Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 2) - Multiple Strikes

Anjaaay .. selebar gerbang stadion .. hahaha

Tapi dibandingin yg lain juga sepertinya paling liarrrr ..

Btw anak SMA yg seksi bohay layak diprospek juga Bray .. nyemprot didalam apa mungkin jadi lisma kedua ..edan keun lah .. hahaha
 
Aku sempat chatting lagi dengan Dini beberapa kali, ia sempat melontarkan pujian pada keperkasaanku, tapi kemudian karena kesibukan masing-masing kami jadi renggang lagi, dan hingga sekarang belum ada lagi rencana untuk ngentot lagi.

Suatu malam aku sedang nonton TV di kamarku, sementara Ayu bersandar dan melingkarkan tangannya di pinggangku, tubuh kami berdua hanya ditutupi selimut karena habis ngentot. Kebetulan kami libur kerja karena ada tanggal merah di tengah minggu, aku pun tidak pulang ke Garut, maka jadilah seharian ini aku ngentot dengan Ayu, terhitung dari kemarin malam sudah 3 kali kami ngentot sampe barusan, crot di dalam semua tentunya. Mataku fokus menyaksikan acara infotainment yang sedang tayang.

“Sebenernya sih nggak mundur, ga ada masalah apa-apa, cuma emang dari habis lamaran kemarin sampe nanti hari H itu kita rencanain ada jarak agak panjang gitu, karena sama-sama sibuk, lagian kan lamaran juga baru sekitar sebulan kemarin”, ujar Putri Rahmania, mantan pacarku yang sekarang sudah jadi artis besar di negeri ini.

“Aneh yo mas, biasanya abis lamaran kan ndak lama langsung nikah, eh ini kok malah dilama-lamain, dadi artis iku aneh yo mas”, komentar Ayu.

“Lebih aneh lagi kok bisa-bisanya ada infotainment jam segini, ini udah mau jam 11 malem Yu”, jawabku sambil masih memperhatikan layar TV.

Kami lalu terdiam, aku masih menatap layar, namun Ayu menatap wajahku.

“Mas, hari sabtu aku pulang ke kampung mas”, ujar Ayu lirih.

“He em, kamu kan udah bilang berapa kali mau pulang, ya mau gimana lagi Yu, ati-ati ya dijalan”, ujarku datar.

“Ih mase, ora sedih tah aku bakal pergi ?”

“Ya sedih lah Yu, jadi sepi, aku gak punya temen lagi, terus ntar kalo aku sange gak ada yang bisa kuentot lagi deh hehehe”, jawabku ngasal.

“Ah mase pikirane ngentot wae”, ujar Ayu ketus tapi sambil senyum dan menyentil kontolku di balik selimut.

“Aduh sakit Yu !”

“Hehehe maaf mas... Haahhh, aku bakal gak ketemu lagi sama kontol mas Armand sing gagah iki, ketemunya bakalan ama kontol aki-aki tuwek”, keluh Ayu.

“Ya ntar lama-lama juga suka Yu”, ledekku.

“Ih maseeeee....”, rengek Ayu, aku ketawa melihat tingkahnya.

“Lagian aku juga seminggu ke depan bakal kerja di Bandung dulu, ada kerjaan, abis itu balik lagi ke Bekasi sini”, jelasku.

“Maseee... jangan lupain aku ya”

“Kagak bakal lupa lah Yu, apalagi sama memek kamu yang gurih itu”, godaku.

“Ih mase bisa wae, ayo sekali lagi yuk”, ajak Ayu. Kemudian seronde lagi kami ngentot malam itu, dower-dower dah tuh memek si Ayu.

Tibalah saatnya aku menuju Bandung, disana aku bakal numpang di mess yang ditempati 2 orang juniorku, laki-laki semua, mereka sedang mengerjakan proyek dengan klien salah satu perusahaan farmasi di Bandung.

Sampailah aku di rumah yang dijadikan mess di wilayah Sarijadi, Bandung. Rumahnya nyaman dan sejuk juga lumayan dekat dengan pusat keramaian. Aku disambut oleh kedua junior staf yang juga kebetulan junior 1 almamater juga di kampus dulu, mereka 2 angkatan di bawahku.

“Selamat datang bos Armand yang sudah dinanti-nanti”, ujar Ryan dan Gilang, nama 2 juniorku itu.

“Halah sok manis lu pada, nih gue bawain donat”, ujarku sambil tersenyum melihat tingkah keduanya.

“Horeeee paduka Armand memang luar biasa bijaksanaaaa”, sorak Ryan kegirangan.

“Kang bos, donat doang ? perasaan ada titipan lagi dari mr.Mark deh”, ujar Gilang.

“Alah kampret inget aja lu Lang”, ujarku, lalu kukeluarkan 2 botol vodka titipan Mark buat kedua bocah ini.

“Ati-ati maboknya, ntar disuruh balancing temperatur gak presisi lagi gara-gara teler”, ujarku.

“Tenang kang bos, kita mah profesional, kang bos silahkan sudah kita siapkan kamar khusus buat kang bos”, ujar Ryan.

Aku lalu ditunjukkan kamar untuk kutempati seminggu ini, kamar ini biasa ditempati pak Richard yang merupakan manager proyek Bandung dan bos kedua bocah ini, tapi orangnya lagi cuti pulang ke Ambon, jadilah aku tempati dulu.

“Silahkan kalau mau istirahat dulu kang bos, oh iya untuk baju kotor bisa kang bos taro aja di keranjang sini, nanti ada bibi yang biasa beres-beres rumah yang bakal cuciin, dia biasa kerja senen sampe jumat kang bos”, jelas Ryan. Aku pun lalu tidur sebentar sore itu.

Selepas maghrib, ada yang datang ke rumah, yakni Yono dan istrinya. Jadi Yono dan 2 juniorku itu 1 team dibawah pimpinan Richard. Yono sebelumnya ikut tinggal di mess ini, namun sekitar seminggu yang lalu ia menyewa petakan tak jauh dari sini karena istrinya ikut kesini, Gilang dan Ryan sendiri memang mengucilkan Yono karena kurang menyukai sikapnya yang agak songong dan sok senior, padahal sama-sama baru 1 tahun juga bekerja di perusahaan ini. Namun, si Yono ini seumuran denganku, kami 1 almamater juga dan 1 angkatan tapi beda jurusan, aku mesin Yono elektro. Sewaktu kuliah dulu aku juga sekedar kenal dengan Yono, dan memang sih anaknya songong dari dulu. Jabatan sih tinggian aku kemana-mana karena Yono anak baru di perusahaan ini, dia sebelumnya bekerja di beberapa tempat sebelum kesini.

“Halo bro apa kabar ?”, tanya Yono basa-basi.

“Sehat bro, kamu apa kabar ? makin subur aja nih”, ujarku basa-basi juga.

“Kamu lah yang subur Man, kamu kan udah jadi bos”, puji Yono.

“Amiiinnn amiiinnn”, jawabku.

“Oh iya Man, kenalin istriku nih, namanya Nina”, Yono mengenalkan istrinya. Ketika hendak kusalami ia mengelak karena tidak ingin bersentuhan, tipe religius garis keras ini mah. Wajahnya mirip Amanda Rawless, tapi pakaiannya ala dengan umi Pipik, kurasa Nina ini umurnya di atas Yono kayaknya.

“Maaf a”, ujar Nina saat mengelak kusalami.

“Oh iya gapapa teh, ayo duduk atuh ngobrol”, ajakku.

“Kang bos kita keluar dulu ya, biasa lah anak muda”, ujar Gilang, kemudian dia dan Ryan pun pergi keluar, nampaknya keduanya sengaja menghindari Yono.

Aku dan Yono serta istrinya pun ngobrol ngalor ngidul, istrinya kebanyakan diam, sementara Yono banyak omong, omongannya tinggi, berbicara tentang pengalamannya bekerja di perusahaan migas lah, pernah ngerjain proyek di Argentina dan Libya lah, pernah dikirim training ke Italia lah, pokoknya isinya pamer semua. Kasihan sebenernya, dia ini sedang menghibur diri dari kenyataan bahwa kini ia jadi juniorku di perusahaan ini, aku seumur-umur belum pernah keluar negeri, proyek pun masih sekitaran Jakarta sama jawa barat, tapi yang penting sudah punya jabatan dan karir yang mapan, gak kayak si Yono ini, tapi ya aku tanggapi saja pura-pura antusias. Setelah cukup lama, Nina tampak berbisik ke Yono mengajak pulang, namun Yono tak peduli dan terus nyerocos. Nina sempat beberapa kali meminta pulang, akhirnya Yono dan istrinya pun pamit pulang. Sempat kulihat bagaimana kasarnya Yono terhadap istrinya, ia menarik tangan Nina seperti menarik hewan peliharaan. Aku cuma geleng-geleng.

Hari lalu berganti dan aku menjalani aktivitasku di Bandung, meeting dengan supplier, mengecek progress fabrikasi material, membuat laporan dan persiapan proyek sambil terus berkoordinasi dengan Indah selaku representasi dari klienku.

Di suatu siang menjelang sore, aku sudah di mess sendirian karena Gilang dan Ryan masih di proyek, sementara kerjaanku sudah selesai. Aku sedang nonton film Fifty Shades Darker, kuharap adegan bokepnya lebih seru dari Fifty Shades of Gray, ah tapi ternyata kurang menurutku. Aku sebenarnya sedang sange, Vany sedang menstruasi waktu terakhir kami ketemu, ia sebenarnya ingin ikut ke Bandung karena dekat dari Garut, tapi aku larang karena aku kan tinggal di mess, risih lah sama Ryan dan Gilang. Namun weekend nanti menjelang pulang sih Vany dan anakku bakal kesini, kami rencana mau ke kebun binatang Bandung.

Aku sempat mengontak Rara yang memang orang Bandung, sialnya dia sedang ada kegiatan mahasiswa ke Semarang.

“Pulang dari Semarang yah bang, gue juga sange kebayang kontol lu, coli dulu aja nih sambil ngeliatin gue hehehehe”, ujar Rara dalam sambungan video call denganku beberapa waktu lalu, ia tampak memamerkan toketnya padaku.

“Idih coli ? ogah ah”, ujarku. Rara pun tertawa. Sialan, malah makin sange aku gara-gara video call-an dengan Rara.

Aku pun bangkit untuk mengambil minum keluar kamar, di luar aku pun bertemu si bibi mess yang sedang menyetrika baju. Tampak pula anak perempuannya yang masih sekitar umur 4 tahunan sedang main boneka.

“Eh bibi, gak kedengeran datengnya”, ujarku.

“Eh si aa, iya barusan teh bibi liat kok tumben ada mobil, bibi mah emang biasa dateng jam segini, ini teh kang bos Armand ya ? si Gilang sama Ryan yang cerita cenah bakal ada bos kesini”, cerocos si bibi.

“Iya saya Armand bi, ah mereka mah suka kemana wae kalo cerita teh, yaudah bi silahkan dilanjut, saya ke kamar lagi ya bi”, ujarku. Aku pun nyelonong ke kamar.

Di kamar aku ganti film jadi film bokep aja sekalian, si Mia Khalifa yang udah pensiun. Ah tapi kurang seru ternyata, aku cari lagi di file-file bokepku yang belom semuanya kutonton. Kutontonlah salah satu episode taksi palsu, penumpangnya MILF gemuk gitu, awalnya aku kurang tertarik tapi agak penasaran tentang ngentot perempuan gemuk, tapi setelah menit demi menit kutonton ternyata seru juga. Ngaceng-lah si Jagur ini.

Tok... tok... tok... Pintuku diketuk. Segera ku minimize tab di laptopku dan kubuka pintu.

“Maaf kang bos Armand, ini mau masukin baju ke lemari punya pak Richard, baju kang Armand yang mana aja ? sok sini bibi masukin juga sama dirapihin”, ujar si bibi, lalu ia nyelonong ke lemari, aku keluar memilih milih bajuku yang sudah disetrika rapi, lalu balik ke kamar.

“Nih bi, punten minta tolong susunin ya bi”, ujarku. Lalu aku kembali ke laptop dan browsing berita bola, si bibi masih di dalam kamarku merapikan baju.

1 menit... 2 menit... si bibi masih belum keluar kamar juga, lama sekali padahal tinggal menaruh baju saja di lemari, kan udah disterika, aku mau lanjut nonton bokep nih, ah kampret.

“Kang bos Armand teh di Bekasi yah kang ?”, ujar bibi membuka obrolan sambil masih berkutat di lemari.

“Oh iya bi, kerja mah di Bekasi, tinggal mah di Garut”, jawabku sambil menatap layar laptop.

“Oh kang Armand teh orang Garut ? udah nikah apa masih bujang kang ? kalo bujang mah bibi teh banyak kenal temen gadis di Garut”

“Eeehhh, saya teh udah nikah bi, udah punya anak 1 malah, istri sama anak di Garut”

“Atuh jarang ketemu yah kang, jarang dibelai atuh hihihihhi”, goda si bibi.

“Apanya yang dibelai bi ?”, aku makan pancingan bibi.

“Ah da tau atuh bibi ge kebutuhan laki-laki mah kang Armaaaannnddd”

“Kebutuhan apa atuh bi, sok tau si bibi ah”

“Eh bukan sok tau, gini-gini teh bibi pengalaman, namanya ge janda udah 2 kali kang, laki-laki kalo jauh dari istri teh pasti suatu masa mah bakal uring-uringan, gara-gara tidak tersalurkan”, terang si bibi dengan logat Sunda yang kental. Omongannya makin menjurus-jurus nih, ada gajah di balik batu jangan-jangan.

“Apanya yang gak tersalurkan sih bi”, aku pura-pura bloon.

“Ah kang Armand suka pura-pura tidak tau, laki-laki sama perempuan itu sama, kalau tidak disalurkan teh ke kepala bakal pusing, ngapa-ngapain juga tidak bakalan tah konsen-tarasi”

“Oh gitu ya bi”, ujarku santai. Beberapa menit kami terdiam, kemudian bibi pun ngoceh lagi.

“Bibi teh ya semenjak jadi janda teh bekerja keras kang, buat biayain anak sekolah yang gede, yang sedih mah kemaren kang bibi teh kena hipnotis, uang 800 ribu teh hilang, gak sadar gitu teh, dikasihin aja ama bibi teh ke yang hipnotis teh, padahal uang itu teh buat bayaran hutang ama sagala weh lah”, curhat si bibi.

“Ooo gitu bi”, jawabku cuek.

“Iya kang bos, suami bibi yang pertama cerai gara-gara doyan main perempuan, janda deh, nikah lagi, eh suami bibi meninggal, jadi weh bibi sekarang umur 34 teh udah janda pengalaman hehehe... Punya suami mah enak, butuh uang tinggal minta, butuh itu, tinggal buka hihihihhi”, goda bibi.

Genit sekali bibi ini, apa sama Ryan dan Gilang begitu juga kali ya ? Tapi jujur, aku jadi terangsang juga, janda anak 2 umur 34 tahun. Si bibi standar saja sebenernya, wajahnya mirip-mirip Muzdalifah, gemuknya pun sama dan sialnya aku barusan nonton bokep wanita gemuk, makin jadi saja nafsuku ini. Tiada rotan akar pun jadi lah pikirku.

Kemudian si bibi pun beranjak pergi keluar kamar, ia berjalan perlahan sekali seakan menunggu reaksiku, sedangkan aku menimbang-nimbang apa aku entot aja si bibi ini, apa main paksa saja, tapi takut malah teriak ke tetangga.

Aku lalu menahan tangan bibi saat tubuhnya hampir seluruhnya sudah keluar kamarku, entahlah aku refleks saja melakukannya, kami diam mematung beberapa detik.

“Bi, dua ratus yuk”, ucapku. Aku juga nggak tau kenapa aku bicara begitu, seakan kata-kata itu meluncur sendiri dari mulutku.

“Apa sih kang Armand”, ujar bibi berbalik menatapku dan memegang tanganku.

“Itu tadi, kan harus disalurkan”, ujarku.

“Hmmm... tambahin atuh”, ujar si bibi.

“250 lah”

“Ih kang bos Armand mah”

“Yaudah kalo nggak mau”, ujarku melepas peganganku di lengannya.

“Eeeehhh... sebentar yah”, ujar si bibi. Ia lalu menutup pintu depan dan menghampiri putrinya

“Neeennnggg pinter geulis, diem di sini sebentar yah, sok main boneka sama ini nih, nonton TV, mamah aya perlu sebentar, tunggu yah, jangan baong jangan bandel”, pesan bibi pada anaknya, putrinya yang pendiam itu mengangguk.

Si bibi lalu masuk ke kamarku berdua denganku, segera kututup pintu..

“Aaaaahhhhhhhh !!!”, desah si bibi.

Si bibi ini tinggi badannya sedikit lebih pendek daripada aku, berat badannya sekitar 80 kg, kalau ia lebih tinggi mungkin badannya tidak akan bantet begini. Ia memakai jilbab instan warna ungu dengan cardigan ketat coklat yang membalut kaos polos hitam, sementara bagian bawahnya ia memakai legging abu-abu.

Kuremasi toket si bibi dengan penuh nafsu sambil kucumbu bibirnya yang memakai lipstik merah tebal, si bibi tergesa membuka cardigannya seiring aku mendorongnya ke kasur. Ia juga melepas kerudung instannya, sehingga nampak rambut hitam bergelombangnya yang khas ibu-ibu kampung.

Bibi memegang wajahku dan kami pun bercumbu panas, ia bisa mengimbangi ‘french kiss’-ku bahkan begitu lihai memainkan lidahnya, tubuhnya pun wangi sekali tidak bau apek seperti tipikal wanita gemuk yang lain.

Kami lalu melepas pakaian kami, si bibi langsung memelukku yang baru bertelanjang dada, ia mengarahkan toketnya ke wajahku dan menyusuiku, kuhisap-hisap puting hitamnya yang besar sekali, bahkan areola-nya pun lebar, pasti gampang terangsang si bibi ini.

“Uuuuhhhh.... ooooohhhhh kang....”, lenguh bibi kala kunikmati kedua payudaranya yang menggantung. Ia lalu menurunkan celananya hingga akhirnya telanjang bulat, ya bulat, beneran bulat, bundar.

Aku berbalik di posisi atas sekarang, kulepas celanaku hingga aku pun telanjang bulat. Sambil membuka celana kupandangi tubuh bibi, kulitnya kuning langsat, perutnya memiliki sejumlah lipatan lemak dan bulu jembut di memeknya lebat sekali.

Kuselipkan kontolku diantara kedua toketnya, bibi mengerti dan menjepit kontolku, ia mengoleskan air liurnya di toketnya sebagai pelicin. Ia tersenyum menatapku, dan aku balas tersenyum padanya. Suara ranjang yang berisik sebenarnya lumayan mengganggu, tapi kami tak peduli, memek janda gatel yang haus kontol ini akan segera kusodok.

Aku lalu mengarahkan kontolku ke mulut bibi, tanpa basa-basi segera kumasukkan seluruh batang kontolku ke mulutnya, kudengar bibi sempat memekik karena kaget namun aku tidak peduli. Kupompa kontolku di dalam mulutnya, perlahan bibi mulai mengikuti irama kocokan kontolku di mulutnya, ia bahkan memegang dan meremas pantatku dengan kedua tangannya, membantuku memberikan tekanan ke mulutnya.

Beberapa menit kemudian bibi mengisyaratkan padaku untuk mencabut kontolku, aku pun menurutinya, kasihan juga, pasti sesak nafas dia. Namun, sesudah aku mencabut kontolku, tangan bibi di pantatku mengarahkan pinggulku untuk turun ke wajahnya. Ia rupanya sudah menjulurkan lidahnya untuk segera ‘menyantap’ lubang pantatku.

Aku lalu menggoyangkan pantatku menikmati jilatan dan hisapan si bibi di lubang pantatku, sementara bibi begitu lahap menyantap lubang pantatku, geli tapi nikmat.

“Udah yu kang bos, bibi teh udah gak tahan pengen disodok”, ujar si bibi.

Kebetulan sekali, aku juga males kalau mesti ganti menjilat memek si bibi yang berjembut lebat dan... sepertinya klitorisnya sudah dower itu.

Si bibi mengangkangkan kakinya lebar-lebar, nampak memeknya berwarna hitam diluar dan merah di dalam. Aku tanpa basa-basi langsung melesakkan batang kontolku ke dalam memeknya, kontolku cuma masuk sedikit di kepalanya, kupaksakan dengan tekanan yang lebih bertenaga, seketika bibi pun memekik.

“Aaawwww !!! Pelan atuh kang bos !”, ujar si bibi agak membentakku.

“Eh iya maaf bi, abis saya liat memek bibi teh udah basah, saya kira udah licin”, ujarku.

“Basah sih basah kang, tapi udah lama gak disodok ini teh, pelan yah kang”, pinta si bibi.

Maka perlahan kusodokkan kontolku dengan lebih lembut, kepalanya dulu lalu perlahan kuberi tekanan supaya batangku masuk, juga goyangan pinggul memutar seperti bor.

“Sssshhhhh.... aaaaaahhhhh oh kang bos ooooooouuuuhhhhh”, desah bibi menikmati sodokanku, sesekali ia menjilati tangannya lalu mengoleskan ke memeknya, mungkin maksudnya sebagai pelumas.

Bleeessss.... ambleslah kontolku di memek si bibi. Rupanya lumayan sempit juga memek si bibi ini, apa jangan-jangan belom disodok lagi semenjak jadi janda ? Ah entahlah, yang jelas aku sedang mengentot seorang wanita yang postur tubuhnya jauh lebih besar dariku. Dulu tante Rani juga lebih besar badannya dariku, tapi tidak sampe sebesar si bibi ini sekarang.

“Udah lama gak dientot ya bi ? Aaaahhhh”, tanyaku.

“Ooouuugghhh... ada... mmmppphhh... a..daaaa tiga bulan mah kang bos uuuhhh”, jawab si bibi.

“Waduh, terakhir di entot siapa tuh ?”

“Aaaahhhh.... mau tau aja uuuhhhh apa mau tau banget kang bos ?”

Aku segera menyodok dalam kontolku di dalam memek si bibi.

“Ah ! iya... iya dikasi tau... uuuhhh... sama pak RT kang booossss”, jawab si bibi. Aku cuma tertawa mendengar jawabannya. Kupompa kembali memek si bibi sambil berusaha meraih toketnya untuk kukenyot, si bibi yang mengerti mengangkat sedikit badannya dan membungkuk, kuhisap kedua putingnya bergantian seiring pompaan kontolku di memeknya yang becek.

Aku lalu memompa perlahan kontolku di memek si bibi, sambil kupandangi setiap jengkal tubuhnya, lebar sekali, dan... ternyata asik juga ngentot wanita gendut, ada sensasi tersendiri, seakan aku adalah pria perkasa yang menaklukan sesosok monster, dan monster ini sekarang menuruti apa kemauanku, apalagi kalau kuingat usia si bibi yang 9 tahun lebih tua dariku, ah sepertinya aku punya kecenderungan oedipus complex nih.

“Ah... oh... ah... oooohhh... ssshhhh.... ah !”, desah si bibi di sela pompaanku. Pelan tapi pasti kutingkatkan kecepatannya. Sesekali si bibi menarik kepalaku dan mencumbui leherku, aku memang sempat menunjukkan gestur menolak ketika ia hendak mencumbu bibirku, bau jengkol soalnya. Lagipula suka-suka aku lah, aku kan bayar, yeah.

Kedua kaki bibi kemudian dirapatkan dan diangkat ke atas, tanganku menahannya dan aku ngentot dalam posisi berlutut. Kuberi si bibi pompaan pelan namun sodokannya dalam, diselingi goyangan pinggulku saat kutarik kontolku. Kuperhatikan matanya terpejam dan kedua tangannya meremas sprei serta mulutnya menggumam tak karuan, jelas sekali ia menikmati aksiku. Tapi berat juga ya menahan kakinya yang betisnya hampir sebesar pahaku, di posisi sebelumnya lenganku lumayan pegal menahan kakinya yang mengangkang, ah tapi boda amat, yang penting nikmat.

“Aaaaahhhh... kang booosss... hhaaahhhh.... gggrrr”, racau bibi, kudengar ia juga menggeram, mungkin karena gemas kali ya, tapi aneh juga, baru sekarang ada perempuan dientot ada geramannya, kayak kucing, kucing garong.

Sekitar 15 menit berlalu sejak sodokan pertama, aku pun meminta si bibi merubah gaya. Si bibi pun menungging, dan kami pun ber-‘doggystyle’. Kumasukkan kontolku ke liang memek si bibi dengan 1 hentakan, dan masuklah semua kontolku.

“Aaaaaahhhhh.... ooooouggggghhhhhh”, desah si bibi menerima kontolku.

Kupompa memek si bibi sambil menjambak rambutnya, sesekali kutepuk keras pantatnya yang besar. Keringat kami berjatuhan membasahi sprei seiring bunyi aduan alat kelamin berlomba meraih puncak kenikmatan nafsu. Pemandangan kulit si bibi yang kuning langsat dan mengkilat karena keringat sungguh luar biasa, lipatan-lipatan di punggungnya yang bergoyang seiring tusukanku serta rambut bergelombangnya yang kujambak menambah gairahku. Si bibi pun memberikan perlawanan dengan menggoyang pantatnya maju mundur dan kadang memutar, luar biasa coy.

Ckleeekkk... Pintu kamar terbuka, kami yang sedang larut dalam desahan seketika kaget dan menoleh kebelakang. Rupanya anak si bibi terpaku di pintu melihat kami berdua, ia nampak bengong sambil memeluk boneka barbie-nya.

“Mamaaahhh hayu pulaaannnggg...”, rengek gadis kecil itu.

“Iya sebentar yah neng pinter, sok tunggu lagi di luar gih sambil main boneka jug”, jawab si bibi namun tidak beranjak dari atas ranjang.

Aku pun tersadar dan melihat ke arah jam tanganku, sudah jam 4 sore lebih, dan langit diluar sudah mendung pekat pertanda hujan sebentar lagi. Urusan ngentot ini harus segera diselesaikan, kasihan si bibi nanti pulangnya kehujanan, apalagi sebentar lagi anak-anak pada pulang kerja, bisa bahaya ini.

Bibi pun beranjak dari ranjang untuk berbicara dengan anaknya yang tampaknya sudah ingin pulang, aku bengong melihatnya, kami telanjang bulat di depan anak kecil, sebenarnya aku sudah biasa telanjang waktu ngentot dengan Vany di depan anakku yang masih bayi, tapi anak si bibi ini sudah kategori bocah, khawatirnya nanti dia ‘ember’ cerita kemana-mana kalo mamahnya kuda-kudaan sama si om, kan kampret.

“Kang bos, maaf nih, bisa kita beresin sekarang kang ? Gapapa lah uangnya kurangin aja”, ujar si bibi.

“Oh iya gapapa bi, santai aja”, ujarku. Aku lalu berjalan ke lemari untuk mengambil dompetku, kuambil uang lalu berbalik berjalan ke arah bibi. Namun ia malah ada di atas ranjang sambil menungging.

“Loh bi katanya udah beres ?”

“Eh si akang bos, maksud bibi beresin tuh ayo kita selesaikan begitu, ejakulasi begituuuhhh”, jawab bibi.

Aku pun nyengir dan segera naik ke atas ranjang dan mengarahkan kontolku ke liang memek bibi, namun seketika tangan si bibi memegang kontolku, mencegah supaya tidak masuk.

“Kenapa bi ?”

“Kang mau anal gak ? Bibi teh suka lebih cepet keluar kalo ditusuk lewat liang pantat, kang bos juga nanti keluar di liang bibi aja sok, mau yah kang”, pinta si bibi.

Aku bengong mendengar permintaan bibi, dipikir-pikir aku belum pernah menganal wanita, lagipula lubang pantat kan kotor, apalagi si bibi yang baru kukenal, kalau penyakitan gimana ? Mana aku gak punya stok kondom pula. Hiii...

“Slllurrrrrrpppp... sssllllluurrrppppp...”, aku tersadar ternyata si bibi sedang berlutut menyepong kontolku.

“Ayooo atuh kang”, rengek bibi sambil menjilati kepala kontolku.

“Tenang aja bersih kok, bibi mah gak penyakitan, rajin dibersihin, bibi juga tadi udah jilatin liang kang bos, percaya bibi mah sama kang bos, masa kang bos gak percaya ka bibi”, cerocos si bibi sambil sesekali menghisap lubang kencingku.

“Yaudah ayo coba bi”, ujarku.

“Horeeeee” si bibi bersorak riang.

“Eh tapi itu si neng gimana bi”, ujarku sambil menunjuk anak si bibi yang asyik main barbie sambil duduk di pintu.

“Ah udah biarin aja kang, gak bakal ngeganggu, tenang aja, percaya ka bibi, hayu atuuuhhh”, rengek bibi.

Yang berharap aku akan melakukan three-some sama si bibi dan anaknya, maaf ya, aku bukan pedofil, biar bejad aku masih waras.

Bibi lalu membasahi liang pantatnya dengan air liurnya, akupun membantu dengan meludahinya, ah jorok sekali, tapi aku penasaran.

“Pelan-pelan ya kang”, pesan si bibi.

Aku lalu mengarahkan batang kontolku ke liang pantatnya, ragu sebenernya, deg-degan juga, tapi penasaran. Kutekan kepala kontolku perlahan dan... selip, yah begitu, berulang kali selip atau mentok, tapi si bibi terus menyemangati, akhirnya masuklah kepala kontolku ke lubang pantat si bibi.

“Oooouuuuuuuuuhhhhhhhh !!!!”, jerit panjang si bibi.

Aku lalu dengan pelan sekali menekan batang kontolku, rasanya seret, sempit, hangat juga. Namun tiba-tiba bibi tersentak, seperti kesakitan.

“Ah kang cabut dulu”

Aku mencabut kontolku, bibi memekik lagi, mungkin gara-gara aku mencabut kontolku sekaligus jadi sakit. Ia menengok ke arahku sambil meringis.

“Pelan yah kang, ayo coba lagi, eh sini dulu kontolnya”, ujar bibi.

Ia lalu mengulum kontolku, gila, padahal tadi kontolku sudah sempat masuk ke liang pantatnya, tanpa rasa jijik bibi mengulum batang penisku, ia tampak mengeluarkan liur sebanyak mungkin untuk membasahi kontolku. Sayang sekali aku tidak punya baby oil atau pelumas, lagian mana kepikiran aku bakal nyodok pantat.

Aku lalu mengarahkan lagi kontolku yang basah sekali oleh liur bibi ke pantatnya, ia pun sudah membasahi lagi lubang dengan liurnya juga. Pelan kuarahkan, kutekan perlahan, sip masuk... yak, sedikit demi sedikit...

“Ooooouuuuuugggghhhhhh”, lenguh si bibi, kali ini aku berhasil memasukkan nyaris ¾ batang kontolku di pantatnya, aku tidak berani lebih dalam lagi, segini saja cukup.

Mulailah aku menggoyang pinggulku maju-mundur, perlahan sekali, bibi terdengar memekik dan menjerit juga mendesah, tapi yang jelas ia mulai menikmatinya. Buatku, not bad lah pengalaman pertama nyodok pantat, tapi tenang, kesuksesan ini tidak lantas akan membuatku jadi gay kok, laknat itu mah.

“Ah... uh... ah... ooohhh... aaaahhh !!!”, desah bibi.

“Mamah berisik iiihhh”, hardik putrinya. Aku menengok ke belakang, hampir lupa aku kalau sedang ngentot ditonton bocah kecil. Ada sensasi juga ya, mungkin aku punya sedikit kecenderungan eksibisionis, hah bodo ah.

“Ooooohhhh kang, cepetin kang boooossss aaaaarrrgggggggghhhhhh”, racau bibi.

Lubang pantatnya sudah tidak terlalu seret, aku mulai mudah memompa kontolku, walaupun perlu hampir 10 menit untuk mencapai tahap ini, tapi tidak bisa lama lagi, keburu anak-anak pada pulang.

Kupercepat pompaanku di lubang pantat si bibi, tidak secepat biasanya di lubang memek sih, ya pokoknya speed up lah, sementara bibi makin menggila dengan jeritan-jeritannya, khawatir juga aku kedengaran tetangga.

“Ah oooouuuuuuggggghhhhhhh kang bbbbboooooooossssssss”, racau bibi di sela pompaanku. Aku pun akan sampai sedikit lagi.

“UUUUAAAAAAAAAHHHHHHH !!!!”, jerit bibi saat mencapai orgasme, dia squirt ! aneh ya, tapi nyata, yang disodok pantatnya yang squirt memeknya. Melihat itu aku tak mau kalah, kugenjot maksimal kontolku di lubang pantatnya dan...

“AAAAAAAARRRRRRRGGGGHHHHHHHHH !!!”, lenguhku kala mencapai orgasme.

Croooottt !!! semburan air maniku keluar di lubang pantat bibi. Aku pun ambruk di atas punggung bibi yang juga ambruk di atas kasur.

JELEGEEERRRR !!! suara gemuruh di luar, anak si bibi pun menjerit ketakutan. Bibi langsung bangkit, segera mencari pakaiannya. Namun ia sempat mengulum kontolku, membersihkan sisa sperma yang menempel dan mungkin juga sisa... itu lah ya gausah dibahas, gila juga si bibi ini, benar-benar urat joroknya udah putus kali ya.

Pintu depan pun terbuka, dan ternyata Ryan dan Gilang sudah pulang kerja, aku buru-buru berpakaian dan...

“Eh bos lagi apa euy ? eh tumben bibi belom pulang, mau ujan loh bi”, ujar Ryan yang nongol di pintu kamarku.

“Iyah a Ryan, ini baru beres mau pulang sekarang, pamit dulu yang a Ryan, kang bos permisi”, ujar si bibi.

Pas sekali kami sudah berpakaian lagi dan berpose seperti tidak terjadi apa-apa, si bibi sedang melipat baju di kamarku sedangkan aku sedang bengong di depan laptop. Fiuuhhhhh...

“Udah balik lu Yan”, ujarku santai.

“Iya bos, mau ujan, pulang cepet hahahayyy”

“Eh sebentar, biiii tunggu biii”, aku langsung berlari mengejar bibi keluar kamar.

“Bi ini uangnya”, kusodorkan uang 300 ribu, dilebihin 50.

“Eh iya makasih kang bos, ampir aja ketauan yah tadi teh”, ujar bibi nyengir sambil memakai jas hujan.

“Eh, ngomong-ngomong, nama bibi teh siapa ? masa saya ngentot sama perempuan yang gak tau namanya”, tanyaku sambil berbisik.

“Ooohhh, nama bibi ? Elizabeth kang, Elizabeth Vanderberg”, jawab bibi.

“Eh si bibi bercanda, beneran nama bibi siapa ?”

“Eh si akang gak percaya”, ujar bibi, ia lalu menunjukkan KTP-nya, dan benar, nama yang tertera di KTP itu Elizabeth Vanderberg dengan foto wajah si bibi, lahir di Cililin kabupaten Bandung.

“Kalo nama panggilan mah Lilis kang, dari Elizabeth gitu, Lis nya, jadi Lilis kang, dulu teh si abah terobsesi pisan sama ratu Inggris sama pemaen gitar yang orang Belanda tea kang, jadi weh nama anaknya dikasi begini kebule-bulean, nama kakak saya ge Sylvester Lennon Kennedy”, jelas bibi sambil cengar-cengir.

“Terus nama anak bibi ini yang kecil siapa ?”, tanyaku penasaran.

“Taylor Jolie Lavigne, udah ya kang, dadaaaahhh”, si bibi dan putrinya pun berlalu dengan motor yamaha mio-nya, meninggalkan aku yang melongo, ada-ada aja dunia ini.

Hari berganti dan aku masih di Bandung pekan ini, setelah kejadian dengan bibi aku tidak bertemu dengan dia lagi, bukan karena apa-apa, kebetulan sibuk jadi tidak sempat ketemu lagi. Justru aku ketemu dengan Indah yang datang ke Bandung selama 2 hari untuk menghadiri rapat dengan perusahaan sub-contractor ku disini. Sebenarnya sebagai pihak klien Indah tidak perlu sampai repot mengecek persiapan proyek sampai seperti ini, aku juga sudah bilang, tapi dia ngotot ingin mengecek proses fabrikasi, mungkin karena ini proyek pertamanya di jabatan dia yang baru jadi ia ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik. Aku sebagai pemborong ya terpaksa nurut.

Namun, ada hikmahnya, aku jadi punya waktu berduaan dengan Indah, keliling-keliling Bandung, makan dan nongkrong juga walaupun cuma sebentar, sebagai bagian dari servisku kepada klien. Kami jadi banyak bicara hal diluar pekerjaan, tentang statusnya yang pengantin baru tapi sudah ditinggal suaminya bisnis keluar negeri, bahkan speak-speak kadalku sukses mengorek sedikit tentang kehidupan seksnya, intinya ia sedang haus-hausnya. Yummy.

“Ahhhh.... uuuuuuhhhhhhh....mmmmppppphhhh pak Armaaaannnddddd”, desah Indah di suatu sore di hotel tempatnya menginap.

Aku sedang melahap kedua payudaranya yang lumayan besar, putih mulus dan berputing pink, Indah ini separuh tionghoa jadi kulitnya putih mulus dan matanya sipit, mirip-mirip Danilla Riyadi.

Kami bergumul penuh nafsu, bercumbu dan berguling guling, hingga akhrinya saat aku hendak mengeksekusi memeknya, tiba-tiba....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd