalam hati.




Malam itu aku tidak bisa tidur di kamarku. Pikiranku dipenuhi dengan fantasi liar tubuh Ibu, Kak Syifa dan Intan yang menggoda. Ah, andai saja aku bisa menikmati tubuh mereka atau bahkan menguasai tubuh mereka.

Di luar sana hujan semakin deras mengguyur desa diikuti oleh gelegar petir yang semakin menggila. Pikiranku terus dipenuhi dengan pikiran kotor tanpa mempedulikan hujan di luar. Sejak mengenal porno, perlahan mulai timbul dalam diriku hasrat fantasi untuk menundukkan dan menikmati tubuh keluargaku. Entah bagaimana aku bisa melakukannya.

CTARRR! Selarik petir dengan telak menyambar bumi hingga membuat getaran kuat. Aku seketika terbangun karena petir itu serasa menyambar di dekatku. Ketika aku menoleh ke meja di kamarku, aku melihat selarik kertas yang sebelumnya tidak ada di sana.

Kalau ingin semua keinginanmu terwujud, datanglah ke gua di lubuk sungai dengan 2 pohon besar yang tumbang. Aku akan membantumu mewujudkan hasratmu untuk menundukkan keluargamu.

Tuk Siamang


Maaf hu kalau ceritanya jelek. Mohon juga kritik dan sarannya.
 
Impian Memperbudak Keluargaku


Perkenalkan namaku adalah Haris. Usiaku sekarang menginjak 20 tahun dan seperti sebagian besar penduduk di desa ini, aku tidak melanjutkan kuliah melainkan berkebun. Aku mengurus sepetak lahan di pinggir sungai yang kutanami jagung untuk membantu perekonomian keluarga. Oh ya, Aku punya perawakan biasa dengan kulit gelap terkena sinar matahari. Kerjaku setiap hari hanyalah pergi ke kebun setiap pagi dan sesekali mencari ikan. Aku tinggal di rumah sederhana bersama ibu dan kedua saudariku. Seorang kakak bernama Syifa dan adik bernama Intan.

Ayahku sudah meninggal sejak aku berusia 10 tahun. Sejak saat itu ibu bekerja membuat kue dan sesekali membuat ikan asap untuk memenuhi kehidupan kami. Oh ya, ibuku yang bernama Nur adalah seorang wanita yang cukup menarik meski umurnya sudah menginjak lebih dari 40 tahun. Tubuhnya agak gempal dengan wajah bundar dan mata besar. Ibuku punya ukuran dada dan pantat yang besar. Meski punya tubuh yang semlohai, ibuku menutupnya dengan gamis lebar dan jilbab syar'i ketika keluar rumah dan pakaian longgar ketika berkebun. Bahkan meski di rumah ibu tetap memakai gamis longgarnya. Memang, di desa kami pakaian para perempuannya kebanyakan gamis dan jilbab lebar.

Ibu adalah seorang muslimah yang bisa dibilang cukup taat. Selain karena pakaiannya yang cukup tertutup, ibu juga rutin mengikuti pengajian yang diselenggarakan di desa. Ibu juga terkenal sebagai pribadi yang ramah di kalangan tetangga dan terbilang cukup taat meski tidak terlalu sering berbicara dengan penduduk desa.

Aku mengenal ibu sebagai pribadi yang pekerja keras. Semenjak ditinggal suaminya 10 tahun lalu, ibu menjelma menjadi sosok tangguh untuk menggantikan posisi ayah di keluarga. Ibu harus bekerja keras menafkahi 3 anaknya dengan pekerjaannya. Namun hal itu menjadi masalah karena perhatian ibu pada kami menjadi berkurang.

Ibu seringkali sibuk dengan pekerjaannya dan sering mengabaikan anak-anaknya. Ibu bahkan seringkali tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Hal itu membuat kami harus mandiri untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Karena kesibukannya juga ibu jadi jarang berbicara dengan kami kecuali ketika memberi perintah.

"Ris, gasnya sudah kamu beli ?"tanya ibuku tiba-tiba membuyarkan lamuanku. Aku yang sedang duduk santai di beranda agak tersentak dan segera menengok ke arah ibu.

"Sudah kok."

"Sudah dipasang ?"

"Sudah,"jawabku pendek. Buat yang kalian belum tahu, meskipun desa kami terletak di tengah hutan, tapi ada satu jalan yang dibuat penduduk yang menghubungkan desa ini ke kota kecamatan. Dari sanalah semua kebutuhan seperti sembako, gas, dan perabotan rumah tangga kami terpenuhi.

"Ya sudah, ibu mau pengajian dulu. Nanti kamu bilangin si Intan buat setrika bajunya."Ibu tanpa berlama-lama lagi segera beranjak memakai sendalnya dan berjalan ke jalanan desa. Aku menatap penuh nafsu ke arah ibu yang berjalan pelan dengan gamis dan jilbab hijau. Meski tertutup rapat oleh bajunya, aku masih bisa melihat sedikit liukan tubuh ibu yang membangkitkan nafsuku.

"Ah, ibu. Entah sampai kapan aku bisa ngentot denganmu."ujarku dalam hati sambil membayangkan tubuh telanjang ibu.

Entah kenapa, meskipun ibu berpenampilan tertutup dan terkesan alim, aku tetap membayangkannya setiap aku coli. Aku merasa pakaian dan sikap ibu yang cenderung tertutup bahkan kepada anak-anaknya membangkitkan hasrat tersendiri di dalam diriku.

Aku sendiri sudah mengenal dunia porno sejak aku memasuki bangku SMP. Saat itu aku sedang ikut teman-temanku ke pasar kecamatan. Di sanalah aku melihat majalah porno bekas diantara lapak penjual majalah bekas. Di sana aku melihat kumpulan gambar wanita yang berpose nakal dan memperlihatkan bagian tubuhnya yang menggoda. Sejak saat itu sering sekali berburu majalah porno bekas yang dijual secara bebas. Seiring waktu, aku semakin mengenal banyak soal porno karena sering diajak temanku untuk menonton video porno.

Aku mulai tertarik dengan ibuku ketika teman-temanku mengajakku menonton video porno soal incest dan jilbab. Ketika menonton awalnya aku merasa jijik melihat video dimana seorang ibu di perkosa ramai-ramai oleh anak-anaknya. Namun semakin lama aku merasa sensasi aneh ketika melihat tubuh ibuku. Hal itu semakin diperkuat ketika temanku mengajakku menonton video porno dimana seorang wanita dengan jilbab lebar sedang disetubuhi dengan seorang pria besar bertato. Dari sana aku memiliki hasrat besar pada perempuan berjilbab karena pakaiaan tertutup mereka membuat rasa penasaran akan apa yang ada di baliknya.

Awalnya aku hanya berfantasi dengan tubuh montok ibu ketika aku coli. Semakin lama, aku semakin berani dengan diam-diam mengambil daleman milik ibu dan menggunakannya sebagai bahan coli dengan menciuminya. Hingga puncaknya, hasratku meninggi ketika suatu hari pintu kamar mandi rusak sehingga tidak bisa ditutup rapat. Di sanalah aku sempat mengintip tubuh belakang ibu yang tidak tertutup apa-apa. Sejak saat itu, aku semakin sering coli dengan membayangkan tubuh montok ibu.





Matahari mulai tumbang di ufuk barat ketika aku mendengar salam dari pintu. Belum selesai aku menjawab, sosok adikku Intan sudah ada di ruang tengah dengan masih menggunakan baju putih SMA nya dengan jilbab putih ringkas dan rok abu-abu panjang. Adikku saat ini berada di kelas 3 dengan usia 18 tahun.

Ketika aku berbalik dan melihatnya, tubuhku terdiam. Mataku melotot melihat adikku yang berkeringat banyak sehingga membuat bajunya transparan dan menampakkan bhnya yang berwarna merah. Adikku memiliku tubuh yang kecil namun memiliki dada yang cukup besar jika dibandingkan teman seusianya. Melihat tubuh adikku yang berkeringat membuat libidoku meningkat sementara adikku yang sedang duduk sejenak sepertinya tidak memperhatikan tatapanku yang seperti melahapnya.

"Eh abang, nganggur aja ?"tanya adikku mengejutkanku dari lamuanku.

"Eh...kenapa ?"jawabku tergagap."

"Makanya jangan bengong aja dong."Adikku tersenyum nakal dan membuat wajahnya semakin cantik

"Kamu disuruh ibu tuh buat nyetrika."Kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ibu kemana ?"

"Lagi pengajian."jawabku malas.

"Terus kak Syifa ?"

"Lagi main ke tempat temennya."

"Oh begitu ya. Ya sudah, aku nyetrika dulu ya."Adikku dengan senyum manisnya pergi ke kamar. Aku menelan ludah ketika melihat tubuh adikku dari belakang yang bergoyang pelan seiring dengan langkahnya.

Meski memiliki tubuh yang terbilang mungil, adikku memiliki daya tarik sendiri. Selain karena tokednya yang cukup besar meski tidak sebesar toked ibu yang seperti pepaya, adikku punya kulit putih bersih dengan wajah cantik yang dihiasi hidung mancung dan bibir merah merona.

Aku fantasi sendiri pada adikku karena berbeda dengan ibu dan kakakku, adikku bisa dibilang cukup terbuka. Dia biasanya hanya mengenakan kaus lengan pendek dan celana ketat sehingga tubuhnya yang indah bisa kunimati diam-diam.

Aku bahkan sering mengintip adikku yang tidur karena saat itu dia hanya mengenakan kaus pendek tanpa bawahan sehingga aku bisa melihat celana dalamnya yang biasanya berwarna cerah atau bermotif sehingga menambah nafsuku. Apalagi adikku punya wajah yang manis dan sikap yang centil dan mudah bergaul.

Semakin lama melamun, aku semakin mengantuk apalagi dengan suasana sore yang sejuk. Tanpa terasa aku jatuh tertidur di ruang tamu.





"Bangun !"ujar suara itu mengejutkanku apalagi suara itu datang dengan segelas air yang menerpa wajahku. Segera saja kesadaranku datang dan melihat kakakku, Syifa berdiri dengan muka marah.

"Kamu ini ! Sore-sore ini bukannya bantu-bantu malah tidur ! Mau jadi apa hah !"bentak Kak Syifa kasar.

"Maaf kak."Aku hanya bisa menunduk menyesal. Kak Syifa memang sangat galak padaku terutama jika aku lalai melaksanakan tugas. Dia berusia 22 tahun dan hanya selisih 2 tahun dariku. Meski begitu dia punya tinggi yang sedikit lebih tinggi dariku dengan tubuh langsing dan pantat yang besar meski tidak sebesar ibu. Wajahnya cantik dengan gurat tegas karena kerja keras setiap hari. Hal itulah yang membuatnya disegani banyak orang.

"Maaf maaf. Kamu kira ini udah berapa kalinya kamu malas-malasan di sini !"Kak Syifa semakin marah. Aku hanya bisa menunduk tanpa berani melihat matanya. Sejak dulu aku memang selalu takut pada kakakku. Dia sering memarahi bahkan memukuliku. Sepertinya hal itu terbawa hingga aku dewasa sehingga aku tak sanggup menentangnya.

"Dasar ! Jadi laki-laki malah pemalas !"ujar Kak Syifa ketus sambil berlalu. Aku hanya diam saja melihat kakak yang melangkah masuk. Sekilas aku bisa melihat pantatnya yang semok bergoyang pelan dengan menggoda.

"Dasar tukang marah. Awas saja, aku pasti bakalan buat kakak tunduk padaku."ujarku dalam hati.




Malam itu aku tidak bisa tidur di kamarku. Pikiranku dipenuhi dengan fantasi liar tubuh Ibu, Kak Syifa dan Intan yang menggoda. Ah, andai saja aku bisa menikmati tubuh mereka atau bahkan menguasai tubuh mereka.

Di luar sana hujan semakin deras mengguyur desa diikuti oleh gelegar petir yang semakin menggila. Pikiranku terus dipenuhi dengan pikiran kotor tanpa mempedulikan hujan di luar. Sejak mengenal porno, perlahan mulai timbul dalam diriku hasrat fantasi untuk menundukkan dan menikmati tubuh keluargaku. Entah bagaimana aku bisa melakukannya.

CTARRR! Selarik petir dengan telak menyambar bumi hingga membuat getaran kuat. Aku seketika terbangun karena petir itu serasa menyambar di dekatku. Ketika aku menoleh ke meja di kamarku, aku melihat selarik kertas yang sebelumnya tidak ada di sana.




Maaf hu kalau ceritanya jelek. Mohon juga kritik dan sarannya.
Salfok dgn nama siamang. Siamang kan sejenis monyet wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd