-----------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------
Cerita 207 – Detektif Selingkuh
Riska
Tinggal di kompleks perumahan memang banyak meninggalkan cerita.
Gossip.. polemik rumah tangga.. persaingan keluarga.. dan masih banyak lainnya.
Seperti yang terjadi pada tetanggaku ini. Sebut saja keluarga Mohan.
Sebuah keluarga cukup berada di lingkunganku. Pak Mohan adalah pengusaha yang terbilang sukses..
Punya usaha Cargo yang cukup dikenal dalam urusan ekspor impor.
Hanya saja seiring dengan perkembangan usahanya.. pak Mohan harus sering meninggalkan keluarganya..
karena berbagai urusan usahanya.. termasuk entertain clientnya..
Atau juga entertain para pejabat untuk memuluskan berbagai perijinan.
Saking seringnya urusan ‘keluar’.. –sengaja dikasi tanda petik untuk memberi konotasi seperti yang kita pahami..–
tersiar juga kabar kalau pak Mohan memiliki simpanan di luar sana.
Kondisi ini tentu saja tidak menyenangkan bagi bu Riska, istri pak Mohan.
Maklum.. di kompleks perumahan begini berita cepat menyebar bak gosip selebriti.
Sebagai tetangga aku juga prihatin dengan keadaan keluarga bu Riska.
Entah apa yang kurang dari diri bu Riska ini.. sehingga tega teganya pak Mohan memiliki wanita lain.
Perlu aku jelaskan: Bu Riska ini orangnya cantik.. putih.. tinggi.. dengan bentuk tubuh yang bagiku sempurna..!!
Bagaimana tidak.. dengan kulit bersih yang selalu terawat.. dan belahan dada yang menantang.
–Entah disengaja atau tidak..
Bu Riska ini sering memamerkan belahan dadanya dengan mengenakan baju yang berleher rendah..–
Dan yang bagiku.. sangat menarik adalah bentuk pantatnya yang bulat dan agak tinggi.. kayak pantat bebek.
Hanya saja dia memang agak tertutup dan kurang bergaul di lingkungan kami.
Nah.. karena rumahku berhadapan dengan rumah pak Mohan.. hanya dibatasi jalan kompleks.
Aku jadi sering tau apa yang terjadi di dalam rumah tersebut.
Terlebih lagi rumahku tidak punya tembok pembatas seperti rumah lainnya.
Maklumlah.. bujangan yang baru saja beli rumah.. itupun cicilan. Jadi belum bisa bikin pagar.
Seringkali aku lihat pertengkaran di rumah itu..
Yang akhirnya berujung dengan perginya pak Mohan naik Honda CRV-nya..
Kemudian disusul dengan munculnya bu Riska menutup pagar dengan mata sembab.
Hal ini tidak lepas dari pengamatanku.. –kayak pengamat militer.. hehe..–
Dan sering pula tanpa sengaja aku bertemu pandang dengan bu Riska.
Biasanya bu Riska memaksakan tersenyum ke arahku.. dan akupun membalas dengan senyuman.
Berawal dari sinilah.. pada suatu hari aku memberanikan diri bertanya pada bu Riska..
meskipun aku dapat menerka apa yang telah terjadi. Mulanya dia mengelak untuk bercerita.
Tapi setelah aku janjikan aku bisa menjaga rahasia dan mungkin bisa menolong..
bu Riska mempersilakan aku untuk datang ke rumahnya.
Rumah besar dengan perbotan lengkap.. ternyata menyimpan kesedihan bagi bu Riska.
Bu Riska punya seorang putri kelas 2 SD..
Kemudian seorang pembantu setengah baya yang sering kupanggil bibik juga tinggal di sana.
Persis seperti yang digunjingkan orang.. bu Riska cerita kalo suaminya sekarang jarang di rumah..
Seringkali pulang pagi dan juga beberapakali tidak pulang 1 sampai 2 hari.
Belum lagi jika pak Mohan harus pergi ke kota lain.. otomatis bu Riska ditinggal untuk beberapa hari tanpa berita.
Bu Riska yakin suaminya punya WIL.. tapi dia nggak tau siapa orang ketiga tersebut.
Dia ingin sekali untuk mengetahui siapa adanya orang ketiga tersebut.
Itu sebabnya dia menawarkan 'kerjasama' agar aku mencari tau kegiatan suaminya.
Termasuk mencari tau identitas WIL-nya pak Mohan. Aku seolah jadi detektif yang menangani kasus.
Singkat cerita akupun menyanggupi.. karena aku merasa kasihan dengan keadaan bu Riska.
Tapi bukan itu saja..
Bu Riska menjejali kantongku dengan sejumlah uang dan sebuah HP kamera.. sebagai alat mata-mataku.
Kedekatanku dengan bu Riska semakin bertambah.. karena aku harus memberikan laporan padanya.
Tidak susah mencari bukti perselingkuhan pak Mohan. Seminggu setelah menerima tugas dari bu Riska..
Aku mendapati pak Mohan sedang menggandeng wanita muda di sebuah rumah makan dekat kantornya.
Wanita ini mungkin kalah cantik dibanding bu Riska.. hanya saja lebih muda dan sexy.
Aku lantas membuntuti pak Mohan sehabis makan malam itu..
Sampai ke sebuah rumah di mana dia mengantar wanita tersebut.
Bukan itu saja.. pak Mohan rupanya ‘lembur’ di rumah tersebut.. dan baru pulang sekitar jam 12 an.
-------ooOoo-------
Selang 2 hari kemudian.. kejadian yang sama terjadi lagi. Dan pak Mohan ‘lembur’ lagi.
Setelah yakin dengan pengamatanku.. dan tentu saja dengan bukti-bukti otentik..
berupa foto dari hape kamera yang dibekali bu Riska..
Akupun siap menghadap dan memberi laporan pas pak Mohan tidak di rumah.
Di luar dugaanku.. bu Riska tidak syok sama sekali. Mungkin karena dia sudah menduga isi laporanku.
Dengan tenang dia memintaku untuk mengantarkan ke rumah wanita yang aku maksudkan.
Dengan naik mobil Picantonya bu Riska.. kami berangkat sore hari. Berharap wanita itu sudah di rumah.
Tiba di sana.. aku tidak melihat tanda-tanda mobil pak Mohan.. tapi aku yakin ada orang di rumah.
Bu Riska memutuskan masuk meskipun aku larang.. tapi rupanya dia sudah siap mental.
Aku menunggu di dalam mobil agak jauh dari rumah tersebut.. khawatir kalau kalo pak Mohan datang.
Selang 15 menit telponku berbunyi.. bu Riska minta aku menjemputnya.
Dalam perjalanan pulang.. bu Riska tidak banyak bicara.. hanya saja dia memintaku untuk mengarah ke pantai.
Kami berhenti di pantai dan di situlah bu Riska menangis. Aku tidak tau harus berbuat apa.
Aku biarkan saja bu Riska menangis di dadaku.. aku tidak bisa bicara.. –gak tau harus bilang apa..–
Hanya mencoba menenangkan bu Riska dengan mengelus-elus punggungnya.
“De.. –nama panggilanku Dode..– cantik mana aku dengan perempuan tadi..?” Tiba-tiba bu Riska bertanya.
Aku sedikit kaget.. tapi segera menjawab..
”Cantik bu Riska-lah. Bukan Cuma menghibur.. tapi kenyataannya begitu..” jawabku.
“Tapi kenapa bapak mengencani perempuan itu..?” Tanyanya lagi. Aku mengerti arah pembicaraan bu Riska.
Rupanya dia tidak habis pikir kenapa suaminya mengencani wanita yang notabene tidak lebih cantik dari dirinya.
“Mungkin sudah sifatnya lelaki bu..”
“Maksudmu..?” Bu Riska mengejar dengan pertanyaan.
“Yaaah.. biasa barang baru, lebih muda.. atau servisnya kali bu..”
Aku menjawab sekenanya.. takut membuat bu Riska tersinggung.
“Maksudmu aku sudah tidak menarik lagi..?”
“Bukan begitu.. bu Riska masih sangat menarik kok. Cantik.. juga sexy..
Setidaknya menurut pandangan saya begitu. Mungkin karena bapak tertarik barang baru aja bu..”
Bu Riska menarik nafas.. entah apa yang berkecamuk dalam hatinya. Kami terdiam beberapa lama.
“De.. kamu masih mau bantu saya..?” Akhirnya dia buka suara.
“Tentu bu.. dengan senang hati saya akan bantu sebisa saya..”
“Kamu bilang aku masih menarik.. apa aku cukup menarik buat kamu..?”
Gledarr..!! Suara sendu itu bagaikan ledakan guntur di telingaku.
–Dia sudah mengubah panggilannya menjadi 'aku'. Dan 'kamu' ditujukan padaku..–
Terus terang aku memang mengagumi wanita ini..
Bahkan tak jarang pula membayangkan dapat bercinta dengannya.
Tapi mendengar pertanyaanya ini aku kikuk sendiri.. tanganku gemetaran.
Otakku berpikir.. mungkin ini saatnya aku dapat mewujudkan bayanganku selama ini.
Tapi aku takut salah mengartikan kata-katanya.. aku tidak berani gegabah. “Maksud bu Riska..?”
“Tolong jangan panggil aku ibu.. aku merasa tua. Panggil saja namaku.. kecuali di rumah tentunya..”
“Ooh itu.. kalau cuma itu tentu saya bisa lakukan..” jawabku pura-pura bloon. Kulihat bu Riska tersenyum kecil.
“Bukan Cuma itu De.. kalau aku cukup menarik buat kamu.. tentunya kamu mau dong sama aku..!?”
“Eehh.. saya tentu saja mau.. tapi takutnya Riska bakal menyesal. Saya tau bu Riska lagi guncang.
Saya tidak mau ambil kesempatan dalam keadaan seperti ini..” aku mencoba bijaksana. Hehehe..
“Bukan kali ini saja aku sakit hati De.. kamu tau sendiri. Aku sudah lelah sakit hati sendiri.
Aku tidak mau memikirkan ini lagi.. yang ingin kulakukan sekarang adalah sedikit melupakan.
Aku lelah jadi istri setia.. kalau suamiku bisa melakukan itu kenapa aku tidak..?
Paling tidak.. aku masih bisa menikmati hidup, khan..?” Riska meluapkan segenap perasaannya.
“Yakin kamu mau melakukan ini..?” Tanyaku lagi. Dan Riska hanya menyunggingkan senyum pertanda mengiyakan.
Akupun lantas memeluknya dengan erat dan memberikan kecupan mesra di bibirnya yang mungil.
–Di titik ini kami sama mengubah panggilan dengan 'aku' dan 'kamu'..–
Dia pun memepererat pelukannya.. tampak kalau dia benar-benar ingin menikmati suasana.
“Kita cari tempat yang aman yuk..!?” Ajakku.. yang dibalas dengan cubitan kecil di pinggangku.
Aku starter mobil ke arah penginapan terdekat.
-------ooOoo-------
Sesampai di sebuah penginapan dekat-dekat situ.. aku langsung memesan kamar.
Aku pilih kamar yang cukup luas dan nyaman.. kesan pertama harus menggoda.. ya nggak..? Hehe..
Di dalam kamar.. Riska duduk di pinggiran bed dengan wajah sayu.
Setelah membayar sewa kamar short time kepada penjaga.. aku mengunci pintu.
Kudekati Riska perlahan. “Kalau nggak yakin.. sebaiknya jangan dipaksakan. Gak apa-apa kok..”
Aku mencoba buka pembicaraan sambil berjongkok di depannya.
Aku pegang kedua tangannya dengan lembut. Aku yakin dia perlu sentuhan kelembutan saat ini.
Riska menarik nafas ..” Aku sangat yakin..!” Katanya.. tangan lembutnya mengusap pipiku.
“Sudah lama aku ingin melakukan ini.. bukan hanya karena dendam kepada suamiku De.
Tapi juga karena aku merasa butuh orang yang peduli padaku. Selama ini suamiku menyia-nyiakan aku.
Aku butuh kasih sayang De.. aku butuh bercinta dengan nyaman.. aku butuh kamu..!”
Katanya dengan mimik serius. Agak kaget juga aku mendengarnya.
“Aku juga sudah lama memperhatikan kamu Ris.. pertamanya karena kasihan dengan keadaanmu.
Tapi kemudian aku merasa menyayangimu..” kulemparkan rayuan gombalku.
“Aku tau kamu memperhatikankan aku. Itu sebabnya pilihanku jatuh pada kamu De..”
Dia mulai mendesah.. aku sudah sampai di lehernya. Kunikmati bulu-bulu halus di tengkuknya dengan bibirku.
Aku berpindah ke tempat tidur.. duduk di belakang Riska. Tanganku memeluk pinggangnya..
Uuhhhh.. sungguh pinggang yang ramping. Aku tidak merasakan ada lemak di sana..
Sementara itu bibirku melanjutkan menelusuri leher Riska.. sampai ke belakang telinga.
Jilatan kecilku membuat Riska mendesah panjang.
Tangan Riska mulai menyetir tanganku dan mengarahkannya ke buah dadanya.
Tidak kusia-siakan.. akupun meremas dengan lembut kedua bulatan kenyal di dadanya bergantian.
Aku benar-benar ingin menikmatinya sepenuh hati.
“Ahhhh Dee..!” Kembali desahan halus keluar dari bibir Riska membuatku tambah bergairah.
Beberapakali remasan cukup membuatku penasaran..
ingin segera menyaksikan buah dada yang selama ini hanya kulihat belahannya saja.
Kubuka kancing bajunya satu per satu..
dibantu tangan Riska yang juga cekatan melanjutkan sampai pakaiannya terlepas.
Kembali remasan halus kuberikan pada buah dadanya. Terasa lebih mantap tanpa baju..
Dan aku bisa menyaksikan belahan dada yang mulus di depanku.
Tidak terlalu besar.. tapi menggelembung padat seperti mau lepas dari penyangga bra-nya.
Tanganku menyelinap ke punggung Riska.. hendak mencari kaitan behanya. Tapi segera ditahan Riska.
Malah dia membimbing tanganku ke arah depan.. rupanya kaitannya ada di depan.
Dia menoleh ke belakang dan tersenyum.. Cruph..!! 'Mmmmmm..!"
Langsung saja kulumat senyumannya.. yang dibalas Riska dengan cepat.
Tanganku langsung membuka kaitan bra-nya Riska.
Tarraa..!! Yang terpampang di hadapanku sekarang adalah pemandangan luar biasa indah.
Aku tertegun beberapa saat sebelum melanjutkan remasan-remasanku. Kali ini bukan hanya desahan yang kudengar..
Tapi juga gerakan tubuh Riska yang meliuk-liuk setiapkali tanganku meremas.
“Sayang.. kamu lembut sekali..” bisiknya.
“Kamu suka..?” Tanyaku.
“Ya sayang.. aku suka sekali.. perlakukan aku dengan lembut, sayang..”
“Tentu.. tubuh seindah kamu.. sayang untuk dikasari..” ujarku sambil pindah posisi.
Kali ini aku turun dari tempat tidur.. kuangkat tubuh Riska ke atas tempat tidur seperti menidurkan bayi..
Tangan Riskapun melingkar di leherku. Kali ini posisi Riska dalam keadaan telentang.. siap untuk ‘disantap’.
Perlahan kudaratkan ciuman mulai dari keningnya.. terus turun ke ujung hidung..
Kemudian melumat sebentar pada bibirnya.. meluncur lagi turun ke leher..
Sampai berhenti di antara belahan payudayanya yang hangat.
Kubiarkan saja payudara itu terlepas dan kupermainkan dengan jilatan bergantian kiri dan kanan.
Sementara tanganku bersiap melucuti celana jins yang dikenakannya.
Dengan bantuan kaki Riska yang sangat kooperatif.. maka terlepaslah celana itu berikut celana dalamnya.
Aku berdiri mematung.. menikmati tubuh indah tanpa busana di depanku.
Yang selama ini hanya terjadi di dalam mimpiku.. kini nyata.
Riska tersenyum sangat manis.. tau kalau mataku sedang menikmati pemandangan tubuh indahnya.
Kulanjutkan penelusuranku ke arah perut.. dengan beberapa jilatan pada udelnya..
Pelan tapi pasti mulutku langsung meluncur ke selangkangan Riska.
Yang terjadi kemudian adalah Riska mengangkat pinggulnya.. seakan hendak menyuguhi mulutku dengan vaginanya.
Hmmm..!! Bau khas wanita sudah kucium.. bercampur dengan farfum yang dipakai Riska.
Ketika lidahku mulai membelah bibir vaginanya, terdengar rintihan panjang..
“De.. hibur aku sayang.. Puaskan aku.. Aku ingin lepas..“
Slrepp.. slurpp.. slrupp..! Aku mulai menjilati bibir vagina Riska.. tangan satunya sibuk meremas payudara..
Sementara yang satunya membantu membuka paha Riska.. sehingga aku leluasa untuk menikmati vagina Riska.
Sembulan kecil merah kulahap dengan nikmat.. diiringi deru nafas Riska yang semakin memburu.
Sodokan lidahku mulai masuk ke lubang sempit vaginanya.
Beberapakali kuulangi antara jilatan.. isapan dan sodokan di sana.. membuat posisi Riska jadi berubah tak karuan.
Sprei pun sudah telepas akibat ditarik dengan hebat oleh Riska. Sampai akhirnya dia menghentikan gerakanku.
“Sayang berhenti sebentar..” katanya sambil menahan kepalaku.
“Kenapa..?” Tanyaku nggak ngerti.
“Aku sudah tidak kuat.. aku mau meledak..” ujarnya dengan napas berat memburu.
“Gak apa apa.. lepaskan saja..” kataku menyarankan.
“Gak ah.. aku mau menikmatinya bersama-sama. Kamu bahkan belum buka pakaian..” katanya.
Aku baru sadar kalo aku masih berpakaian utuh.. sementara Riska sudah telanjang bulat.
Kembali Riska duduk di tepi ranjang.. dan aku pun berdiri dan membuka kancing bajuku.
Rupanya Riska cukup kreatif.. melihat kesibukanku membuka kancing baju..
dia pun berinisiatif membukakan kancing dan ritsleting celanaku.
Baju kulempar begitu saja ke lantai.. sementara celana kuplorotkan sampai lepas dengan kakiku.
Tinggal celana dalamku saja yang membungkus penisku yang sudah tegang dari tadi.
Riska memegang penisku dari luar celana dalam dan perlahan meremasnya.
Tanpa menunggu perintah.. dia pun meloloskan penisku dari celana dalamku.
Tampak si boy mengacung tepat ke arah mulut Riska. Dielusnya perlahan..
Diciumnya dari pangkal sampai ke ujung.. sampai kemudian dimasukkannya ke dalam mulutnya.
Aku membereskan melepas celana dalamku.. sambil menikmati isapan lembut bibir Riska pada penisku.
Hanya sebentar.. tapi cukup membuatku merinding..
Sampai akhirnya Riska memohon untuk pertarungan yang sebenarnya.
Dia telentang pasrah di tempat tidur dan aku bersiap memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Aaahhh..!! Betapa aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini.
Detik-detik di mana penisku untuk pertamakalinya merambah dan menembusi memeknya.
Akupun mencoba melumat bibirnya untuk menambah sensasi.
Riska paham benar cara menaikkan nafsu. Dia mengimbangi gesekan kepala penisku.
Dengan bantuan tangannya yang membimbing penisku kuarahkan si boy ke lubang kenikmatan Riska.
Slebb.. Clebb..! “Aduh sayang .. pelan pelan ya.. agak sakit..” rintihnya sambil menggeliatkan tubuhnya.
“Ya sayang .. kayaknya lubangnya kekecilan..” kataku pula.
Slepp.. slepp.. slepp.. slepp..!! Aku tidak jadi langsung menusukkan si boy..
Tapi beberapakali kugesek-gesekkan batang penisku sebentar pada belahan bibir vaginanya Riska.
”Ahhh.. makasih ya, sayang. Ditemani seperti sekarang aja.. aku sudah senang kok..”
Rintihnya dengan tubuh kembali bergetar.. saat aku mulai mendorong batang penisku.
“Ohhh.. enak bangethh sayang. Masukkin sayang .. aku sudah siap..” katanya lagi mengarahkan.
Dan si boy dibimbingnya masuk ke lubang kenikmatannya. Slebbb.. blesssepp..!!
”Auw..!” Riska menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede milikku menyentuh.. menguak belahan bibir vaginanya.
Slebb..!! ”Ughhh..!!” Aku melenguh.. tubuhku seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar.
Nikmat sekali rasa perempuan di pelukanku ini. Campuran antara panas.. lengket.. sempit.. dan ‘menggigit’.
”Auw..!” Riska menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede milikku menyentuh dan menguak belahan bibir vaginanya.
Rasa kejut saraf-saraf di bibir kemaluannya langsung bereaksi.
Perlahan tapi pasti si boy menyusup di antara kehangatan vagina Riska yang telah basah.
Kulihat dia menggigit bibirnya sendiri.. sampai kemudian dia berteriak keras..
Ketika sebagian batang penisku berhasil menelusup masuk ke kerapatan liang vaginanya.
Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubangnya menjadi menyempit.
Seakan tidak mengizinkan penisku untuk menembusnya lebih jauh. Itu membuatku jadi penasaran.
”Santai aja, Riska sayang. Jangan tegang..” bisikku di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.
”Ahhh.. h-habisnya.. burungmu gede banget sih. Jauh sama punya suamiku. Ngg.. aku jadi takut..” Sahutnya terus terang.
Aku tersenyum. “Kok takut..? Harusnya malah seneng dong..?”
Terus kugesek-gesekkan penisku di sepanjang lorong liang nikmatnya yang terasa berkedut-kedut.
Kalau dia memang belum siap. aku tidak akan memaksa.
“Iya.. aku takut ketagihan.. hessssttt..” jawab Riska sembari mendesis nikmat.
“Aku yakin pacar-pacarmu pasti puas banget ya..? Aiihh..!!”
Dia bertanya.. dan menjerit kecil saat kugigit kembali puting susunya.
“Hah.. hah.. hah..” aku tidak menjawab dengan verbal.. tapi dengan kedutan-kedutan di batang si Joni.
“Ooooh ssaaayaanng.. enakk sekali.. oooohhhhh.. ssssssshhhhh genjot sayang.. uuh terus..!!”
Dan entah apalagi kata-kata yang keluar dari bibirnya.
Dia meracau dan mendesah tanpa henti.. dan tubuhnya pun tidak berhenti meliuk.. mengangkat pinggul.
Cuma 5 menit..” Ohhhh.. ohhh.. aku mau keluarrrhh..!! Aku gak tahan..!!” Teriaknya.
“Keluarin aja sayang.. nikmati harimu.. lepaskan bebanmu..“ aku memberi dorongan.
Dan yang terjadi kemudian .. Tubuh Riska bergetar.. ughhhh.. penisku rasanya seperti dijepit.
Dan dia mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi.. kemudian menghempaskannya begitu saja ke ranjang.
Tidak ada suara beberapa saat.. sekitar 10 detik yang kurasakan hanya denyutan-denyutan pada vagina Riska..
di batang penisku yang tengah bersemayan di haribaan liang nikmatnya.
Kemudian..” Aahhhhhhhhhhhh..!!!” Desahan yang sangat panjang sambil memelukku erat.
Kubiarkan saja begitu beberapa lama sambil mengatur nafas untuk sesi berikutnya.
“Terimakasih sayang.. aku belum pernah merasakan yang seperti ini dari suamiku. Sekarang aku sangat yakin..
Aku tidak menyesal melakukan ini. Aku mendapat lebih daripada apa yang bisa diberikan suamiku..”
Celotehnya kemudian.. terdengar seperti kata-kata balas dendam.
“Suamimu saja yang tidak bisa menikmati kamu. Kamu sangat luar biasa..” pujiku pula. Riska tersenyum.
“Maaf ya sayang.. aku duluan keluar.. udah gak tahan banget..” katanya dengan ulas senyum manisnya.
“Gak apa apa.. khan masih bisa dilanjutkan, sayang..” aku membesarkan hatinya.
“Iyaa.. tentu saja.. aku akan layani kamu sampai puas malam ini..” balasnya dengan nada riang.
“Nikmati aja, ya sayang. Akan kupuaskan kamu malam ini..” Clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..!!
Dengan pelan dan berirama.. aku terus menarik pelan pinggulku kemudian mendorongnya lagi.
Begitu berulang-ulang dengan frekuensi yang makin sering dan semakin cepat.
Ini kulakukan sembari memancing gairah Riska bangkit lagi. Dan benar saja.. tak berselang lama..
”Ahhhh.. iya, sayang. Enak banget..! Terus.. ohh ohhh..!!” Dan Riska mengimbanginya dengan pintar.
Secara refleks.. pantatnya bergerak ke atas ke bawah.. mengejar dorongan dan tusukanku.
Sesekali dia juga bergerak memutar.. sedikit ngebor apabila aku bergoyang pelan.
Tak lupa juga ia menggoyangkan kegelnya untuk makin memanjakanku.
”Ughhh.. enak banget, sayangg..” aku mendengus.
Untuk membalasnya.. secara beruntun kukocok vaginanya dengan sangat cepat dan dalam.
Ia langsung berteriak keenakan. ”Aahhhh.. sayanggg.. aarghhhh..!!”
Payudaranya bergoncang-goncang.. rambutnya terburai.. keringatku dan keringatnya mengalir berjatuhan di sprei.
Goyangan itu juga membuat ranjang kokoh yang kami pakai sampai berderak-derak tak karuan.
Segera kuremas-remas payudaranya sebagai pelampiasan rasa nikmat yang semakin dominan.
Kami sudah hilang kontrol. Aku terus bergerak cepat, sementara Riska sudah tidak mengeluh sakit lagi.
Seluruh gerak.. suara.. nafas.. bunyi.. desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.
Posisi nikmat ini berlangsung kurang dari lima menit.
Kulihat tubuh montok wanita cantik itu sudah berkilatan oleh keringatnya, makin menambah keseksiannya.
Dengan gemas terus kupermainkan puting susunya yang mencuat mungil.
Kugigit, kujilat dan kupilin-pilin penuh nafsu. Sodokan penisku makin lama juga makin kencang.
Pada akhirnya.. setelah hampir sepuluh menit bercinta.. bisa kuhantarkan Riska ke orgasmenya yang kedua, mungkin.
”Ohhhh.. kamu emang hebat, sayang. Hanya dari kamu sayang.. aku bisa meraih orgasme seperti ini.
Makasih.. makasih ya sayang..” ucapnya disertai semprotan keras di dalam liang vaginanya.
Kuhentikan goyanganku. Kuberikan dia kesempatan untuk menikmati puncak kenikmatan itu.
”Ohhh.. aku juga puas bisa bercinta dengan orang secantik kamu Riska sayang..” aku berkata.
”Puas apa..? Kamu kan masih belum keluar, sayang..?” Terengah-engah.. Riska kelihatan makin cantik.
”Sekarang giliranku untuk memuaskan kamu..” katanya sambil mengelus pipiku.
Sehabis berkata begitu.. kurasakan liang nikmat wanita cantik itu berdenyut begitu keras..
Ughhhhh..!! Seakan-akan hendak melumat dengan remasan dan mencekik batang penisku begitu rupa.
“Errghhhh..!!” Aku kelojotan. Denyutan satu disusul dengan denyutan lain yang lebih nikmat.
Aku jadi tak tahan. Apalagi dalam tiap denyutan selalu diiringi empotan keras di ujung penisku.
Tanpa perlu digoyang pun.. kini aku menyerah. Spermaku muntah tak lama kemudian. Crott.. crott.. crott..!!
”Ah, banyak banget sayang..” Riska menggelinjang geli saat vaginanya kusembur dengan lava panasku berkali-kali.
Tampaknya dia juga tidak keberatan rahimnya disirami cairan benihku.
”Uhhhhh..” aku jadi lemes sekali. Lemas tapi puas.
”Sudah lama ya nggak dikeluarin..?” Riska bertanya.
“Ehmm.. he-eh..” jawabku singkat.
Di bawah sana, kurasakan penisku mulai mengkerut dan mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya.
Sementara vagina Riska masih terus bergetar dan berkedut-kedut.
”Kamu nggak takut hamil, sayang..?” Tanyaku akhirnya pada Riska.
Kutusuk lubang sempit itu dengan jari telunjukku..
Kucolek air mani dan air cintanya yang terbenam di dalam.. lalu kuoleskan ke ujung putingnya.
”Nggak papa sayang.. aku masih pake pil..” Riska menjawab santai..
Sembari meratakan cairan pemberianku ke seluruh permukaan payudaranya.
Benda itu jadi kelihatan makin mengkilap karenanya.
Tersenyum penuh kepuasan.. kami berbaring berpelukan di ranjang yang kini sudah acak-acakan.
Dan sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat penuh birahi ini.
Apalagi perempuan cantik nan bahenol di pelukanku ini masih membutuhkan ‘penyaluran’ kekesalannya.
Maka berlanjutlah pertarungan kelamin kami..
Riska Orgasme entah untuk keberapakalinya di saat aku hampir sampai.
Itu memberiku kesempatan untuk mengatur ritme permainanku dan melanjutkan ke tahap berikutnya.
Aku menyudahi permainan ketika penisku menyemprotkan lahar panasku keempatkalinya di dalam liang nikmatnya..
Sementara Riska menjerit penuh nikmat untuk kesekiankalinya. Nggak sempat kami hitung
Dan saat itu dorongan lahar dari penisku juga tak tertahankan.. cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!!
Hingga akhirnya aku semburkan begitu saja dalam vagina Riska.. berkali-kali hingga luber.
Kami beristirahat sambil berpelukan dengan penis masih menancap.. terbenam di kehangatan liang nikmatnya.
-------ooOoo-------
Dalam perjalanan pulang aku menanyakan perihal cara pulangku. Aku khawatir ketahuan pak Mohan.
Tapi Riska memastikan kalo pak Mohan tidak akan pulang malam itu.
Karena dia sedang pergi ke kota S menemui clientnya. Katanya.
Cukup dengan imajinasi.. pembaca taulah apa yang terjadi selanjutnya.. kan..? Hehehehe.. –EnD– (. ) ( .)
-----------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------