Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 31
(my mom's first love)
------------------------------

b6c7e410.jpg

“Asik, beres akhirnya!” Marie Taniguchi tampak berseri-seri ketika apartemen barunya sudah rapi. Hari itu hari kamis, pukul 7 malam. Hiroshi Tanabe dan Kyoko Kaede sedang ke minimarket, membeli makanan untuk mereka berempat. Kana Mitsugi tampak duduk di ruang tengah, meluruskan kakinya sambil bernapas lega.

“Akhirnya ya” senyum Kana.
“Akhirnya aku punya tempat sendiri lagi”
“Akhirnya aku bebas dari kamu”
“Akhirnya aku bebas dari kamu juga”

“Hahaha” Kana dan Marie tertawa bersama. Marie duduk di tempat yang sama, dan mereka sama-sama meluruskan kaki.

“Ah, tidak ada lagi yang merengek minta makanan malam-malam” lanjut Kana.
“Tidak ada lagi yang menghilang entah ke mana, pulang terlalu malam, seperti kemarin” balas Marie.
“Aku bisa tidur dengan nyenyak, karena tidak ada lagi yang ngorok di sofa”
“Tidak ada lagi yang pelit soal pasta gigi ataupun shampoo……”
“Tidak ada lagi yang bakal menangis di tengah malam karena nonton siaran ulang dorama” sambung Kana.

“Tidak ada yang cerewet soal pakaian kotor”
“Dan tidak ada yang telat bangun lagi………”

Tok. Tok.

Suara ketukan di pintu terdengar. Kana dan Marie mendadak diam.

“Itu pasti Kyoko dan Hiro-Tan” Marie bangkit dan berjalan dengan malasnya ke arah pintu. Dia membukanya, tapi menemukan orang lain di mulut pintu, dengan aura yang kalem dan senyum, menyapa ke Marie.

“Selamat malam…. Taniguchi-San kan ya?”
“Ah! Kamu pasti Okubo-San!” senyum Marie.

Kana tersenyum sedikit, melihat wajah Atsushi Okubo muncul di pintu apartemen Marie. Setelah semua yang terjadi antara mereka berdua, Kana masih berdebar-debar melihat wajah pria yang kalem itu muncul di hadapannya.

“Ini ada sedikit hadiah dariku, sebagai sambutan untuk penghuni baru”
“Ah, tidak usah repot-repot..” Marie menerima bingkisan yang tampak plain dari Okubo. Mata Okubo dan Kana kemudian bertemu, dan mereka saling melempar senyum diam-diam.

“Baiklah, aku kembali ke sebelah ya, mudah-mudahan betah di sini”
“Ah, baik… Sampai bertemu nanti”

“Mata Ne…”

“Kira-kira apa ya isinya?” seringai Marie sambil berjalan masuk, setelah dia menutup pintu.
“Coba buka”
“Nanti saja kalau Hiro-Tan dan Kyoko sudah kembali”
“Baiklah..”

“Orangnya baik sekali ya tampaknya, untung tetanggaku sekarang seperti itu, tidak seperti Sakurai dulu, malas sekali membayangkannya. Dan kita tadi beruntung sekali tidak bertemu dia saat packing barang…..” sambung Marie Taniguchi.
“Sekarang kamu tidak usah khawatir lagi”

“Oh, aku punya firasat aneh ngomong-ngomong” tawa Marie.
“Apa?"
“Kamu, akhir-akhir ini kan suka menghilang atau pulang malam sekali… Pasti kamu pergi dengan Okubo ya?”
“Hmm? Bagaimana? Apa tadi kamu bilang?” jawab Kana sok berlagak bodoh, sambil menatap Marie dengan tatapan yang entah kenapa lebih kalem daripada biasanya.

“Iya, kalian….”
“Kami ngapain menurut kamu?”
“Kalian pacaran mungkin? Atau cuma ngedate? Apa ya… Mungkin kan itu terjadi? Hehehehe” tawa Marie mencoba menyelidik.
“Mungkin sih memang, tapi tahu dari mana? Kenapa bisa menyimpulkan seperti itu?”
“Emm…. “

“Ada bukti tidak kamu?” tanya Kana balik.
“Tidak sih, hanya firasat saja”
“Haha…” tawa Kana, dan dalam hati dia sebenarnya tertawa lebih kencang lagi. Tenanglah, tak perlu diumbar semua ini. Nanti lama-lama mereka juga tahu, pikirnya.

“Tumben”
“Apa?”
“Kamu tidak melawan atau meledek balik…”
“Memangnya harus ya selalu melawan semua ucapanmu?”
“Tidak…. Tapi entah kenapa, ada yang aneh dengan Kana akhir-akhir ini” dengus Marie.

Ah, bunyi ketukan di pintu lagi. Kali ini Marie membukanya dengan antusias. Ya, sesuai seperti dengan yang ia bayangkan. Tanabe dan Kaede.

“Ah, maaf lama Marie Chan, tadi banyak yang mengantri”
“Tidak apa-apa” jawab Marie dengan antusiasnya. Tentunya perutnya sudah lapar, setelah seharian memindahkan barang dari apartemen lama ke apartemen baru, lalu menata semua barang di tempat yang seharusnya. Sekarang saatnya beristirahat dan menikmati apartemen baru bersama teman-teman akrabnya.

Tapi, untuk Hiroshi dan Kyoko, ini hari di mana mereka seharusnya pergi liburan bersama ke Hakone. Liburan yang gagal, karena tanggal yang dipersiapkan oleh Hiroshi bertabrakan dengan jadwal pindahan Marie. Mereka berdua lantas masuk ke dalam apartemen baru Marie dengan membawa kantung kresek yang isinya adalah bento minimarket dan beberapa kaleng bir.

“Ah, akhirnya, masuk ke dalam ruangan juga” Hiroshi membuka jaketnya dan dia menggantungkannya entah di mana. Dia lalu membongkar isi kantung kresek itu. “Ini untuk Taniguchi, Ini untuk Mitsugi…. Ini untukku dan Kyoko”

“Terima kasih, Tanabe” balas Kana, sambil menerima bento khas minimarket di tangannya. Hangat. Dia tersenyum dalam hati, dia tidak sabar ingin malam ini segera berakhir.

Kana menatap ke arah sekitarnya, ada Marie yang sedang makan dengan lahapnya karena dia sudah begitu lapar, dan ada Hiroshi Tanabe dan Kyoko Kaede yang saling bersandar, makan bersama. Dan dia sebenarnya suka bandana merah yang diikatkan di rambut Kyoko. Manis menurutnya. Haha, tumben Kana berpikir seperti itu. Dia berpikir seperti itu, karena hatinya memang sedang berbunga-bunga.

Dia memikirkan seluruh proses perkenalannya dengan Okubo, setiap pembicaraan yang terjadi antara mereka berdua. Dan di dalam kepalanya, hanya ada memori soal Atsushi Okubo dan malam kemarin.

------------------------------

“Jadi yang rambutnya pendek itu…”
“Kaede… Kaede Kyoko, dan dia tadi dengan pacarnya, Tanabe Hiroshi”

“Oh… Ya, aku melihat mereka sebelumnya, tapi aku belum tahu nama mereka…. Kamu jarang cerita soal kehidupan kamu di perkuliahan, dan bahkan tidak pernah memberitahu nama teman-teman akrabmu, kecuali yang pindah ke sebelah……” bisik Obuko, malam itu juga, dia memeluk badan Kana yang telanjang di atas kasur.

“Aku lebih tertarik bicara tentang dirimu dan diriku saja” jawab Kana, bersempit-sempit di atas kasur bersama Atsushi Okubo.
“Teman-temanmu juga bagian dari dirimu, Kana-Chan” Okubo bergerak, dan dia mulai menjilati puting Kana.

Ya, mereka sudah saling memanggil nama pertama mereka. Mereka sudah sedekat itu.

“Ngh!”
“Jangan terlalu keras, nanti temanmu di sebelah tahu kita sedang apa” goda Okubo.
“Hnn…”

Lidah Okubo menjelajahi puting Kana, dia berputar-putar, membuat perempuan cantik itu benar-benar kegelian dan mati-matian menahan suaranya, agar tidak berteriak, mengerang, atau apalah, dan kemudian mengganggu sekitarnya. Kana merasakan stimulasi yang menggila lagi, padahal mereka baru saja berhubungan seks. Buah dadanya dijilati dan area kewanitaannya sedang dijelajahi oleh tangan Okubo.

Jari Okubo masuk ke dalam, merasakan nyamannya dinding area kewanitaan Kana. Kana pasrah, seluruh tubuhnya seakan kaku, merasakan getaran-getaran seksual yang seperti sekarang.

“Mungkin…. Kita harus ke love hotel kapan-kapan, agar kamu bisa bersuara semaumu” bisik Okubo. “Aku kasihan melihatnya, kamu seperti tersiksa….”
“Nnnhh….” Kana tidak bisa bersuara lagi, dia menggigit bantal dengan terpaksa, agar suaranya tidak keluar.
“Dan malam ini kamu cantik sekali, seperti biasa…”

“Nnnggg…” Kana mengejang, sepertinya kenikmatan itu akan datang lagi. Entah bagaimana, tapi Okubo tahu caranya untuk memberikan kenikmatan ke tubuh Kana tanpa harus melakukan penetrasi. Dia memang sudah berpengalaman, dan hal seperti itulah yang dibutuhkan oleh Kana. Dia lebih baik melakukannya dengan lelaki yang sudah banyak pengalaman, karena dia ingin dipuaskan oleh lelaki itu.

Okubo memainkan tangannya lebih ganas lagi, memberikan kenikmatan ke area kewanitaan Kana. Jari-jarinya berdansa di bawah sana, membuat Kana menutup matanya. Kepala Kana berputar, dia terpaksa menutup mulutnya dengan tangannya. Jika dia tidak melakukannya, tentu dia akan berteriak dengan kencang.

“Hnnng…….” Kana mengerang tertahan, dan badannya terguncang. Dia mencapai puncak kenikmatan lagi. Dia lantas terkulai lemah, dan merasakan getaran yang menjalar dari bawah sana, menjalar ke seluruh tubuhnya dan dia kemudian bisa bernapas, setelah dia melewati orgasme tadi.

“Ahh…” Kana bernapas dengan napas berat. Okubo menghentikan permainannya di buah dada Kana dan organ vitalnya. Mereka lantas berciuman dengan panasnya, melepaskan perasan mereka. Setelah berciuman, Okubo lalu berpaling, meregangkan tubuhnya, menatap ke arah jendela.

“Aku benci besok” bisiknya dengan napas yang berat.
“Kenapa, besok jadwal kantormu mengadakan Sakura Hanami?”
“Iya……”
“Dan itu waktu di mana kamu menjilat ke atasan kamu agar posisi kamu di kantor aman?” bisik Kana.

“Iya” Okubo menarik napas dalam-dalam.
“Tenanglah….” Kana memeluk badan telanjang Okubo dari belakang. “Mau tak mau harus begitu bukan? Menjadi salaryman memang berat… Lihat saja ayahku…. Dia hampir tidak pernah bertemu denganku, sepertinya seluruh hidupnya ada di kantor, kamu beruntung masih muda, jadi kamu bisa melangkah dengan hati-hati….. Jadi ketika berumur, tidak perlu bekerja sekeras itu kalau kamu sudah mengamankan posisi yang bagus dari usia sekarang”

Ya, seperti itulah Kana. Penuh perhitungan, dan dia sebenarnya merasa benar-benar beruntung bisa bicara tentang hal-hal seperti itu dengan orang lain. Teman-temannya tidak akan bisa diajak bicara hal-hal semacam itu.

“Itu memang benar…. Dan aku, walaupun bosan, sudah fasih melakukannya… Tapi tetap saja, ada perasaan tak enak saat menjilat ke atasan” tawa Okubo getir.
“Bagaimanapun itu politik kantor bukan?”
“Menyebalkan tapi itu benar….. Di manapun kita harus seperti itu kan? Itulah kunci survive di dunia orang dewasa” lanjut Atsushi Okubo, bangkit dari tempat tidur, lantas berjalan dengan lemahnya ke keluar kamar. Dia mengambil sebuah asbak yang tersimpan rapih di salah satu sudut ruangan. Dia lalu kembali ke kamar, duduk di lantai, dan menyalakan sebatang rokok.

“Aku selalu berharap untuk tidak dipindahkan dari Gunma sebenarnya”

“Tidak apa-apa….. Aku akan menginap di sini malam ini, siapa tahu kamu lebih tenang besok”
“Terima kasih”
“Tidak, aku yang terima kasih” Kana mencium punggung Okubo, dan dia menutup matanya. Dia ingin berpikir, dia lebih beruntung daripada pasangan Tanabe dan Kaede yang masih terlihat seperti sepasang anak-anak di matanya. Dia ingin mampu memberikan kenyamanan kepada laki-laki dewasa dengan permasalahan orang dewasa.

Setidaknya, biarkan malam ini dia memanjakan dan menenangkan Atsushi Okubo, yang besok akan jadi penjilat di hadapan atasan-atasan di kantornya.

==================
==================


haruko10.jpg

“Pagi Haruko” senyum Okasan kepadaku pagi itu. Seperti biasa, walaupun ini hari libur, dia pasti bangun pagi. Tapi ada pemandangan yang gak umum pagi ini. Papa kok udah bangun? Tumben banget. Ini perasaan masih jam 6 pagi deh.

“Papa udah bangun?” tanyaku heran, tanpa mengindahkan salam dari Okasan.
“Udah” tapi muka Papa keliatan capek dan ngantuk. Dia duduk di meja makan, dengan senyum khasnya. Abis kerja kali ya? Belum sempet tidur? Tapi Papa cuma pakai celana pendek sama t-shirt. Itu artinya dia baru bangun tidur, bukan dari studio.

“Tumben”
“Iya, tumben” jawabnya sambil melirik ke Okasan, yang entah kenapa kok sama-sama terlihat ngantuk. Dia lagi masak sesuatu di atas penggorengan. Baunya harum banget. Entah masakan apalagi yang dibuat oleh dia pagi ini. Dan lucunya, biasanya pagi-pagi kayak gini Okasan udah berpakaian rapi, gak kayak gini. Okasan masih pake daster yang biasa dia pake tidur.

Mereka kok seragaman gini? Habis ngapain mereka?

Papa minum kopi dengan perasaan yang keliatan ringan. Aura di mukanya tenang, kayak abis buang air besar yang puas banget. Dan walaupun Okasan juga keliatan capek, tapi entah kenapa mukanya keliatan berseri-seri, kayak abis ada aura positif yang masuk ke dalam tubuhnya. Sambil mikirin hal yang ngebingungin, aku duduk di hadapan Papa, meneliti muka mereka berdua, yang bener-bener keliatan bahagia.

“Pagi semuanya!” mendadak ada suara yang aku kenal lainnya. Om Stefan.
“Pagi Fan”
“Pagi Om” aku menyapa dia.

“Dapet sarapan sebelom kita berangkat gak nih?” tanya Om Stefan ke Papa, sambil duduk di sebelah Papa.
“Dapet, kita kan wajib sampe sana jam…..”
“Sore sih” lanjut Om Stefan.
“Santai kalo gitu”

Oh iya, Papa harus pergi ke beberapa daerah buat manggung. Kayak Bandung, Cirebon, terus lanjut ke Semarang, terus ke Jogja, terus ke mana lagi, aku lupa. Dan pagi ini, dia harus berangkat. Pantesan dia bangun pagi, tapi lagi-lagi, ada yang aneh dan gak biasa, antara Papa dan Okasan.

“Lo belom mandi Ya?”
“Ntar abis sarapan, jangan khawatir, gue udah packing kok”

“Kalian keliatan banget sih lho habis ngapain, gak ada malu ya kalian di depan anak hahahahahaha, bagus-bagus……” tawa Om Stefan mendadak.
“Stefan bicara apa sih?” tanya Okasan dengan nada riang, sambil mematikan kompor. Oh, rupanya dia masak nasi goreng yang sederhana. Aneh sih, biasanya dari pagi, masakan Okasan udah ribet. Tumben ini sederhana banget.

“Udah deh, gak akan bakal jadi anak lagi, kayak yang masih muda aja kalian……” tawa Om Stefan.

Aku celingukan, ngeliat ke arah Om Stefan dengan kaget. Terus ke arah Okasan. Terus ke arah Papa. Dari gesture muka Okasan sama Papa, mereka kayak abis kegep sama Om Stefan. Tapi aku bingung, kegep ngapain?

“Pa’an sih Fan?” jawab Papa ringan sambil nunggu Mama, eh, Okasan ngehidangin nasi goreng yang rasanya pasti enak banget itu ke Papa. Selanjutnya dia kasih buat aku, terus ke Om Stefan.

“Aku mandi dulu ya, Aya” Okasan mendadak nyium rambut Papa terus dia berlalu. Aku masih melongo, ada apaan ini?

“Jadi gini Haruko… Bokap sama Nyokap lo itu, mereka kayaknya semalem, abis ngen…….”
“Woi!”
“tengin badan……”

“Ngentengin badan?” tanyaku bingung.
“Fan udah deh… Makan lo mendingan, biar ga berisik…” potong Papa.
“Ngentengin badan? apaan tuh?” bingung aku sumpah.

“Kayak berenang, tapi di kasur”
“Berenang? Di Kasur?” aku makin bingung.

“Fan… Udah…”
“Ya, semacam…….”
“FAN!!”

“Hahahahahaha, dah ah, makan” tawa Om Stefan dengan anehnya.

Aku jadi bingung. Sumpah. Bingung. Pusing. Ada apaan sih? Ngentengin badan? Berenang di kasur? Maksud Om Stefan apaan?

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 31

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoko Kaede (48) Sang Ibu, Istri dari Arya
- Arya / Achmad Ariadi Gunawan (48) Sang Ayah, Suami dari Kyoko

- Stefan / Stefanus Giri Darmawan (48), Vokalis Hantaman

Kyoko's Timeline:


438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Marie Taniguchi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Atsushi Okubo (25) Tetangga Marie, menjalin hubungan khusus dengan Kana, pekerja kantoran.

Glossary :


Mata Ne : Sampai nanti
Sakura Hanami : Piknik melihat bunga sakura bermekaran
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Haruko polos pisaan .. coba Tanya ke jonathan, Shirley atau alika .. pasti mereka ketawa .. hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd